Anda di halaman 1dari 8

ASOSIASI BURUNG JULANG SULAWESI (Rhyticeros cassidix) DENGAN

POHON EBONI (Diospyros celebica Bakh) DI CAGAR ALAM PANGI


BINANGGA DESA PANGI KABUPATEN PARIGI MOUTONG

Herianto Mangi1, Sri Ningsih M2, Moh. Ihsan2.


Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno-Hatta Km. 9 Palu, Sulawesi Tengah 94118
1
Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
2
Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako

Abstract

Julang Sulawesi birds (Rhyticeros cassidix) and ebony tree (Diospyros celebica Bakh) are
protected sulawesi endemic species and the both species be found in the Pangi Binangga Nature
Reserve. Julang sulawesi bird is a fruit-eating birds species including ebony fruit. The purpose
of this research is to determine the association of julang sulawesi birds (Rhyticeros cassidix)
with ebony tree (Diospyros celebica Bakh) in the area of Pangi Binangga Nature Reserve,
Moutong Parigi District. This research was conducted in three months starting from May to July
2013. This research uses the transect method that is make make 20x20 meter plots for 20 plots
and placed parallel along side the 500-meter transect. The research was conducted at the time
where ebony trees are not in fruiting season, there is interaction in which the julang sulawesi
birds utilize ebony tree as a resting place on the analysis using of chi-square X2 however it was
found that julang sulawesi birds (Rhyticeros cassidix) and ebony tree (Diospyros celebica Bakh)
are not associated.

Keywords : Association, julang sulawesi bird (Rhyticeros cassidix), trees ebony (Diospyros
celebica Bakh)

PENDAHULUAN Di Indonesia dijumpai 1.539 jenis burung


atau 17% dari jumlah seluruh jenis burung
Latar belakang di dunia yang berjumlah 9.052 jenis dan
Burung atau aves adalah anggota ke- 381 jenis atau 4% merupakan jenis
lompok hewan bertulang belakang (verte- endemik yang secara alami hanya dijumpai
brata) yang memiliki bulu dan sayap di Indonesia (Sudjatnika, 1995) dalam
(Kuswanda, 2010). Menurut klub burung (Supriyadi, 2009).
Indonesia (2011) dalam (Dharmastuti, Sebagai salah satu komponen
2011) Indonesia merupakan salah satu lingkungan, burung dapat dimanfaatkan
negara Mega Bird Diversity yang memiliki langsung atau tidak langsung sebagai
keanekaragaman jenis burung yang luar bioindikator lingkungan. Beberapa peneliti
biasa. Indonesia memiliki luas daratan Hardy et al., (1987), Peakall dan Boyd,
sekitar 1,3% dari keseluruhan luas (1987), dan Rutschke, (1987) dalam
permukaan bumi dianugerahi dengan Soendjoto, (2003) menyimpulkan bahwa
keanekaragaman sumber daya hayati yang burung dapat digunakan untuk mendeteksi
kaya, khususnya burung. Indonesia perubahan lingkungan serta dapat
menduduki peringkat empat negara-negara mencerminkan stabilitas habitat. Burung te-
yang kaya akan jenis burung dan lah memberikan banyak manfaat dalam
menduduki peringkat pertama di dunia kehidupan manusia, baik sebagai sumber
berdasarkan jumlah jenis burung endemik. protein, peliharaan, perlombaan, maupun

