Pemeriksaan Tuberkulosis Pada Anak
Pemeriksaan Tuberkulosis Pada Anak
1. Anamnesis
a. Berkurangnya berat badan 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau
gagal tumbuh.
b. Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu.
c. Batuk kronik >3 minggu, dengan atau tanpa wheeze.
d. Riwayat kontak dengan pasien tb paru dewasa.
2. Pemeriksaan fisikpemeriksaan penunjang
a. Pembesaran kelenjar limfe leher, aksila, inguinal
Massa di leher kelenjar membesar (pada anak, diperiksa ke arah TBC –
mantoux test)
i. Kelenjar getah bening
Servikal : bila diameter > 1 cm (masih normal bila masih 1 cm)
ii. Kelenjar tiroid : tiroid bergerak ke atas bila menelan
Periksa dengan tangan kanan dan kiri
Bila menelan, massa akan bergerak
b. Pembengkakan progresif atau deformitas tulang, sendi, lutut, falang.
Tulang belakang
Kifosis: Angulasi ke arah posterior (spondilitis tbc)
Massa keras, tidak berhub dg kanalis spinalis : spondilitis TBC (abses dingin)
Perkusi hati
Fenomena papan catur : redup dan timpani selang seling, didpt pada keadaan
peritonitis tbc tanpa ascites
c. Batuk dan demam. Demam yang naik turun selama 1-2 minggu dengan atau
tanpa batuk dan pilek. Kadang dijumpai demam yang menyerupai tifus
abdominalis atau malaria yang disertai atau tanpa hepatosplenomegali. Suara
napas amforik (biasanya pd dws, anak-anak jarang) seperti bunyi tiupan di atas
botol kosong (pada kaverne; kerusakan jaringan paru pada TBC ada
infiltrat). Pemeriksaan auskultrasi akan terdengar crackles dan pemeriksaan
perkusi akan terdengar dullness.
d. Pengukuran berat badan menurut umur atau lebih baik pengukuran berat
menurut panjang/tinggi badan.
3. Pemeriksaan diagnostik
a. Tes kulit tuberkulin
Tes kulit tuberculin adalah tes paling penting untuk mengontrol tb. Screening anak-anak
untuk tb didasarkan pada tiga premis: tbc dapat disembuhkan, tbc adalah penyakit progresif,
dan perkembangan dari infeksi untuk penyakit dapat dicegah dengan obat-obatan. American
academy of pediatrics merekomendasikan pemeriksaan tes kulit tuberculin setahun sekali
pada anak yang berisiko tinggi terkena tb. Bagi anak yang beresiko rendah, app
merekomendasikan pemeriksaan rutin pada usia 12-15 bulan, sebelum masuk sekolah, dan
saat remaja. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil tes kulit tb.
Kebohongan-tes kulit positif Kebohongan-tes kulit negatif
Reaksi yang disebabkan Menggunakan produk
nontuberculosis mycobacteria tuberculin yang buruk
Sebelumnya anak divaksin Pelaksanaan injeksi yang
bacilli calmette-guerin (bcg) salah
Kesalahan saat mengartikan Kesalahan saat mengartikan
reaksi yang terlihat di tempat reaksi yang terlihat di tempat
penyuntikan penyuntikan
Infeksi febril yang
menyebabkan anergy
sementara
Baru saja divaksinasi dengan
virus hidup (measles,
mumps, dll)
Metabolis dan nutrisi yang
tidak seimbang
Penyakit tertentu yang
mempengaruhi organ
limfoid
Anak sedang menggunakan
kortikosteroid atau obat
imunosupresif
b. Tes bakteriologi
Isi lambung atau sekresi aspirasi bronkopulmonal biasanya dibutuhkan oleh dokter
untuk mengisolasi basil tuberkel pada bayi. Specimen paru dianalisis dengan
pewarnaan, kultur, dan tampilan histologis. Tampilan dari induksi sputum dapat
dilakukan pada anak-anak yang lebih tua untuk menentukan kehadiran bta.
c. Radiografi dada
Pemeriksaan radiologis dilakukan setelah anak melakukan tes uji tuberkilin
dengan hasil positif. Pemeriksaan radiologis hanya sebagai pemeriksaan
diagnostic tambahan karena lesi tb menyerupai lesi pada penyakit rongga dada
kronis yang lain. Selain foto rontgen paru, terkadang juga diperlukan foto rontgen
tulang punggung pada spondilitis.
