Anda di halaman 1dari 13

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM

KETERAMPILAN ADRENALIN (EPINEFRIN) INJEKSI INTRAVENA


(IV)

PRODI D-III KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO


POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga Modul Praktikum Laboratorium Keterampilan Adrenalin
(Epinefrin) Injeksi Intravena (IV) untuk mahasiswa program studi keperawatan
kampus sutomo jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya ini dapat
diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Modul praktikum ini dibuat sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan
Laboratorium Keterampilan Adrenalin (Epinefrin) Injeksi Intravena (IV) yang
merupakan kegiatan penunjang mata kuliah pada keperawatan kritis Program Studi
Keperawatan Kampus Sutomo Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Surabaya. Modul praktikum ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam
mempersiapkan dan melaksanakan praktikum dengan lebih baik, terarah, dan
terencana. Pada setiap topik telah ditetapkan tujuan pelaksanaan praktikum dan
semua kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa.
Penyusun menyakini bahwa dalam pembuatan Modul Praktikum
Laboratorium Keterampilan Adrenalin (Epinefrin) Injeksi Intravena (IV) ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan modul praktikum ini dimasa yang akan datang.
Akhir kata, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Surabaya, 17 Agustus 2019

Penyusun
KONSEP PEMBERIAN ADRENALIN (EPINEFRIN) INJEKSI
INTRAVENA (IV)

1. Definisi
Epinefrin disintesis oleh medulla adrenal dan batang otak. Epinefrin
tidak dapat menembus sawar darah – otak. Epinefrin umunya menimbulkan
efek mirip perangsang sistem saraf simpatik. Efeknya jelas terutama terhadap
jantung, otot polos pembuluh darah dan otot polos lain. Injeksi intravena
merupakan Pemberian obat dengan cara memasukkan kedalam pembuluh
darah vena menggunakan spuit.

2. Indikasi
Epinefrin sering digunakan untuk :
1) Bronkospasme, diberikan secara subkutan
2) Anafilatik, diberikan secara parental
3) Dengan infiltrasi anestesi untuk memperpanjang masa kerja anestesi,
bersifat
lokal (efek vasokontriksi lokal pada tempat suntikan)
4) Hentikan jantung, untuk merangsang kontraksi jantung
5) Secara lokal untuk menghentikan perdarahan kapiler.

3. Kontra indikasi
Epinefrin tidak boleh diberikan pada penderita :
1. Hipertensi
2. Hipertiroidisme
3. Aritmia
4. Angina pectoris
Karena itu, epinefrin memperberat kerja jantung dan memperberat kekorangan
oksigen yang dapat menimbulkan serangan angina.
4. Tempat injeksi
1. Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika)
2. Pada tungkai (vena saphenous)
3. Pada leher (vena jugularis)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBERIAN ADRENALIN


(EPINEFRIN) INJEKSI INTRAVENA (IV)
1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium pemberian
Adrenalin (Epinefrin) Injeksi Intravena, agar mahasiswa kompeten melakukan
pemberian obat adrenalin (Epinefrin) Injeksi Intravena.

2. Ruang Lingkup
Semua tindakan Injeksi Intravena, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan
evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di
klinik/ rumah sakit, wajib memperagakan pemberian Adrenalin (Epinefrin)
Injeksi Intravena sebagai sarana praktek.

3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur pemberian Adrenalin (Epinefrin) Injeksi Intravena
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan

5. Alat Dan Bahan


Alat :
1. Bak injeksi
2. Baki obat
3. Pembendung vena atau torniquet
4. Perlak dan pengalas
5. Bengkok
6. Gunting plester
7. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
Bahan :
1. Kapas alcohol
2. Sarung tangan sekali pakai ( bersih)
3. Obat yang sesuai
4. Spuit disposable 2-5 ml dengan ukuran 21-25, dan jarum dengan ukuran
1-2 inch
5. Plester
6. Kasa steril
7. Betadine
6. Instruksi Kerja
1. Cuci tangan
Mengurangi transmisi mikroorganisme
2. Siapkan obat sesuai dengan prinsip “lima benar”.
• Dosis IV 0,1 – 0,5 mL dalam 1 : 10.000 larutan, berikan pelan dan
ulangi dalam 5 – 15 menit apabila diperlukan.
• Penderita yang tidak mengalami syok dapat diberikan epinefrin
secara subkutan 0,2 – 0,3 mL di dalam 1 : 10.000 larutan