1
olahraga berburu. Namun, ancaman Kayu eboni salah satu aset
perburuan liar yang terus meningkat keanekaragaman yang sangat penting baik
menyebabkan beragam jenis burung harus bagi lingkungan, karena sebagai flora
dilindungi karena populasinya sudah dalam endemik, maupun sebagai penggerak
kondisi hampir terancam punah (near pembangunan ekonomi wilayah dan
threatened) sampai terancam punah sumber pendapatan masyarakat. Kini
(endangered), seperti jenis dari famili kondisinya sedang mengalami penyusutan
Bucerotidae (IUCN, 2004) dalam pada habitat aslinya, sehingga diperlukan
(Kuswanda, 2010). strategi perlindungan dari ancaman
Rangkong (Famili Bucerotidae) kepunahannya.
merupakan jenis burung pemakan buah, Pohon eboni di alam mengalami
khususnya buah ficus (Tsuju 1996, eksploitasi yang tidak terkendali, hingga
Kinnaird et al. 1998, Poonswad et al. menjurus pada penurunan populasinya
1998). Jenis-jenis buah yang dimakan oleh (Sutarno dkk., 1997). Eboni merupakan
rangkong dapat dikategorikan sebagai (i) salah satu jenis-jenis tanaman yang
buah kecil dalam jumlah banyak, termasuk dilindungi perundang-undangan Indonesia
jenis-jenis ficus, dan (ii) buah yang (Noerdjito dan Maryanto, 2001). Dalam
memiliki batu (stone seeds), yaitu jenis- upaya mencegah penurunan populasinya,
jenis non-ficus (Poonswad et al. 1998). telah pula dilakukan pelestarian eboni
Julang sulawesi (Rhyticeros cassidix) di secara ex situ (di luar habitat aslinya) dan in
Cagar Alam Tangkoko Batuangus situ (di dalam habitat aslinya) (Allo, 2001)
(Sulawesi Utara) tercatat mengkonsumsi dalam (Sumiasri, 2006).
lebih dari 50 spesies buah-buahan dari 11 Eboni merupakan kayu mewah yang
Famili (Kinnaird & O’Brien 1993, Suryadi tumbuh secara endemik di Sulawesi. Eboni
et al. 1994). Burung ini merupakan jenis di Indonesia terdiri dari 90-100 jenis pohon,
pemakan buah masak (ripe fruit specialist). tetapi yang menghasilkan kayu teras hanya
Pada musim berbiak sebanyak 69% dari terdiri dari beberapa jenis. Jenis pohon
pakannya merupakan buah Ficus (Kinnaird yang tergolong Diospyros hanya 7 jenis,
& O’Brien 1993). antara lain D. ebenum Koen., D. ferrea
Cagar Alam Pangi Binangga merupakan Bakh. D. lolin Bakh., D. pilosanthera
salah satu Kawasan Suaka Alam di Blanco. dan D. rumphii Bakh (Martawijaya
Sulawesi Tengah. Cagar Alam Pangi dan Kartasujana, 1977) dalam
Binangga ditunjuk berdasarkan Surat (Najmulmunir, 2003). Eboni yang memiliki
Keputusan Menteri Kehutanan dan arti perdagangan terdiri dari dua jenis yakni
Perkebunan No. 399/Kpts-2/1998 dengan D. celebica dan D. rumphii, namun yang
luas + 6.000 ha. Cagar Alam Pangi paling penting adalah D. celebica. Dalam
Binangga terletak di Wilayah Kabupaten perdagangan, kayu eboni diklasifikasikan
Parigi Moutong, Propinsi Sulawesi Tengah. dalam tiga kelompok nama, yaitu eboni
Cagar Alam Pangi Binangga memiliki hitam (black ebony), eboni hitam bergaris
keanekaragaman jenis flora dan fauna yang (streaked ebony) dan eboni putih (white
dilindungi, namun fungsi utama ditetapkan ebony). Ebony D. celebica dalam
Cagar Alam Pangi Binangga sebagai perdagangan digolongkan ke dalam eboni
kawasan konservasi ebon (BKSDA, 2010). hitam bergaris (Riswan, 2001) dalam
Eboni adalah kayu yang dihasilkan oleh (Najmulmunir, 2003).
pohon dari spesies Diospyros celebica Asosiasi adalah adanya saling
bakh. Di Indonesia kayu ini secara alami ketergantungan antara jenis dengan jenis
tersebar di Pulau Sulawesi utamanya Poso, yang lain. Baik hewan maupun tumbuhan
Donggala dan Parigi (Sulawesi Tengah), dari yang paling sederhana sampai yang
Gowa, Maros, Sidrap, Mamuju dan Luwu bertingkat tinggi (Simon, 1978) dalam
(Sulawesi Selatan), dan Gorontalo di (Olfa, 2012).
Sulawesi Utara (Budi Santoso, 1997) dalam Fenomena asosiasi atau interaksi yang
(Naharuddin, 2005). juga sering disebut dengan simbiosis
merupakan suatu hal yang alamiah terjadi

