Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH HIGIENE INDUSTRI 2

ANALISIS JURNAL DENGAN HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT,


DAN PENGENDALIAN BAHAYA PADA BAHAN KIMIA KROMIUM DI INDUSTRI
ELEKTROPLATING

Oleh:
Nama : Rika Fauziah
NIM : 101511133192
Kelas : Peminatan K3 2018

DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
A. Pendahuluan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja menjadi aspek yang penting untuk diterapkan dalam
berbagai jenis pekerjaan. Penerapan K3 yang perlu dilakukan salah satunya di bidang industri
pelapisan logam atau elektroplating. Terdapat risiko bahaya yang ditimbulkan dari industri
logam dalam melakukan pelapisan logam atau elektroplating, yang didominasi oleh risiko
bahaya yang berasal dari faktor kimia. Bahan kimia yang digunakan pada industri
elektroplating berupa penggunaan beberapa logam untuk dapat melapisi suatu benda dengan
memberikan perlindungan pada bagian luar.
Elektroplating merupakan proses pelapisan yang dilakukan dengan cara ion logam yang
berada dalam larutan yang dipindahkan oleh medan listrik (secara elektrik) untuk melapisi
elektroda. Dalam proses electroplating menggunakan arus listrik untuk dapat mengurangi
kation dari bahan yang diinginkan dari larutan. Proses elektroplating ini sering menggunakan
beberapa logam untuk melapisi termasuk seng, tembaga, kuningan, kromium, nikel, emas,
perak, kadmium, dan timbal (Oogii, 2011). Semakin banyak industri elektroplating yang
berkembang untuk menghasilkan produk yang berkualitas dengan teknik pelapisan logam yang
memberikan banyak manfaat.
Logam kromium merupakan elemen yang terjadi secara alami yang banyak ditemukan pada
batu, hewan, tumbuhan dan permukaan tanah, dimana terdapat banyak bentuk kombinasi antara
kromium dengan elemen lain yang membentuk berbagai macam senyawa. Terdapat tiga bentuk
utama dari kromium yaitu kromium (0), kromium (III), dan kromium (VI). Sejumlah kecil dari
kromium dibutuhkan untuk kesehatan manusia. Kromium pada industri manufaktur banyak
digunakan secara luas untuk membentuk beberapa campuran logam seperti stainless steel atau
dapat juga dalam produk konsumen (Agency for Toxic Substances and Disease Registry,
2012). Seringkali di industri, kromium digunakan dalam bentuk garam krom di dalam larutan
untuk keperluan melapisi logam secara elektris dengan krom. Kromium pada industri ini dapat
berbentuk partikel debu yang berasal dari bahan kimia anorganik yang termasuk dalam
kelompok logam (Soeripto, 2008).
Pekerja dapat terpapar oleh kromium melalui paparan udara bebas, udara di tempat kerja,
air dan permukaan serta makanan dengan berbagai jalur masuk bahan kimia ke dalam tubuh
seperti inhalasi, ingesti dan kontak dermal. Mayoritas pekerja memiliki potensi untuk terpapar
kromium di tempat kerja. Paparan dengna potensi tertnggi dapat terjadi pada industri metalurgi
dimana pekerja dapat terpapar dalam konsenterasi kromium di udara yang tinggi. Begitu pula
dengan pekerja di industri elektroplating pada jurnal yang akan dibahas mengenai bahan kimia
kromium. Bahan kimia kromium yang memiliki banyak manfaat dalam industri logam
1
terutama pelapisan logam juga dapat memiliki potensi bahaya yang dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan dan efek tertentu pada pekerja.

B. Pembahasan Analisis Jurnal Kromium pada Industri Elektroplating

Melakukan identifikasi hingga upaya pengendalian bahaya bahan kimia kromium pada
industri elektroplating dengan tahapan sebagai berikut:
1. Antisipasi
Pada analisis artikel yang berjudul “Pajanan Kromium (Cr) dan Gangguan Faal Paru
Pekerja di Industri Elektroplating Villa Chrome Kabupaten Jember“ dilakukan pada
bagian produksi pelapisan logam atau yang biasa disebut dengan proses elektroplating
logam. Proses produksi ini menggunakan logam berat kromium (Cr) sebagai bahan untuk
melapisi logam. Pada saat proses produksi untuk melapisi logam dengan lapisan kromium
akan terdapat beberapa reaksi kimia dan dapat terjadi perubahan kualitas udara seperti
timbulnya bau menyengat yang disebabkan oleh uap logam berat yaitu fume kromium
(Cr). Bau menyengat dari uap logam yang ditimbulkan pada saat proses produksi ini
merupakan bahaya yang harus diantisipasi sejak awal oleh pekerja sebelum melakukan
pekerjaannya.
Efek kesehatan yang ditimbulkan dari bahaya uap logam kromium di industri
elektroplating ini sebaiknya sudah diketahui oleh pihak pengusaha electroplating dan
pekerja pelapisan logam sehingga efek yang ditimbulkan dapat diminimalisir. Paparan
kromium di udara pada artikel disebutkan bahwa kadar kromium yang perlu dilakukan
identifikasi terdapat pada bagian pencelupan, tempat istirahat pekerja dan jalur utama
akses keluar masuk. Tahap identifikasi dengan melakukan pengukuran ini dilakukan untuk
mengetahui seperti apa kondisi udara area lingkungan kerja Villa Chrome yang
kemungkinan memiliki paparan kromium cukup besar.

