Anda di halaman 1dari 11

Budidaya Tanaman Padi Sawah - Cara menanam padi yang baik akan menentukan

keberhasilan budidaya. Sekalipun cara menanam padi sawah dianggap budidaya mudah akan
tetapi kegagalan panen masih sering terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia, apalagi
ketika tanaman padi terserang hama tikus, sudah bisa dipastikan hasil panen menurun sangat
signifikan bahkan seringkali menyebabkan puso. Sekalipun mudah, jika kita menguasai teknik
menanam padi dengan baik niscaya akan meningkatkan produktivitas pertanaman. Berikut ini
akan dibahas mengenai bagaimana cara menanam padi sawah beserta cara pengendalian hama
dan penyakit pengganggu tanaman.

BAGAIMANA CARA MENANAM PADI YANG BAIK?


Dalam budidaya ini, perlu diperhatikan faktor-faktor penentu keberhasilan, diantaranya syarat
tumbuh, pH tanah, bibit tanaman, serta cara mengendalikan hama dan penyakit tanaman padi.
Pemahaman mengenai hal-hal tersebut membantu para petani dalam melakukan proses budidaya
padi, khususnya padi sawah.

SYARAT TUMBUH
Lokasi budidaya dan syarat tumbuh tanaman perlu diketahui untuk menentukan varietas maupun
pengendalian hama dan penyakit. Tanaman padi sawah memerlukan curah hujan antara 200
mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun, ketinggian tempat optimal 0-1500 mdpl dengan suhu
optimal sekitar 23°C. Budidaya padi sawah dapat dilakukan di segala musim. Intensitas sinar
matahari penuh tanpa naungan. Air sangat dibutuhkan oleh tanaman padi. Saat musim kemarau,
air harus tersedia untuk meningkatkan produksi. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman
padi adalah tanah mengandung pasir, debu, maupun lempung.

PELAKSANAAN BUDIDAYA PADI SAWAH

Pengukuran pH Tanah

Meskipun tanaman padi dapat tumbuh baik pada pH rendah, pengukuran pH sebaik tetap harus
dilakukan agar penyerapan akar akan unsur hara dalam tanah berjalan dengan baik. Tanah
dengan pH mendekati netral atau bahkan netral (nilai 7) untuk pertumbuhan tanaman padi
memungkinkan hasil panen signifikan. Untuk itu pengukuran pH tanah diperlukan agar tingkat
keasaman tanah di lahan masing-masing dapat diketahui.

Persiapan Lahan

Persiapan lahan dalam budidaya tanaman padi sawah meliputi pembersihan jerami atau sisa
tanaman lain, pencangkulan pematang sawah untuk memperbaiki pematang-pematang rusak,
pemberian kapur pertanian disesuaikan dengan pH tanah, Pemupukan dasar menggunakan pupuk
kandang sebanyak 4 ton/ha (pupuk kandang harus sudah matang/difermentasi), pembajakan serta
penggaruan tanah. Saat melakukan penggaruan sebaiknya saluran pembuangan air ditutup, agar
pupuk yang sudah diberikan tidak hanyut terbawa oleh air.

Persiapan Bibit Padi dan Penanaman

Membuat persemaian merupakan langkah awal dalam budidaya. Pembuatan persemaian


memerlukan persiapan sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian akan menentukan
pertumbuhan tanaman, oleh karena itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar
harapan untuk mendapatkan bibit padi sehat sekaligus subur dapat tercapai. Hal yang perlu
diperhatikan adalah penggunaan benih padi unggul bersertifikat, dengan kebutuhan benih 25-30
kg/ha. Lokasi persemaian diusahakan pada tanah subur dengan intensitas cahaya matahari
sempurna. Buat bedengan berukuran lebar 1 m, panjang 4 m, tinggi 20-30 cm. Pada lahan seluas
1 hektar dibutuhkan 4 bedengan. Untuk menghindari serangan hama tikus, sebaiknya tempat
persemaian dikelilingi pagar plastik. Berikan pupuk NPK sebanyak 1 kg untuk 4 bedengan.
Benih padi yang telah direndam selama 1 malam siap ditebar.
Bibit padi siap pindah tanam saat berumur 18 hari. Sebelum ditanam, rendam bibit yang telah
dicabut dalam larutan insektisida berbahan aktif karbofuran selama 2 jam dengan konsentrasi 1
gr/liter air. Daun bibit dibiarkan utuh, tidak dipotong seperti kebiasaan petani. Saat melakukan
penanaman, lahan dalam kondisi macak-macak, tidak perlu tergenang air. Penanaman padi
dilakukan dengan jumlah satu tanaman per titik tanam, menggunakan sistem jajar legowo 2-1,
jarak 15 x 25 cm, lebar barisan legowo 50 cm. Keuntungan cara menanam padi sawah
menggunakan sistem ini adalah memberikan ruang cukup untuk pengaturan air, mengoptimalkan
cahaya matahari, pengendalian hama dan penyakit juga lebih mudah, serta pemupukan lebih
berdaya guna.