2
di alam, selain karena adanya saling Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi
ketergantungan antara spesies satu dengan Tengah.
lainnya juga sebagai bagian dari proses
keseimbangan ekosistem di alam (Tabba, METODE PENELITIAN
2011).
Menurut (Daubenmire, 1968; Mueller- Tempat dan waktu
Dombois dan Ellenberg, 1974; Barbour et Penelitian ini dilaksanakan selama tiga
al., 1999) dalam (Kurniawan A, 2008) bulan dimulai dari bulan Mei sampai bulan
Asosiasi adalah suatu tipe komunitas yang Juli 2013 di Kawasan Cagar Alam Pangi
khas, ditemukan dengan kondisi yang sama Binangga Desa Pangi Kabupaten Parigi
dan berulang di beberapa lokasi. Asosiasi Moutong pada titik koordinat S 00 44,682’
dicirikan dengan adanya komposisi floristik dan E 1200 03,651’ dan sekitarnya.
yang mirip, memiliki fisiognomi yang
seragam dan sebarannya memiliki habitat Bahan dan alat
yang khas.
Alat yang digunakan dalam penelitian
Rumusan Masalah ini sebagai berikut:
1. Jam tangan untuk mengetahui waktu
Kawasan Cagar Alam Pangi Binangga pengamatan.
memiliki fungsi sebagai pemanfaatan 2. GPS (Global positioning system)
potensi alam untuk perlindungan burung digunakan untuk menandai titik
dan tumbuh-tumbuhan. Julang sulawesi koordinat.
adalah salah satu jenis burung yang 3. Kamera, digunakan sebagai alat untuk
dilindungi yang terdapat di Kawasan Cagar mendokumentasikan kegiatan penelitian
Alam Pangi Binangga. selama di lapangan.
Pohon eboni merupakan salah satu jenis 4. Alat tulis menulis (polpen/pensil dan
tumbuhan endemik sulawesi yang buku), digunakan sebagai alat untuk
dilindungi yang ada di Cagar Alam Pangi mencatat hal-hal yang dianggap penting
Binangga. Buah eboni merupakan salah dalam proses penelitian.
satu buah yang dikonsumsi bagi burung 5. Tally sheet berfungsi untuk mencatat
julang sulawesi. Selain buah eboni, jenis data-data yang diperoleh.
buah-buahan lainnya juga dikonsumsi oleh 6. Tali rafia digunakan untuk menandai
burung julang sulawesi seperti buah petak pengamatan.
beringin, pala hutan, dan kenari-kenarian. Sedangkan bahan yang digunakan dalam
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian penelitian ini yaitu burung julang sulawesi
ini bagaimana asosiasi burung julang dengan pohon eboni sebagai objek
sulawesi (Rhyticeros cassidix) dengan penelitian.
pohon eboni (Diospyros celebica Bakh) ?.
Metode penelitian
Tujuan dan Kegunaan
Metode pengumpulan data pada
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk penelitian ini meliputi pengumpulan data
mengetahui asosiasi burung julang sulawesi primer dan data sekunder. Data primer
(Rhyticeros cassidix) dengan pohon eboni diperoleh melalui observasi (pengamatan
(Diospyros celebica Bakh) di dalam langsung di lapangan) yang dilakukan
Kawasan Cagar Alam Pangi Binangga Desa dengan maksud untuk mengadakan
Pangi Kabupaten Parigi Moutong. pengamatan di lapangan sedangkan data
Kegunaan dari penelitian ini agar dapat sekunder diperoleh dari kantor dan intansi
dijadikan sebagai bahan informasi terkait dan laporan-laporan penelitian
mengenai asosiasi burung julang sulawesi terdahulu.
(Rhyticeros cassidix) dengan pohon eboni Teknik Pengumpulan Data
(Diospyros celebica Bakh) di Kawasan Metode penelitian yang digunakan yaitu
Cagar Alam Pangi Binangga Desa Pangi dengan membuat petak 20mx20m sebanyak

