Anda di halaman 1dari 20

IPAL RUMAH SAKIT DENGAN BAK KHLORINASI

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN BAK


KHLORINASI.

A. Latar Belakang

Penanganan limbah merupakan tanggung jawab bagi semua orang khususnya untuk kegiatan yang
memiliki potensi pencemaran lingkungan. Penanganan limbah yang dimaksud tidak hanya untuk
limbah padat tapi yang terpenting juga adalah limbah cairnya. Limbah cair yang berasal dari
layanan kesehatan/rumah sakit berdasarkan kualitas dan kuantitasnya mempunyai “potential
hazard” terhadap manusia dan lingkungan dikarenakan oleh adanya bahan berbahaya dan beracun
(B3) yang terkandung di dalamnya terutama apabila dalam pembuangannya tidak dikelola dengan
baik sehingga menjadi sebuah kewajiban untuk berbagai instansi terkhusus pelayanan kesehatan
dalam menangani limbahnya yang berpotensi mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan
manusia (Fruss)

Rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, akan menimbulkan
berbagai bahan buangan yang bersifat infeksius ataupun non infeksius baik dalam bentuk gas,
cair, dan padat. Bahan buangan tersebut timbul dari kegiatan tiap unit seperti ruang perawatan,
ruang poliklinik, laboratorium, tempat cuci linen, dapur, kamar mandi , dan kamar mayat (Said)

Air limbah adalah salah satu bahan buangan cair yang timbul dari berbagai aktivitas rumah sakit.
Air limbah rumah sakit memiliki potensi yang berbahaya bagi kesehatan karena kemungkinan
mengandung mikroorganisme patogen atau bahan kimia beracun berbahaya yang dapat
menyebabkan penyakit infeksi dan tersebar ke lingkungan (Said, 1999). Mikroorganisme
pathogen dalam air limbah rumah sakit tersebut bisa menimbulkan risiko terjadinya penularan
penyakit baik secara langsung maupun tidak langsung kepada karyawan, pengunjung dan
masyarakat di sekitar rumah sakit. Disamping itu kuman dalam air limbah rumah sakit yang
dibuang ke lingkungan akan terbawa oleh aliran permukaan sehingga berpotensi untuk
menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan yakni tanah dan badan air penerima. Dengan
demikian maka air limbah rumah sakit harus dikelola dengan baik. Air limbah rumah sakit yang
akan dibuang ke lingkungan kualitasnya dikendalikan melalui pengolahan dalam instalasi
pengolahan air limbah rumah sakit (IPAL).

Kualitas air limbah rumah sakit meliputi kualitas fisik, kimia, mikrobiologis dan radio
aktivitas. Kualitas mikrobiologis ditunjukkan dengan indikator angka kuman (MPN
koliform). Pengendalian kualitas mikrobiologis air limbah rumah sakit dilakukan dengan cara
desinfeksi. Salah satu cara desinfeksi adalah dengan cara khlorinasi menggunakan khlor dioksida,
natrium hipoklorit atau gas khlor dan pilihan lainnya adalah dengan melakukan desinfeksi sinar
ultraviolet (Fruss). Pembubuhan bahan desinfektan terhadap air limbah hasil olahan diharapkan
dapat membunuh kuman yang masih tersisa pada akhir proses pengolahan sehingga diperoleh
buangan yang memenuhi standar baku mutu. Khlorinasi terhadap air limbah yang akan dibuang
ke lingkungan dilakukan dalam bak khlorinasi (Said)
Kualitas air limbah hasil olahan dalam instalasi pengolahan air limbah (IPAL) rumah sakit yang
dibuang ke lingkungan tidak selamanya memenuhi syarat sesuai dengan standar mutu yang
diperbolehkan menurut aturan yang berlaku. Beberapa hasil penelitian di Indonesia menunjukkan
bahwa masih ada buangan air limbah rumah sakit (efluen) yang telah memiliki IPAL belum
memenuhi syarat.

Pada tahun 1999, WHO melaporkan di Perancis pernah terjadi 8 kasus pekerja kesehatan terinfeksi
HIV, 2 di antaranya menimpa petugas yang menangani limbah medis. Hal ini menunjukkan bahwa
perlunya pengelolaan limbah yang baik tidak hanya pada limbah medis tajam tetapi meliputi
limbah rumah sakit secara keseluruhan (Djaja dan Maniksulist).

Kendati Departemen Kesehatan telah menyusun Standar Pelayanan Minimal untuk mengukur
kualitas pelayanan kesehatan dasar yang salah satunya adalah kewajiban rumah sakit dan
Puskesmas untuk mengolah limbahnya, namun Menteri Kesehatan mengakui bahwa
penerapannya masih belum baik. Berdasarkan hasil assesment tahun 2002, diketahui bahwa baru
49 % dari 1.176 rumah sakit (526 rumah sakit pemerintah dan 652 rumah sakit milik swasta) di 30
provinsi, baru 648 Rumah Sakit yang memiliki incinerator dan 36% memiliki IPAL (Instalasi
Pengolah Air Limbah) dengan kondisi sebagian diantaranya tidak berfungsi .