PEMELIHARAAN TANAMAN PADI SAWAH


Penyulaman

Penyulaman dilakukan sampai tanaman berumur 2 minggu. Penyulaman jangan terlalu tua
karena mengakibatkan pertumbuhan tanaman padi nantinya menjadi tidak seragam, sehingga
pemanenan kurang serempak.

Sanitasi Lahan dan Pengairan

Sanitasi lahan pada budidaya meliputi : penyiangan (pengendalian rumput/gulma), pencabutan


tanaman padi terserang hama dan penyakit. Penyiangan dalam budidaya ini dilakukan sebanyak
2 kali, yaitu sebelum pemupukan kedua dan ketiga dengan cara mencabut gulma atau
menggunakan alat gosrok/landak. Bila pertumbuhan gulma cukup cepat, maka penyiangan bisa
dilakukan hingga 3 kali.
Hal utama yang perlu diperhatikan dalam pengairan adalah pengaturan air agar tetap dalam
kondisi macak-macak. Tinggi air tidak lebih dari 1 cm. Pengaturan air terus dilakukan sampai 10
hari menjelang panen.

Pemupukan Susulan
Melakukan pemupukan susulan selama budidaya merupakan salah satu hal yang perlu mendapat
perhatian serius, karena nutrisi tanaman padi harus tetap tersedia sepanjang masa untuk
menghasilkan produksi optimal. Pupuk susulan dapat diberikan melalui daun maupun akar
tanaman. Pupuk akar diberikan sebanyak 3 kali. Pemupukan pertama diberikan saat tanaman
padi berumur 7 HST sebanyak 150 kg/ha NPK (15-15-15), dan 50 kg/ha pupuk urea. Pemupukan
kedua dilakukan saat tanaman padi berumur 20 HST, menggunakan urea sebanyak 50 kg/ha,
NPK 15-15-15 150 kg/ha. Selanjutnya, pemupukan ketiga dilakukan saat tanaman berumur 35
HST menggunakan NPK 250 kg/ha.
Pupuk daun diberikan melalui penyemprotan, agar lebih hemat waktu maupun tenaga kerja,
pemberian pupuk daun dapat bersamaan saat melakukan pengendalian hama dan penyakit
tanaman. Saat tanaman padi berumur 14 hst, berikan pupuk daun nitrogen tinggi dengan
konsentrasi 2 gr/liter. Pupuk daun P dan K tinggi diberikan saat umur 30 dan 45 hst. Pemupukan
phospat dan kalium saat umur 30 hst menggunakan pupuk MKP (2 gr/liter), sedangkan saat
berumur 45 hst berikan 4 gr/liter.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN


PADI SAWAH
HAMA TANAMAN PADI

Orong-Orong

Hama ini berasal dari spesies Gryllotalpa orientalis Burmeister. Sebetulnya, hama orong-orong
jarang menjadi masalah serius dalam budidaya, tapi sering ditemukan di lahan pasang surut serta
biasanya hanya terdapat di sawah kering tidak digenangi. Penggenangan lahan menyebabkan
orong-orong pindah ke pematang. Stadia tanaman rentan terhadap serangan hama ini adalah fase
pembibitan sampai anakan. Benih di pembibitan juga dapat dimakannya. Oorong-orong merusak
akar muda dengan cara memotong tanaman padi di pangkal batang yang berada di bawah tanah.
Gejala kerusakan demikian terkadang sering dikira petani disebabkan oleh penggerek batang
(sundep). Tanaman padi muda yang diserangnya mati sehingga terlihat adanya spot-spot kosong
di sawah.
Pengendalian hama orong-orong untuk budidaya ini dilakukan dengan penggenangan sawah 3-4
hari untuk membunuh telur orong-orong di tanah. Penggunaan umpan sekam dicampur
insektisida berbahan aktif metomil, jika diperlukan bisa mengaplikasikan insektisida berbahan
aktif fipronil atau karbofuran. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.