3
20 petak dan ditempatkan pada kiri dan
kanan jalur transek sepanjang 500 meter.
Pada penelitian ini digunakan sebanyak dua
jalur transek. Adapun prosedur pelaksanaan
penelitian di lapangan yaitu : Tabel 1. Kontigensi 2x2
Jenis a
a. Pengamatan awal atau observasi Jenis b + -
dilakukan dengan tujuan untuk
+ a b a+b
menentukan jalur pengamatan dan
memperkirakan batas-batas jalur - c d c+d
pengamatan.
b. Pengamatan dilakukan pada masa aktif a+c b+d N=a+b+c+d
burung yakni pada pagi hari dilakukan
pada pukul 05.30-09.00 WITA. Keterangan:
Bentuk transek jalur pengamatan julang a: Jumlah plot pengamatan yang
sulawesi dapat dilihat pada gambar 1: mengandung spesies A dan spesies B
b: Jumlah plot pengamatan yang
Gambar 1. Sketsa Pengamatan Jalur mengandung spesies A
Transek. c: Jumlah pengamatan yang mengandung
spesies B
d: Jumlah plot pengamatan yang tidak
mengandung spesies A dan spesies B
N: Jumlah plot pengamatan.

Untuk mengetahui besarnya tingkat


asosiasi dari dua jenis yang saling
berinteraksi dapat bersifat positif atau
negatif, dimana nilai positif menunjukkan
Keterangan: terdapatnya hubungan yang bersifat
mutualistik (saling menguntungkan)
:Plot pengamatan 20m x 20m sedangkan nilai negatif adalah sebaliknya.
Asosiasi antara dua jenis yang saling
:Jalur pengamatan sepanjang 500 m berinteraksi dapat diketahui dari formula
sebagai berikut :
:Jarak antar plot 50 m Untuk n < 30

:Jarak antar jalur transek 20 m X2 = (ad - bc)2 n


(a+b) (c+d) (a+c) (b+d)
Analisis Data
Keterangan :
Asosiasi Antar Dua Jenis a: Jumlah plot pengamatan yang
Kehadiran tiap spesies dicatat dalam mengandung jenis A dan B
jumlah plot yang dibuat dan data yang ada b: Jumlah plot pengamatan yang
dimasukkan ke dalam tabel kontigensi 2x2. mengandung jenis B
Hasil diuji kebenarannya dengan c: Jumlah plot pengamatan yang
menggunakan tabel X2. mengandung jenis A
Untuk mengetahui hubungan antara d: Jumlah plot pengamatan yang tidak
jenis digunakan analisis asosiasi yang mengandung jenis A dan B
dihitung berdasarkan rumus yang n: Jumlah plot pengamatan.
ditemukan oleh Goodall (1953) dalam
Muller Dombois dan Ellenberg (1973) Untuk mengetahui ada tidaknya asosiasi
dalam (Lambere, 2010), yang dijabarkan antara dua jenis dilakukan perbandingan
sebagai berikut: antara chi-square hitung {x2 hitung}
dengan x2 tabel pada derajat bebas = 1

4
Keputusannya : Dalam plot pengamatan yang tidak
 bila x2 < x2 tabel 0,05% maka kedua dijumpai burung julang sulawesi dan
jenis yang diuji {tidak berasosiasi} pohon eboni adalah sebanyak 13 plot
 Bila x2 hitung > x2 0,05 {berasosiasi} pengamatan dari 20 plot pengamatan.
 X2 hitung > x2 tabel 0,01 {berasosiasi
erat sekali} Tabel 2. Hasil perhitungan Chi-Square
Chi-square = x2 tabel 0,05 = 3,841 (X2).
Nilai
X2 tabel 0,01 =6,635 N Nama
Asosiasi Sifat Asosiasi
Pada derajat bebas = 1 O Spesies
X2
1 Burung
HASIL DAN PEMBAHASAN Julang 2,696 Tidak
Asosiasi Dua Jenis 2 Sulawesi berasosiasi
Pohon Eboni
Burung umumnya aktif mencari makan
pada pagi hari dan sore hari, sementara
Untuk mengetahui ada tidaknya asosiasi
siang hari mengurangi aktivitasnya dengan
antara dua jenis dilakukan perbandingan
berteduh dan beristirahat pada pohon
antara Chi-Square hitung {X2 hitung}
sarang atau pohon tempat beristirahat.
dengan X2 tabel pada derajat bebas= 1.
Sesuai pengamatan di Cagar Alam Pangi
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara
Binangga bahwa burung julang sulawesi
spesies burung julang sulawesi (Rhyticeros
lebih aktif mencari makan pada pagi hari
cassidix) dengan pohon eboni (Diospyros
untuk itu penelitian ini dilaksanakan pada
celebica Bakh) menunjukkan adanya
pagi hari.
hubungan negatif atau tidak berasosiasi.
Berdasarkan hasil pengamatan yang
Adapun faktor yang menyebabkan tidak
dilakukan di Cagar Alam Pangi Binangga,
berasosiasinya julang sulawesi dengan
burung julang sulawesi ditemukan dalam
pohon eboni adalah karena pada saat
tiga plot pengamatan, dan pohon eboni
penelitian pohon eboni yang diamati belum
ditemukan dalam enam plot pengamatan.
musim berbuah. Seperti diketahui burung
Pada saat pengamatan dalam plot empat
julang sulawesi merupakan burung
dan 19 ditemukan masing-masing sepasang
pemakan buah, termasuk buah eboni.
burung julang sulawesi yang sedang
Walaupun tidak berasosiasi namun dari
beristirahat dan dalam plot 20 ditemukan
hasil pengamatan antara kedua jenis ini
sepasang burung julang sulawesi yang
tetap terjadi interaksi dimana burung julang
sedang makan. Sedangkan pada plot
sulawesi memanfaatkan pohon eboni
pengamatan yang terdapat pohon eboni
sebagai tempat beristirahat. Pada penelitian
adalah pada plot satu yang terdapat dua
ini burung julang sulawesi teramati
pohon eboni, plot empat ditemukan tiga
beristirahat di pohon eboni pada plot empat.
pohon eboni, plot enam terdapat lima
Pengamatan di lapangan dimulai dari
pohon, plot sembilan terdapat satu pohon
plot pertama dengan titik koordinat S 00
eboni, plot 13 terdapat dua pohon eboni dan
44,682’ dan E 1200 03,651’ dengan
pada plot 19 terdapat satu pohon eboni.
ketinggian 705mdpl, sampai pada plot
Hasil pengamatan di lapangan hanya ada
yang ke 20 dengan koordinat S 00 44,383’
dua plot pengamatan yang terdapat burung
dan E 1200 03,400’ dengan ketinggian
julang sulawesi dan pohon eboni dalam
992mdpl. Dalam pengamatan burung julang
satu plot yaitu pada plot empat dan pada
sulawesi ditemukan dalam tiga plot
plot 19 dari 20 plot pengamatan. Pada plot
pengamatan dari 20 plot pengamatan yaitu
20 dijumpai burung julang sulawesi dan
pada plot ke empat terdapat sepasang
tidak ada dijumpai pohon eboni, sedangkan
burung julang sulawesi dan terdapat juga
plot pengamatan yang tidak dijumpai
pohon eboni dengan tinggi 10-15 meter
burung julang dan terdapat pohon eboni
yang tepat pada titik koordinat S 00 44,366’
adalah sebanyak empat plot pengamatan
dan E 1200 03,746’ pada ketinggian
yaitu plot satu, enam, sembilan dan 13.