Menurut penelitian dan hasil analisa limbah cair (Influent dan effluent) di Rumah Sakit Nganjuk
tahun 2005 mengenai perbedaan kadar khusus MPN koliform sebelum dan sesudah pengolahan
bila dibandingkan dengan baku mutu yang dipersyaratkan belum memenuhi syarat, dimana
kandungan total koliform sebelum pengolahan 10.486 koloni/100 ml dan setelah pengolahan
kandungan total koliform menjadi 9.943 koloni/100 ml atau terjadi penurunan kandungan total
koliform sebesar 5,17%, hal ini menunjukkan bahwa IPAL RSUD Nganjuk tidak efektif dalam
menurunkan kandungan MPN Koliform disebabkan oleh bak khlorinasi yang tidak berfungsi
(Rahmawati dan Azizah)

Begitu pula dengan hasil penelitian Alkatiri dkk, tentang efektifitas hasil pengolahan air limbah
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soepomo yang menggunakan bahan khlor untuk
menurunkan kandungan bakteri dalam limbah, dengan hasil pemeriksaan yaitu MPN 6.160.000
koloni/100 ml sebelum pengolahan dan setelah diolah kandungan MPN menjadi 11.206 koloni/100
ml Namun effluent yang dihasilkan masih diatas batas maksimum, karena tidak memiliki bak
khlorinasi.(Rukmanasari)

penelitian yang telah dilakukan di beberapa Rumah Sakit di Propinsi Sulawesi Selatan, khususnya
Kota Makassar, menunjukkan bahwa tidak semua rumah sakit yang telah memiliki IPAL
efluennya memenuhi syarat baku mutu sesuai standar baku mutu yang berlaku. .Salah satunya
adalah penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Labuang Baji menunjukkan bahwa kadar MPN
Koliform sebelum pengolahan 16.000.000 koloni/100ml, sesudah pengolahan (Effluen) 9.200.000
koloni/100 ml dan di Rumah Sakit Dadi Makassar Influent=24.000.000 koloni/100 ml dan
Effluen=16.00.000 koloni/100 ml semuanya melebihi standar kadar MPN Koliform baku mutu
limbah cair kegiatan rumah sakit, kondisi ini dapat terjadi karena bak khlorinasi IPAL tidak
diaktifkan, sehingga air limbah hasil olahan yang siap untuk dibuang ke lingkungan tidak
mendapat cairan khlor yang tujuannnya untuk membunuh kuman yang terkandung dalam air
limbah tersebut ( Laharisi)
Disamping itu hasil penelitian Lasandang juga menunjukkan bahwa kemampuan IPAL Rumah
Sakit Tk. II Pelamonia untuk menurunkan MPN Koliform sebesar 23,53% sedangkan IPAL RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar sebesar 29,41%. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
IPAL di Rumah Sakit Tk. II Pelamonia dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar tidak
efektif dalam menurunkan kandungan MPN Koliform dimana persentase penurunan ≤ 85%,
karena tidak dilakukan pembubuhan desinfektan, air limbah yang berasal dari bak pengendap
akhir langsung dialirkan ke tempat pembuangan akhir. Untuk mencegah dampak yang timbul
akibat penanganan limbah yang kurang baik maka Limbah cair yang berasal dari berbagai kegiatan
misalnya laboratorium, dapur, laundry, toilet, dan lain sebagainya dikumpulkan pada sebuah
kolam equalisasi lalu dipompakan ke tangki reaktor untuk dicampurkan dengan gas ozon. Gas
ozon yang masuk dalam tangki reaktor bereaksi mengoksidasi senyawa organik dan membunuh
bakteri patogen pada limbah cair (Alamsyah, 2007)

Kemudian penelitian yang dilakukan Rukmanasari di Rumah Sakit Pertiwi dan rumah sakit Ibu
dan Anak Sitti Khadijah Makassar menunjukkan kadar MPN Koliform di Rumah sakit Bersalin
Pertiwi Makassar pada influent adalah 2.400.000 koloni/100ml dan pada effluent berkisar antara
1.300.000 – 1.800.000 koloni/100ml atau mengalami penurunan antara 25,00 % – 45,83 %
sedangkan di rumah sakit St. Hadija pada influent terendah 31.000 koloni/100 ml dan tertinggi
2.400.000 Koloni/100 ml; pada effluent terendah 11.000 koloni/100 ml dan tertinggi 1.400.000
koloni/100 ml atau mengalami penurunan antara 41,67 % – 65,83 %. Penelitian ini
menunjukkan bahwa sistem pengolahan air limbah ke dua rumah sakit tersebut tidak efektif dalam
menurunkan kadar MPN Koliform dimana tingkat penurunannya kurang dari 95 %, karena
pengolahan air limbah pada kedua rumah sakit ini terdapat bak khlorinasi (pembubuhan chlor)
namun tidak difungsikan, sehingga air limbah yang dibuang ke badan air tidak dikhlorinasi.

Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Lestari pada effluent Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid
didapatkan kandungan rata-rata MPN Koliform 891333,3 koloni /100 ml dan di effluent IPAL
Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar menunjukkan kandungan rata-rata MPN
Koliform 424966,7 koloni/100 ml. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa IPAL di Rumah
Sakit Dr. Tadjuddin Chalid dan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar tidak efektif
dalam menurunkan kandungan MPN Koliform karena jauh dari standar baku mutu, keadaan ini
terjadi juga karena kurang efektifnya kerja IPAL di dua Rumah Sakit ini disebabkan karena bak
khlorinasi yang tidak berfungsi.

B. Tinjauan Tentang Rumah Sakit

Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan terhadap individu pasien, keluarga dan
masyarakat dengan inti pelayanan medik, baik preventif, kuratif maupun promotif yang
diselenggarakan secara terpadu agar mencapai pelayanan kesehatan paripurna. Seiring dengan
perkembangan yang terjadi, rumah sakit juga merupakan institusi yang mengembangkan
pelayanan kompetitif yaitu dengan menyediakan pelayanan yang cepat, akurat, manusiawi, aman
dan nyaman (Depkes, RI).
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang dengan karakteristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi,
dan kehidupan social ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang
lebih bermutu dan terjangkauoleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya (UU RI, 2009)

Menurut surat keputusan Gubernur Sulawesi Selatan nomor14/GUB.SULSEL/2003 Tentang


Pengelolaan, Pengendalian Pencemaran Air, Udara, Penetapan Baku Mutu Limbah Cair, Baku
Mutu Udara Ambien dan Emisi Serta Baku Tingkat Gangguan Kegiatan yang beroperasi di
Propinsi Sulawesi Selatan, rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan
kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan
dan penelitian (Bapedalda SulSel). Sedangkan menurut Undang- undang RI Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit bahwa Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Dengan rujukan tersebut maka Rumah Sakit sebagai sarana kesehatan yang menyelenggarakan
kegiatan pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Kegiatan yang
ada di rumah sakit cukup kompleks meliputi pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, dan
pelayanan non medis yang dalam melaksanakan fungsinya tersebut menghasilkan buangan yang
berupa limbah padat, limbah cair dan gas (Sanropie ).

C. Tinjauan Tentang Air Limbah

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga , industry
maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat –
zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup.
Batasan ini menyatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang
berasal dari industry, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin
ada (Notoatmodjo).

Menurut Daud, Air Limbah adalah kotoran dari masyarakat dan rumah tangga yang juga berasal
dari industry, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya.

Dari batasan-batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang tersisa dari
kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industry,
perhotelan, dan sebagainya. Meskipun merupkan air sisa, namun volumenya besar, karena lbih
kurang 80 % dari air yang digunakan bagi kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi
dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar).Selanjutnya air limbah ini akhirnya mengalir ke
sungair dan laut serta akan digunakan oleh manusia lagi.Oleh sebab itu, air buangan ini harus
dikelola dan atau diolah secara baik. (Notoatmodjo)
D.Tinjauan Tentang Air Limbah Rumah Sakit

Secara umum yang dimaksud dengan air limbah (sewage) adalah excreta manusia, air kotor dari
dapur, kamar mandi dari WC, dari perusahaan-perusahaan termasuk pula air kotor dari permukaan
tanah dan air hujan. Sewage dibedakan menjadi domestic sewage yang berasal dari rumah-rumah
dan industryal sewage yang berasal dari sisa-sisa proses industri (Entjang).

Air Limbah rumah sakit adalah semua limbah cair yang berasal dari rumah sakit yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun, dan radioaktif (Sanropie).
Limbah cair yang dihasilkan dari sebuah rumah sakit umumnya banyak mengandung bakteri,
virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat membahayakan bagi kesehatan masyarakat
sekitar rumah sakit tersebut.

Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil seluruh kegiatan rumah
sakit yang meliputi limbah domestik cair yakni buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian
pakaian; limbah cair klinis yakni air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit, misalnya
air bekas cucian luka, cucian darah. dll; air limbah laboratorium; dan lainnya. Sumber-sumber
pencemaran dari limbah cair rumah sakit tentunya sangat berpotensi mengganggu kesehatan
lingkungan maupun kesehatan manusia.

E.Sumber dan Karakteristik Limbah Cair Rumah Sakit

1. Sumber dan karakteristik air limbah rumah sakit

Sumber air limbah bervariasi sesuai dengan tipe rumah sakit. Adapun sumber air limbah rumah
sakit pada umumnya adalah:

1. 1) Dapur
2. 2) Pencucian linen
3. 3) Ruang perawatan
4. 4) Ruang poliklinik
5. 5) Laboratorium
6. 6) WC dan kamar mandi
7. 7) Kamar mayat
8. 8) Unit lain sesuai tipe rumah sakit

2.Karakteristik air limbah rumah sakit

Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair rumah sakit yang berasap dari hasil proses
kegiatan rumah sakit, secara umum limbah rumah sakit dapat dibedakan sesuai dengan kegiatan
yang memproduksinya Yaitu :

1) Limbah Domestik cair yakni :


a) Buangan kamar mandi, ,

Air limbah ini dikategorikan sebagai limbah rumah tangga ,parameter dalam air limbah kamar
mandi adalah zat padat, BOD, COD, Nitrogen, phosphorus, minyak dan lemak serta bakteriologis

b) Air Limbah dapur

Air limbah dari unit dapur rumah sakit umumnya hamper sama limbah rumah tangga denga
kandungan BOD, COD, Total Solid, minyak-lemak, nitrogen dan phospat. Bahan padatan yang
terkandung berupa sisa makanan,sisa potongan sayuran dan lain-lain.

c) Air Limbah laundry, Air bekas pencucian pakaian.

Air limbah laundry berasal dari unit pencucian bahan kain yang umumnya bersifat basa dengan
kandungan zat padat total berkisar antara 800- 1200 mg/l dan kandungan BOD berkisar antara
400-450 mg/l.

2) Limbah cair klinis yakni air limbah yang barasal dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air
bekas cucian luka,cucian darah dan lain-lain

Air limbah rumah sakit dari kegiatan domestic maupun klinis umumnya mengandung senyawa
polutan oragnik yang tinggi

3) Air limbah Laboratorium

Air Limbah laboratorium berasal dari pencucian peralatan laboratorium dan bahan buangan
hasil pemeriksaan contah darah dan lain-lain. Air limbah ini umumnya banyak mengandung
berbagai senyawa kimia sebagai bahan pereaksi sewaktu pemeriksaan contoh darah dan bahan
lain.

