Anda di halaman 1dari 23

PRASARANA WILAYAH DAN KOTA II

IPAL KAMPOENG BATIK LAWEYAN

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)


BANDAR KABANARAN KAMPOENG BATIK LAWEYAN

I. Profil IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Laweyan


Kampoeng Batik Laweyan adalah salah satu kawasan industri batik di
Kota Surakarta yang juga merupakan kawasan wisata. Di kawasan ini,
produksi batik sudah merupakan usaha yang telah berlangsung selama
puluhan tahun. Kurang lebih sekitar industri besar maupun kecil batik
melakukan berbagai jenis usaha batik di kawasan yang masih kental dengan
suasana tradisional. Saat ini, Kampoeng Batik Laweyan menjadi salah satu
kawasan yang sedang ditingkatkan potensinya, baik dari segi ekonomi
maupun pariwisata. Lokasi kampoeng laweyan sendiri berada di dalam
kecamatan laweyan.

Gambar 1.01: Peta Kota Solo


Sumber: Wikimedia.org

Gambar 1.02: Peta Laweyan


Sumber: Dokumen kondisi Laweyan Ibu Wiwik(Dosen Arsitektur UNS)

Erlana Citra – Sri Murdiati Rin Permata Sari 1


PRASARANA WILAYAH DAN KOTA II
IPAL KAMPOENG BATIK LAWEYAN

Dalam rangka mendukung peningkatan potensi-potensi tersebut,


Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Jakarta, Badan Pengelolaan dan
Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup (Bappedal) Propinsi Jawa
Tengah, Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Surakarta didukung oleh
Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH dalam
kerangka kerjasama teknis Program Lingkungan Hidup Indonesia – Jerman
(ProLH) bersama-sama dengan industri yang ada di Kampoeng Batik
Laweyan membangun kemitraan bersama. Program “Upaya Pengendalian
Pencemaran Air Terpadu” dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan
kinerja lingkungan dengan berkurangnya intensitas buangan air limbahnya
sekaligus meningkatkan kinerja ekonomi dan social di Kampoeng Batik
Laweyan. Program ini adalah program mengintegrasikan 2 pendekatan yaitu
pendekatan Produksi Bersih dan Pengolahan Air Limbah. Dengan pola
pendekatan yang berbeda, integrasi dan sinergitas kedua pendekatan ini
diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal. Penerapan produksi
bersih dimulai dengan mengadakan pelatihan-pelatihan produksi bersih
yaitu:
1. Tata Kelola yang Apik (Good Housekeeping)
Bertujuan agar industri dapat mengoptimumkan konsumsi bahan
baku, air, energi serta menurunkan jumlah limbahnya dan mengelola
pemakaian bahan agar tidak menimbulkan resiko kesehatan bagi
pekerjanya maupun resiko ,lingkungan sekitarnya.
2. Pengelolaan Biaya Berorientasi Lingkungan (Environment Oriented Cost
Management)
Bertujuan agar industri dapat mengelola biaya yang dikeluarkannya
untuk optimisasi biaya produksi.
3. Pengelolaan Bahan Kimia (Chemical Management)
Bertujuan agar industri dapat mengelola pemakaian, penyimpanan,
dan pembuangan bahan kimia dengan benar.
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang digunakan di
Kampung Batik Laweyan merupakan IPAL yang digunakan secara

Erlana Citra – Sri Murdiati Rin Permata Sari 2


PRASARANA WILAYAH DAN KOTA II
IPAL KAMPOENG BATIK LAWEYAN

bersama-sama (komunal) oleh beberapa industri kecil batik yang berada di


kawasan ini. Kegiatan pengolahan air limbah ini terdiri dari seleksi UKM,
pemilihan teknologi IPAL, pembentukan badan pengelola dan pelaksana,
penyusunan rencana kerja para pengusaha, penyusunan DED dan RAB,
penyusunan skema kontribusi pelaksanaan konstruksi IPAL, pelatihan
pengoperasian dan perawatan serta pendampingan dalam pengoperasian dan
perawatan. Kriteria yang digunakan dalam pemilihan teknologi IPAL,
antara lain:
1. Kapasitas volume yang memadai
2. Mudah untuk dikelola (pengoperasian dan pemeliharaan)
3. Biaya operasional dan perawatan yang murah
4. Memiliki potensi untuk diterapkan ulang di tempat lain
5. Sesuai dengan ketersediaan lokasi tempat IPAL dibangun yang memadai
Instalasi Pengolahan Air Limbah ini diresmikan pada tanggal 18
Maret 2008 oleh Ir. H. Joko Widodo yang pada saat itu menjabat sebagai
walikota Kota Surakarta dengan bantuan dana dari Jerman sebagai upaya
pengendalian pencemaran air terpadu pada segmen terpilih Bengawan Solo.