Ulat Grayak

Ulat grayak yang menyerang selama budidaya adalah Spodoptera litura. Ulat menyerang daun
tanaman padi secara bergerombol dalam jumlah sangat banyak, serangannya dilakukan di malam
hari dengan cara memakan daun tanaman padi. Gejala serangan daun berupa bercak-bercak putih
berlubang, bahkan hanya meninggalkan tulang daun. Larva hama ulat grayak menyerang
tanaman padi sejak di persemaian sampai fase pengisian. Serangan parah terjadi saat musim
kemarau maupun ketika tanaman padi kekurangan air.
Pengendalian hama ulat grayak adalah dengan penyemprotan insektisida dengan bahan aktif
deltametrin, sipermetrin, sipermetrin, klorpirifos, sipermetrin, kartophidroklorida, metomil, atau
dimehipo. Konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

Penggerek Batang

Hama penggerek batang yang menyerang selama proses budidaya di Indonesia terdiri dari
beberapa spesies, diantaranya:
1. Scirpophaga incertulas
2. Scirpophaga innotata
3. Chilo suppressalis
4. Chilo polychrysus Meyrick
5. Chilo auricilius Dudgeon
6. Sesamia inferens
7. Tryporiza innota
8. Tryporiza incertulas

Serangan fase vegetatif tidak terlalu mempengaruhi hasil panen karena tanaman padi masih dapat
mengkompensasi dengan membentuk anakan baru. Gejala serangan berupa daun tengah atau
pucuk tanaman mati karena titik tumbuh dimakan larva penggerek batang. Pucuk tanaman padi
yang mati akan berwarna coklat serta mudah dicabut (gejala ini biasa disebut Sundep).
Serangan penggerek batang fase generatif ditandai adanya larva penggerek batang memakan
pangkal batang tanaman padi tempat malai berada. Malai akan mati, berwarna abu-abu, serta
bulirnya kosong/hampa. Malai mudah dicabut, bagian pangkal batang terdapat bekas gerekan
larva hama penggerek batang (gejala ini biasa disebut Beluk).
Pengendalian kimiawi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan aplikasi insektisida berbahan
aktif fipronil, monosultap, bisultap, bensultap, dimehipo, karbosulfan, karbofuran atau amitraz.
Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.

Hama Putih

Hama putih yang menyerang tanaman padi berasal dari spesies Nymphula depunctalis. Hama
putih menyerang tanaman padi mulai fase vegetatif di persemaian sampai tanaman padi berumur
kurang lebih satu bulan. Hama putih akan memakan jaringan permukaan bawah daun sehingga
tampak garis-garis memanjang berwarna putih. Tanda adanya serangan hama ditandai adanya
larva kecil maupun ngengat (larva ini menyelesaikan hidupnya selama 35 hari).
Stadia hama putih yang merusak adalah stadia larva. Serangan daun ditandai daun terpotong
seperti digunting. Daun terpotong tersebut dibuat menyerupai tabung (tabung digunakan larva
untuk membungkus dirinya, terbungkus oleh benang-benang sutranya).
Pengendalian kimiawi hama putih selama budidaya dapat dilakukan dengan penyemprotan
insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, karbosulfan, atau dimehipo.
Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
Hama Putih Palsu

