Anda di halaman 1dari 56

PENGARUH PENAMBAHAN TRASS TERHADAP

LOST on IGNATION (LOI) dan BAGIAN TAK LARUT (BTL)


PADA SEMEN DI PT SEMEN TONASA PANGKEP

TUGAS AKHIR

Oleh :

JANUARTY SUCI RACHMADANI


Stambuk 16TKM147

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan


guna menyelesaikan program Diploma Tiga
Program Studi/Jurusan Teknik Kimia Mineral

KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN R.I


POLITEKNIK ATI MAKASSAR
2019
HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL : PENGARUH PENAMBAHAN TRASS TERHADAP


LOSS on IGNATION (LOI) dan BAGIAN TAK LARUT
(BTL) PADA SEMEN DI PT SEMEN TONASA
PANGKEP.
NAMA MAHASISWA : JANUARTY SUCI RACHMADANI
NOMOR STAMBUK : 16TKM147
PERGURUAN TINGGI : POLITEKNIK ATI MAKASSAR
PROGRAM STUDI/JURUSAN : TEKNIK KIMIA MINERAL

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dra.Hartini Husain,M.Si. Rachma,STP.,MM.


NIP : 19561224 198602 2 001 NIP : 19561010 197903 2 005

Mengetahui :

Direktur Ketua Jurusan Teknik Kimia


Politeknik ATI Makassar Mineral

Ir. Amrin Rapi, ST., MT., IPM., ASEAN.Eng. Andi Arninda, ST., M.Si.
NIP : 19691011 199412 1 009 NIP : 19771030 200604 2 001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir yang berjudul “Pengaruh penambahan trass terhadap Loss on
Ignation (LOI) dan Bagian Tak Larut (BTL) pada semen di PT Semen Tonasa
Pangkep”.
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
tersusunnya Tugas Akhir ini berkat dukungan, bimbingan, dorongan dan bantuan
dari segala pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Ayahanda Muhammad Ali Salam, S.Sos., dan Ibunda A. Asmiwati. A, selaku
kedua orang tua penulis yang senantiasa memberikan do’a, restu, kasih
sayang, dukungan moral, materi, dan motivasi selama penulis menjalani
perkuliahan khususnya dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
2. Bapak Ir. Amrin Rapi, ST., MT., IPM., ASEAN.Eng., selaku Direktur Politeknik
ATI Makassar beserta jajarannya yang telah memberikan arahan dan
bimbingan.
3. Ibu Andi Arninda, ST., M.Si., selaku ketua Jurusan Teknik Kimia Mineral
Politeknik ATI Makassar yang telah memberikan arahan dan bimbingan
kepada penulis.
4. Bapak Dra. Hartini Husain, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu
Rachma, STP., MM., selaku pembimbing II yang telah membimbing penulis
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Ibu DR. Sariwahyuni, SP., M.Si., selaku penasehat akademik yang telah
memberikan arahan dan bimbingan tentang progres akademik selama 3
tahun di Politeknik ATI Makassar.
6. Segenap dosen Teknik Kimia Politeknik ATI Makassar atas arahan, motivasi,
dan ilmu yang diberikan kepada penulis selama perkuliahan di Politeknik ATI
Makassar.
7. Segenap karyawan dan staf PT. Semen Tonasa terkhusus di Departemen
Quality Assurance atas ilmu dan bimbingannya selama berada di industri dan
mengenalkan bagaimana dunia kerja yang sebenarnya.
8. Muhammad Huzair Zainuddin atas saran dukungan moril serta do’a yang di
panjatkan kepada penulis selama penyusunan Tugas Akhir ini.
9. Sahabat-sahabatku terkhusus kepada Andi Muhammad Aidulsyah,Mifta
Nuzuli Sudirman dan Dwi Indayani Salam atas bantuan dan motivasinya
selama penyusunan Tugas Akhir ini.
10. Keluarga dan rekan-rekan seperjuangan TKMB 2016 No Omdo alias Laskar
Embun Pagi (LEP) dan Teknik Kimia 2016 (OKS16EN) atas semua semangat,
motivasi, dukungan dan bantuannya selama masa perkuliahan terkhusus

ii
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
11. HIMATEK-POLTEK ATIM yang telah memberikan pelajaran berorganisasi,
bersosialisasi dengan banyak orang.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namun telah membantu dan
berjasa dalam terselesaikannya Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Semoga Tugas Akhir ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua terlebih kepada penulis. Aamiin.

Makassar, Juli 2019

(Januarty Suci R)

iii
iv
ABSTRAK

JANUARTY SUCI RACHMADANI. 2019. Pengaruh Penambahan Trass Terhadap


Lost on Ignation (LOI) dan Bagian Tak Larut (BTL) Pada Semen di PT. Semen
Tonasa Pangkep. Di bawah bimbingan HARTINI HUSAIN sebagai Pembimbing I
dan RACHMA sebagai Pembimbing II.

Pada PT. Semen Tonasa adalah produsen semen terbesar di kawasan


timur Indonesia yang menempati lahan seluas 1.200 hektar di Desa Biringere
Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan, sekitar 60
km dari kota Makassar. PT. Semen Tonasa merupakan produsen semen yang
pada proses pembuatan semennya menggunakan bahan tambahan berupa
Trass.Trass adalah jenis bahan galian yang berasal dari pelapukan mineral
endapan vulkanik yang sebagian besar mengandung silika, besi dan alumina
dengan ikatan gugusan oksida.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
ada pengaruh penambahan Trass terhadap peningkatan jumlah LOI (Loss on
Ignation) atau hilang pijar dan BTL (Bagian Tak Larut) pada proses pembuatan
semen dan untuk mengetahui apakah nilai LOI (Loss on Ignation) dan BTL (Bagian
Tak Larut) sesuai dengan SNI dengan melakukan eksperimen terhadap 5 sampel
Trass yang di uji Kimia menggunakan parameter di antaranya Pengujian LOI (Loss
on Ignation) atau hilang pijar dan BTL (Bagian Tak Larut) dengan metode furnace.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 01 Maret sampai 30 April 2019 dengan
menggunakan jenis penelitian eksperimental.Dimana data sekunder yang
diperoleh dari lapangan kemudian di olah menjadi data primer di Laboratorium
Research dan Development PT.Semen Tonasa,Biringere Pangkep Sulawesi
Selatan.

Dari hasil penelitian di peroleh bahwa kadar BTL dan LOI tidak sesuai
dengan SNI 15-7604-2004.Dimana kadar maksimal BTL adalah 5% dan kadar
maksimal LOI 3%. Sedangkan dari hasil percobaan di peroleh BTL 14,616% dan
LOI 7,294%. Ini karena adanya pengaruh penambahan trass yang berdampak
pada semakin meningkatnya kadar BTL dan LOI pada semen.

Kata kunci : Trass,pozzolan,LOI,BTL.