Air limbah laboratorium mengandung bahan antiseptic dan antibiotic sehingga bersifat toksik
terhadap mikroorganisme juga mengandung logam berat yang mana bila air limbah tersebut
dialirkan ke dalam poses pengolahan secara biologis, logam berat tersebut dapat mengganggu
proses kerja dari pengolahan secara biologis.,oleh karena itu untuk air limbah yang berasal dari
laboratorium diolah tersendiri secara fisika dan kimia selanjutnya hasil olahannya dialirkan
bersama limbah lainnya.(Said)

F. Tinjauan Tentang Pengolahan Air Limbah

Pada awalnya tujuan utama pengolahan air limbah adalah untuk menghilangkan bahan-bahan
tersuspensi dan terapung, pengolahan bahan organik biodegradableserta
mengurangi organisme patogen, namun sejalan dengan perkembangannya, tujuan pengelolaan
air limbah sekarang ini juga terkait dengan aspek estetika dan lingkungan (Mulia)

Notoatmojo mengatakan, Tujuan utama pengolahan air limbah adalah untuk mengurangi BOD,
partikel tercampur serta membunuh organisme pathogen. Selain itu, diperlukan juga tambahan
pengolahan untuk menghilangkan bahan nutrisi, komponen beracun serta bahan yang tidak dapat
didegradasikan agar konsentrasi yang ada menjadi rendah. Untuk itu diperlukan pengolahan secara
bertahap agar bahan tersebut dapat dikurangi

Pengolahan air limbah tersebut dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahap (Syawal) :

1. Pengolahan Awal (Pretreatment)

Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan
tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung
pada tahap ini ialah screen and grit removal (bak penangkap dan penyedot pasir), equalization and
storage (pengumpulan dan pengendapan pasir di dasar bak pengolahan), serta oil separation
(pemisahan minyak).

2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)

Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama dengan
pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi
pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization (penetralan/menyortir kerikil, lumpur dan
menghilangkan zat padat), chemical addition and coagulation (penambahan zat kimia dan
koagulasi/pengentalan), flotation (pengapungan), sedimentation (sedimentasi/pengendapan), dan
filtration (filtrasi/penyaringan).

3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)

Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah yang tidak
dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada
pengolahan tahap ini ialah activated sludge (penggunaan lumpur aktif), anaerobic lagoon
(pertumbuhan bakteri dalam bak reaktor), tricking filter (penyaringan dengan cara pengentalan),
aerated lagoon (aerasi/proses penambahan oksigen), stabilization basin (stabilisasi pada bak
reaktor), rotating biological contactor (metode pemanfaatan kemampuan mikroba untuk
merombak bahan cemaran menjadi senyawa yang stabil), serta anaerobic contactor and filter
(metode pemanfaatan mikroba dan penyaringan).

4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)

Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah coagulation and
sedimentation (pengentalan dan pengendapan), filtration (penyaringan), carbon adsorption
(penyerapan dengan penggunaan karbon aktif/arang batok kelapa), ion exchange (pergantian ion),
membrane separation (pemisahan membran), serta thickening gravity or flotation (pengentalan
dan pengapungan).

5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)

Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya kemudian diolah
kembali melalui proses digestion or wet combustion (pencernaan lumpur aktif guna menstabilkan
lumpur melalui pembusukan zat organik dan anorganik yang bebas dari molekul oksigen),
pressure filtration (penyaringan dengan tekanan), vacuum filtration (penyaringann hampa udara),
centrifugation (pemutaran sentrifugal), lagooning or drying bed (pengeringan dan pembuangan di
tanah), incineration (meliputi pembakaran, oksidasi basah, dan pengeringan dengan panas ), atau
landfill (pengisian tanah dari pembuangan lumpur).

G. Prinsip Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit

Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan
rumah sakit yang meliputi limbah domestik cair, limbah cair klinis, air limbah laboratorium dan
lainnya(Alamsyah). Air limbah rumah sakit yang berasal dari buangan domestik maupun
buangan limbah cair klinis umunya mengandung senyawa organik yang cukup tinggi dan dapat
diolah dengan proses pengolahan secara biologis. Sedangkan air limbah rumah sakit yang berasal
dari laboratorium biasanya banyak mengandung logam berat yang mana bila air limbah tersebut
dialirkan kedalam proses pengolahan biologis, logam berat tersebut dapat mengganggu proses
pengolahannya.(Said)

Oleh karena itu untuk pengelolaan limbah rumah sakit, air limbah yang berasal dari laboratorium
dipisah dan ditampung kemudian diolah secara kimia-fisika, selanjutnya air olahannya dialirkan
bersama-sama limbah lainnya dan selanjutnya diolah dengan proses pengolahan secara biologis.
(Said),

Menurut Dit. Jen. PPM & PLP, Depkes (1996) Prinsip Pengolahan limbah cair rumah sakit
adalah :

1. 1. Saluran pembuangan air limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap air
dan limbah harus mengalir dengan lancar.
2. 2. Rumah sakit harus memiliki unit pengolahan limbah sendiri atau bersama-sama secara
kolektif dengan bangunan di sekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis, apabila belum
ada atau tidak terjangkau sistem pengolahan air limbah perkotaan.
3. 3. Kualitas limbah (effluent) rumah sakit yang akan dibuang ke lingkungan harus
memenuhi persyaratan baku mutu effluent sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Menurut Said dan Wahjono, untuk mengolah air yang mengandung senyawa organik umumnya
menggunakan teknologi pengolahan air limbah secara biologis atau gabungan antara proses
biologis dengan proses kimia-fisika. Pengolahan air limbah secara biologis aerobik secara garis
besar dapat dibagi menjadi tiga yakni proses biologis dengan biakan tersuspensi (suspended
culture), proses biologis dengan biakan melekat (attached culture) dan proses pengolahan dengan
sistem lagoon atau kolam. Teknologi proses pengolahan air limbah rumah sakit secara biologis
aerobic yang sering digunakan antara lain: Proses Lumpur Aktif/Konvensional (Actived Sludge
Process), Reaktor Biologis Putar (Rotating Biological Contaktor,RBC), Proses Aerasi Kontak
(Contact Aeration Proces), Proses Pengolahan dengan Biofilter “Up Flow”, serta proses
pengolahan dengan system Biofilter Anaerob-Aerob.
Menurut Pruss A.pengelolaan limbah layanan kesehatan (rumah sakit) terbagi atas:

1. Pengolahan limbah berhubungan dengan instalasi pengolahan limbah cair perkotaan.

Di negara yang tidak mengalami epedemi penyakit usus dan bukan wilayah endemik kecacingan,
pembuangan limbah cair yang tidak diolah dari instansi layanan kesehatan ke saluran pembuangan
perkotaan diperbolehkan asalkan memenuhi persyaratan berikut :

a.Saluran pembuangan perkotaan dihubungkan dengan instalasi pengolahan limbah yang


menjamin dapat menghilangkan bakteri sampai 95%-nya.

b. Lumpur yang dihasilkan oleh instalasi pengolahan limbah akan menjalani pengolahan anaerob
sehingga hanya menyisakan satu telur cacing per liter dalam lumpur yang sudah diolah.

c. Sistem pengelolaan limbah pada instansi layanan kesehatan mempertahankan standar yang
tinggi dan menjamin bahwa limbah cair yang dihasilkan tidak akan mengandung zat kimia toksik,
sediaan farmasi, radionuklida, obat- obatan sitotoksik, dan antibiotik.

d. Ekskreta yang berasal dari pasien yang menerima obat-obatan sitotoksik ditampung di tempat
yang terpisah dan menjalani pengolahan yang adekuat.

2.Pengolahan di tempat atau pra- pengolahan limbah cair

Banyak rumah sakit, terutama rumah sakit yang sistem pembuangannya tidak terhubung dengan
instalasi pengolahan limbah kota, memiliki instalasi pengolahan limbahnya sendiri.Pengolahan
limbah cair rumah sakit di tempat hanya akan efesien jika mencakup aktivitas berikut :

a. Pengolahan primer

b. Purifikasi biologis sekunder.

Sebagian besar cacing akan mengendap dalam lumpur akibat proses purifikasi sekunder, demikian
pula dengan bakteri ( 90-95%) dan virus, dengan demikian walau sudah terbebas dari cacing
effluent masih mengandung bakteri dan virus dalam konsentrasi yang infektif.

c. Pengolahan tersier

Effluent sekunder kemungkinan akan mengandung minimal 20 mg/liter zat organik terlarut yang
jika didesinfeksi dengan khlor hasilnya tidak akan efisien. Dengan demikian, effluent harus
menjalani pengolahan tersier, misalnya pengolaman, jika tidak tersedia cukup ruang untuk
membuat kolam, teknik filtrasi pasir cepat dapat menghasilkan efluen tersier dengan kadar zat
organik yang jauh lebih berkurang (< 10 mg/liter).

d. Desinfeksi khlor
Agar konsentrasi pathogen sebanding dengan konsentrasi yang ditemukan dalam air di alam,
effluent tersier harus menjalani desinfeksi klor sampai mencapai kadar yang ditetapkan. Desinfeksi
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan khlor dioksida (paling efesien), natrium hipoklorit,
atau gas khlor. Pilihan lainnya adalah dengan melakukan desinfeksi sinar ultraviolet.

Tahapan dalam pengelolaan air limbah rumah sakit sebagai berikut:

a. Pengumpulan meliputi: sumber, bak kontrol, sistem perpipaan menuju instalasi pengolahan

b. Pengolahan : Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sesuai kebutuhan rumah sakit

c.Pembuangan : pembuangan air limbah dari efluen IPAL ke saluran air limbah umum atau ke
badan air.

Menurut Dit. Jen. PPM & PLP, Depkes, Prinsip Pengolahan limbah cair rumah sakit adalah :

1. Saluran pembuangan air limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap air dan
limbah harus mengalir dengan lancar.

2. Rumah sakit harus memiliki unit pengolahan limbah sendiri atau bersama-sama secara kolektif
dengan bangunan di sekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis, apabila belum ada atau tidak
terjangkau sistem pengolahan air limbah perkotaan.

3. Kualitas limbah (effluent) rumah sakit yang akan dibuang ke lingkungan harus memenuhi
persyaratan baku mutu effluent sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

H.Tinjauan Umum Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit

Sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit berfungsi untuk memproses limbah
cair rumah sakit secara fisik dan biologis.

1. Proses pengolahan fisik meliputi : Penyaringan dengan screen, sedimetasi, penghancuran


padata-padatan dengan menggunakan comminutor yang bertujuan agar kandungan limbah cair
yang terdiri dari bahan-bahan organik dapat didegradasi. Limbah cair sebelum memasuki unit
IPAL utama melalui bak control terlebih dahulu untuk memisahkan padatan-padatan kasar yang
ikut bersama dengan air limbah.

2. Proses pengolahan biologis : dengan menggunakan jasa mikroba (Syroby atau Biodetex)
pendegradasi limbah cair.

Setelah melalui proses pengolahan limbah cair dalam unit pengolahan limbah, maka hasil buangan
yang dihasilkan dapat memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah.
. Berdasarkan proses pengolahannya, maka sistem IPAL dibagi dalam beberapa tahap sebagai
berikut :

1. Pretreatment (pra pengolahan) limbah cair

Merupakan tahap awal yang dilakukan sebelum limbah cair masuk ke dalam proses pengolahan
utama. Dalam tahap pretreatment ini beban kandungan limbah cair akan direduksi (COD dan BOD
direduksi 20-35 %, suspended solid direduksi 60-70 %)

Proses pretreatment menggunakan proses fisika mekanika dan bertujuan untuk :

a. Mengurangi beban limbah cair yang akan masuk ke dalam proses pengolahan utama.

b. Menghomogenkan dan menetralisasi pH limbah cair

c.Memisahkan/menyaring bahan-bahan atau padatan-padatan atau sampah yang dapat


mengganggu proses pengolahan utama maupun mengganggu peralatan yang ada.

d. Memisahkan pemantauan/pengecekan limbah cair sebelum masuk dalam proses pengolahan


utama.

e.Mengatur jumlah limbah perjamnya yang akan diolah sehingga tidak terjadi “over loading” yang
dapat menggangu proses pengolahan limbah cair.

Dalam proses pretreatment ini dibagi dalam beberapa bagian sebagai berikut :

-Grease Treatment (Pretreatment Dapur)

Bertujuan untuk memisahkan lemak ataupun padatan/sampah yang terbawa dalam aliran limbah
cair dalam pipa, sehingga dengan demikian dapat menghindarkan penyempitan/penyumbatan pipa
dan menurunkan beban polutan yang akan diolah.

-Pretreatment Laundry

Bertujuan untuk memisahkan padatan (suspended solid), lemak, dan kotoran-kotoran lainnya
sehingga dapat menurunkan beban limbah cair yang akan masuk ke dalam unit pengolahan limbah
cair.

-Screening Treatment

Bertujuan menyaring padatan/sampah yang terbawa dalam limbah cair sehingga proses
pengolahan utama tidak terganggu dan tidak terjadi penyumbatan pipa-pipa air limbah.

-Heavy Metal Precipitator


Bertujuan untuk menetralisir dan mereduksi kandungan logam berat yang ada dalam limbah cair
yang bersal dari laboratorium sehingga tidak mengganggu pada unit IPAL utama.

-Ekualisasi

Bertujuan menghomogenkan kondisi limbah cair dan menetralkan pH limbah yang ada dengan
menggunakan H2SO4 atau NaOH. Setelah dihomogenkan dan dinetralkan, maka limbah cair
tersebut siap untuk diolah biologis.

-Aero-Reactor

Setelah melalui tahap pretreatment, kemudian limbah cair dialirkan ke unit aero-eactor untuk
diproses secara biologis menggunakan jasa mikroba (bakteri) aerobic pendegradasi polutan
sehingga hasil olahan limbah cair yang dikeluarkan ke lingkungan sudah memenuhi syarat standar
baku mutu pemerintah. Reduksi beban polutan limbah cair di dalam tahap ini dapat mencapai 70-
90 % (COD dan BOD).

-Biomedia Filtration Technology

Mikroba (bakteri) pendegradasi limbah kemudian ditumbuhkembangkan pada packing media


khusus untuk optimalisasi aktifitasnya dalam limbah cair.

-Khlorinasi

Bertujuan untuk limbah cair yang sudah melalui proses pengolahan dan sudah layak dibuang ke
lingkungan/badan air akan melalui proses desinfektan dengan menggunakan khlorin untuk
membunuh bakteri-bakteri yang tersisa

I.Tinjauan Tentang Volume Air Limbah Rumah Sakit

Pada dasarnya sumber air limbah rumah sakit berfariasi sesuai dengan jenis dan tipe rumah sakit.
Umumnya sumber air limbah rumah sakit berasal dari dapur, ruang bersalin, ruang operasi, ruang
perawatan, ruang poliklinik, kamar mandi, kamar mayat dan unit lain sesuai kelas rumah sakit
(Sutriani).

Menurut Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Yogyakarta, jumlah dan volume limbah cair yang
dihasilkan per satuan waktu (debit) dan jenis limbah cair yang dihasilkan tergantung pada ukuran,
fungsi dan jenis kegiatan pelayanan rumah sakit. Debit limbah cair yang dihasilkan dari rumah
sakit dapat diperhitungkan dari jumlah karyawan, jumlah tempat tidur (Bed), tingkat hunian rata-
rata per hari dan ada tidaknya sarana penunjang lain seperti asrama perawat dan lain-lain yang
biasanya limbah cairnya dialirkan dan diolah menjadi satu.

Debit limbah cair tersebut dapat diperkirakan lebih kurang 85 – 95% dari jumlah air yang
dipergunakan dalam kegiatan pelayanan yaitu diperhitungkan dari jumlah karyawan dan jumlah
tempat tidur/bed yang ada.
Untuk setiap Karyawan = 40 Liter/Karyawan/hari

Untuk Setiap Bed = 650 Liter/Bed/hari

J.Standar kualitas parameter pemeriksaan air limbah

Standar kualitas fisika, kimia dan mikrobiologis air limbah rumah sakit untuk Propinsi Sulawesi
Selatan diatur dalam Keputusan Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan Nomor 14 tahun 2003 sesuai
tabel berikut:

Tabel 1. Standar kualitas air limbah rumah sakit Propinsi Sulawesi Selatan

Parameter Kadar maksimum


FISIKA

Suhu 30oC

KIMIA

pH 6–9

BOD5 30 mg/L

COD 70 mg/L

TSS (total zat tersuspensi) 30 mg/L

Amoniak bebas 0,1 mg/L

Phosfat 2 mg/L

MIKROBIOLOGIS

Mpn- Kuman Golongan 10.000


Koli/100 ml
Sumber :Kep.Gub.Prop.Sulsel No:14/2003

. Kualitas mikrobiologis diukur berdasarkan indikator MPN kuman golongan koli. Adapun MPN
kuman golongan koli tertinggi yang diperbolehkan berdasarkan aturan tersebut adalah 10.000
koloni/100ml.

K.Tinjauan Tentang Dampak Negatif Air Limbah

Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak buruk bagi mahluk
hidup dan lingkungannya beberapa dampak yang akan timbul sebagai berikut :

1. Gangguan Kesehatan

Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit bawaan air (
Watwrborne Disease), selain itu didalam air limbah mungkin mengadnung juga terdapat zat-zat
yang berbahaya dan beracun yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia.

Adakalanya air limbah yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi sarang vektor penyakit
misalnya nyamuk, kecoa, lalat dan lain-lain.

2. Penurunan kualitas lingkungan

Air limbah yang dibuang lansung ke air permukaan misalnya ke sungai dan danau dapat
mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut, Misalnya bahan organik yang terdapat
dalam air limbah bila dibuang langsung ke sungai dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen
yanf terlarut (DO) di dalam sungai tersebut. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di
dalam air yang membutuhkan oksigen akan tenganggu, sehingga mengurangi perkembangannya.
Dan kadang air limbah juga dapat merembes ke dalam air tanah, sehingga menyebabkan
pencemaran air tanah. Bila air tanah tercemar, maka kualitasnya akan menurun dan tidak dapat
lagi digunakan sesuai peruntukannya.

