anaerob filter diabsorb dalam kolam aerob. Kemudian out put dari proses
instalasi limbah ini adalah air yang dianggap tidak lagi berbahaya (paling
tidak berkurang) kandungan bahaya kimiawinya. Output itu langsung
disalurkan pipa dari tabung oksigen ke sungai Laweyan. Namun, sebagian
besar pengrajin di sekitar Kampoeng Laweyan itu masih membuang
limbahnya langsung ke sungai, tanpa ada proses instalasi pengolahan.
Pengurasan pada bak sedimentasi, buffle rekator dan anaerobic filter
direncanakan 1-2 tahun sekali. Kolam kontrol juga untuk sampel air limbah.
Penjelasan diatas merupakan sistem yang terdapat pada buku
pengelolaan IPAL Laweyan. Sedangkan jika dilihat dari peletakan serta
sistem kerja yang kami amati dilapangan terdapat beberapa perbedaan,
maka sistem dari IPAL Laweyan adalah sebagai berikut :
1. 2.
3.
1 : Equalisasi aerob
2 : Pengolah primer sedimentasi
3 : Equalisasi anaerob dan netralisasi
model septitack serta pengolah
sekunder anaerob model buffel reaktor
4 : Pengolah tersier anaerob stabilisasi
dan pengolah tersier anaerob dengan
model media filter alufial
5 : Pengolah sekunder aerob/filter
absorbsion karbon aktif, pengolahan
tersier aerasi dengan model kolam
nabati, dan bak kontrol
5. 4.
69 Batik 75 Showroom
70 Batik Qisti Showroom
71 Batik Tiga Negri Showroom
72 Batik Sidomurti Showroom
73 Batik Lili Hanifah Showroom
74 Batik Doyohadi Showroom
75 Batik Sidomulyo Showroom
76 Batik Damayanti Showroom
77 Batik Dandan Showroom
78 Batik Kanaya Showroom
79 KUB Laweyan Art Cinderamata
80 Anglo Art Cinderamata
81 Suyadi Art Cinderamata
82 Basiran Blangkon Cinderamata
83 Batik Mustika Cinderamata
84 UI & Fa wood Cinderamata
85 Wiryono Gallery Cinderamata
86 Dipta Cinderamata
87 Batik CiptaAsri Cinderamata
Yang tersebar di kampoeng Laweyan seperti dalam peta ini :
Pada IPAL ini menggunakan system gravitasi yang mana air limbah
mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Laweyan bagian
barat dan tengah cenderung memiliki kontur yang tinggi, maka atas dasar
itulah limbah yang berasal dari Laweyan bagian barat dan tengah dapat
ditampung dan diolah di system IPAL tersebut dengan menggunakan
peralatan yang cenderung masih konvensional. Sedangkan untuk limbah
industri batik yang berasal dari Laweyan bagian timur tidak dapat
disalurkan ke sistem pengolahan limbah IPAL Laweyan karena muka tanah
yang terlalu rendah menyebabkan air limbah tidak dapat mengalir ke sistem
pengolahan IPAL Laweyan tersebut.
IPAL di Laweyan ini memiliki kapasitas penampungan air limbah
yang sangat terbatas, tercatat hanya 9 industri batik yang berada di bagian
barat dan tengah yang limbahnya bisa dialirkan ke IPAL Laweyan.
Kesembilan industri batik tersebut dan lokasinya diantaranya adalah :
1. Batik Mahkota milik Ir. Alpha Febela Priyatmono (bagian barat)
2. Batik Puspa Kencana milik H. Achmad Sulaiman (bagian tengah)
3. Batik Amelia milik Sukarni (bagian tengah)
4. Batik Gress Tenan milik sardjono (bagian tengah)
5. Batik Budi milik Gunawan Kurnia Pribadi (bagian tengah)
6. Batik Surya Pelangi milik Rochyani (bagian tengah)
7. Batik Cempaka milik Dani Arifmawan W (bagian tengah)
8. Batik Adina milik Didik Setyadi (bagian tengah)
9. Batik Suwanto milik Suwanto (bagian tengah)
terhadap mutu dan kualitas dari air limbah IKM batik dilakukan dengan
mendasarkan ketentuan yang berlaku. Untuk air limbah yang dihasilkan
IKM batik berlaku ketentuan dalam Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah
Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah.
Berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan pada air limbah dapat
dibuktikan air limbah hasil pengolahan pada IPAL Laweyan masih
melampaui baku mutu yang disyaratkan dalam Perda Jawa Tengah Nomor
10 Tahun 2004. Ini dapat diartikan sebagai suatu pelanggaran terhadap
lingkungan yang mana dapat dijatuhi sanksi baik sanksi pidana maupun
sanksi administrasi sesuai dengan Pasal 19 ayat (3) Perda Kota Surakarta
Nomor 2 tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan hidup kepada IKM
Kampoeng Batik Laweyan yang tidak mau atau tidak sungguh-sungguh
menerapkan produksi bersih dan pengendalian pencemaran air.