5
725mdpl dan pada plot 19 terdapat adalah pada plot pengamatan yang keenam,
sepasang burung julang sulawesi dan pohon dan plot lainnya terdapat satu sampai tiga
eboni dengan tinggi +14 meter pada titik pohon eboni, dalam plot pengamatan lebih
koordinat S 00 44,387’ dan E 1200 03,477’ banyak pohon eboni berada pada kondisi
pada ketinggian 948mdpl dan plot 20 di vegetasi yang relatif terbuka dan kurang
temukan sepasang burung julang sulawesi pohon besar di sekitarnya dibanding dalam
pada titik koordinat S 00 44,383’ dan E plot pengamatan yang tidak ada di temukan
1200 03,400’ pada ketinggian 992mdpl. pohon eboni, kondisi vegetasinya relatif
Dari tiga plot pengamatan yang terdapat lebih rapat.
burung julang sulawesi tidak ada satupun di Eboni adalah termasuk famili
temukan burung julang sulawesi yang Ebenaceae, merupakan tumbuhan endemik
sedang makan pada pohon eboni, di Pulau Sulawesi. Menurut (Wihermanto,
melainkan burung tersebut ditemukan 2003) dalam (Mayasari dkk, 2012) eboni
berada pada pohon lain, hal ini disebabkan dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah
karena penelitian ini laksanakan pada saat mulai dari tanah berkapur, tanah berpasir,
belum musim berbuah pohon eboni. tanah liat, dan tanah berbatu yang bersifat
Burung julang sulawesi adalah salah permeabel, pada ketinggian tempat tumbuh
satu burung endemik sulawesi yang 50-400mdpl namun dapat mencapai
terdapat di Cagar Alam Pangi Binangga 700mdpl dengan pertumbuhan yang kurang
populasinya mulai menurun sehingga pada baik. Dalam pengamatan di Cagar Alam
saat penelitian burung julang ditemukan Pangi Binangga pada ketinggian 705mdpl-
hanya tiga pasang atau enam ekor, yaitu 992 mdpl, pohon eboni paling banyak
terdapat dalam tiga plot pengamatan dari 20 ditemukan pada ketinggian 700-750mdpl,
plot pengamatan. Untuk mengetahui adanya dibanding pada ketinggian 750-992mdpl,
asosiasi antara burung julang sulawesi pertumbuhan eboni di Cagar Alam Pangi
dengan pohon dapat dilihat dalam Binangga mulai menurun sehingga dalam
kemunculan bersamaan dalam plot plot pengamatan hanya terdapat dalam
pengamatan namun kemunculan burung enam plot pengamatan.
julang sulawesi masih kurang atau hanya Pertumbuhan eboni bergerombol dan
dijumpai dalam tiga plot sedangkan menyebar, paling banyak ditemukan di
kemunculan antara burung julang sulawesi lapangan pertumbuhannya yaitu
dengan pohon eboni secara bersamaan bergerombol. Selain belum musim berbuah,
hanya dijumpai dalam dua plot pengamatan pohon eboni dan populasi burung julang
menyebabkan tidak adanya hubungan sudah menurun, dan pertumbuhan eboni
positif atau berasosiasi dengan pohon eboni pada Cagar Alam Pangi Binangga mulai
yang dihasilkan dalam perhitungan analisis menurun. Menurut Surmantoro (2002)
asosiasi dua jenis. dalam (Himmah., dkk, 2010) menyatakan
Burung julang sulawesi diketahui hidup bahwa kesadaran masyarakat masih rendah
berpasangan (Martarinza, 1992) atau dalam dalam bidang konservasi khususnya dalam
kelompok kecil (Watling, 1983). Pada saat kegiatan perlindungan sistem penyangga
penelitian, burung julang sulawesi tiba di kehidupan dan pengawetan
pohon dalam plot pengamatan secara keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa.
berpasangan. Melihat kecilnya persentase Hal ini berkaitan dengan tingkat
individu soliter, kelompok berjumlah 2 atau pendidikan, wawasan dan ekonomi dari
3 ekor, dapat diketahui bahwa pada saat masyarakat.
dilaksanakan pengamatan kemungkinan Menurunnya populasi burung julang
besar bukan musim berbuah, sehingga sulawesi dipengaruhi beberapa faktor yaitu
sedikit kemunculan dalam plot pengamatan. rusaknya habitat disebabkan oleh
Pohon eboni ditemukan dalam beberapa pengambilan kayu di areal kawasan untuk
plot pengamatan yaitu sebanyak enam plot bahan bangunan rumah dan perburuan
pengamatan dari 20 plot pengamatan yang biasanya dengan menembak untuk
dilakukan. Dari enam plot pengamatan mengambil kepalanya sebagai hiasan dan
yang paling banyak terdapat pohon eboni bulunya sebagai umpan memancing ikan di