3. Gangguan terhadap keindahan ( estetika)

Bila air limbah yang mengandung pigmen warna yang dapat menimbulkan perubahan warna pada
badan air penerima, walaupun tidak menimbulkan gangguan kesehatan akan tetapi terjadi
gangguan keindahan terhadap badan air penerima tersebut. Dan juga bila air limbah mengandung
bahan yang bila terurai akan menimbulkan gas-gas yang berbau, Bila air limbah semacam ini
mencemari badan air maka dapat menimbulkan gangguan keindahan pada badan air tersebut.

4. Gangguan terhadap kerusakan benda

Adakalanya air limbah mengandung zat-zat yang dapat dikonversi oleh bakterianaerob menjadi
gas yang agresif seperti H2S. Gas ini dapat mempercepat proses perkaratan pada benda yang
terbuat dari besi misalnya saluran air limbah dan banguan air kotor lainnya, sehingga juga
menibulkan kerugian ekonomi dengan besarnya biaya pemeliharaan.
Air limbah yang mengandung mikroorganisme pathogen dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Hal tersebut dapat dilihat pada berikut:

Tabel 2 : Jenis Penyakit, penyebab infeksi dan cara penularan berbagai macam penyakit menular
yang ditimbulkan oleh air limbah

No. Jenis Penyakit Penyebab Infeksi & Cara Penularan


Reservoar
1 2 3 4
Amoebiasis(Penyakit
usus)
Air, tangan ke
mulut, sayuran dan
1.
buah yang
Entamoeba Histolitica- terkontaminasi lalat
Proto yang dikeluarkan dan tangan yang
bersama tinja kotor dan food
handler.
Ascariasis(Penyakit
Penularan langsung
usus)
Ascaris Lumbricoides- dan tidak langsung
2.
Cacing gelang yang dari telur cacing,
keluar bersama tinja infeksi dari tanah ke
mulut juga
penularannya
melelui debu
Vibrio Cholera Bacteri
yang keluar bersama tinja Air dan makanan
Cholera(Penyakit
dan air muntahan yang terkontaminasi
3. systemic)
lalat dan tanah.
yang akut
3

4
1 2
4. Hookworm/cacing Necator Amercanus dan Larvae pada tanah
tambang(Infeksi Ancylostoma Duodenale- lembab masuk
saluran pencernaan cacing yang dikeluarkan melalui
oleh cacing tambang bersama tinja dari orang kulit,biasanya kulit
dengan pengisian yang menderita tersebut kaki
darah
Leptospira
icerohaerhagiae-keluar
bersama air kencing
Leptospirosis (Infeksi binatang(sapi,anjing,tikus
systemic yang akut) & babi) yang sakit
5. Kontak dengan
27 Serotype dari Genus air,Lumpur dan
Shigella – Bakteri tanah yang
dikeluarkan bersama tinja terkontaminasi oleh
orang sakit kencing binatang
tersebut
Strongyloides stercoralis

Shigellosis (Infeksi
systemic yang akut)

6. Clostridium tetani – Basil


dikeluarkan oleh hewan, Kontak langsung
Srtongyloidiasis khususnya kuda yang dengan tinja melalui
(Penyakit infeksi dari tahan lama di tanah mulut, makanan,
saluran pencernaan) lalat dan tanah
Trichuris-Trichura-
7. Tetanus (Penyakit cacing keluar bersama Larva pada tanah
akut yang mematikan tinja orang yang sakit lembab masuk
karena toxin basil melalui kulit kaki
tetanus) Salmonella typhi- basil
keluar bersama tinja dan
air kencing orang sakit
8. Spora dari
Trichuriasis tanah,debu dan tinja
(Penyakit infeksi manusia dan hewan,
pada usus besar) masuk ke tubuh
melalui luka pada
kecelakaan

Typhoid fever Telur masuk lewat


9. (Penyakit enteritis) mulut dan tanah
yang terkontaminasi

Air dan makanan


10. sebagai vehicles,
sayuran yang
terkontaminasi ,juga
lalat.

.Sumber : Djabu dkk (Hal 21, 1990)


L. Tinjauan Tentang Mpn Koliform dalam limbah cair rumah sakit

Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Sebenarnya bakteri
coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform
fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan
keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat, dan
sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri coliform adalah Esherichia
coli dan Enterobacter aerogenes. Coliform merupakan indikator kualitas air. Makin sedikit
kandungan coliform, artinya kualitas air semakin baik.

Banyaknya kontaminan dalam air memerlukan standar tertentu untuk menjamin kebersihannya.
Air yang terkontaminasi oleh bakteri patogen saluran cerna sangat berbahaya untuk diminum. Hal
ini dapat dipastikan dengan penemuan organisme yang ada dalam tinja manusia atau hewan dan
yang tidak pernah terdapat bebas di alam. Ada beberapa organisme yang termasuk kategori ini,
yaitu bakteri coliform E. coli, Enterococcus faecalis, dan Clostridium sp. Di Indonesia, bakteri
indikator air terkontaminasi adalah E. coli.