Gambar 1.03 : Bukti Peresmian IPAL Laweyan


Sumber : dokumen pribadi
Dengan instalasi pengolahan limbah ini, perajin batik di Laweyan
didorong untuk melakukan pendekatan produksi bersih (eko-efisiensi)
dalam produksi UKM Batik. IPAL yang digunakan di Kampoeng Batik
Laweyan merupakan IPAL yang digunakan secara bersma-sama (komunal)
oleh beberapa industri batik yang berada di kawasan tersebut.

Erlana Citra – Sri Murdiati Rin Permata Sari 3


PRASARANA WILAYAH DAN KOTA II
IPAL KAMPOENG BATIK LAWEYAN

II. Struktur Organisasi Badan/Institusi Pengelola IPAL


Untuk menjalankan atau mengoperasikan, merawat dan memperbaiki,
serta mengelola administrasi pelanggan dan keuangan, diperlukan sebuah
institusi atau badan yang mengelola IPAL. Institusi Atau badan pengelola
bersifat mandiri atau memiliki rumah tangga sendiri, dalam pengelolaan
sumber keuangan dan membelanjakan sesuai dengan rencana anggaran yang
telah ditetapkan. Anggaran disusun berdasar kebutuhan operasional dan
perawatan IPAL serta kebutuhan untuk pengembangan.
Pengelolaan keuangan menggunakan standart manajemen keuangan
dan menganut prinsip acountabilitas dan transparansi, semua transaksi
(pemasukan dan pengeluaran) disertai bukti dan dicatat dalam pembukuan.
Adapun jenis instrumen administrasi yang diperlukan yaitu : Kartu anggota
pelanggan dan catatan pemakaian; Buku bulanan pelanggan dan catatan
pemakaian; Buku kas; dan Buku Tabungan atau rekening.
Seperti yang diketahui bahwa IPAL Laweyan ini merupakan IPAL
yang berdiri atas kepedulian dari masyarakat sendiri maka kepengurusan
nya juga berasal dari masyarakat sendiri yang sebelumnya diwadahi dalam
paguyuban pengrajin batik Kampoeng Batik Laweyan. Susunan pengurus
Institusi/Badan Pengelola IPAL Kampoeng Batik Laweyan terdiri atas:
ketua, sekretaris, bendahara dan beberapa seksi. Namun untuk sekertaris
disini tidak ada, tugas sekertaris telah dirangkap oleh bendahara. Pengurus
Institusi/Badan Pengelola Kampoeng Batik Laweyan merupakan relawan
karena minat dan kepeduliannya, dan dalam pelayanan operasional sehari-
harinya mengangkat beberapa tenaga kerja yang diberi honor, antara lain
tenaga operator dan tenaga administrasi (seksi pelaksana).

Erlana Citra – Sri Murdiati Rin Permata Sari 4


PRASARANA WILAYAH DAN KOTA II
IPAL KAMPOENG BATIK LAWEYAN

Struktur Institusi/Badan Pengelola IPAL Kampoeng Batik Laweyan

Ketua : Bpk. Hary C. Hadi


Wakil Ketua : Bpk. Achmad Arif Yulianto, ST
Bendahara : Bpk. Sardjono
Sekretaris :-
Seksi Pelaksana(seksi IPAL) : Bpk. Sumarno Hadi Wardoyo

Erlana Citra – Sri Murdiati Rin Permata Sari 5


PRASARANA WILAYAH DAN KOTA II
IPAL KAMPOENG BATIK LAWEYAN

III. Sistem Pengolahan IPAL


Teknologi yang dipakai di IPAL Laweyan adalah teknologi
DEWATS-Plus. Teknologi DEWATS-Plus merupakan pengembangan dari
teknologi DEWATS yang didesain untuk pengolahan limbah batik dan
printing kalangan UKM (usaha kecil dan menengah) seperti di kampoeng
Laweyan ini sendiri. Sedangkan teknologi DEWATS adalah suatu sistem
pengolahan limbah cair secara terdesentralisasi, terdiri dari modul-modul
pengolahan yang sesuai untuk aplikasi dan desiminasi yang mudah dalam
pengoperasian dan perawatan nya. Teknologi DEWATS dikembangkan oleh
lembaga pengembangan teknologi pedesaan (LPTP) Surakarta, teruji untuk
pengolahan air limbah organik dan sanitasi yang berbasis pada masyarakat.
Teknologi DEWATS ini banyak diaplikasikan sebagai sebagai pengolahan
limbah peternakan, industri pengolahan makanan, limbah
domestik(sanimas), limbah rumah sakit dan hotel.
Konsep teknologi DEWATS-Plus memanfaatkan energi gravitasi
secara bejana berhubungan dengan proses biologis, yang tidak perlu input
energi listrik dan bahan kimia. Penggunaan teknologi DEWATS-Plus ini
memiliki beberapa kelebihan yaitu mudah dioperasionalkan dan mudah
perawatan serta murah (low maintance).
Teknologi DEWATS-Plus seperti yang diterapkan dalam IPAL
Laweyan adalah sebuah sistem, merupakan interaksi dan interdependensi
diantara subsistem mempunyai kedudukan yang sama pentingnya dengan
kedudukan komponen-komponen secara individual. Sebuah sistem sebagai
suatu seri interelasi dan interdependensi begian-bagian sehingga sehingga
interaksi atau saling pengaruh mempengaruhi setiap bagian akan
mempengaruhi keseluruhan.
Bekerjanya seluruh komponen atau sub sistem tersebut akan
menjamin keberlangsungan dan keberhasilan dalam mengatasi
permasalahan limbah batik, yang secara ringkas digambarkan sebagai
berikut :