6
laut sehingga hal ini juga merupakan salah
satu penyebab tidak ada hubungan positif
atau berasosiasi antara burung julang
sulawesi dan pohon eboni.
Menurut warga Desa Pangi, faktor yang UCAPAN TERIMA KASIH
menyebabkan kurangnya burung julang
sulawesi pada plot pengamatan, disebabkan Penulis menghargai dan mengucapkan
karena pohon yang berada dalam plot terima kasih kepada sahabat-sahabat saya
pengamatan belum musim berbuah, Stevenson, Reza A Ranuntu, Ones Simus,
termasuk pohon eboni. Akan tetapi jika yang telah membantu pengambilan data di
pada musim berbuah burung julang lapangan. Ucapan terima kasih yang sama
sulawesi akan mudah dijumpai. ditujukan pula kepada Yohanis Tangibali
Diduga asosiasi antara burung julang selaku orang tua saya yang selalu
sulawesi dengan pohon eboni bisa memberikan dukungan dan bantuan baik
berasosiasi bila pengamatan dilakukan pada moril dan materi.
saat musim berbuah pohon eboni karena
burung julang sulawesi pemakan buah dan DAFTAR PUSTAKA
bisa mendapatkan makanan dari pohon BKSDA. 2010. Cagar Alam Pangi
eboni dan burung julang sulawesi Binangga. Palu.
menyebarkan bijinya karena paling mampu Dharmastuti D. K,. 2011. Identifikasi dan
dalam menyebarkan biji buah karena daya Prevalensi Helminthiasis Saluran
jelajahnya yang tinggi sehingga ada anakan Pencernaan Burung Enggang (Aceros
baru untuk pohon eboni. undulatus) di Beberapa Lembaga
KESIMPULAN DAN SARAN Konservasi Ex-situ di Jawa Timur.
Artikel Ilmiah Fkultas Kedokteran
Kesimpulan Hewan Universitas Airlangga.
Himmah J, Utami S, Baskoro K. 2010.
Berdasarkan hasil penelitian yang Struktur dan Komposisi Vegetasi
dilakukan maka dapat diambil kesimpulan Habitat Julang Emas (Aceros
bahwa burung julang sulawesi (Rhyticeros undulatus) di Gunung Ungaran Jawa
cassidix) tidak saling berasosiasi dengan Tengah. Jurnal Sains dan Matematika
Pohon Eboni (Diospyros celebica Bakh) (JSM) ISSN 0854-0675 Volume 18 No
pada musim tidak berbuah pohon eboni. 3, Juli 2010. Artikel Penelitian: 104-
110.
Saran Kurniawan A.,Undaharta N.K.E.,Pendit
I.M.R. 2008. Asosiasi Jenis-Jenis
Perlu dilakukan upaya-upaya budidaya Pohon Dominan di Hutan Dataran
atau konservasi terhadap kelestarian pohon Rendah Cagar Alam Tangkoko Bitung
eboni (Diospyros celebica Bakh) untuk Sulawesi Utara. UPT Balai Konservasi
menjaga dari kepunahan dan beberapa areal Tumbuhan Kebun Raya ‘‘Eka Karya”
tertentu pada hutan dan sepanjang aliran Bali, Lembaga Ilmu Pengetahuan
sungai sebaiknya vegetasi yang ada perlu Indonesia (LIPI),Tabanan 82191.
untuk dipertahankan kondisi alaminya. Kuswanda w,. 2010. Pengaruh Komposisi
Di Areal Cagar Alam Pangi Binangga Tumbuhan Terhadap Populasi Burung
perlu dipertahankan jenis vegetasinya di Taman Nasional Batang Gadis,
karena sangat penting bagi hidup burung Sumatera Utara. Balai penelitian
khususnya burung julang sulawesi, dalam Kehutanan Aek Nauli. Jurnal
hal ini sebagai tempat hidup, mencari Penelitian Hutan Dan Konservasi
makan, berbiak dan berlindung. Alam Vol. VII No. 2: 193-203, 2010.
Untuk mengetahui ada tidaknya asosiasi Lambere A.A,. 2010. Asosiasi Jenis
burung julang sulawesi dengan pohon eboni Pohon Cendana (Santalum album
sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut Linn) di Taman Hutan Raya Poboya
pada musim berbuah pohon eboni.