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
ABSTRAK ......................................................................................................... v
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Semen ............................................................................................ 4
B. Sifat-sifat Semen ........................................................................... 5
C. Bahan baku Semen ...................................................................... 8
D. Jenis- jenis Semen Portland ............................................................. 9
E. Proses Pembuatan Semen ............................................................... 15
F. Trass ................................................................................................. 21
G. Loss On Ignation (LOI) ...................................................................... 25
H. Bagian Tak Larut ............................................................................... 27
I. Kerangka Berfikir ......................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu ......................................................................... 30
B. Alat Dan Bahan ............................................................................... 30
C. Jenis Penelitian ............................................................................. 30
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 31
E. Analisis Data .................................................................................. 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil .............................................................................................. 34
B. Pembahasan ................................................................................ 35
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 37
B. Saran ............................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 39
LAMPIRAN ...................................................................................................... 41

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Komposisi semen portland .......................................................... 13


Tabel 2.2. karakteristik kimia semen Portland menurut SNI ......................... 14
Tabel 4.1 Tabel Kadar Lost on Ignation (LOI) dan Bagian Tak Larut (BTL) .... 31

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ordinary Portland Cement (OPC) ................................................ 10


Gambar 2.2 Portland Cement Composite (PCC) .............................................. 11
Gambar 2.3 Portland Pozzolan Cement (PPC) ................................................. 12
Gambar 2.4 Alur proses pembuatan semen ................................................... 15
Gambar 2.5 Penambangan batu kapur (mining) ........................................... 16
Gambar 2.6 Raw Mill dengan tipe Tube Mill ................................................... 17
Gambar 2.7 Proses pemanasan (Preheater) .................................................. 18
Gambar 2.8 Proses Pembakaran (Kiln) ............................................................ 19
Gambar 2.9 Penggilingan akhir (finish mill) ................................................. 20

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 4.1.1 Perhitungan Uji Loss On Ignation (LOI) .................................. 41


Lampiran 4.1.2 Perhitungan Uji Bagian Tak Larut (BTL) .................................. 42
Lampiran 4.2.1 Lampiran SNI 15-7604-2004 ................................................... 47

ix
DAFTAR ISTILAH

ASTM : American Society for Testing Material.


C3S : Trikalsium Silikat.
C2S : Dikalsium Silikat.
C3A : Kalsium Aluminat.
C4AF : Tetracalcium AluminoFluoritte.
Gypsum : Batuan yang terbentuk karena pegendapan air laut.
Klinker : Produk hasil pembakaran dari kiln
Pozzolan : Bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina.
Permeabilitas :Kemampuan bahan memoloskan partikel dengan
menembusnya.
Semen Portland: Semen yang biasa digunakan.
Segregasi : Pemisahan (suatu golongan dari golongan lainnya).
Workability : Kemampuan kerja.

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

PT. Semen Tonasa adalah produsen semen terbesar di Kawasan Timur

Indonesia yang menempati lahan seluas 1.200 hektar di Desa Biringere

Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan, sekitar

60km dari Kota Makassar. Proses pembuatan semen skala produksi industri

terjadi dalam beberapa tahap yang diawali dengan penambangan (mining),

penggilingan bahan baku (raw mill), pembakaran (burning), pendinginan klinker

(klinker cooling), penggilingan akhir (finish mill), dan pengantongan (packing).

(PT. Semen Tonasa, 2019).

Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku batu kapur

atau gamping dan lempung atau tanah liat sebagai bahan utama dengan hasil

akhir berupa padatan berbentuk bubuk atau bulk.Batu kapur atau gamping

adalah bahan alam yang mengandung senyawa kalsium oksida (CaO). Sedangkan

tanah liat atau lempung adalah bahan alam yang mengandung senyawa yang

terdiri dari silika oksida (SiO2), alumina oksida (Al2O3), besi oksida (Fe2O3) dan

magnesium oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen bahan baku tersebut

dibakar sampai meleleh hingga terbentuk klinker yang kemudian dihancurkan

dan ditambahkan gypsum dalam jumlah yang sesuai. Hasil dari proses produksi

dikemas dalam kantong atau zak dengan berat rata-rata 40 kg dan 50 kg

(Daminggo,Sonief,Pratikto 2011).

1
Trass atau pozzolan adalah suatau jenis bahan galian yang berasal dari

bahan pelapukan deposit vulkanik. Trass di sebut juga puzzolan karena pertama

kali di temukan oleh bangsa romawi kuno. Trass mengandung bahan silika, besi

dan alumunium yang tidak mempunyai sifat penyemenan, tetapi dalam bentuk

serbuk halus dan apabila dicampur dengan air dapat bereaksi dengan kalsium

hidroksida pada suhu ruangan dan membentuk senyawa yang mempunyai sifat

semen, yaitu mengalami sifat pengerasan yang setelah keras tidak larut dalam

air. Suatu bahan galian dapat diklasifikasikan sebagai Trass alam apabila

mempunyai komposisi kimia (ASTM-C618, 1978).

Dengan adanya penambahan trass yang di tambahkan ke dalam semen

akan memberikan banyak manfaat pada semen. Karena pada dasarnya semen

yang di tambahkan trass di dalamnya memiliki kualitas yang baik di bandingkan

semen tanpa penambahan trass seperti menurunkan permeabilitas semen,

mengurangi panas hydrasi semen, mengurangi segregasi dan bleeding pada

beton, serta meningkatkan kuat tekan pada semen dalam jangka waktu yang

lama.

Pada proses yang dilakukan untuk pembuatan semen disini dilakukan

dengan melakukan pengujian sifat kimia. Parameter uji sifat kimia yang di

gunakan yaitu pengujian Lost on Ignation (LOI) dan Bagian Tak Larut (BTL). LOI

atau biasa juga di sebut dengan hilang pijar merupakan hilangnya suatu zat pada

suhu tertentu pada proses pemijaran. Sedangkan BTL merupakan bagian yang

tak larut berupa SiO2. Dimana pada proses penambahan Trass pada semen ini

2
harus sesuai dengan standar mutu semen yang berlaku, terkhusus untuk kadar

LOI dan BTL. Karena apapun perlakuan dan hasil akhirnya jika tidak sesuai

dengan standar mutu semen yang di jadikan acuan, semen tersebut tidak dapat

di produksi. Adapun nilai LOI dan BTL harus sesuai dengan SNI 15-7064-2004

yang di jadikan sebagai acuan di mana maksimal kadar LOI dalam semen 5%

sedangkan untuk BTL adalah 3%.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh penambahan Trass terhadap LOI dan BTL pada

Semen di PT.Semen Tonasa?

2. Apakah penambahan Trass terhadap LOI dan BTL sesuai dengan SNI 15-

7064-2004 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan Trass terhadap LOI dan BTL

pada Semen di PT. Semen Tonasa.

2. Untuk mengetahui apakah penambahan Trass terhadap LOI dan BTL

sesuai dengan SNI 15-7064-2004.

3
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu menghitung

kadar LOI dan BTL dalam semen bisa dijadikan salah satu referensi untuk

melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan Semen tetapi

tetap memperhatikan standar mutu semen yang berlaku.