Erlana Citra – Sri Murdiati Rin Permata Sari 6


PRASARANA WILAYAH DAN KOTA II
IPAL KAMPOENG BATIK LAWEYAN

Gambar 3.01 : Denah Jaringan IPAL Komunal Laweyan


Sumber : dokumen pribadi

Secara ringkas penjelasan dari gambar diatas adalah : limbah cair


batik ditampung di bak penampungan air limbah di masing-masing pabrik
dialirkan melalui scum trap yang diukur volumenya. Setelah melalui
instrumentasi air limbah dialirkan ke dalam saluran jaringan air limbah.
Dalam jarak tertentu, di dalam saluran jaringan air limbah dibangun bak
kontrol serta di dua titik persimpangan dipasang bak intake yang sekaligus
berfungsi sebagai scum trap.
Setelah melewati scum trap air limbah ditampung pada bak equalisasi
aerob, melalui pipa disalurkan ke dalam bak equalisasi anaerob, dan
sedimentasi dan netralisasi/septictank. Dari bak septictank, air limbah
masuk ke bak buffle reaktor. Di dalam bak septictank sudah terjadi proses
pengendapan(sedimentasi) awal, netralisasi dan proses homogenitas dari
limbah yang berasal dari limbah beberapa pabrik.
Air limbah mengalir masuk ke dalam bak buffle reaktor sebagai bak
utama untuk proses dekomposisi air limbah. Di dalam buffle reaktor
dipasang media penambat tempat berbiaknya mikroba. Setelah diproses
pada bak buffle reaktor air limbah menuju bak anaerobic stabilisasi dan ke

Erlana Citra – Sri Murdiati Rin Permata Sari 7


PRASARANA WILAYAH DAN KOTA II
IPAL KAMPOENG BATIK LAWEYAN

anaerob filter diabsorb dalam kolam aerob. Kemudian out put dari proses
instalasi limbah ini adalah air yang dianggap tidak lagi berbahaya (paling
tidak berkurang) kandungan bahaya kimiawinya. Output itu langsung
disalurkan pipa dari tabung oksigen ke sungai Laweyan. Namun, sebagian
besar pengrajin di sekitar Kampoeng Laweyan itu masih membuang
limbahnya langsung ke sungai, tanpa ada proses instalasi pengolahan.
Pengurasan pada bak sedimentasi, buffle rekator dan anaerobic filter
direncanakan 1-2 tahun sekali. Kolam kontrol juga untuk sampel air limbah.
Penjelasan diatas merupakan sistem yang terdapat pada buku
pengelolaan IPAL Laweyan. Sedangkan jika dilihat dari peletakan serta
sistem kerja yang kami amati dilapangan terdapat beberapa perbedaan,
maka sistem dari IPAL Laweyan adalah sebagai berikut :

Gambar 3.02 : Sistem Pengolahan Limbah Pada IPAL Laweyan


Sumber : dokumen pribadi

Erlana Citra – Sri Murdiati Rin Permata Sari 8


PRASARANA WILAYAH DAN KOTA II
IPAL KAMPOENG BATIK LAWEYAN

Dengan keterangan bahwa angka-angka dalam gambar tersebut


merupakan simbologi untuk :
1 : Industri pengrajin batik
Ada 9 industri pengrajin batik yang mengalirkan limbah nya ke IPAL ini
untuk nantinya diolah.
2 : Pipa saluran air limbah 4”
Dalam pengaliran air limbah dari tiap-tiap pabrik masih menggunakan
pipa yang berukuran Ø 4” .
3 : Pipa saluran air limbah 6”
Baru setelah memasuki sistem IPAL, semua pipa menggunakan yang
berukuran Ø 6”.
4 : Bak kontrol
Dari air limbah tiap industri karena jaraknya jauh dengan bak intek maka
agar tetap lancar saluran limbah cair nya maka diberi 2 bak kontrol
sebelum bak intek yang berfungsi mengontrol jika ada sedimentasi
ataupun sumbatan lain nya. Bak ini berukuran sekitar 0,5 m X 0,5 m.
(foto terlampir)
5 : Bak intake
Bak intake disini berbentuk lingkaran dengan diameter 2 meter dan
kedalaman 1,5 meter. Bak ini difungsikan sebagai penampungan sebelum
masuk kedalam komponen bangunan IPAL. (foto terlampir)
6 : Equalisasi aerob
Berupa kolam persegi panjang berukuran 2 meter X 4 meter
7 : Pipa persimpangan
Pipa ini berbentuk “T” sehingga sewaktu-waktu bisa dibuka ujung nya
agar mempermudah dalam pengurasan. Jika tidak dikuras maka bagian
ujung ditutup sehingga limbah tetap mengalir dari bagian equalisasi
aerob ke pengolah primer sedimentasi. (foto terlampir)

Erlana Citra – Sri Murdiati Rin Permata Sari 9


PRASARANA WILAYAH DAN KOTA II
IPAL KAMPOENG BATIK LAWEYAN

8 : Pengolah primer sedimentasi


Terdapat 5 ruang/kotak yang berbentuk seperti berikut, sehingga tiap air
yang masuk tiap ruang bagian bawah melalui pipa
hanya bisa naik melalui lubang-lubang yang ada di
layer dan kemudian semakin naik dan melalui pipa
masuk ke ruang bagian bawah di ruang selanjutnya
yang total nya ada 5 ruang dengan kedalaman 2 meter .

Gambar 3.03 : Kotak Pengolah Primer Sedimentasi


Sumber : dokumen pribadi

9 : Equalisasi anaerob dan netralisasi model septitack serta pengolah


sekunder anaerob model buffel reaktor
Terdapat 10 kotak berbentuk persegi dengan kedalaman 2 meter, tiap
kotak terdapat sekat-sekat. Di dalam bak ini setiap bulan nya diberi pur
sebanyak 5 kilo untuk bahan makan para bakteri yang ada didalam kotak
yang berasal dari tinja pada saat awal pembuatan ipal serta dari kamar
mandi yang ada di IPAL tersebut. (foto terlampir)
10 : Kamar mandi
Kamar mandi ini nantinya memproduksi tinja dan langsung dialirkan
dalam kotak equalisasi anaerob yang mana bakteri dalam tinja
difungsikan untuk menguraikan zat-zat kimia yang terkandung didalam
limbah.
11 : Pengolah tersier anaerob stabilisasi dan pengolah tersier anaerob
dengan model media filter alufial
Ini berupa 4 kotak yang didalam nya terdapat batu untuk menyaring serta
pengendapan limbah dengan kedalaman 2 meter.
12 : Pengolah sekunder aerob/filter absorbsion karbon aktif
Berupa kolam berukuran 2 meter X 2 meter dengan kedalaman 2 meter
yang didalam nya terdapat 20 karung berisi batok arang dan batu yang
berfungsi sebagai filter. (foto terlampir)

Erlana Citra – Sri Murdiati Rin Permata Sari 10


PRASARANA WILAYAH DAN KOTA II
IPAL KAMPOENG BATIK LAWEYAN

13 : Pengolahan tersier aerasi dengan model kolam nabati


Kolam ini berukuran 2 meter X 4 meter dengan kedalaman 2 meter,
seharusnya berisi tumbuhan air untuk menyerap zat-zat kimia yang masih
terkandung dalam limbah, namun di kolam ini tidak dijumpai tumbuhan
apapun.
14 : Bak kontrol
Bak ini berukuran 2 meter X 1 meter dengan kedalaman 2 meter yang
merupakan tempat untuk mengontrol/penampungan sebelum limbah
dibuang langsung ke sungai.
15 : Pipa pembuangan
Dari bak kontrol limbah langsung dialirkan ke sungai kali jenes untuk
pembuangan nya.
16 : Sungai kali ngengas
Selain itu dalam sistem IPAL ini sendiri terdapat komponen
bangunannya. Komponen bangunan teknologi pada IPAL Laweyan terdiri
dari beberapa bangunan diantara nya adalah :
1. Equalisasi aerob
 Proses homogenitas air limbah
 Antisipasi terjadinya fluktuasi volume air limbah
 Memisahkan partikel/komponen besar, malam, minyak atau lemak
 Tempat pengambilan sampel yang belum diolah
2. Equalisasi anaerob
 Memasukkan nutrient (tinja)
 Menumbuhkan proses homogenitas
 Konstruksi bangunan tertutup agar tidak bau
3. Pengolah primer sedimentasi/netralisasi model septictank
 Untuk pengendapan serta stabilisasi dalam proses anaerob melalui 4
ruang
 Ruang I : berfungsi untuk memisahkan tiga bagian air limbah.
Bagian atas berbentuk busa, bagian tengah supermatan yaitu limbah

Erlana Citra – Sri Murdiati Rin Permata Sari 11


PRASARANA WILAYAH DAN KOTA II
IPAL KAMPOENG BATIK LAWEYAN

yang dialirkan pada bak selanjutnya, lumpur yang berat jenisnya


lebih besar secara perlahan mengendap pada bagian bawah.
 Ruang II : menampung supernatan aliran dari ruang I berfungsi sama
dengan ruang I, besaran lumpur dan busa sudah berkurang, dan
seterusnya hingga melalui ruang III dan IV.
 Proses pada septictank berlangsung tanpa udara/oksigen (anaerob)
atau ruangan tertutup, sehingga bakteri anaerob tumbuh dan
berkembangbiak.
 Penguraian karbohidrat, lemak dan protein oleh mikro-organisme
anaerob dapat menghasilkan produk CO2, NH3, H2S, CH4.
 Kecepatan aliran uplift kurang dari 2 m/jam
 Penanganan lumpur dengan penyedot lumpur pada periode tertentu
melalui man hole dialirkan menuju bak pengering lumpur (drying-
bad)
4. Pengolah sekunder anaerob model buffel reaktor
 Proses sedimentasi padatan
 Proses pencernaan anaerobik larutan padatan melalui kontak lumpur
 Proses pencernaan anaerobik (fermentasi) lumpur bagian bawah
 Proses sedimentasi bahan mineral (stabilisasi)
 Kecepatan aliran uplift kurang dari 2 m/jam
 Penguraian karbohidrat, lemak dan protein oleh mikro-organisme
anaerob dapat menghasilkan produk CO2, NH3, H2S, CH4
 Di dalamnya dipasang batu volkanik dan filter polyuretan media
penambat mikroorganisme anaerob tidak mudah hanyut namun
mudah berbiak
 Periode tertentu (28 hari) bakteri akan mati dan diganti oleh generasi
baru berikutnya
 Bagian atas bangunan dipasang man hole untuk menyedot lumpur
dan perawatan

Erlana Citra – Sri Murdiati Rin Permata Sari 12


PRASARANA WILAYAH DAN KOTA II
IPAL KAMPOENG BATIK LAWEYAN

5. Pengolah tersier anaerob stabilisasi


 Tahap lanjutan dari buffle reaktor sebagai pengendapan
 Stabilisasi dari reaktor sebelumnya
 Bagian atas bangunan dipasang man hole untuk menyedot lumpur
dan perawatan
6. Pengolah tersier anaerob dengan model media filter alufial
 Didalamnya berisi media batu berpori untuk penambat bakteri yang
memakan limbah yang tak terolah pada reaktor sebelumnya
 Bagian atas bangunan dipasang man hole untuk menyedot lumpur
dan perawatan
 Material AF (alufial filter) tersebut dapat diperoleh dari batuan
gunung merapi
7. Pengolah sekunder aerob/filter absorbsian karbon aktif
 Sebagai filter terbuka menjadi kontak dengan udara
 Media filter menggunakan ijuk dan karbon aktif untuk absorb
diserapnya zat warna atau kimiawi terlepas dari mengurangi bau
8. Pengolah tersier aerasi dengan model kolam nabati
 Proses kontak udara dengan air limbah setelah melalui proses
sebelumnya
 Untuk aerasi ditanami tumbuhan air (enceg gondok, teratai atau
tanaman sejenis yang menghasilkan oksigen) dan untuk mengikat
sebagian logam berat yang tersisa
9. Bak kontrol akhir
 Untuk menguji kualitas hasil akhir dari proses pengolahan limbah
 Sebagai indikator pada kolam ini dipelihara ikan
 Untuk mengambil sampel air limbah setelah diolah
10. Bak pengering lumpur/drying-bed
 Bangunan ini diperuntukkan menampung lumpur dari masing-
masing rekator penghasil lumpur untuk dikeringkan dengan bantuan
panas matahari. Bangunan ini dilengkapi dengan drain pada setiap

Erlana Citra – Sri Murdiati Rin Permata Sari 13


PRASARANA WILAYAH DAN KOTA II
IPAL KAMPOENG BATIK LAWEYAN

level ketinggian yang dapat memudahkan pengeringan. Secara


berkala lumpur pada bak pengering di ambil sampel untuk uji
laboratorium.
Untuk komponen bangunan IPAL Laweyan jika dibuat alurnya adalah
sebagai berikut,

1. 2.

3.
1 : Equalisasi aerob
2 : Pengolah primer sedimentasi
3 : Equalisasi anaerob dan netralisasi
model septitack serta pengolah
sekunder anaerob model buffel reaktor
4 : Pengolah tersier anaerob stabilisasi
dan pengolah tersier anaerob dengan
model media filter alufial
5 : Pengolah sekunder aerob/filter
absorbsion karbon aktif, pengolahan
tersier aerasi dengan model kolam
nabati, dan bak kontrol

5. 4.