Ball, j. W. And blindler, r. (2003). Pediatric nursing: caring for children. New Jersey:
pearson education
Hockenberry, M. J. (2003). Wong’s nursing care of infants and children. Vol. 2. St. Louis:
Mosby
Jackson, d. B. And saunders, r. B. (1993). Child health nursing: a comprehensive approach to
the care of children and their families. Philadelphia: J. B. Lippincott company
Who. (2009). Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit: pedoman bagi rumah
sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten/kota. (terj. Tim adaptasi indonesia) jakarta:
who Indonesia
A. Anamnesis
1. Identitas diri
a. Nama (+ nama keluarga)
b. Umur/ usia
ii. Neonatus/ bayi
iii. Balita/ prasekolah
iv. Sekolah
v. Akil balik
c. Jenis kelamin
d. Nama ortu
e. Alamat
f. Umur/ pendidikan/ pekerjaan ortu
g. Agama dan suku bangsa
2. Riwayat penyakit
Keluhan utama
Keluhan/ gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat
Tidak harus sejalan dengan diagnosis utama
3. Riwayat perjalanan penyakit
Cerita kronologis, rinci, jls ttg keadaan pasien sblm ada keluhan sampai
dibawa berobat
Pengobatan sebelumnya dan hasilnya (macam obat dll)
Tindakan sebelumnya (suntikan, penyinaran)
Reaksi alergi
Perkembangan penyakit – gejala sisa/ cacat
Riwayat penyakit pada anggota keluarga, tetangga
Riwayat penyakit lain yg pernah diderita sebelumnya
4. Hal-hal yang perlu tentang keluhan/ gejala:
Lama keluhan
Mendadak, terus-menerus, perlahan-lahan, hilang timbul, sesaat
Keluhan lokal: lokasi, menetap, pindah-pindah, menyebar
Bertambah berat/ berkurang
Yang mendahului keluhan
Pertama kali dirasakan/ pernah sebelumnya
Keluhan yang sama adalah pada anggota keluarga, orang serumah,
sekelilingnya
Upaya yang dilakukan dan hasilnya
Demam
o Lamanya
Panas 7 hari, berobat tak sembuh → typhoid fever
Demam 5 hari dan ada perdarahan → dengue hemoragik fever (dhf)
Demam 5 hari tidak ada perdarahan → dengue biasa
Demam intermitten → malaria
o Mendadak
o Kontinu, remiten, intermitten
o Terjadi pada malam hari
o Menurun dan naik lagi
o Menggigil, kejang, kesadaran ↓
o Mengigau, muntah, mencret, sesak napas
o Ada manifestasi perdarahan, dsb
Cara mengukur suhu:
1. Rectal
2. Oral (utk anak > 6 thn dan mengerti maksud pemeriksaan)
3. Aksilar
Suhu ketiak umumnya 0.5°c lebih rendah dari suhu rectal
Panas = disebabkan oleh infeksi, dehidrasi, kerusakan otak (perdarahan, tumor)
Panas + batuk + sesak napas = bronchopneumonia
Batuk
a. Lamanya
b. Berulang/ kambuh
c. Spasmodik, kering, produktif
d. Sifat dahak
e. Penyerta:
i. Sesak napas
ii. Mengi (sesak napas berbunyi/ bengek)
iii. Keringat malam (tbc, bronchopneumonia, pneumonia)
iv. Sianosis, ortopne
v. Ada “whoop” (napas yg panjang dan dalam – pd asma)
5. Riwayat kehamilan
a. Kesehatan ibu saat kehamilan
b. Pernah sakit panas (rubella dsb)
c. Makan obat-obatan
d. Tetanus toxoid
6. Riwayat kelahiran
a. Tanggal lahir
b. Tempat lahir
c. Ditolong oleh siapa
d. Cara kelahiran
e. Kehamilan ganda
f. Keadaan stlh lahir, pasca lahir, hari-hari 1 kehidupan
g. Masa kehamilan
h. Berat badan dan panjang badan lahir (apakah sesuai dengan masa kehamilan,
kurang atau besar)
7. Riwayat pertumbuhan
Kurva berat badan dan panjang badan terhadap umur
8. Riwayat perkembangan
o Patokan perkembangan (milestones)
Pada bidang: motor kasar, motor halus, sosial-personal, bahasa pada balita
o Prestasi belajar pada anak usia sekolah
o Masa pubertas
9. Riwayat imunisasi
10. Riwayat makanan
11. Riwayat penyakit yang pernah diderita
12. Riwayat keluarga
B. Pemeriksaan fisik
Cara pendekatan: untuk mengurangi ketegangan (hal pertama yang perlu dilakukan)
o < 4 bulan: pendekatan mudah (belum membedakan orang di sekitarnya)
o > 4 bulan:
Pendekatan mulai saat dalam gendongan
Lambat laun ke meja periksa dengan diajak bicara manis dan dipegang-pegang
o Anak yg agak besar:
Beri salam, tanya nama, umur, sekolah, dll
Dipuji
Gizi buruk
Kwasiorkor : bb > 80% p50 nilai baku disertai edema
Marasmus : bb < 60% p50 nilai baku tanpa edema
Marasmus kwasiorkor : bb < 60% p50 nilai baku dengan edema
Malnutrisi disertai oleh:
Tulang belulang menonjol
Abdomen buncit, bokong rata
Jaringan lemak minimal
Turgor kulit <, edema
Rambut kering, merah jagung
Kulit bersisik, cengeng
Gizi lebih
Muka bulat, dagu bersusun
•Berkurangnya berat badan 2 bulan berturut-
turut tanpa sebab yang jelas atau gagal tumbuh.
•Demam tanpa sebab jelas, terutama jika
Anamnesis berlanjut sampai 2 minggu.
•Batuk kronik >3 minggu, dengan atau tanpa
wheeze.
•Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa.