Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

RETINOBLASTOMA (KANKER MATA)

A. Pengertian
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel
kerucut atau batang) atau sel glia yang bersifat ganas.

B. Etiologi
a. Kelainan kromosom
Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominant
protektif yang berada dalam pita kromosom. Bisa karena mutasi atau di turunkan.
Penyebabnya aadalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya
cenderung di turunkan. Karena bisa menyerang salah satu mata yang bersifat
somatic maupun kedua mata yang merupakan kelainan yang di turunkan secara
autosom dominant. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak ( melalui
saraf penglihatan / nervus obtikus).
b. faktor genetik
Gen cacat RB1 ddapat di waariskan dari orang tua pada beberapa anak ,
mutasi terjadi pada tahap awal perkembangan janin, tidak di ketahui apa yang apa
yang menyebabkan kelainan gen, melainkan paling mungkin yang menjadi
kesalahan acak selama proses copy yang terjadi ketika sel membelah

C. Patofisiologi
Retinoblastoma semula diperkirakan terjadi akibat mutasi suatu gen
dominan otosom, tetapi sekarang diduga bahwa suatu alel di satu lokus di
dalam pita kromosom dapat mengontrol tumor bentuk herediter dan non
herediter. Gen retinoblastoma normal, yang terdapat pada semua orang,
adalah suatu gen supresor atau anti-onkogen. Pada bentuk yang herediter,
individu memiliki satu alel yang terganggu di setiap sel tubuhnya, apabila alel
pasangannya di sel retina yang sedang tumbuh mengalami mutasi spontan,
terbentuklah tumor. Pada bentuk penyakit yang non-herediter, kedua alel gen
retinoblastoma normal di sel retina yang sedang tumbuh diinaktifkan oleh
mutasi spontan.

Retinoblastoma dapat tumbuh keluar (eksofitik) atau kedalam


(endofitik). Retinoblastoma endofitik kemudian meluas ke dalam korpus
vitreum. Kedua jenis secara bertahap akhirnya mengisi mata dan meluas
melalui saraf optikus ke otak dan sepanjang saraf dan pembuluh-pembuluh
emisari di sclera ke jaringan orbita lainnya. Secara mikroskopis, sebagian
besar retinoblastoma terdiri dari sel-sel kecil, tersusun rapat bundar atau
poligonal dengan inti besar berwarna gelap dan sedikit sitoplasma. Sel-sel ini
kadang-kadang membentuk “rosette Flexner – Wintersteiner” yang khas, yang
merupakan indikasi diferensiasi fotoreseptor. Kelainan-kelainan degeneratif
sering dijumpai, disertai oleh nekrosis dan kalsifikasi.

D. Manifestasi klinis
a. Tanda dini retinoblastoma mata merah, mata juling atau terdapat warna iris yang
tidak normal
b. bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola mata
c. bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat
d. tajam penglihatan sangat menurun
e. nyeri
pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca terlihat benjolan
berwarnah putih kekuning-kuningan dengan pembuluh darah di atasnya
E. Komplikasi
Adanya metaatase ke :
a. Lamina kribosa, saraf optik yang infiltrasi ke vaginal scheat sampai ke
subarachnoid dan intrakranial menjadi tumor otak.
b. Jaringan koroid (metastase melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh)
c. Pembuluh emisari/tumor menjalar ke posterior orbita.
10. Prognosa

F. Pengobatan
a.Penyinaran supervoltage
b.Penyinaran yang dikombinasikan dengan kemoterapi
c.Koagulasi ringan
d.Kemoterapi
e.Pembedahan.

G. Penatalaksanaan
1. Penyinaran supervoltage (membunnuh sisa-sisa tumor)
2. Penyinaran yang dikombinasikan dengan kemoterapi
3.Koagulasi ringan
4.Kemoterapi (metastase ke jaringan tubuh lainnya)
5.Pembedahan (enukleasi ialah bedah pengangkatan bola mata).
Setalh bola mata dikeluarkan, otot mata dijahit pada bola plastik yang
dimasukkan dalam rongga mata, dan alat penyesuai sementara dimasukkan untuk
mempertahankan bentuk alami rongga mata. Antara 2 dan 6 minggu setelah
operasi, prostesisi mata daapt dibuat untuk klien untuk dipasang. Eksentrasi
orbita ( eksistensi ke jaringan orbita) dengan mengangkat seluruh isi orbita
dengan jaringan periost).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENGLIHATAN (RETINOBLASTOMA)

1. Pengkajian Fokus

a. Identitas pasien dan identitas penanggung jawab

b. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak


sekitar perut. Tidak nafsu makan, mual, muntah dan diare. Badan panas
hanya 1 hari pertama sakit.