2. Rekognisi
Seringkali industri menggunakan kelompok loogam berbahaya dan memiliki sifat
meracun. Hazard paling dominan yang berupa bahan kimia dalam artikel jurnal yang
dibahas yaitu kromium yang menjadi bahan pelapis logam pada industri elektroplating.
Senyawa komium dengan valeni VI merupakan senyawa yang tergolong karsinogenik dan
menjadi penyebab kanker paru-paru. Kromium dan persenyawaannya banyak digunakan
sebagai bahan baku dalam industri, seperti industri metalurgi, industri kimia, misalnya

2
untuk menghasilkan pigmen krom, juga dalam indsutri pelapisan krom atau dalam paduan
krom dan baja stainless, industri penyamakan kulit. Dan terdapat sejumlah kecil krom
dalam beberapa jenis semen.
Sifat fisik dan kimia kromium yaitu sebagai berikut:
a. Keadaan fisik dan penampilan fisik : Padat (Logam Padat)
b. Warna : Perak-putih ke abu-abu
c. Titik lebur : 1857.2 °C (3,374.96 °F) °F)
d. Titik didih : 2640 °C (4,784.00
e. Keadaan fisik : Padat
f. Suhu kritis : tidak tersedia
g. Tekanan Uap : Tidak tersedia
h. Bau : Tidak berbau
i. Rasa : Tidak tersedia
j. Berat Molekul : 52 g/mol
k. Densitas uap (udara = 1) : Tidak tersedia
l. Kelarutan dalam air : Tidak larut dalam air dingin atau air
panas. Larut dalam keadaan asam (kecuali Nitric) dan alkali yang kuat.
Kromium yang menjadi bahan utama dalam pelapisan logam dapat memberikan
paparan pada pekerja dalam bentuk uap logam atau fume. Fume merupakan partikel benda
padat yang terbentuk dari hasil kondensasi uap logam di udara (berasal dari logam yang
dipanaskan) dan beraksi dengan oksigen di udara sehingga membentuk oksida logam.
Fume ini sebagian besar masuk ke dalam tubuh melalui jalur inhalasi.
Krom dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang khas dari terbentuknya kabut asam
kromat pada perusahaan electroplating yang dikenal dengan penyebab perforasi
septumnasi. Selain itu, garam krom juga dapat menjadi penyebab ulcerasi atau borok krom.
Semakin lama borok krom yang terbentuk akan semakin dalam. Efek paparan kromium
terhadap kesehatan pekerja dapat terjadi apabila terjadi inhalasi garam kromium (Cr)
heksavalen yang sangat mudah larut dalam air seperti asam kromat, natrium dikromat, dan
kalium dikromat dapat mengakibatkan terjadinya suatu absorpsi sistemik. Untuk garam
kromium (Cr) yang kurang larut air tidak mengakibatkan efek sistemik, akan tetapi dapat
menyebabkan efek pada paru seperti terjadinya gangguan faal paru. Fume yang berasal dari
benda padat merupakan bentuk partikel lain yang dapat menyebabkan pneumoconiosis dan
gangguan faal paru pada pekerja. Uap logam yang mengkondensasi sangat kecil

3
diameternya yakni kurang dari 1 mikron sehingga bila uap logam terhirup dan masuk ke
dalam paru-paru akan mengendap. (Soeripto, 2008).

3. Evaluasi Risiko
Terdapat beberapa ketentuan yang mengatur kadnungan kromium yakni berdasarkan
ketetapan kadar kromium oleh Agency for Toxic Substances anda Disease Registry (ATSDR)
di tahun 2012 dijelaskan bahwa kadar kromium Cr (VI) di udara ambien industri electroplating
kromium sebesar 0,5 mg/m3. NAB untuk logam krom dan persenyawaan krom valensi III
(sebagai Cr) yaitu 0,5 mg/m3 udara, sementara untuk persenyawaan krom valensi VI yang larut
dalam air (sebagai Cr) adalah 0,05 mg/m3 udara dan untuk senyawa krom valensi VI yang tidak
larut dalam air yaitu 0,01 mg/m3 udara (Suma’mur, 2014).