2. Bagi Perusahaan

Dapat menjadikan Trass sebagai bahan pengganti Batu Kapur

dalam pembuatan semen untuk mengefisiensikan waktu kerja dan biaya

produksi, dengan memperhatikan jumlah kadar trass sebelum di

tambahkan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. SEMEN

Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal

bangunan, menunjukkan fungsi semen sejak zaman dahulu. Kata semen berasal

dari bahasa latin yakni caementum yang artinya “memotong menjadi bagian-

bagian kecil beraturan” sedangkan menurut pengertiannya semen berarti bahan

perekat yang mampu mempersatukan atau mengikat bahan-bahan padat

menjadi satu kesatuan yang kokoh atau suatu produk yang mempunyai fungsi

sebagai bahan perekat antara dua atau lebih bahan sehingga menjadi kesatuan

yang kompak atau dalam pengertian yang luas adalah material plastis yang

memberikan sifat rekat antara batuan-batuan konstruksi bangunan (Mulyadi,

2010).

Semen Portland memiliki dua bahan utama yaitu batu kapur yang kaya

akan kalsium karbonat (CaCO3) dan tanah liat yang mengandung silica (SiO2),

Aluminium oksida (alumina) serta oksida besi. Bahan-bahan itu kemudian

dihaluskan pada suhu tinggi sampai terbentuk campuran baru. Selama proses

5
pemanasan, terbentuklah campuran padat yang mengandung zat besi. Agar tak

mengeras seperti batu, ramuan diberi bubuk gips dihaluskan hingga terbentuk

partikel-partikel kecil mirip bubuk (Kurniah, 2012).Lazimnya, untuk mencapai

kekuatan tertentu, semen portland “berkolaborasi” dengan bahan yang lain. Jika

bertemu air misalnya, memunculkan reaksi ilmiah yang sanggup mengubah

campuran jadi sekeras batu. Jika ditambah pasir terciptalah perekat tembok nan

kokoh. Namun masih ditambah dengan bongkahan batu dan kerikil atau biasa

disebut beton (Mulyono, 2003).

B. Sifat-Sifat Semen

Semen adalah Hydraulic Binder (Perekat Hidraulis) yang berarti bahwa

senyawa-senyawa yang terkandung dalam semen dapat bereaksi dengan air

membentuk zat baru yang bersifat perekat terhadap batuan (Tjokrodimulyo,

1992).

Menurut Hariawan (2007), ada beberapa sifat semen yang utama, yaitu :

1. Sifat Fisika

a. Sifat Hidrasi Semen

Hidrasi semen adalah reaksi yang terjadi antara komponen atau

senyawa semen dengan air yang akan menghasilkan senyawa hidrat.

b. Setting (Pengikatan)

Setting (Pengikatan) pada adonan semen dengan air adalah

sebagai gejala terjadinya kekakuan atau kebekuan semen yang

biasanya dinyatakan dengan waktu pengikatan (setting time)

6
c. Hardening (Pengerasan)

Sedangkan hardening (pengerasan) yaitu keadaan dimana

semen mulai mengeras dan memberikan kekuatan.

d. Kuat Tekan

Kuat tekan merupakan sifat yang harus dimilki mortar atau

beton untuk menahan beban tekan. Kuat ttekan dimaksud sebagai

kemampuan suatu material untuk menahan suatu beban tekan.

e. Penyusutan

Penyusutan yaitu penyusutan volume mortar karena adanya air

yang ada dalam adonan semen tersebut

f. Ketahanan Terhadap Sulfat dan Asam

Yaitu ketahan mortar terhadap pengaruh yang dirusak oleh

pengaruh sulfat dan abrasi (pengikisan).

g. Kehalusan

bertambahnya kehalusan pada umumnya akan bertambah pula

kekuatan, bertambahnya kehalusan pada umumnya akan bertambah

pula kekuatan.

2. Sifat Kimia

a. Lime Saturated Factor (LSF)

7
Batasan agar semen yang dihasilkan tidak tercampur dengan

bahan-bahan alami lainnya.

b. Magnesium Oksida (MgO)

Pada umumnya semua standar semen membatasi kandungan

MgO dalam semen portland, karena MgO akan menimbulkan

magnesia expansion pada semen setelah jangka waktu lebih dari

pada setahun. Berdasarkan persamaan reaksi sebagai berikut:

MgO + H2O → Mg (OH)2

Reaksi tersebut diakibatkan karena MgO bereaksi dengan H2O menjadi

magnesium hiroksida yang mempunyai volume yang lebih besar.

c. SO3

Kandungan SO3 dalam semen adalah untuk mengatur,

memperbaiki sifat pengikatan (setting time) dari mortar (sebagai

retarder) dan juga untuk kuat tekan. Karena bila pemberian retarder

terlalu banyak akan menimbulkan kerugian pada sifat expansive dan

dapat menurunkan kekuatan tekan. Sebagai sumber utama SO3 yang

sering banyak digunakan adalah gypsum.

d. Hilang Pijar (Loss On Ignition)

Persyaratan hilang pijar dicantumkan dalam standar adalah

untuk mencegah adanya mineral-mineral yang dapat diurai dalam

pemijarannya.

e. Bagian Tak Larut

8
Bagian tak larut dibatasi dalam standar semen. Hal ini

dimaksudkan untuk mencegah dicampurnya semen dengan bahan-

bahan alami lain yang tidak dapat dibatasi dari persyaratan fisika

mortar.

C. Bahan Baku Semen

Menurut Duda (1983),pada dasarnya bahan pembuatan semen hanya

batu kapur dan tanah liat karena semua senyawa-senyawa utama dalam semen

berasal dari kedua bahan tersebut. Bahan pembuatan semen harus mengandung

senyawa-senyawa utama yaitu CaO, SiO2, Al2O3 dan Fe2O3. Senyawa-senyawa

tersebut berasal dari berbagai bahan pembuatan semen dan akan dicampur

untuk didapatkan komposisi yang tepat. Bahan baku tersebut dapat dibagi

menjadi tiga kelompok, yaitu :

1. Bahan Baku Utama

Pada dasarnya batu kapur adalah batuan alam yang banyak

mengandung CaCO3 dimana terbentuk karena adanya proses

pengendapan kimiawi maupun pengendapan sisa-sisa organisme

seperti algae, foraminifer, atau coral. Batu kapur merupakan sumber

CaO yang utama dalam reaksi sintering yang terjadi di kiln membentuk

kristal yang terdapat dalam semen yaitu C3S, C2S, C3A, C4AF.

2. Bahan Baku Korektif

9
Bahan baku korektif adalah bahan aditif pada bahan baku utama

apabila pada pencampuran bahan baku utama komposisi oksida-

oksidanya belum memenuhi persyaratan secara kualitatif dan kuantitatif.

Pada umumnya bahan baku korektif yang digunakan mengandung oksida

silika, oksida alumina dan oksida besi yang diperoleh dari pasir silika

(silica sand), tanah liat (clay), dan pasir besi (iron sand).

3. Bahan Baku Additive

Bahan baku additive adalah bahan baku yang ditambahkan pada

terak/klinker untuk memperbaiki sifat-sifat tertentu dari semen yang

dihasilkan. Bahan baku additive terdiri dari batu kapur, gypsum, fly ash

dan trass.

D. Jenis-jenis Semen Portland

Semen portland adalah bahan perekat hidraulis yang dapat mengeras bila

bersenyawa dengan air dan berbentuk padat yang tidak larut dalam air.Indonesia

telah mampu memproduksi semen Portland yang terdiri atas 5 jenis dan

penggunaan (semen Portland jenis I,II,III,IV dan V). Dewasa ini, Indonesia juga

telah mengembangkan semen Portland Pozzolan dan semen Portland Komposit

yang menggunakan material anorganik dank linker semen (Kurniah,2012).

1. Ordinary Portland Cement (OPC)

Ordinary Portland Cement adalah semen hidrolisis yang dibuat

dengan menggiling klinker semen dan gypsum. Semen Portland Jenis I

produksi perseroan memenuhi persyaratan SNI No. 12-2049-2004 Jenis

10
1 dan ASTM C150-2004 tipe I dengan berat 50 kg dan semen curah.

Ordinary Portland Cement mempunyai C3S 59.3% ; C2S 17%; C3A 8%;

C4AF 11.9%. Semen jenis ini banyak digunakan untuk bangunan umum

dengan kekuatan tekanan yang tinggi (tidak memerlukan peryaratan

khusus) seperti: bangunan bertingkat tinggi, perumahan, jembatan dan

jalan raya, landasan bandar udara, beton pratekan, bendungan/saluran

irigasi, elemen bangunan seperti hollow, genteng paving block, batako,

buis beton, danroster.

(Gambar 2.1. Ordinary Portland Cement(OPC).

(Sumber PT. Semen Tonasa,2019)

2. Portland Composite Cement (PCC)

Semen Portland Composite adalah bahan pengikat hidrolisis

hasil penggilingan bersama terak semen Portland dan gypsum dengan

satu atau lebih bahan organik, atau hasil pencampuran bubuk semen

Portland dengan bubuk bahan organik, atau hasil pencampuran bubuk

semen Portland dengan bubuk bahan organik lain yang mempunyai sifat

pozzoland. Bahan pozzoland yang ditambahkan besarnya antara 15-

11
40%. Semen Portland Composite produksi PT. Semen Tonasa memenuhi

persyaratan SNI 15-7064-2004.

Semen jenis ini banyak digunakan untuk kontruksi beton

umum, pasangan batu bata, plesteran dan acian, selokan, jalan, pagar

dinding, pembuatan elemen bangunan seperti beton pracetak, panel

beton, dan sebagainya.

(Gambar 2.2. Portland Composite Cement (PCC).

(Sumber PT. Semen Tonasa,2019)

3. Portland Pozzolan Cement (PPC)

Semen Portland Pozzolan adalah semen hidrolisis yang terdiri

dari campuran homogen antara semen portland dan pozzoland halus,

yang diproduksi dengan menggiling klinker semen portland dan

pozzoland bersama-sama atau mencampur secara merata bubuk semen

portland dan pozzoland. Kadar Pozzoland 15%-40% massa semen

Portland pozzolan.

Semen Portland Pozzoland produksi perseroan memenuhi

persyaratan SNI 15-0302-2004 tipe IP-U. Semen jenis ini banyak

12
digunakan untuk bangunan bertingkat (2-3 lantai), kontruksi beton

umum, kontruksi beton massa seperti pondasi plat penuh dan

bendungan, konstruksi bangunan didaerah pantai, tanah berair (rawa)

dan bangunan dilingkungan garam sulfat yang agresif, serta konstruksi

bangunan yang memerlukan kekedapan tinggi seperti bangunan

sanitasi, bangunan perairan dan penampungan air.

Gambar 3.3. Portland Pozzoland Cement (PPC).

Adapun jenis dan penggunaan semen portland menurut SNI 15-2049-

2004 yakni:

1) Jenis I yaitu semen yang penggunaan umum yang tidak memerlukan

persyaratan-persyaratan khusus seperti yang diisyarakan pada jenis-

jenis lain.

2) Jenis II yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan

ketahanan terhadap sulfat atau hidrasi sedang.

3) Jenis III yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan

kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.

4) Jenis IV yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan

kalor hidrasi rendah.

13
5) Jenis V yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan

ketahanan tinggi terhadap sulfat.

Berikut tabel komposisi dari semen portland

Tabel 2.1 Komposisi Semen Portland

NO Oksida Komposisi (% Berat)


1 CaO 60 - 67%
2 SiO2 17 – 25%
3 Al2O3 3 – 8%
4 Fe2O3 0,5 – 6,0%
5 Mgl 0,1 – 6,0%
6 K2O 0,5 – 1,3%
7 LOI 5,0%
8 IR 3,0%
(Sumber : SNI 15-2049-2015)

Tabel 2.2 Karakteristik Kimia Semen Portland Berdasarkan SNI 15-2049-2004

NO Uraian Jenis Semen Portland


I II III IV V
1 SiO2, min - 20,0 - - -
2 Al2O3, maks - 6,0 - - -
3 Fe2O3, maks - 6,0 - 6,5 -
4 Hilang Pijar,maks 5,0 3,0 3,0 2,5 3,0
5 Bagian Tak Larut, maks 3,0 1,5 1,5 1,5 1,5
(Sumber : SNI 15-2049-2015)

14
E. Proses Pembuatan Semen

Adapun tahapan proses pembuatan semen sebagai berikut (PT.

Semen Tonasa, 2019) :

Mining Kiln

Crusher Cooler

Storage
Klinker Silo

Raw Mill Finish Mill

Preheater Semen Silo

Calsiner Packing

15
(Gambar 2.4. Alur Proses Pembuatan Semen)

1.Penambangan (Mining)

(Gambar 2.5. Penambangan Batu Kapur)

Penambangan (mining) yaitu penggalian dan penambangan bahan

baku dari di daerah tambang. Bahan baku yang digunakan untuk

pembuatan semen portland adalah bantuan alam yang mengandung

oksida-oksida kalsium, silika, dan alumina. Bahan baku utama yang

digunakan adalah batu kapur (limestone) dan tanah liat (clay).

2. Proses penghancuran (crushing)

Alat utama untuk menghancurkan bahan baku adalah crusher.

Bongkahan-bongkahan yang hasil penambangan dipecah menjadi ukuran

16
yang lebih kecil. Batu kapur yang telah melalui proses penambangan akan

diperkecil ukurannya dengan melalui 2 tahap crusher. Primary crusher

merupakan pengahancuran pertama, dimana ukuran batu kapur yang

dihasilkan berukuran lebih kecil dari 125 mm. Setelah itu batu kapur

kemudian mengalami pengancuran kembali di secondary crusher dengan

ukuran yang dihasilkan berukuran lebih kecil 80 mm. material yang telah

hancur akan di simpan di gudang penyimpanan yang disebut mix pile.

4. Storage

Storage berfungsi untuk prehomogenisasi atau biasa disebut

penyeragaman. Bahan baku disesuaikan dengan bentuk gudang dan cara

pengambilan bahan tersebut.

5. Penggilingan dan pengeringan bahan baku (Raw mill)

(Gambar 2.3 Raw Mill dengan tipe Tube Mil)l

Raw mill merupakan tahap terjadinya proses pencampuran bahan

baku yaitu batu kapur (limestone) dan tanah liat (clay), pada proses ini

dilakukan untuk pengoreksian menggunakan pasir silika dan pasir besi

17
(iron sand) dengan perbandingan tertentu, sehingga hasil produksinya

disebut Raw Meal.

6. Pemanasan awal (preheater)

(Gambar 2.7. Preheater)

Proses preheater berfungsi mereduksi kadar air (H2O) serta

memisahkan antara kiln feed dengan gas dari kiln dengan menggunakan

cyclone. Temperature di tiap-tiap cyclone harus dijaga agar tidak terjadi

flushing (material mentah masuk kiln). Flushing ini dapat terjadi karena :

a) Terbentuknya gumpalan Raw Material pada Cyclone Preheater hingga

jatuh ke kiln.

b) Laju aliran umpan tidak terkendali.

c) Turunnya temperatur pada burning zone.

18
Bagian yang halus dan kasar akan terpisahkan, yang halus akan

terbawa aliran gas panas sedangkan bagian yang kasar masuk ke dalam

tanur putar atau kiln untuk mengalami proses berikutnya. Waktu tinggal

umpan dari puncak preheater sampai ke bawah preheater berkisar antara

15-25 menit.

7. Calsiner

Calsiner merupakan tahap terjadinya proses penguraian (kalsinasi)

karbon dioksida yang terkandung dalam bahan baku sehingga dihasilkan

kalsium dengan reaksi : CaCO3 → CaO + CO2(gas).

8. Pembakaran (Kiln)

(Gambar 2.5 Sistem Rotary Kiln)

Kiln memerlukan bahan isolator (refractory) yang tahan suhu

tinggi. Bahan yang dipilih adalah batu tahan api dengan softhening point

diatas 1520 oC. Selain bata tahan api terdapat jenis refractory jenis lain

yaitu unshaped material (material yang tidak dibentuk). Material ini

19
digunakan untuk melapisi bagian-bagian tertentu dalam kiln, misalnya di

inlet atau outlet kiln.

9. Pendinginan (cooling)

Cooling adalah proses pendinginan pada klinker berbentuk batu-

batuan yang dikeluarkan oleh kiln diakomodasikan oleh udara yang

masuk secara cross flow dengan klinker. Temperatur klinker yang masuk

adalah sekitar 1460oC.

10. Klinker silo

Klinker silo merupakan wadah untuk penyimpanan hasil proses

cooler yaitu klinker dingin.

11. Penggilingan akhir (Finish Mill)

(Gambar 2.9. Finish Mill)

Pada tahap finish mill dilakukan proses penambahan gypsum

terhadap terak, berfungsi untuk mengatur waktu pengerasan semen

sehingga hasil semen tidak cepat keras bila dicampurkan air pada saat

proses penggunaan semen.

20
12. Cement Silo

Sama halnya dengan klinker silo, tetapi silo ini adalah wadah

terakhir untuk semen yang akan dikemas (packing).

13. Pengepakan (Packing)

Setelah melalui tahap pengolahan akhir, maka semen dari silo

cement akan ditransportasikan dengan air slight menuju tempat packer.

Pada packer, hanya ada dua jenis semen yang dikemas (packing). Yaitu

ordinary portland cement (OPC) yang dipacking dengan truk tabung

langsung ke pelabuhan untuk proyek-proyek besar. Sedangkan untuk

semen jenis portland composite cement (PCC) adalah semen yang

dipacking untuk produksi rumahan yang biasa dijual dengan kemasan 40

kg atau 50 kg.

F. TRASS

Trass adalah bahan alam yang mengandung silika dan alumina yang

digunakan sebagai bahan tambahan pembuatan semen. Bahan galian trass yang

terdapat di alam umumnya berasal dari batuan piroklastik dengan komposisi

andesitis yang telah mengalami pelapukan secara intensif sampai dengan derajat

tertentu . Proses pelapukan berlangsung disebabkan oleh adanya air yang

mengakibatkan terjadinya pelolosan (leaching) pada sebagian besar komponen

basa seperti : CaO, MgO, NaO dan K2O yang dikandung oleh mineral-mineral

21
batuan asal. Komponen CaO yang mengalami proses paling awal kemudian

disusul dengan komponen berikutnya sesuai dengan mineral pembentuk batuan.

Dengan terjadinya proses pelolosan tersebut , maka akan tertinggal komponen-

komponen SiO2, A12O3 yang aktif yaitu yang akan menentukan mutu dari

endapan trass yang terjadi pada masa berikutnya. Jumlah komponen-komponen

aktif ini sebanding atau sesuai dengan derajat pelapukan dari batuan asal

disamping faktor waktu turut berperan pada tingkat proses pelapukan yang

terjadi secara terus menerus sepanjang waktu.

Trass merupakan produk vulkanik berbutir halus dengan kandungan

oksida silika (SiO2) yang mengalami pelapukan hingga derajat tertentu. Secara

umum trass dimanfaatkan untuk bahan campuran pembuatan semen,

pembuatan batako, campuran pembuatan beton, campuran plester. Trass

dengan kapur padam (Ca(OH)2) ditambah air akan menghasilkan senyawa

kalsium silikat hidrat yang mempunyai sifat mengeras.

SiO2 + Ca(OH)2 CaO + SiO2 + H2O (CSH) (Suptapto,1995)

Trass juga lebih mudah kontak dengan air dan setelah mengeras tak

tembus air. Berdasarkan hal-hal tersebut maka trass digunakan sebagai aditif.

Dengan penambahan trass, maka dapat mengurangi terak yang digunakan untuk

memproduksi semen. Hal ini berarti dapat mengurangi biaya produksi akan

tetapi tetap mendapatkan produk berkualitas baik. Trass banyak terdapat di

Indonesia khususnya di daerah gunung-gunung vulkanik.(Suprapto,1995)

a) Pozzolan

22
Definisi pozzolan dalam ASTM C 618 adalah suatu senyawa silika

atau aluminium silika atau kombinasi keduanya, yang jika berdiri sendiri

memiliki sedikit atau tidak memiliki sifat-sifat semen, tetapi akan

memiliki, jika berdiri sendiri pada kelembaban tertentu akan bereaksi

secara kimiawi dengan kalsium hidroksida pada suhu ruang untuk

membentuk senyawa yang memiliki sifat-sifat semen. Karakteristik

seperti ini membuat pozzolan menjadi aditif yang ideal pada campuran

beton semen portland. Komposisi kimia pozzolan tidak secara signifikan

menunjukkan karakter dari pozzolan. (ASTM,1778)

Material pozzolan adalah material yang komposisi penyusunnya

mengandung silika atau alumina silika atau kombinasi keduanya.

Material pozzolan tidak akan mengeras dengan sendirinya bila dicampur

dengan air tetapi, ketika ditumbuk halus dan dengan adanya air, mereka

bereaksi dengan suhu kamar normal dengan kalsium hidroksida terlarut

(Ca(OH)2) untuk membentuk kekuatan dengan mengembangkan

senyawa kalsium silikat dan kalsium aluminat. Pozzolan terutama terdiri

dari silicon dioksida reaktif (SiO2) dan aluminat oksida (Al2O3). Sisanya

adalah besi oksida (Fe2O3) dan oksida lainnya. (Tjaronge,2012).

Semen Portland yang dicampur dengan pozzolan alami atau

buatan telah digunakan secara luas di seluruh dunia. Pozzolan dibagi

menjadi lima menurut sumbernya, yaitu:

1) Pozzolan alam, produk abu dari aktivitas vulkanik.

23
2) Pozzolan dari pembakaran dan penghancuran tanah liat, seperti

batubata. Material ini lebih tahan lama dibandingkan pozzolan

vulkanik.

3) Furnace slag dari proses industri seperti pabrik baja. Material ini

digunakan sebagai concrete admixture.

4) Organic ash yang diproduksi dari pembakaran batubara dan batu

kapur. Material ini mempunyai kualitas lebih rendah daripada jenis

yang lain dan tidak cocok digunakan untuk brick dan mortar

5) Pozzolan yang diproduksi dari pemecahan batu dan pasir, namun

sudah tidak digunakan untuk saat sekarang ini.

Penambahan pozzolan pada produksi semen dibuat dengan

dua cara yaitu klinker dan pozzolan digiling secara terpisah kemudian

dilakukan pencampuran. Cara berikutnya adalah semen dan klinker

digiling secara bersamaan .Perubahan sifat semen karena penambahan

pozzolan adalah sebagai berikut:

1) Menurunkan sifat permeabilitas semen.

2) Mengurangi perubahan volume akibat perubahan temperature.

3) Mengurangi panas hydrasi semen.

4) Mengurangi segregasi dan bleeding beton.

5) Meningkatkan ketahanan terhadap pembekuan dan serangan kimia.

6) Meningkatkan kekuatan tekan semen jangka panjang

7) Meningkatkan workability beton segar.

24
8) Memberikan manfaat secara ekonomi yaitu penurunan biaya produk

dan konsumsi energy.

Selain penambahan pozzolan, saat ini batu kapur telah banyak

digunakan untuk sebagai material tambahan atau menggantikan

komponen semen. Semen dengan tambahan batu kapur adalah semen

portland kapur dan semen portland komposit semen. Batu kapur

adalah batuan sedimen berkapur yang mengandung kalsium karbonat

(CaCO3) atau dikenal dengan kalsit. Kapur digunakan dalam semen dan

beton untuk berbagai keperluan, yaitu sebagai baku bahan untuk

produksi klinker dan sebagai agregat kasar atau halus. Kapur halus dari

penggilingan batu kapur alam telah banyak digunakan sebagai bahan

tambahan dalam produksi semen portland. Penambahan batu kapur

akan meningkatkan laju hydrasi senyawa mineral dalam semen, akan

meningkatkan kuat tekan awal semen, durability (daya tahan) dan

workability. semen Perhitungan Biaya Produksi Semen Dalam

memperhitungkan biaya produksi dalam penelitian ini lebih difokuskan

pada harga bahan yang digunakan dalam memproduksi semen.

(Suprapto,1995)

G. Lost on Ignation (LOI)

Hilang pada pemijaran adalah tes yang digunakan dalam analisis kimia

anorganik khususnya dalam analisis mineral dengan jalan memijarkan contoh

pada suhu tertentu,sehingga zat mudah terbang akan terlepas sampai pada

25
posisi konstan. Pengujian sederhana biasanya dilakukan dengan menempatkan

beberapa gram bahan dalam wadah yang telah diketahui bobotnya kemudian

dimasukkan kedalam tanur yang suhunya sudah dikontrol dan ditempatkan

selama waktu tertentu. Setelah itu didinginkan dan ditimbang kembali,proses

pemanasan dapat diulang untuk memastikan bahwa sudah tidak terjadi

perubahan berat. Variasi dari pengujian ini adalah perubahan yang diakibatkan

oleh suhu, hal ini disebut Thermogravity. (Vera,dkk.2000)

Hilang Pijar dilaporkan sebagai hilang nya bagian dari suatu material atau

oksida dari suatu mineral. Zat yang mudah terbang pada hilang pijar adalah air

terikat dan karbon dioksida dari karbonat, dan ini dapat digunakan sebagai

pengujian kualitas.Penentuan hilang pijar (Lost on Ignition) dapat dirumuskan

sebagai berikut: (Tonasa,2019)

𝑊1−𝑊2
%LOI = x 100%
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

(Sumber : SNI 15-2049-2015)

Dimana:

HP = Hilang Pijar (LOI)

W1 = berat contoh awal (gr)

W2 = berat contoh sisa pijar (gr)

H. BTL (Bagian Tak Larut)

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu,

zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan

26
dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut

pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat

larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.Kelarutan adalah

fungsi sebuah parameter molekul. Pengionan struktur dan ukuran molekul

stereokimia dan struktur elektronik. Semuanya akan mempengaruhi antar aksi

pelarut dan terlarut, seperti pada bagian terdahulu, air membentuk ikatan

hydrogen dengan ion atau dengan senyawa non ionik, sedangkan polar melalui

gugus –OH, -NH, atau dengan pasangan elektron tak mengikat pada atom

oksigen atau nitrogen. Ion atau molekul akan memperoleh sampel hidrat dan

akan memisah dari bongkahan zat padat dan artinya melarut.(Vera,Roosyanto,

dan Erry,2000)

Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat

terlarut di dalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan

dinyatakan dalam milliliter pelarut yang bdapat melarutkan satu gram zat.

Kelarutan dapat juga dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen.

BTL (bagian tak larut) merupakan senyawa yang tetap tinggal setelah

semen tersebut direaksikan dengan asam klorida (HCl) dan natrium hidroksida

(NaOH). Bagian tak larut terutama berasal dari clay berupa SiO2 yang tidak terikat

dalam pembuatan klinker. Biasanya senyawa ini hanya terdapat dalam jumlah

kecil sehingga tidak mempengaruhi mutu semen. Penentuan hilang pijar (Lost on

Ignition) dapat dirumuskan sebagai berikut: (PT.Semen Tonasa, 2019)

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑖𝑠𝑎 𝑃𝑖𝑗𝑎𝑟−𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


%BTL = 𝑥 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

27
I. Kerangka Berpikir

PT SEMEN
TONASA

TRASS

Analisis
SIFAT KIMIA

LOI BTL

SNI

PT. Semen Tonasa adalah produsen semen terbesar di kawasan timur

Indonesia yang menempati lahan seluas 1.200 hektar di Desa Biringere

Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan, sekitar 60

km dari kota Makassar. PT. Semen Tonasa merupakan produsen semen yang

pada proses pembuatan semennya menggunakan bahan tambahan berupa Trass.

Trass merupakan adalah bahan alam yang mengandung silika dan alumina yang

28
sifatnya hampir mendekati batu kapur. Pada proses pembuatan semen itu

sendiri,terdapat pengujian kimia yang menggunakan parameter antara lain uji

hilang pijar (LOI) dan bagian tak larut (BTL). Di mana hasil akhir dari LOI dan BTL

nantinya harus sesuai dengan SNI semen tahun 2004 sebelum akhirnya di

produksikan.

29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat Dan Waktu

1. Tempat Pelaksanaan

PT. Semen Tonasa, Biringere Pangkep Sulawesi Selatan.

2. Waktu Pelaksanaan

Waktu Pelaksanaan tanggal 01 Maret 2019 sampai 30 April 2019

di Laboratorium Research dan Development di Quality Assurance PT.

Semen Tonasa,Biringere Pangkep Sulawesi Selatan.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan adalah neraca analitik,gelas piala,gelas ukur,

cawan, batang pengaduk, corong kaca, hot plate, furnace, desikator.

2. Bahan

Bahan yang digunakan adalah Trass,HCl 1:1,NaOH 1%, Indikator MM

(Metil Merah), dan aquades.

C. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental. Dimana

data sekunder di peroleh dari lapangan yang kemudian di olah menjadi

data primer di Laboratorium Research dan Development PT. Semen

Tonasa,Biringere Pangkep Sulawesi Selatan.

30
D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pengujian LOI (Lost On Ignation) atau hilang pijar dan BTL (Bagian

Tak Larut) di laboratorium Research dan Development PT. Semen

Tonasa,Pangkep Sulawesi Selatan. Metode ini dilakukan dengan cara

menguji sampel Trass dengan menggunakan Furnace.

1.Prosedur kerja

a. Uji LOI atau Hilang Pijar

1) Menyiapkan Cawan porselin yang akan digunakan,lalu timbang

bobot kosongnya.

2) Timbang ±1 gram sampel.

3) Pijarkan selama menit dalam furnace pada suhu 1000oC.

4) Dinginkan di dalam desikator,lalu timbang.

b. Uji BTL (Bagian Tak Larut)

1) Timbang sebanyak +1 gram sampel,masukkan ke dalam gelas

piala 100 ml.

2) Tambahkan 20 ml aquadest, aduk hingga larut sempurna, lalu

tambahkan 10 ml HCl 1 : 1.

3) Panaskan di atas hot plate hingga mendekati titik didih.

4) Sering menggunakan menggunakan kertas saring wattman no

41, cuci endapan dengan aquadest panas (hasil saringan (filtrate)

di tamping di gelas piala 250 ml untuk penetapan SO3).

31
5) Residu dimasukkan kembali ke dalam gelas piala 100 ml lalu

ditambahkan 40 ml NaOH 5%, panaskan.

6) Tambahkan 1 tetes indicator MM dan 10 ml HCl 1:1, panaskan.

7) Saring dengan kertas saring wattman no 40, cuci endapan

dengan air panas.

8) Endapan dan kertas saring di masukkan dalam cawan (yang telah

diketahui bobot kosongnya).

9) Keringkan di atas hot plate lalu masukkan ke dalam furnace pada

suhu 1000oC.

10) Dinginkan di dalam desikator lalu timbang.

(PT Semen Tonasa,2019).

E. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini adalah data yang di kumpulkan lalu

diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dengan menggunakan rumus:

1.Menghitung Loi (Lost On Ignation)

𝑊1−𝑊2
%LOI = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 x 100%

2.Menghitung BTL (Bagian Tak Larut)

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑖𝑠𝑎 𝑃𝑖𝑗𝑎𝑟−𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


%BTL = 𝑥 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil penelitian kadar BTL dan kadar LOI serta standar acuan menurut SNI

15-7064-2004.

Tabel 4.1 Tabel Kadar Lost on Ignation (LOI) dan Bagian Tak Larut (BTL).

Jenis Semen SNI Semen OPC


No Parameter
OPC OPC
1 Lost on Ignation 7,249% 5%
(LOI)
2 Bagian Tak Larut 14,616 3%

B. Pembahasan

Trass mengandung silika dan alumina yang digunakan sebagai bahan

tambahan pembuatan semen. Karena trass lebih mudah kontak dengan air dan

setelah mengeras tak tembus air. Berdasarkan hal tersebut maka trass digunakan

sebagai aditif. Dengan penambahan trass, maka dapat mengurangi terak yang

digunakan untuk memproduksi semen. Hal ini berarti dapat mengurangi biaya

produksi akan tetapi tetap mendapatkan produk berkualitas baik.

Semen dengan penambahan trass memiliki kelebihan yang lebih banyak di

bandingkan dengan semen tanpa penambahan trass. Karena trass dapat

menurunkan sifat permeabilitas semen, mengurangi perubahan volume akibat

perubahan temperature, mengurangi panas hydrasi semen, mengurangi

33
segregasi dan bleeding beton, meningkatkan ketahanan terhadap pembekuan

dan serangan kimia, meningkatkan kekuatan tekan semen jangka panjang,

meningkatkan workability beton segar, memberikan manfaat secara ekonomii

yaitu penurunan biaya produk dan konsumsi energy.

Kadar LOI dan BTL


20
16.77
15.84
15 13.58 13.5 13.39

10 8.81 8
%

7.28 6.9
5.48
5

0
1 2 3 4 5
Spesifikasi

BTL (%) LOI (%)

Gambar 4.1 Grafik kadar LOI dan BTL

Pada grafik di atas dapat dilihat kadar BTL dan LOI memiliki nilai rata-rata

14,616% untuk BTL sedangkan hasil perhitungan kadar LOI rata-rata di peroleh

7,294%.

Hal ini di sebabkan karena adanya penambahan Trass pada proses

pembuatan semen. Hal ini di sebabkan karena jumlah Trass yang di tambahkan

dalam pembuatan semen sangat berlebih,yang mengakibatkan kadar SiO2 (yang

dominan tak larut) bertambah banyak. Maka dari itu,sebaiknya dalam proses

pembuatan semen yang menggunakan trass sebagai bahan tambahan perlu di

34
hitung kembali kadar trass yang di tambahkan agar di peroleh akhir semen

dengan mutu dan kualitas yang baik dan tetap sesuai dengan SNI 15-7064-2004.

35
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,maka dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil penelitian yang di lakukan di peroleh perhitungan kadar BTL

rata-rata 14,616% dan untuk LOI 7,294%. Hal ini di sebabkan adanya

pengaruh penambahan trass yang membuat kadar SiO2 dalam semen

semakin meningkat.

2. Dari hasil penelitian di peroleh bahwa kadar BTL dan LOI tidak sesuai

dengan SNI 15-7604-2004.Dimana kadar maksimal BTL adalah 5% dan

kadar maksimal LOI 3%. Sedangkan dari hasil percobaan di peroleh BTL

14,616% dan LOI 7,294%.

B. Saran

Sebaiknya dalam proses pembuatan semen yang menggunakan trass

sebagai bahan tambahan perlu di hitung kembali kadar trass yang di tambahkan

agar di peroleh akhir semen dengan mutu dan kualitas yang baik dan tetap

sesuaii dengan SNI 15-7064-2004.