Hama ini berasal dari spesies Chanaphalocrosis medinalis. Hama putih palsu menyerang bagian
daun tanaman padi, larva akan memakan jaringan hijau daun dari dalam lipatan daun, permukaan
bawah daun berwarna putih. Ngengat berwarna kuning coklat, bagian sayap depannya ada tanda
pita hitam sebanyak tiga buah yang garisnya lengkap atau terputus. Saat diam, ngengat berbentuk
segitiga.
Pengendalian hama putih palsu untuk budidaya padi tidak diperkenankan melakukan
penyemprotan insektisida sebelum tanaman padi berumur 30 hst atau 40 hari setelah sebar benih.
Tanaman padi yang terserang pada fase ini, dapat pulih apabila air maupun pupuk dikelola
dengan baik. Selain itu dapat juga mencegahnya melalui penggenangan lahan secara terus
menerus, atau dapat juga melakukan pengeringan sawah selama beberapa hari untuk membunuh
larvanya. Jika tanaman padi telah berumur lebih dari 30 hst namun serangan tidak terkendali,
bisa disemprot menggunakan insektisida berbahan aktif indoksakarb, bensultap, BPMC, MIPC,
tiakloprid, fipronil, atau karbofuran. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.

Wereng Coklat

Nilaparvata lugens Stal adalah jenis hama wereng yang menyerang tanaman padi. Wereng coklat
merupakan hama dari golongan insekta tergolong sangat merugikan pertanaman padi di
Indonesia. Akibat serangan hama ini menyebabkan tanaman padi mati kering, tampak seperti
terbakar, serta dapat menularkan beberapa jenis penyakit. Pemupukan kandungan N tinggi tanpa
diimbangi P,K tinggi serta penanaman dengan jarak tanam rapat sangat rentan terserang wereng
coklat. Hama wereng coklat menyerang tanaman padi mulai dari pembibitan hingga fase masak
susu. Gejala serangan ditandai terdapatnya imago, menghisap cairan tanaman di pangkal batang,
kemudian tanaman padi menguning, akhirnya mengering.
Pengendalian hama wereng coklat diantaranya melakukan pengaturan jarak tanam, menanam
varietas tahan wereng (bisa meminta informasi ke dinas pertanian terdekat), penggunaan lampu
perangkap, serta memanfaatkan musuh alami (contoh : laba-laba Ophione nigrofasciata,
Paederus fuscifes, Coccinella, kepik Cyrtorhinus lividipennis). Apabila serangan di luar ambang
kendali, aplikasikan insektisida berbahan aktif imidakloprid, bensultap, BPMC, betasiflutrin,
buprofezin, dimehipo, tiametoksam, atau karbofuran. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di
kemasannya.

Wereng Hijau

Hama pengganggu tanaman padi jenis ini adalah Nephotettix virescens. Hama wereng hijau
merupakan hama penyebar (vektor) virus tungro penyebab penyakit tungro. Fase persemaian
sampai pembentukan anakan maksimum merupakan fase paling rentan serangan wereng hijau.
Gejala kerusakan ditandai tanaman kerdil, anakan berkurang, daun berubah menjadi kuning
sampai kuning oranye. Pengendalian hama wereng hijau selama budidaya ini sama seperti
pengendalian hama wereng coklat.

Walang Sangit
Spesies walang sangit yang menyerang tanaman padi adalah Leptcorisa oratorius. Hama Walang
sangit adalah hama tanaman padi setelah berbunga, menghisap cairan bulir padi bahkan
mengakibatkan bulir menjadi hampa atau pengisiannya tidak sempurna, berubah warna serta
mengapur. Fase tanaman padi mulai keluar malai sampai masak susu merupakan fase paling
rentan. Walang sangit selain menurunkan produksi juga menurunkan kualitas gabah. Hama ini
menyebabkan meningkatnya Grain dis-coloration.
Pengendalian kimiawi selama budidaya ini dapat dilakukan dengan mengaplikasikan insektisida
berbahan aktif alfametrin, bensultap, BPMC, MIPC, tiakloprid, fipronil, atau betasiflutrin.
Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.

Keong Mas

Biasanya keong mas banyak dijumpai di areal persawahan, mereka merupakan hama
pengganggu tanaman padi. Hama ini merusak tanaman padi dengan cara memarut jaringan
tanaman lalu memakannya, menyebabkan adanya bibit hilang per tanaman. Keong mas
menyenangi tempat-tempat genangan air. Pomacea canaliculata adalah spesies yang menyerang
selama proses budidaya.
Pengendalian yang dapat dilakukan diantarnya dengan melakukan pengamatan di lapangan,
waktu kritis untuk mengendalikan serangan hama keong mas adalah saat tanaman berumur 10
hst atau 21 hari setelah sebar benih (benih basah). Jika di sawah ditemukan telur berwarna merah
muda maupun keong mas dengan berbagai ukuran maupun warna, perlu dilakukan pengaturan
air. Ketika tanaman padi berumur 15 hst, perlu dilakukan pengeringan kemudian digenangi lagi
secara bergantian (flash flood=intermitten irrigation). Bila petani menanam menggunakan sistem
tabela (tanam benih secara langsung), selama 21 hari setelah sebar benih sawah perlu
dikeringkan kemudian digenangi secara bergantian. Apabila serangan di luar ambang kendali
bisa mengaplikasikan moluskisida berbahan aktif niclosamida atau saponin. Dosis/konsentrasi
lihat saja petunjuk yang ada di kemasannya.