Gambar 3.04 : Alur Komponen Bangunan Teknologi IPAL Laweyan


Sumber : dokumen pribadi

Erlana Citra – Sri Murdiati Rin Permata Sari 14


PRASARANA WILAYAH DAN KOTA II
IPAL KAMPOENG BATIK LAWEYAN

IV. Asal Limbah


Terdapat kurang lebih 87 industri pengrajin batik yang tersebar di
kecamatan Laweyan yaitu di bagian barat, timur, tengah. 87 industri
tersebut adalah :
No Nama Perusahaan Jenis Usaha
1 Batik Cahaya Putra Produksi batik dan showroom
2 Batik Putra Laweyan Produksi batik dan showroom
3 Batik Sidoluhur Konveksi batik dan showroom
4 Batik Adityan Produksi batik dan showroom
5 Batik RIN Jasa konveksi
6 Batik Wanto Jasa konveksi
7 Batik Sri Nurlan Produksi batik
8 Batik Santika Konveksi batik dan showroom
9 Batik Molina Produksi batik
10 Batik Marin Rumah mode dan showroom
11 Batik Puspa Kencana Produksi batik dan showroom
12 Batik Nesa Noer Showroom
13 Batik Thahaya Baru Showroom
14 Batik Cempaka Produksi batik dan showroom
15 Batik Merak Ati Produksi batik dan showroom
16 Batik Nugraha Showroom
17 Batik Gres Tenan Produksi batik dan showroom
18 Batik Merak Manis Produksi batik dan showroom
19 Batik Gunawan Desain Produksi batik dan showroom
20 Batik Halus Produksi batik dan showroom
21 Batik Bapak Bandono Produksi batik
22 Batik Doyohadi Showroom
23 Batik Rohyani Produksi batik dan showroom
24 Batik Mahkota Produksi dan showroom
25 Batik Sentong Ayu Showroom
26 Batik Luar Biasa Produksi batik dan showroom
27 Batik Saud Effendi Produksi batik dan showroom
28 Batik Amelia Produksi batik dan showroom
29 Batik Surya Pelangi Produksi batik dan showroom
30 Batik Cattleya Produksi batik dan showroom
31 Batik Wedelan Produksi batik dan showroom

Erlana Citra – Sri Murdiati Rin Permata Sari 15


PRASARANA WILAYAH DAN KOTA II
IPAL KAMPOENG BATIK LAWEYAN

32 Batik Putra Bengawan Produksi batik dan showroom


33 Batik Lor Ing Pasar Produksi batik dan showroom
34 Batik Adina Produksi batik dan showroom
35 Batik Laweyan HY Produksi batik dan showroom
36 Batik Pulau Jawa Produksi batik dan showroom
37 Batik Tjokosumarto Produksi batik
38 Batik Multisari Produksi batik
39 Batik Oke Produksi batik
40 Batik Purworaharjo Produksi batik
41 Batik Supriyarso Produksi batik
42 Batik Setya Budi Produksi batik
43 Rin Modeste Konveksi
44 Pardi Collection Konveksi
45 Edi Collection Konveksi
46 Marijo Collection Konveksi
47 KUB Setono Konveksi
48 KUB Selawe Konveksi
49 KUB Klaseman Konveksi
50 Marin Konveksi dan showroom
51 Batik Putri Solo Konveksi dan showroom
52 Batik Satrio Luhur Konveksi dan showroom
53 Batik Anna Colection Konveksi dan showroom
54 Batik Mustika Konveksi dan showroom
55 Batik Putro Hadi Konveksi dan showroom
56 Batik Lawasan Konveksi dan showroom
57 Dewi Collection Konveksi dan showroom
58 Batik Sri Nurlan Showroom
59 Batik Nugraha Showroom
60 Batik Candi Kencana Showroom
61 Batik Farhan Showroom
62 Batik Kencana Murni Showroom
63 Batik Ivy Showroom
64 Batik Sindjang SG Showroom
65 Batik Putra Pelangi Showroom
66 Batik Griya Pendapi Showroom
67 Batik Mbah Zaini Showroom
68 Batik Galeri Merpati Showroom

Erlana Citra – Sri Murdiati Rin Permata Sari 16


PRASARANA WILAYAH DAN KOTA II
IPAL KAMPOENG BATIK LAWEYAN

69 Batik 75 Showroom
70 Batik Qisti Showroom
71 Batik Tiga Negri Showroom
72 Batik Sidomurti Showroom
73 Batik Lili Hanifah Showroom
74 Batik Doyohadi Showroom
75 Batik Sidomulyo Showroom
76 Batik Damayanti Showroom
77 Batik Dandan Showroom
78 Batik Kanaya Showroom
79 KUB Laweyan Art Cinderamata
80 Anglo Art Cinderamata
81 Suyadi Art Cinderamata
82 Basiran Blangkon Cinderamata
83 Batik Mustika Cinderamata
84 UI & Fa wood Cinderamata
85 Wiryono Gallery Cinderamata
86 Dipta Cinderamata
87 Batik CiptaAsri Cinderamata
Yang tersebar di kampoeng Laweyan seperti dalam peta ini :

Gambar 4.01 : Persebaran Industri Batik Di Kampung Laweyan


Sumber : brosur “Kampung Batik Laweyan”