36
DAFTAR PUSTAKA
ASTM C618-78. Standart specification for fly ash and raw or calcined natural
pozzolan for use as a mineral admixture in Portland cement concrele.

Badan Standarisasi Nasional. (2004) SNI-15-7064-2004.Semen Portland


Komposit.Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. (2015) SNI-15-2049-2015 Semen Portland


Komposit. Jakarta.

Daminggo, M, R, Sonief, A. A., dan Pratikto. (2011). Pengaruh Putaran Blower


Pada dust Collector Terhadap Hasil Kapasitas Produksi Semen Di
Grinding Plant.

Duda, H, Walter. (1983). Cement Data Book International Process EngineeringIn


The Cement Industries. 2nd edition. Germany , Bauverlag
GMBHWeisbaden and Berlin.

Hariawan, J. (2007). Pengaruh Perbedaan Karakteristik Type Semen Ordinary


Portland Cement (OPC) dan Portland Composie Cement (PCC) terhadap
Kuat Tekan Mortar. Fakultas Teknik Sipil Universitas Guna Darma,
Jakarta.

Kurniah, I. (2012). Analisis Komposisi Kimia Portland Composite Cement Pada


PT. Semen Bosowa Maros. Laporan Tugas Akhir, Makassar.

Mulyono, T. (2003). Teknologi Beton. Fakultas Teknik Universitas Negeri,


Jakarta.

Mulyadi, I. (2010). Pengontrolan Kualitas Semen. Laporan Praktek Kerja Nyata,


Makassar.

PT. SemenTonasa. (2019). Proses Pembuatan Semen (Online).http://


sementonasa.co.id/ profil_brif.Php. Diakses 18 mei 2019.

Suprapto, B.B. (1995). Teknologi Semen. Industrial Relation Division Training


and Development Dept, Citeureup.

Tonasa, n, d. Laporan/ Diagram/ Pembuatan/ Semen/. Biro Perencanaan dan


Eval Proses. Pangkep.

Tjokrodimulyo. (1992). Buku Ajar Bahan Bangunan. Fakultas Teknik UGM,


Jakarta.

37
Tjaronge, M, W. (2012). Semen dan Beton Beronnga. Telaga Zam- Zam,
Makassar.

Vera, Roosyanto, dan Erry.(2000). Semen Portland Bahan Baku Sifat-Sifat dan
Pengujian. Industrial Relation Divison Training and Development Dept,
Citeureup.

38
39
1.Lampiran 4.1.1Perhitungan Uji Loss On Ignation (LOI)

1. Spesifikasi sampel 1

W1= 26,1196g

W2 = 26,0468g

Sampel = 1,0002 gr

𝑊1−𝑊2
%LOI = x 100%
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

26.1196−26.0468
%LOI = x 100%
1,0002

LOI = 7,28%

2.Spesifikasi Sampel 2

W1 = 26,5063g

W2= 26,4182g

Sampel = 1,0005 g

𝑊1−𝑊2
%LOI = x 100%
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

26,5063−26,4182
%LOI = x 100%
1,0005

LOI = 8,81%

3.Spesifikasi sampel 3

Wi = 25,7799g

W2= 25,7109g

40
Sampel = 1,0005g

𝑊1−𝑊2
%LOI = x 100%
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

25.7799−25.7109
%LOI = x 100%
1,0005

LOI = 6,8%

4. Spesifikasi Sampel 4

W1= 26,2822g

W2= 26,2022g

Sampel = 1,0005g

𝑊1−𝑊2
%LOI = x 100%
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

26,2822−26.2022
%LOI = x 100%
1,0005

LOI = 8%

5.Spesifikasi Sampel 5

W1 = 26,122g

W2 = 26,0672g

Sampel = 1,0005g

𝑊1−𝑊2
%LOI = x 100%
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

26,122−26,0672
%LOI = x 100%
1,0005

LOI = 8%

41
2.Lampiran 4.1.2 Perhitungan Uji Bagian Tak Larut (BTL)

1. Spesifikasi Sampel 1

Bobot sisa pijar = 25. 6650g

Bobot cawan = 25.5292g

Bobot sampel = 1,0002 g

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑖𝑠𝑎 𝑃𝑖𝑗𝑎𝑟−𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


%BTL = 𝑥 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

25,6650−25,5292
%BTL = 𝑥 100% = 13,58%
1,0002

2. Spesifikasi sampel 2

Bobot sisa pijar = 25,2897g

Bobot cawan = 25,1220g

Bobot sampel = 1,0002 g

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑖𝑠𝑎 𝑃𝑖𝑗𝑎𝑟−𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


%BTL = 𝑥 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

25,2897−25,1220
%BTL = 𝑥 100% = 16,77%
1,0002

3. Spesifikasi Sampel 3

Bobot Sisa pijar = 24,9599g

Bobot cawan = 24,8015g

Bobot sampel = 1,0003 g

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑖𝑠𝑎 𝑃𝑖𝑗𝑎𝑟−𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


%BTL = 𝑥 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

24,9599−24,8015
%BTL = 𝑥 100% = 15,84 %
1,0003

42
4. Spesifikasi sampel 4

Bobot sisa pijar = 25,3693g

Bobot cawan = 25,2343g

Bobot sampel = 1,0003g

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑖𝑠𝑎 𝑃𝑖𝑗𝑎𝑟−𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


%BTL = 𝑥 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

25,2343−25,3693
%BTL = 𝑥 100% = 13,5g
1,0003

5. Spesifikasi sampel 5

Bobot sisa pijar = 25,3974g

Bobot cawan = 25,2635g

Bobot sampel = 1,0003g

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑖𝑠𝑎 𝑃𝑖𝑗𝑎𝑟−𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


%BTL = 𝑥 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

25,3974−25,2635
%BTL = 𝑥 100% = 13,39%
1,0003

Spesifikasi BTL (%) LOI (%)

1 13.58 7.28

2 16.77 8.81

3 15.84 6.9

4 13.5 8

5 13.39 5.48

Rata-rata 14.616 7.294

43
3.Lampiran 4.2.1 SNI 15-2049-2004

Jenis semen portland


Uraian I II III IV V
MgO, maksimum 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0
SO3, maksimum Jika
C3A  8,0 3,0 3,0 3,5 2,3 2,3
Jika C3A  8,0 3,5 d)
4,5 d) d)

Hilang pijar, maksimum 5,0 3,0 3,0 2,5 3,0


Bagian tak larut, maksimum 3,0 1,5 1,5 1,5 1,5
C3S, maksimum a) - - - 35 b) -
C2S, minimum a) - - - 40 b) -
C3A , maksimum a) - 8,0 15 7 b) 5 b)
C4AF + 2 C3A atau a)
C4AF + C2F , maksimum - - - - 25 c)
(Sumber SNI 15-2049-2004)

44
LAMPIRAN GAMBAR

UJI KIMIA ( LOI dan BTL)

45

Anda mungkin juga menyukai