Hama Tikus Sawah

Hama tikus sawah penyebab kegagalan budidaya berasal dari spesies Rattus argentiventer Rob
Kloss. Tikus sawah merupakan hama utama budidaya padi dari golongan mamalia (binatang
menyusui). Pengendalian hama tikus memerlukan pendekatan sangat spesifik.
Tikus sawah menyebabkan kerusakan tanaman padi mulai dari persemaian hingga padi siap
dipanen, bahkan menyerang padi dalam gudang penyimpanan. Kerusakan akibat serangan hama
tikus bisa mengakibatkan puso dengan nilai kerugian jauh lebih tinggi dibanding serangan
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) lain.

Pengendalian Hama Tikus

Pengendalian hama tikus akan dijelaskan lebih lanjut, mengingat serangannya mampu
menggagalkan panen hingga 100% (puso). Berikut cara pengendalian hama tikus:

Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan bertujuan menjadikan lingkungan sawah menjadi tidak menguntungkan bagi
kehidupan maupun perkembangbiakan tikus. Kegiatan sanitasi dengan pembersihan gulma di
areal pertanaman mulai dari pematang sampai saluran irigasi, terutama pada tanggul tinggi
(bertujuan agar hama tikus tidak bersarang di tempat tersebut).

Kultur Teknis

Pengaturan pola tanam bertujuan membatasi perkembangbiakan tikus sawah, karena hama tikus
sawah hanya berkembangbiak saat tanaman padi pada fase generatif. Pengaturan pola tanam
dapat membatasi perkembangbiakan hama ini. Pengaturan jarak tanam lebih lebar dari biasanya,
seperti cara tanam legowo, bertujuan membuat lingkungan lebih terbuka sehingga kurang disukai
hama tikus.

Pengendalian Fisik

Tujuan pengendalian untuk mengubah faktor lingkungan fisik menjadi tidak sesuai untuk
kehidupan tikus sawah. Hama tikus mempunyai batas toleransi terhadap beberapa faktor fisik
seperti suhu, cahaya, air, maupun suara. Beberapa cara pengendalian dapat menggunakan alat
penyembur api (brender) yang disemprotkan ke sarang tikus, memompa air ke dalam sarang
tikus, mengusir hama tikus dengan suara ultrasonik, pemerangkapan (trapping), gropyokan
massal (community actions), sistem bubu perangkap linier (linier trap barrier system atau LTBS),
serta Sistem bubu perangkap (trap barrier system atau TBS). Informasi LTBS maupun TBS dapat
meminta menjelasan ke instansi pertanian terdekat.

Pemanfaatan Musuh Alami

Musuh alami berasal dari kelompok burung, mamalia maupun reptilia. Pemangsa dari kelompok
burung antara lain Tito alba javanica (burung hantu putih), Bubo ketupu (burung hantu cokelat)
dan Nyctitorac nyctitorac (burung kowak maling). Pemangsa dari kelompok mamalia antara lain
Verricula malaccensis (musang bulan atau rase), Herpestes javanicus (garangan), Felis catus
(kucing) atau Canis familiaris (anjing). Pemangsa dari kelompok reptilia antara lain Ptyas koros
(ular tikus), Naja naja (ular kobra), Trimeresurus hagleri (ular hijau), Phyton reticulatus (ular
sanca).
Pemangsa terbaik hama tikus sawah adalah burung hantu, karena burung hantu mempunyai laju
fisiologis besar sehingga mampu mengkonsumsi tikus dalam jumlah banyak. Pemangsa jenis
burung juga mempunyai kemampuan mencari mangsanya lebih baik dibandingkan jenis
pemangsa lain. Walaupun demikian, burung hantu memerlukan habitat yang sesuai seperti daerah
perkebunan, pegunungan atau perkampungan. Sedangkan di daerah sawah irigasi yang luas
bahkan terbuka, burung hantu kurang cocok berdomisili di daerah tersebut. Oleh karena itu,
sangat perlu menciptakan lingkungan kondusif untuk melindungi predator tikus. Tubuh hama
tikus terinfeksi berbagai jenis cacing, sehingga memberikan umpan tikus menggunakan patogen
seperti bakteri salmonella dapat dilakukan, tetapi umpan rodentisida tersebut juga
membahayakan kesehatan manusia.