OSHA Vacated PELs: Chromium: 1 mg/m3 TWA


Sementara menurut Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang keselamatan dan kesehatan
kerja lingkungan kerja terdapat Nilai Ambang Batas Faktor Kimia yakni Kromium (7440-47-
3) dan persenyawaan anorgannik, sebagai Cr dan logam persenyawaan sebesar 0,5 mg/m 3.
Hasil pengukuran kadar kromium di udara lingkungan kerja Villa Chrome yaitu pada bagian
pencelupan memiliki kadar 0,0024 mg/m3, tempat istirahat 0,0027 mg/m3, dan jalur utama
akses keluar masuk sebesar 0,0024 mg/m3. Dengan kadar kromium tertinggi berada di tempat
istirahat. Pada tempat kerja Villa Chrome telah terdapat ventilasi yang masih berfungsi dengan
baik yang berada di atas bak pencelupan larutan kromium. Ventilasi ini berfungsi untuk
memindahkan udara yang terkontaminasi fume kromium (Cr) dari bagian pencelupan ke area
yang jauh dari pekerja sehingga dapat mengurangi kadar kromium di udara tempat kerja.
Apabila dibandingkan hasil pengukuran dengan standar atau nilai ambang batas yang
ditetapkan, kadar kromium pada lingkungan kerja Villa Chrome di tiga titik pengukuran di
industri pelapisan logam masih berada dibawah NAB baik yang ditetapkan oleh Agency for
Toxic Substances anda Disease Registry maupun Permenaker. Akan tetapi tetap diperlukan
suatu upaya pengendalian agar tidak melebihi nilai ambang batas yang diperkenankan dan tidak
membahayakan bagi pekerja dan dapat melakukan kerja secara aman selama 8 jam per hari
atau 40 jam per minggu tanpa menimbulkan gangguan kesehatan pada pekerja di industri
electroplating tersebut.

4
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada artikel jurnal disebutkan terdapat lima kasus
kejadian gangguan faal paru yang ditemukan, dimana dua kasus memiliki hasil pemeriksaan
kromium (Cr) dalam urin yang melebihi NAB. Paparan kromium melalui inhalasi, garam
kromium (Cr) heksavalen sangat mudah larut dalam air seperti kromat biasa digunakan pada
industri electroplating dapat mengakibatkan absorpsi sistemik yang substansial, sementara
garam kromium yang kurang larut yang digunakan sebagai katalis dengan pencampuran H2SO4
pada proses pelapisan logam tidak mengakibatkan efek sistemik tetapi dapat menyebabkan efek
pada paru seperti terjadinya gangguan faal paru (Soedirman dan Suma’mur, 2014).