7
Palu. Fakultas Kehutanan Universitas
Taduako. Palu. Tidak dipublikasikan.
Mardiastuti A., Salim L.O.R, dan Muliyani Sumiasri N, Setyowati N. 2006. Pengaruh
Y.A,. 2001. Perilaku Makan Beberapa Media pada Pertumbuhan
Rangkong Sulawesi Pada Dua Jenis Bibit Eboni (Diospyros celebica Bakh)
Ficus di Suaka Margasatwa Melalui Perbanyakan Biji. Pusat
Lambusango, Buton. Laboratorium Penelitian Bioteknologi, Lembaga
Ekologi Satwaliar. Jurusan Konservasi Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
Sumberdaya Hutan, Fakultas Cibinong-Bogor.
Kehutanan IPB, P.O Box 168, Bogor Soendjoto M.A, Gunawan. 2003.
16001. Keragaman Burung di Enam Tipe
Mayasari A, Kinho J, Suryawan A,. 2012. Habitat PT Inhutani I Labanan,
Asosiasi Eboni (Diospyros spp) Kalimantan Timur. B I O D I V ERS I
Dengan Jenis-Jenis Pohon Dominan TAS ISSN: 1411-4402 Volume 4,
di Cagar Alam Tangkoko Sulawesi Nomor 2, Juli 2003 Halaman: 103-111
Utara. Balai Penelitian Kehutanan Supriyadi B,. 2009. Populasi Burung
Manado Volume 2 No 1, Juni 2012. Julang Sulawesi (Rhyticeros cassidix)
Naharuddin. 2005. Analisis Exsperimental Di Areal Hutan Pendidikan UNTAD
Getaran Balok Kayu Eboni Dengan Desa Wanagading Kecamatan Bolano
Metode Fungsi Transfer. Jurnal Lambunu Kabupaten Parigi Moutong.
SMARTeK, Vol 3, No. 3, Agustus Skripsi Fakultas Kehutanan
2005 : 183-189. Universitas Tadulako. Palu. Tidak
Najmulmunir N,. 2003. Studi Status Eboni Dipublikasikan.
(Diospyros celebica Bakh) dan Tabba S, Arini D.I.D., Shabri S. 2011.
Strategi Perlindungannya. Ahli Asosiasi Kadalan (Phaenicophaeus
Ekonomi Sumberdaya Alam Dan calyorhynchus) dengan Monyet
Lingkungan Pada PSL UNISMA Primata Sulawesi. Balai Penelitian
Bekasi. Kehutanan Manado.
Olfa. 2012. Asosiasi Vegetasi Penyusun
Mangrove Pantai dan Muara di Desa
Sausu Peore Kecamatan Sausu
Kabupaten Parigi Moutong. Skripsi
Fakultas Kehutanan Universitas
Tadulako. Tidak Dipublikasikan.

Anda mungkin juga menyukai