Pengendalian Kimiawi

Rodentisida. Rodentisida di pasaran umumnya dalam bentuk siap pakai, atau mencampur
sendiri dengan bahan umpan. Rodentisida digolongkan menjadi racun akut maupun
antikoagulan. Racun akut dapat membunuh hama tikus langsung di tempat setelah makan umpan,
sehingga dapat menyebabkan hama menjadi jera. Sedangkan rodentisida antikoagulan akan
menyebabkan hama mati setelah lima hari memakan umpan (dosis cukup agar tidak
menyebabkan jera umpan). Namun demikian jenis rodentisida antikoagulan mempunyai efek
sekunder negatif terhadap predator tikus.
Fumigasi. Fumigasi merupakan teknik yang ditujukan langsung ke sarang tikus, teknik ini
merupakan teknik efektif membunuh hama tikus di dalam sarang.

Antifertilitas

Adalah cara pemandulan hama tikus baik tikus jantan maupun betina. Cara ini lebih efektif
karena hama tikus sawah berkembangbiak sangat cepat. Beberapa jenis bahan kimia untuk
pemandulan manusia juga dapat digunakan untuk memandulkan tikus sawah.

PENYAKIT TANAMAN PADI

Hawar Daun Bakteri

Hawar daun bakteri yang menyerang tanaman padi adalah bakteri Xanthomonas oryzae pv.
oryzae. Penyakit hawar daun bakteri (bacterial leaf blight = BLB) menyerang di semua musim,
baik musim kemarau maupun musim hujan serta di semua tempat baik pertanaman padi di
dataran rendah maupun dataran tinggi. Ketika musim hujan penyakit ini biasanya berkembang
lebih baik. Kerugian hasil akibat serangan penyakit hawar daun bakteri dapat mencapai 60%.
Pengendalian dilakukan dengan rotasi tanaman, pengaturan jarak tanam, penggunaan varietas
tahan serangan BLB, serta pemupukan berimbang. Pengendalian secara kimiawi dapat
menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik, bahan aktif yang bisa digunakan antara lain
streptomisin sulfat, oksitetrasiklin, asam oksolinik, atau kasugamisin hidroklorida.
Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.

Hawar Daun Jingga

Hawar daun jingga yang menyerang tanaman padi sawah disebabkan oleh cendawan
Pseudomonas sp. Penyakit hawar daun jingga (Bacterial Red Stripe/BRS) tersebar di hampir
seluruh Pulau Jawa-Sumatera, terutama di dataran rendah (<100 m dpl). Saat musim kemarau,
serangan terjadi pada fase generatif. Di Jalur Pantura Jawa Barat penyakit ini dijumpai merata di
kabupaten Karawang, Subang, Indramayu, Cirebon. Varietas tahan hawar daun jingga sampai
saat ini belum tersedia. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa perkembangan
penyakit HDJ sangat dipengaruhi oleh perlakuan selama proses budidaya seperti pemupukan,
jarak tanam, serta pengairan.
Pengendalian penyakit hawar daun jingga selama budidaya dilakukan dengan pemupukan
berimbang, jarak tanam lebar, serta pengeringan secara berkala. Pengendalian kimiawi
bakterisida dari golongan antibiotik, bahan aktif yang bisa digunakan antara lain streptomisin
sulfat, oksitetrasiklin, asam oksolinik, atau kasugamisin hidroklorida. Dosis/konsentrasi sesuai
petunjuk di kemasannya.