Memastikan klien menerima obat yang tepat


3. Identifikasi klien dengan menggunakan 2 alat pengenal. Bandingkan
antara data yang ada pada MAR klien dengan gelang identitas klien.
Sesuai syarat TJC (2008) dan untuk meningkatkan keamanan
pengobatan.
4. Beritahu klien dan jelaskan prosedur yng akan dilakukan.
Membantu mengurangi kegelisahan klien.
5. Atur klien pada posisi yang nyaman dan sesuai kebutuhan.
Memberi rasa nyaman pada klien dan memudahkan tindakan.
6. Pasang perlak dan pengalas.
Mencegah transmisi mikroorganisme.
7. Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
Menghormati privasi klien
8. Letakkan pembendung atau tourniquet 15 cm diatas area penusukan
Membantu menentukan area injeksi
9. Pilih area penusukan yang bebas dari lesi,kekakuan, peradangan atau
rasa gatal.
Menghindari gangguan absorpsi obat atau cedera dan nyeri yang
berlebihan.
10. Memakai sarung tangan bersih
Mengurangi transmisi mikroorganisme
11. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alcohol,
dengan gerakan sirkular dari arah dalam ke luar dengan diameter 5
cm.tunggu sampai kering.
Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang
mengandung mikroorganisme.
12. Pegang kapas alcohol dengan menggunakan jari-jari tengah pada
tangan non dominan
Kapas tetap dapat diakses saat spuit ditarik
13. Buka tutup jarum dengan menarik secara lurus.
Mencegah spuit menyentuh bagian samping penutup dan mencegah
kontaminasi.
14. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan
dengan tangan nondominan
Kulit akan menjadi lebih kencang dan vena tidak bergeser sehingga
memudahkan penusukan.
15. Pegang jarum pada posisi 30° sejajar vena yang ditusuk, lalu tusuk
dengan perlahan dan pasti.
Injeksi perlahan akan meminimalkan rasa tidak nyaman.
16. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum kedalam
vena.
Memudahkan penusukan kedalam vena.
17. Lakukan aspirasi dengan tangan nondominal menahan barel dari spuit
dan tangan dominan menarik plunger.
Aspirasi darah kedalam tabung vena, untuk mengetahui bahwa spuit
berada didalam vena.
18. Observasi adanya darah dalam spuit.
Memastikan ujung spuit berada didalam vena, jika ada darah masuk
kedalam tabung suntik, menandakan spuit berada didalam vena.
19. Jika ada darah, lepaskan tourniquet dan masukkan obat perlahan-
lahan.
Mencegah keluarnya darah secara berlebihan.
20. Keluarkan jarum dari pembuluh darah vena dengan sudut yang sama
ketika jarum dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan
menggunakan kapas alkohol pada lokasi penusukan.
• Jika pasien dengan salah satu penanganan resusitasi paru jantung
paru. Lakukan pemberian injeksi adrenalin iv 1 mg setiap 2-3
menit sekali hingga kondisi pasien mulai pulih dan denyut jantung
normal kembali
Dukungan jaringan sekitar lokasi meminimalkan rasa tidak nyaman
selama penarikan spuit.
21. Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberi
betadine.
Kassa steril dan betadine akan meminimalkan ketidaknyamanan
akibat alcohol pada kulit yang tidak intak
22. Kembalikan posisi klien.
Memberikan kenyamanan klien
23. Observasi TTV dan keadaan umum pasien. Laporkan kepada dokter
Mengetahui keadaan umum pasien apabila kondisi pasien semakin
memburuk setelah pemberian adrenalin iv.
24. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya
masing-masing
Mencegah cidera pada klien dan tim kesehatan
25. Buka sarung tangan dan hygiene tangan
Mengurangi transmisi mikroorganisme
26. Dokumentasi tindakan, meliputi :
1. Pemberian obat yang telah diberikan ( nama obat,dosis, waktu,
dan rute pemberian obat) pada MAR segera setelah pemberian
obat sesuai kebijakan agensi.
2. Respons klien terhadap obat didalam catatan perawat dan
laporkan kepada penulis resep jika diwajibkan.
3. Dokumentasikan jika ada jadwal obat yang ditunda dan catatan
alasannya sesuai kebijakan agensi.