2) Riwayat kesehatan dahulu

Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal sebelumnya,


atau gejala-gejala tumor wilms.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada riwayat keluarga klien pernah mengidap kanker atau


tumor sebelumnya.

c. Pemeriksaan Fisik

Melakukan pemeriksaan TTV pada klien, melakukan pemeriksaan


secara head to toe yang harus diperhatikan adalah palpasi abdomen yang
cermat dan pengukuran tekanan darah pada klien. Tumor dapat
memproduksi rennin atau menyebabkan kompresi vaskuler sehingga
mengakibatkan hipertensi pada anak.
d. Pemeriksaan kebutuhan Fisik dan Psikososial

1. Pola Nutrisi dan Metabolik.

Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan
air,edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami
infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual,muntah,dan
anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat
karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.

2. Pola Eliminasi.

Eliminasi urine : gangguan pada glomerulus menyebabkan sisa-sisa


metabolisme tidak dapat di ekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan
natrium pada tubulus ginjal yang tidak mengalami gangguan yang
menyebabkan oliguri, anuria, proteinuria, dan hematuria.

3. Pola Aktivitas dan latihan.

Pada klien dengan kelemahan malaise,kelemahan otot dan kehilangan


tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan,klien perlu istirahat
karena adanya kelainan jantung dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu
dan mobilisasi duduk di mulai bila tekanan darah udah normal selama satu
minggu. Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi
dada,penggunaan otot bantu napas, teraba massa, auskultasi terdengar rales,
dispnea, ortopnea, dan pasien terlihat lemah ( kelebihan beban sirkulasi
sehingga menyebabkan pembesaran jantung ), anemia, dan hipertensi yang di
sebabkan oleh spasme pembuluh darah.

4. Pola Tidur dan Istirahat.

Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya
uremi, keletihan, kelemahan malaise, keemahan otot dan kehilangan tonus.
5. Pola Kognitif dan Perseptual.

Penigkatan ureum darah menyebabkan kuit bersisik kasar dan gatal-


gatal karena adanya uremia. Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila
terjadi ensefalopati hipertensi.

6. Persepsi Diri

Klien dan orang tuanya cemas dan takut karena adanya warna urine
yang berwarna merah, adanya edema, serta perawatan yang lama.

e. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto thoraks (Rontgen)

Merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya metastasis


ke paru-paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk pasien dengan
tumor Wilms bilateral atau termasuk horseshoe kidney.

2. Ultrasonografi

Merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat membedakan


tumor solid dengan tumor yang mengandung cairan. Dengan pemeriksaan
USG, tumor Wilms nampak sebagai tumor padat di daerah ginjal. USG
juga dapat digunakan sebagai pemandu pada biopsi. Pada potongan sagital
USG bagian ginjal yang terdapat tumor akan tampak mengalami
pembesaran, lebih predominan digambarkan sebagai massa hiperechoic dan
menampakkan area yang echotekstur heterogenus.

3. CT-Scan

Memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor Wilms.


Ini meliputi konfirmasi mengenai asal tumor intrarenal yang biasanya
menyingkirkan neuroblastoma; deteksi massa multipel; penentuan perluasan
tumor, termasuk keterlibatan pembuluh darah besar dan evaluasi dari ginjal
yang lain. CT scan memperlihatkan massa heterogenus di ginjal kiri
danmetastasis hepar multiple. CT scan dengan level yang lebih tinggi lagi
menunjukkan metastasishepar multipel dengan thrombus tumor di dalam
vena porta.

4. Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yangmenunjang


untuk tumor Wilms adalah kadar lactic dehydro genase (LDH) meninggi
dan Vinyl mandelic acid (VMA) dalam batas normal. Urinalisis juga dapat
menunjukkan bukti hematuria, LED meningkat, dan anemia dapat juga
terjadi, terlebih pada pasien dengan perdarahan subkapsuler. Pasien dengan
metastasis di hepar dapat menunjukkan abnormalitas pada analisa serum.

2. Rencana Diagnosa
1. Perubahan persepsi sensori melihat berhubungan dengan efek dari neoplasma
yang berasal dari neuroretina.
Tujuan : Klien dapat mengerti tentang penyakitnya dan dapat menggunakan
kekuatan panca indera keenam.
Kriteria :
- Klien mengerti dan mau menerima keberadaan penyakitnya.
- Klien dapat melakukan aktivitas yang diperlukan sehari-hari baik aktif maupun
pasif
- Klien mau berkerja sama dalam mengendalikan kondisi penyakitnya baik medis
dan perawatan
Rencana Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
Orientasikan klien pada lingkungannya Orientasi dapat memberikan ingatan
atau memori pad aotak sehingga bisa
membawa perasaanbpada tempatnya.
Berikan penjelasan tentang penyakitnya Pengetahuan dan pengalaman akan
menambah wawasan dan fungsi kerja
sama dalam tindakan.
Hindari pergerakan yang mendadak, Mencegah bertamabh parahnya lapisan
meng- saraf retina yang terlepas .
hentakkan kepala,menyisir,batuk,bersin,
muntah
Ajarkan klien dan stimulasi klien dalam Panca indera ke enam merupakan
menggunakan panca indera ke enam kepekaan dalam menggunakan feeling
dalam berbuat dan bertindak.
Jelaskan beberapa alternatif tindkan untuk Pem,bedahan, kemoterapi, merupakan
mengatasi masalah yang berhubungan salah satu dari beberapa tindakan
dengan penyakitnya seperti pembedahan.
Kemoterapi dan lainnya.

2. Ansietas yang berhubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan


Tujuan :
Kecemasan berkurang
Kriteria :
- Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
- Klien mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan/dilakukan.
- Klien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi, pasca operasi, prognosisnya
(bila dilakukan operasi).
Rencana Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat ansietas : Untuk mengetahui sampai sejauh mana
ringan,sedang,berat,panik tingkat kecemasan klien sehingga memu-
dahkan penanganan/pemberian askep se-
lanjutnya.
Berikan kenyaman dan ketentraman hati Agar klien tidak terlalu memikirkan
penyakitnya.
Berikan penjelasan mengenai prosedur Agar klien mengetahui/memahami bahwa
perawatan,perjalanan penyakit & progno- ia benar sakit dan perlu dirawat.
sisnya.
Berikan/tempatkan alat pemanggil yang Agar klien merasa aman dan terlindungi
mudah dijangkau oleh klien saat memerlukan bantuan.
Gali intervensi yang dapat menurunkan Untuk mengetahui cara mana yang
ansietas. efektif untuk menurunkan/mengurangi
ansietas.
Berikan aktivitas yang dapat menurunkan Agar klien dengan senang hati
kecemasan/ketegangan. melakukan aktivitas karena sesuai
dengan keinginan-nya dan tidak
bertentangan dengan prog-ram
perawatan.

3. Ganguan konsep diri berhubungan dengan efek perubahan pada gaya hidup
Tujuan :
Konsep diri klien mengarah ke positif (adaftif)
Kriteria :
1. Konsep diri yang diekspresikan klien nonverbal dan verbal yang konstruktif
2. Reaksi terhadap perubahan gaya hidup ke arah positif
3. Klien mau menerima keadaannya dan pasrah
INTERVENSI RASIONAL
Dorong klien untuk mengungkapkan Interaksi yang mencobat meningkatkan
perasaannya konsep diri dimulai dengan mengkaji
tentang apa yang dirasakan klien tentang
penyakit dan pembedahan.
Bantu klien untuk mengidentifikasi Hal ini membantu klien untuk mengubah
tingkat mekanisme koping yang dimiliki fokus dari perubahan penampila ke
semua aspek yang positif yang
menunjang konsep diri.
Berikan support sistem (keluarga, teman Mempertahankan kotrak sosial kekuatan
dekat dan lainlain) moral klien dalam mengahdapi
masalahnya.
Ajarkan klien untuk beradaptasi terhadap Meminimalkan perubahan yang ada ke
perubahan penampilannya. arah konstruktif.

4. Resiko terhadap ketidak efektifan penatalaksanaan program teapeutik yang


berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang aktivitas yang
diperbolehkan dan yang dibatasi, obat-obatan,komplikasi dan perawatan tindak
lanjut.
Tujuan :
Klien mampu berintegrasi dengan program terapeutik yang direncanakan/dilakukan
untuk pengobatan, akibat dari penyakit dan penurunan situasi berisiko (tidak aman,
polusi).
Kriteria :
- Klien mengungkapkan ansietas berkurang tentang ketakutan karena ketidak tahuan,
kehilangan kontrol atau kesaahan persepsi.
- menggambarkan proses penyakit, penyebab dan faktor penunjang pada gejala dan
aturan untuk penyakit atau kontrol gejala.
- Mengungkapkan maksud/tujuan untuk melakukan perilaku kesehatan yang diperlukan
dan keinginan untuk pulih dari penyakit dan pencegahan kekambuhan atau
komplikasi.
Rencana Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
Identifikasi faktor-faktor penyebab yang Agar diketahui penyebab yg mengha-
menghalangi penata laksanaan program langi sehingga dpt segera diatasi sesuai
terapeutik yg efektif. prioritas.
Bangun rasa percaya diri. Agar klien mampu melakukan aktifitas
sendiri/dengan bantuan orang lain tanpa
mengganggu program perawatan.
Tingkatkan rasa percaya diri dan Agar klien mampu dan mau
kemampuan diri klien yang positif. melakukan/ melaksanakan program
perawatan yang dianjurkan tanpa
mengurangi peran ser-tanya dalam
pengobatan/ perawatan diri-nya.
Jelaskan dan bicarakan: proses penyakit, Klien mengerti dan menyadari bahwa
aturan pengobatan/perawatan,efek sam- penyakitnya memerlukan suatu
ping prognosis penyakitnya. tindakan & perlakuan yang tidak
menyenangkan.

5. Takut berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani


Tujuan :
Klien tidak takut dalam menjalani operasinya
Kriteria :
- Klien akan mengekspesikan kekawatirannya mengenai operasi yang akan dijalani
selama dialog (banyak informasi yang dicari klien)
- Klien mau dan bekerja sama dalam tindakan operasi setelah mengerti ntentang
prosedur pembedahan , risiko serta manfaatnya.
- Klien tenang dan tidak gelisah
- Tensi 130/80 mmHg, nadi normal (60-80 menit/detik)
INTERVENSI RASIONAL
Ciptakan suasana lingkungan yang Mengungkapkan perasaan dan
kondusif dan saling percaya kekawatiran meningkatkan kewaspadaan
diri klien dan membantu klien dalam
mengidentifikasi masalah.
Dengarkan dengan aktif dan validasi Validasi memberi keyakinan
ketakutan klien meningkatkanharga diri dan membantu
mengurangi ansietas.
Sajikan informasi dengan menggunakan Stimulasi simultan berbagai indera
metode model anatami atau contoh meningkatkan proses belajar mengajar.
protesis
Diskusikan tentang perawatan Infromasi tentang apa yang akan
preoperatif (premedikasi, sedasi, infus dihadapi dapat mengurangi kecemasan,
cairan ) sehingga memungkinkan klien mau
berpartisipasi
jelaskan aktivitas yang diperbolehkan Informasi dapat meningkatkan
setelah operasi (berbaring, ambulasi, kepatuhan dan memfasilitasi proses
latihan nafas dalam) perencanaan pulang.

c. Post operasi
1. Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak pembedahan
Tujuan :
Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi
Kriteria :
- lokasi nyeri minimal
- keparahan nyeri berskala 0
- Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai)

INTERVENSI RASIONAL
Identifikasi klien dlam membantu Pengetahuan yang mendalam tentang
menghilangkan rasa nyerinya nyeri dan kefektifan tindakan
penghilangan nyeri.
Berikan informasi tentang penyebab dan Informasi mengurangi ansietas yang
cara mengatasinya berhubungan dengan sesuatu yang
diperkirakan.
Tindakan penghilangan rasa nyeri Tindakan ini memungkinkan klien untuk
noninvasif dan nonfarmakologis (posisi, mendapatkan rasa kontrol terhadap
balutan (24-48 jam), distraksi dan nyeri.
relaksasi.
Terapi analgetik Terapi farmakologi diperlukan untuk
memberikan peredam nyeri.

2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan


sekunder terhadap gangguan akibat pembedahan mata.
Tujuan :
Infeksi tak terjadi
Kriteria :
Tanda-tanda infeksi tidak ditemukan :
- kemirahan periorbital
- drainase baik
- suhu dalam batas normal
- nila laboratorium Sel Darah Putih normal
INTERVENSI RASIONAL
Tingkatkan Penyembuhan luka : Nutrisi dan hidrasi yang optimal
- diit seimbang meningkatkan kesehatan umum.
- menjaga kebersihan luka Mempercepat kesemubuhan luka.
Tindakan untuk mencegah regangan pad Regangan pad ajahitan dapat
ajahitan menimbulkan gangguan, emmbuat jalan
masuk mikroorganisme.
Tindakan perawatan luka aseptik dan Teknik aseptik menimimalkan
antiseptik masuknya mikroorganisme dan
mengurangi risiko infeksi.
Terapi antibiotika Anti kuman atau babteri berspektrum
luas.
Daftar Pustaka

Carpenito, L.J. 2010. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2.


Jakarta : EGC
Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif. Ed. 8. Jakarta : EGC
Danielle G dan Jane C. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC Jakarta
Darling, V.H. & Thorpe, M.R. 2011 . Perawatan Mata. Yogyakarta : Yayasan
Essentia Media.

Anda mungkin juga menyukai