Hawar Pelepah
Serangan ini disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani kuhn. Penyakit hawar menyerang
tanaman padi baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Gejala penyakit dimulai dari bagian
pelepah dekat permukaan air, berupa bercak-bercak besar berbentuk jorong, tepi tidak teratur
berwarna coklat sedangkan bagian tengah berwarna putih pucat. Hawar pelepah muncul sejak
dikembangkan varietas padi beranakan banyak, didukung oleh pemberian pupuk kandungan
nitrogen tinggi secara berlebihan, serta cara tanam berjarak rapat. Kehilangan hasil produksi
akibat serangan penyakit hawar pelepah dapat mencapai 30%.
Cara pengendalian penyakit ini adalah dengan pengaturan jarak tanam, pemupukan berimbang,
serta aplikasi trichoderma. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif
simoksanil, propamokarb hidroklorida, asam fosfit, kasugamisin, atau dimetomorf dengan
dosis/konsentrasi sesuai petunjuk yang tertera di kemasan.

Penyakit Busuk Batang

Penyakit busuk batang yang menyerang tanaman padi sawah adalah candawan
Helminthosporium sigmoideum. Penyakit busuk batang merupakan salah satu penyakit utama
tanaman padi di Indonesia. Penyakit ini selalu ditemukan di setiap musim tanam mulai dari
kategori infeksi ringan sampai sedang. Saat musim hujan, lebih dari 60% tanaman padi di jalur
pantura Jawa Barat mengalami kerebahan akibat terinveksi cendawan H. Sigmoideum.
Kerebahan menyebabkan prosentase gabah hampa meningkat. Kehilangan hasil produksi akibat
serangan penyakit ini mencapai 25-30%. Busuk batang ditemukan lebih parah pada varietas padi
beranakan banyak, terutama ditanam di lokasi kahat kalium serta berdrainase jelek.
Cara pengendaliannya adalah dengan pengaturan jarak tanam, pemupukan berimbang,
pengapuran lahan untuk mencapai pH ideal, serta pengeringan sawah secara berkala.
Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif propamokarb hidroklorida,
simoksanil, difenokonazol, tebukonazol, atau dimetomorf dengan dosis/konsentrasi sesuai
petunjuk yang tertera di kemasan.

Penyakit Blas

Penyakit blas yang menyerang tanaman padi disebabkan oleh cendawan Pyricularia grisea. Blas
merupakan penyakit penting terutama padi gogo. Daerah endemik penyakit blas di Indonesia
diantaranya Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat, Sulawesi Tangah, Sulawesi
Tenggara, serta Jawa Barat bagian selatan (Sukabumi dan Garut). Akhir-akhir ini penyakit blas
khususnya blas leher menjadi tantangan serius karena banyak ditemukan di beberapa varietas di
Jalur Pantura Jawa Barat. Penyakit blas menginfeksi tanaman di semua stadium, disamping itu
juga menyebabkan tanaman puso. Saat tanaman memasuki fase vegetatif serangan biasanya
menginfeksi bagian daun, disebut blas daun (leaf blast). Sedangkan saat memasuki fase generatif
selain menginfeksi daun juga menginfeksi leher malai, disebut blas leher (neck blast).
Pemupukan tidak berimbang, terutama kandungan nitrogen tinggi disertai kondisi kekurangan air
sangat disenangi oleh penyakit ini. Artinya makin tinggi pupuk nitrogen keparahan penyakit akan
semakin tinggi.
Pengendalian penyakit blas selama budidaya antara lain dengan pengaturan jarak tanam,
penggunaan benih bebas infeksi patogen, pemupukan berimbang, pengapuran lahan untuk
mencapai pH ideal, serta pengeringan sawah secara berkala. Pengendalian kimiawi dengan
aplikasi fungisida berbahan aktif karbendazim, metil tiofanat, difenokonazol, mankozeb, atau
klorotalonil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasannya.