7. Indikator
1. Tidak ditemukan adanya phlebitis pada tempat penusukan
2. Klien tidak gelisah, mual muntah, pusing serta berkeringat
3. Tidak terdapat gangguan irama jantung dan gangguan pernafasan pada
klien
4. Klien dapat menyebutkan secara verbal tempat penyuntikan
5. Klien menyatakan nyeri pada skala minimum saat injeksi

8. Referensi
Potter & perry (2009). Fundamental of nursing. Edisi 7. Jakarta: Salemba
Medika.
Rio Rahardjo (2009). Kumpulan Kuliah Farmakologi/Staf Pengajar
Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya-
Ed. 2 – Jakarta : EGC

Surabaya, 17 Agustus
2019
Mengetahui Ketua Program Studi
Ketua Jurusan Kampus Soetomo
Surabaya

Dr. Supriyanto., S.Kp.,M.Kes Dr. Padoli.,S.Kp.,M.Kes


NIP. 19690921 199203 1 001 NIP. 19680701 199203 1
003
PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Pemberian Adrenalin (Epinefrin) Injeksi Intravena (IV)

Dilakukan
No. Kegiatan Ya Tidak Ket
1 0
I. ALAT DAN BAHAN

1. Bak injeksi

2. Baki obat
3. Pembendung vena atau tourniquet
4. Perlak dan pengalas
5. Bengkok
6. Gunting plester
7. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
8. Kapas alcohol
9. Sarung tangan sekali pakai ( bersih)
10. Obat yang sesuai
Spuit disposable 2-5 ml dengan ukuran 21-25, dan jarum dengan
11.
ukuran 1-2 inch
12. Plester
13. Kasa steril
14. Betadine
II. INSTRUKSI KERJA
1. Cuci tangan
Siapkan obat sesuai dengan prinsip “lima benar”
• Dosis IV 0,1 – 0,5 mL dalam 1 : 10.000 larutan, berikan pelan dan
2. ulangi dalam 5 – 15 menit apabila diperlukan.
• Penderita yang tidak mengalami syok dapat diberikan epinefrin
secara subkutan 0,2 – 0,3 mL di dalam 1 : 10.000 larutan
Identifikasi klien dengan menggunakan 2 alat pengenal. Bandingkan
3.
antara data yang ada pada MAR klien dengan gelang identitas klien.

4. Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

5. Atur klien pada posisi yang nyaman dan sesuai kebutuhan.


6. Pasang perlak dan pengalas.
7. Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
8. Letakkan pembendung atau tourniquet 15 cm diatas area penusukan
Pilih area penusukan yang bebas dari lesi,kekakuan, peradangan atau
9.
rasa gatal.
10. Memakai sarung tangan bersih
Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alcohol,
11. dengan gerakan sirkular dari arah dalam ke luar dengan diameter 5
cm.tunggu sampai kering.
Pegang kapas alcohol dengan menggunakan jari-jari tengah pada
12.
tangan non dominan
13. Buka tutup jarum dengan menarik secara lurus.
Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan
14.
dengan tangan nondominan
Pegang jarum pada posisi 30° sejajar vena yang ditusuk, lalu tusuk
15.
dengan perlahan dan pasti.
Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum kedalam
16.
vena.
Lakukan aspirasi dengan tangan nondominal menahan barel dari spuit
17.
dan tangan dominan menarik plunger
18. Observasi adanya darah dalam spuit.
19. Jika ada darah, lepaskan tourniquet dan masukkan obat perlahan-lahan.
Keluarkan jarum dari pembuluh darah vena dengan sudut yang sama
ketika jarum dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan
menggunakan kapas alkohol pada lokasi penusukan.
20. • Jika pasien dengan salah satu penanganan resusitasi paru jantung
paru. Lakukan pemberian injeksi adrenalin iv 1 mg setiap 2-3 menit
sekali hingga kondisi pasien mulai pulih dan denyut jantung normal
kembali
21. Observasi TTV dan keadaan umum pasien. Laporkan kepada dokter
Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberi
22.
betadine.
23. Kembalikan posisi klien.
Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya
24.
masing-masing
JUMLAH

Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x
100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……

Surabaya,
Penguji
NIP.

Anda mungkin juga menyukai