Bakteri coliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting kualitas air minum. Kelompok
bakteri coliform terdiri atas Eschericia coli, Enterobacter aerogenes, Citrobacter fruendii, dan
bakteri lainnya. Meskipun jenis bakteri ini tidak menimbulkan penyakit tertentu secara langsung,
keberadaannya di dalam air minum menunjukkan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, air
bersih harus bebas dari semua jenis coliform. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform,
semakin tinggi pula risiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran
manusia dan hewan. Salah satu contoh bakteri pathogen yang kemungkinan terdapat dalam air
terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah panas adalah Shigella, yaitu mikroba
penyebab gejala diare, deman, kram perut, dan muntah-muntah. Jenis bakteri coliform tertentu,
misalnya E. coli yang bersifat patogen dan juga dapat menyebabkan diare atau diare berdarah,
kram perut, mual, dan rasa tidak enak badan (Tamyis Ali Imron, 2008). Patogen yang sering
ditemukan didalam air terutama adalah bakteri-bakteri penyebab infeksi saluran pencernaan
seperti Vibrio cholerae penyebab penyakit kolera, Shigella dysentriae penyebab penyakit disentri
basiler dan lain-lain

M. Tinjauan tentang khlorinasi dan khlor bebas dalam air

1. Khlorinasi

Khlorinasi merupakan proses pembubuhan senyawa chlorine ke dalam air limbah dengan dosis
dan waktu tertentu, dengan tujuan untuk membunuh mikroorganisme pathogen yang ada di dalam
air limbah. Dengan khlorinasi, air olahan (air limbah) yang mengandung bakteri pathogen, bakteri
coli atau virus yang sangat berpotensi menyebabkan penyakit ke masyarakat dapat dimatikan
sebelum dibuang ke badan air (Said & Wahjono).
Mekanisme pembubuhan sangat dipengaruhi oleh kondisi dari zat pembunuhnya dan
mikroorganisme itu sendiri. Banyak zat pembunuh kimia termasuk chlorine dan komponennya
mematikan bakteri dengan cara merusak atau mengaktifkan enzim utama, sehingga terjadi
kerusakan dinding sel. Mekanisme lain dari desinfeksi yaitu dengan merusak langsung dinding sel
seperti yang dilakukan apabila menggunakan bahan radiasi ataupun panas (Sugiharto, 2005),
sehingga seharusnya dengan adanya khlorinasi bakteri dalam hal ini E.coli akan mati dan kadar
MPN Koliform juga akan turun.

2. Khlorin bebas (Cl2) dalam air

Menurut Djabu dkk, khlor bebas (Cl2) Dalam air bila melebihi 0.05 mg/l akan menimbulkan
dampak terhadap kesehatan dan lingkungan, khlor bebas merupakan gas bertekanan, beracun,
korosif, iritasi dan dapat menimbulkan rasa tidak enak (rasa asin). Khlor bebas dalam air bersifat
racun terhadap ikan dan kehidupan lain di air, berbau merangsang. Sedangkan berdasarkan
Keputusan Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan Nomor 14 Tahun 2003, menetapkan nilai kadar
maksimal yang diperbolehkan untuk khlorin bebas (Cl2) sebesar 1 mg/L untuk baku mutu limbah
cair golongan I dan 2 mg/L untuk baku mutu limbah cair golongan II.

N. Tinjauan dari hasil penelitian.

Dari hasil penelitian yang meneliti tentang Kualitas Limbah Cair dan kandungan mpn coliforam
pd air limbah rumag sakit beberapa diantaranya adalah seperti pada table berikut :

Tabel 3. Sintesa penelitian tentang Efektifitas pengolahan limbah cair dan kualitas limbah cair
rumah sakit

No. Peneliti/Lokasi/Tahun Masalah utama Subyek Instrumen Metode Hasil temuan


1 Eka Anika Lestari Kualitas limbah 24 Lembar Observasional Kandungan
/Makassar/2010 cair rumah sakit sampel observasi dan Mpn koliform
pemeriksaan form tidak
laboratorium memenuhi
syarat karena
bak khlorinasi
yg tidak
berfungsi
2 Laharisi/ Pengolahan 12 Lembar Observasional Kadar Mpn
Makassar/2009 limbah cair dlm sampel Observasi koliform
menurunkan dan influent dan
Mpn koliform pemeriksaan effluent
&Bod Laboratorium semuanya
tidak
memenuhi
syarat karena
bak khlorinasi
yang tidak
diaktifkan
3. Andi Rukmanasari/ efektifitas 20 Lembar Observasional Pengolahan
Makassar/ 2009 engolahan air sampel observasi dan dan air limbah
limbah dalam pemeriksaan pemeriksaan tidak efektif
menurunkan laboratorium Laboratorium menurunkan
kadar mpn kadar Mpn
koliform di koliform
rumah sakit dalam air
bersalin limbah rumah
sakit
4. Ilsa Siswanti/ Kandungan 20 Lembar Observasional Kadar
Makassar/ 2009 MPN Koliform, sampel observasi dan dan Mpn koliform
BOD5 dan pemeriksaan pemeriksaan influen dan
Amonia Bebas laboratorium Laboratorium efluen IPAL
(NH3) Limbah tdk memenuhi
Cair Rumah syarat karena
Sakit bak khlorinasi
tdk di
fungsikan
5. Rahmawati perbedaan kadar 14 Lembar Observasional MPN
dkk/Nganjuk/2005 bod, cod, tss, dan sampel observasi dan dan Koliform pada
mpn koliform
 pemeriksaan pemeriksaan air limbah
laboratorium Laboratorium sebelum
pada air limbah,
pengolahan
sebelum dan
melebihi baku
sesudah
mutu limbah
pengolahan
cair yang telah
ditetapkan krb
bak khlorinasi
tdk berfungsi,

9. Srinata.I.W./ Pengelolaan Dan …… Lembar Observasional Kadar MPN


Kualitas observasi dan dan Koliform
Makassar/2009 Mikrobiologis Sampel pemeriksaan pemeriksaan Tidak
Limbah Medis laboratorium Laboratorium memenuhi
Cair Rumah kualitas,
Sakit Akademis syarat ini
Jaury Jusuf disebabkan
Putera Makassar efluen juga
disebabkan
oleh tidak
adanya
desinfeksi
pada akhir
pengolahan

Anda mungkin juga menyukai