Bercak Daun Cercospora

Bercak daun cercospora selama budidaya disebabkan oleh cendawan Cercospora leaf spot.
Penyakit ini sering disebut bercak coklat sempit (narrow brown leaf spot), disebabkan oleh jamur
Cercospora oryzae Miyake. Bercak daun cercospora merupakan salah satu jenis penyakit
merugikan terutama budidaya untuk padi sawah tadah hujan yang kahat (kekurangan) kalium.
Penurunan hasil akibat serangan penyakit ini disebabkan oleh keringnya daun sebelum waktunya
serta keringnya pelepah daun (menyebabkan tanaman rebah). Gejala serangan ditandai adanya
bercak-bercak sempit memanjang pada daun, berwarna coklat kemerahan, sejajar dengan ibu
tulang daun, berukuran panjang kurang lebih 5 mm, lebar 1-1,5 mm. Saat tanaman padi
membentuk anakan, bercak ini semakin meningkat. Infeksi batang dan pelepah meyebabkan
batang maupun pelepah daun busuk sehingga tanaman menjadi rebah.
Cara pengendaliannya dengan pemberian pupuk NPK berimbang, pengaturan jarak tanam, serta
melakukan pengapuran lahan untuk meningkatkan pH tanah. Pengendalian kimiawi
menggunakan fungisida berbahan aktif karbendazim, metil tiofanat, difenokonazol, mankozeb,
atau klorotalonil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasannya.

Bercak Daun Coklat

Penyakit daun coklat yang menyerang tanaman padi adalah cendawan Helminthosporium oryzae.
Gajala serangan ditandai bercak coklat pada daun berbentuk oval merata di permukaan daun
dengan titik tengah berwarna abu-abu atau putih. Titik abu-abu di tengah bercak merupakan
gejala khas penyakit bercak daun coklat di lapangan. Bercak masih muda berwarna coklat gelap
atau keunguan berbentuk bulat. Serangan berat menyebabkan jamur menginfeksi gabah,
gejalanya bercak berwarna hitam atau coklat gelap).
Cara mengendaliak penyakit bercak daun coklat selama budidaya diantaranya dengan pemberian
pupuk NPK berimbang, pengaturan jarak tanam, serta pengapuran lahan untuk meningkatkan pH
tanah. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif azoxistrobin, belerang,
difenokonazol, tebukonazol, karbendazim, metil tiofanat, atau klorotalonil. Dosis/konsentrasi
sesuai petunjuk pada kemasannya.

Penyakit Tungro

Penyakit tungro pada tanaman padi adalah virus batang tungro padi (rice tungro bacilliform
virus, RTBV) maupun virus bulat tungro padi (rice tungro spherical virus, RTSV). Penyakit
tungro merupakan penyakit padi yang kompleks, kedua virus ditularkan secara semipersisten
oleh beberapa spesies hama wereng hijau maupun hama wereng daun lainnya. Infeksi virus
tungro menyebabkan tanaman kerdil, daun muda berwarna kuning dari ujung daun, daun kuning
nampak sedikit melintir serta jumlah anakan lebih sedikit dari tanaman sehat. Secara umum
hamparan tanaman padi terlihat berwarna kuning disertai tinggi tanaman tidak merata, serta
terlihat spot-spot tanaman kerdil.
Virus tugro dapat dikendalikan dengan cara mengendalikan serangga vektor penular virus,
terutama pengendalian hama wereng hijau. Aplikasi insektisida untuk mematikan secara cepat
hama wereng hijau agar efisien dengan memperhatikan dampak pestisida terhadap lingkungan,
sebaiknya dilakukan berdasarkan hasil pengamatan tentang kondisi ancaman tungro.

Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit

Lakukan penyemprotan pestisida secara berseling atau ganti bahan aktif (bahan aktif seperti yang
telah disebutkan di atas) setiap kali melakukan penyemprotan, hindari penggunaan bahan aktif
yang sama secara berturut-turut agar tidak hama dan penyakit tidak resisten (kebal).

PANEN
Buah padi dapat dipanen saat 95% malai menguning. Ketepatan waktu panen sangat
mempengaruhi kualitas bulir padi maupun kualitas beras. Panen terlalu cepat menyebabkan
prosentase butir hijau tinggi, berakibat sebagian biji tidak terisi atau rusak saat digiling.
Sedangkan pemanenan terlambat menyebabkan hasil berkurang karena butir mudah lepas dari
malai serta beras pecah saat digiling.
Perontokan padi dilakukan segera setelah tanaman padi dipotong menggunakan sabit, agar
kualitas gabah maupun beras giling tinggi. Perontokan lebih dari 2 hari menyebabkan kerusakan
beras. Selain itu beras menjadi kurang bersih.

Anda mungkin juga menyukai