Erlana Citra – Sri Murdiati Rin Permata Sari 17


PRASARANA WILAYAH DAN KOTA II
IPAL KAMPOENG BATIK LAWEYAN

Pada IPAL ini menggunakan system gravitasi yang mana air limbah
mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Laweyan bagian
barat dan tengah cenderung memiliki kontur yang tinggi, maka atas dasar
itulah limbah yang berasal dari Laweyan bagian barat dan tengah dapat
ditampung dan diolah di system IPAL tersebut dengan menggunakan
peralatan yang cenderung masih konvensional. Sedangkan untuk limbah
industri batik yang berasal dari Laweyan bagian timur tidak dapat
disalurkan ke sistem pengolahan limbah IPAL Laweyan karena muka tanah
yang terlalu rendah menyebabkan air limbah tidak dapat mengalir ke sistem
pengolahan IPAL Laweyan tersebut.
IPAL di Laweyan ini memiliki kapasitas penampungan air limbah
yang sangat terbatas, tercatat hanya 9 industri batik yang berada di bagian
barat dan tengah yang limbahnya bisa dialirkan ke IPAL Laweyan.
Kesembilan industri batik tersebut dan lokasinya diantaranya adalah :
1. Batik Mahkota milik Ir. Alpha Febela Priyatmono (bagian barat)
2. Batik Puspa Kencana milik H. Achmad Sulaiman (bagian tengah)
3. Batik Amelia milik Sukarni (bagian tengah)
4. Batik Gress Tenan milik sardjono (bagian tengah)
5. Batik Budi milik Gunawan Kurnia Pribadi (bagian tengah)
6. Batik Surya Pelangi milik Rochyani (bagian tengah)
7. Batik Cempaka milik Dani Arifmawan W (bagian tengah)
8. Batik Adina milik Didik Setyadi (bagian tengah)
9. Batik Suwanto milik Suwanto (bagian tengah)

Erlana Citra – Sri Murdiati Rin Permata Sari 18


PRASARANA WILAYAH DAN KOTA II
IPAL KAMPOENG BATIK LAWEYAN

V. Kelayakan Baku Mutu


Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa program upaya
pengendalian pencemaran air terpadu di Kampoeng Batik Laweyan telah
terlaksana atas kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup (KLH ) Jakarta,
Badan Pengelolaan dan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup
(Bappedal) Propinsi Jawa Tengah, Kantor Lingkungan Hidup Kota
Surakarta, Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan didukung oleh
Deutche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH,
sebagai kerjasama teknis Program Lingkungan Hidup Indonesia Jerman
(Pro LH).
Program ini mengintegrasikan 2 pendekatan yaitu pendekatan
produksi bersih dan pengelolaan air limbah. Penerapan produksi bersih
dilakukan dengan pengusaha batik di Kampoeng Batik Laweyan sebagai
subyeknya, langkahnya yaitu pelatihan Tata Kelola yang Apik dan pelatihan
penggunaan bahan kimia dengan didampingi konsultan dari GTZ terhadap 3
IKM yang dijadikan percontohan, diharapkan 3 IKM tersebut dapat
memberi contoh dari pelatihan kepada IKM lain di Kampoeng Batik
Laweyan.
Dari hasil penerapan produksi bersih, volume dan kandungan zat
pencemar pada air limbah dapat ditekan. Hingga penelitian ini diakhiri
terdapat 11 IKM (Industri Kecil Menengah) batik yang telah menyetujui
dengan membuat surat pernyataan kesediaan menerapkan produksi bersih
dan pengendalian pencemaran air. Limbah dari 11 IKM batik tersebut
dikelola dengan menggunakan instalasi pengelola air limbah (IPAL).
Limbah sisa produksi batik dikelola dengan menggunakan teknologi IPAL
Decentralized Wastewater Treatment System (DEWATS), dari hasil
penelitian teknologi ini dapat mengurangi beban pencemar pada air limbah
sebesar 50 %. Air hasil pengolahan akan dialirkan menuju sungai
Kabanaran/Premulung. Air yang dihasilkan dari proses pengolahan air
limbah IKM tersebut dapat digolongkan sebagai air limbah. Sebelum
dialirkan bebas, air limbah perlu lebih dahulu diuji kualitasnya. Pengujian

Erlana Citra – Sri Murdiati Rin Permata Sari 19


PRASARANA WILAYAH DAN KOTA II
IPAL KAMPOENG BATIK LAWEYAN

terhadap mutu dan kualitas dari air limbah IKM batik dilakukan dengan
mendasarkan ketentuan yang berlaku. Untuk air limbah yang dihasilkan
IKM batik berlaku ketentuan dalam Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah
Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah.
Berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan pada air limbah dapat
dibuktikan air limbah hasil pengolahan pada IPAL Laweyan masih
melampaui baku mutu yang disyaratkan dalam Perda Jawa Tengah Nomor
10 Tahun 2004. Ini dapat diartikan sebagai suatu pelanggaran terhadap
lingkungan yang mana dapat dijatuhi sanksi baik sanksi pidana maupun
sanksi administrasi sesuai dengan Pasal 19 ayat (3) Perda Kota Surakarta
Nomor 2 tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan hidup kepada IKM
Kampoeng Batik Laweyan yang tidak mau atau tidak sungguh-sungguh
menerapkan produksi bersih dan pengendalian pencemaran air.

Erlana Citra – Sri Murdiati Rin Permata Sari 20


PRASARANA WILAYAH DAN KOTA II
IPAL KAMPOENG BATIK LAWEYAN

VI. Masalah yang terdapat pada IPAL Laweyan


Masyarakat kerap kali harus menahan napas setiap melewati bantaran
Kali Jenes, terutama yang membelah Kampung Kidul Pasar Laweyan.
Pasalnya, dari aliran anak sungai Bengawan Solo tersebut tercium bau
sangat menyengat. Bau menusuk hidung itu lantaran di kali tersebut
terdapat banyak limbah yang berasal dari zat pewarna kain batik.
Dikarenakan banyak saluran pengolahan limbah milik perajin batik tidak
berfungsi maksimal. Limbah batik mencemari Kali Jenes setiap hari
mengalir cukup deras dari paralon-paralon penyaringan sampah milik
pengusaha batik lokal. Bahkan ada pula limbah batik yang dibuang secara
langsung oleh produsen batik ke Kali Jenes. Sayangnya saat ini, kondisi
IPAL tampak kurang terawat serta efisiensi pemanfaatannya tampak kurang
maksimal. Masih dibutuhkan penyadaran dan kampanye kepada para perajin
batik Laweyan dan kampung sekitarnya untuk mengurangi bahan pewarna
kimia dan mengelola zat-zat kimia dalam pewarna secara lebih hati-hati.
Selain itu IPAL ini masih memiliki kapasitas yang terbatas, sehingga
banyak industri-industri yang tidak dapat mengalirkan limbahnya ke IPAL
ini, dan mereka langsung membuang nya ke sungai karna tidak memiliki
alat untuk mengolahnya.
Teknologi yang dipakai di IPAL Laweyan ini masih termasuk bersifat
konvensional sehingga kadar Limbah walaupun mengalami beberapa proses
penyaringan kadar kejernihannya masih sekitar 70%(menurut sumber
wawancara) sedangkan menurut sumber dari artikel dan penelitian-
penelitian mahasiswa limbah yang telah diolah oleh IPAL ini kandungan
nya masih dibawah baku mutu untuk dapat dialirkan ke sungai.

Erlana Citra – Sri Murdiati Rin Permata Sari 21


PRASARANA WILAYAH DAN KOTA II
IPAL KAMPOENG BATIK LAWEYAN

VII. Solusi Penyelesaian Masalah


Meskipun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sudah dibangun di
kawasan Kampoeng Batik Laweyan pada tahun 2008, upaya ini masih
kurang optimal. Setidaknya di kawasan tersebut membutuhkan dua lokasi
IPAL. Hanya saja tidak mudah untuk membuat IPAL di lokasi Kampung
Batik Laweyan. Hal itu dikarenakan masalah pendanaan dan lokasi lahan
yang terbatas. Dua hal itulah yang membuat pembuatan IPAL yang masih
sangat jauh untuk direalisasikan.
Pembangunan IPAL di kawasan sentra industri batik ini butuh campur
tangan dari pihak Pemerintah Kota Surakarta. Terutama dalam penyediaan
anggaran. Pasalnya, untuk membangun IPAL di kawasan Laweyan tidaklah
dengan anggaran keci. Terlebih jika harus membebaskan lahan yang
dibutuhkan untuk membangun saluran-saluran IPAL tersebut. Masalah
anggaran menjadi kendala yang sangat berpengaruh, maka penyelesaian
masalah ini harus diambil alih oleh pemerintah. Pemerintahlah yang
membiayai pembangunan IPAL yang ideal dan memenuhi standar baku
mutu lingkungan di kawasan ini. Pengolahan limbah batik agar lebih ramah
lingkungan harus menjadi perhatian bersama. Perlu perhatian dan kerjasama
semua pihak, baik Kabupaten atau Kota yang berbatasan dengan Kota
Surakarta, serta pemerintah pusat untuk mencari solusi bersama mengelola
limbah batik lebih ramah lingkungan.

Erlana Citra – Sri Murdiati Rin Permata Sari 22


PRASARANA WILAYAH DAN KOTA II
IPAL KAMPOENG BATIK LAWEYAN

LAMPIRAN FOTO SURVEI

Pipa persimpangan Equalisasi anaerob

Bak Kontrol Filter Absorbsion Karbon Aktif

Sumber Informasi (Bpk Sumarno) Bak Intake


Seksi Pelaksana

Erlana Citra – Sri Murdiati Rin Permata Sari 23

Anda mungkin juga menyukai