4. Upaya Pengendalian dan Penanganan Bahan Kimia


Upaya pengendalian yang tepat terhadap bahan kimia kromium berdasarkan
hierarki pengendalian yakni sebagai berikut:
a. Pengendalian Teknik
1. Pencegahan dilakukan dengan membuat ventilasi keluar setempat (lokal) atau
umum yang menangkap dan mengalirkan uap yang mengandung asam kromat
atau senyawa krom lainnya untuk tetap mempertahankan kadar kromium udara
berada di bawah NAB.
2. Melengkapi local exhaust ventilation yang sesuai terutama pada area pelapisan
logam.
3. Menyediakan fasilitas untuk mencuci mata dan air pancuran (shower) untuk
keselamatan pekerja setelah terkena bahan kimia.
4. Memberikan supply udara segar ke tempat kerja dengan menambah jumlah
ventilasi sehingga pertukaran udara di tempat kerja lebih cepat dan kadar
kromium di udara dapat dikendalikan atau bahkan diturunkan.
b. Pengendalian Administratif
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan pada saat awal bekerja dan berkala atau
sekurang-kurangnya 1 tahun sdan melakukan pemeriksaan khusus terhadap
pekerja yang melakukkan kontak langsung dengan kromium (Cr).
2. Memberikan arahan kepada tenaga kerja untuk selalu menjaga kebersihan
lingkungan dan personal
3. Melakukan sistem kerja bergilir atau shift pada pekerja agar waktu paparan pada
pekerja dapat dikurangi.
4. Memberikan pekerja kesempatan untuk beristirahat dan menghirup udara segar
di luar tempat kerja.
5
5. Memberikan pendidikan dan pelatihan terkait pemahaman bahan kimia yang
digunakan, bagaimana cara mengatasi apabila terjadi kecelakaan dengan bahan
kimia tersebut melalui Material Safety Data Sheet.
6. Melakukan pengadaan alat pelindung diri (APD) untuk pekerja sesuai dengan
proses kerja yang dilakukan dan bahaya yang ditimbulkan dari bahan kimia.
7. Menerapkan aturan mengenai pemakaian APD di tempat kerja dan SOP atau
instruksi kerja untuk meminimalisir risiko dari bahan kimia.
8. Memberikan jaminan ketenagakerjaan dan jaminan kesehatan kepada pekerja
pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
c. Alat Pelindung Diri (APD)
1. Mengenakan APD yang disesuaikan dengan bahan kimia yang digunakan dan
proses kerja yang terjadi seperti menggunakan respirator debu yang disetujui
atau bersertifikat atau setara, kacamata untuk melindungi dari percikan, pakaian
pelindung, dan sarung tangan.
2. Menggunakan alat pelindung mata untuk melindungi mata dari partikel dan
percikan uap logam dan debu yang berasal dari pelapisan logam yang sudah
diatur dalam regulasi perlindungan mata dan wajah OSHA yaitu 29 CFR
1910.133 atau standar eropa EN166.
3. Menggunakan sarung tangan yang tidak bereaksi dengan bahan kimia saat
penyemprotan saat melakukan pelapisan logam.
4. Menggunakan masker atau respirator untuk melindungi saluran pernapasan dari
kontaminasi berbentuk gas, uap maupun partikel saat pelapisan logam sesuai
dengan regulasi respirator OSHA yaitu 29 CFR 1910.134 atau Standar Eropa
EN 149. Sebaiknya menggunakan NIOSH/MSHA atau Standar Eropa EN 149
untuk respirator yang disetujui apabila batas paparan melebihi NAB atau jika
teradapat iritasi maupun mengalami gejala lain.
5. Menggunakan pakaian pelindung dan pelindung kaki (sepatu).

Sementara terdapat tindakan pemulihan atau pertolongan pertama saat pekerja


terpapar atau mengalami kecelakaan akibat paparan kromium yaitu:
1. Kontak melalui inhalasi apabila terhirup pindahkan orang yang terpapar ke
tempat yang mengandung banyak udara segar. Apabila sudah tidak bernafas
maka berikan pernapasan buatan dan berikan oksigen bila merasa kesulitan
bernapas.
6
2. Pada kasus tertelannya bahan kimia, disarankan untuk tidak memaksa orang
yang terpapar memuntahkan bahan kimia tersebut, kecuali dengan arahan
tenaga medis. Jangan memberikan apapun pada mulut orang yang sedang tidak
sadarkan diri. Dapat juga dengan melonggarkan pakaian seperti kerah, dasi, dan
sabuk atau ikat pinggang.
3. Apabila kontak dengan mata, segera periksa dan keluar apapun yang
bersentuhan atau kontak dengan lensa mata. Segera membersihkan mata
dengan menyiram mata dengan air yang banyak selama 15 menit kemudian
mencari perawatan dan penanganan paparan secara medis.
4. Untuk kasus kontak dengan kulit, maka sebaiknya kulit disiram dengan air yang
banyak, kemudian menutup kulit yang teritasi dengan emollient.
Menghilangkan pakaian dan sepatu serta dapat dilakukan dengan
membersihkan sepatu sebelum digunakan kembali.
5. Untuk kontak kulit yanag serius dapat dilakukan dengan mencuci
menggunakan sabun disinfektan dan mengoleskan krim anti bakteri pada kulit
yang terkontaminasi.
6. Menunjukkan lembar data keselamatan bahan atau yang lebih dikenal dengan
Material Safety Data Sheets (MSDS) kepada dokter atau perawat yang
memberi penanganan pada pekerja dan diperlukan perhatian medis segera.

Beberapa langkah penanganan dan penyimpanan kromium sesuai lembar data


keselamatan bahan (LDKB) dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Penanganan bahan kimia


Sebagai bentuk tindakan pencegahan, handling dapat dilakukan dengan
cara membasuh diri secara keseluruhan setelah melakukan penanganan
pada bahan kimia, jangan menelan bahan kimia, tidak menghirup debu.
Mengenakan pakaian pelindung yang sesuai. Apabila keadaan ventilasi di
tempat kerja tidak memadai dapat menggunakan peralatan pernapasan yang
sesuai. Untuk kasus masuknya bahan kimia secara ingesti disarankan untuk
mencari bantuan medis dengan segera dan menunjukkan wadah atau label
bahan kimia. Menghindari mata dan kulit dari kontak dengan bahan kimia.
Menjauhkan bahan kimia yang saling bertentangan seperti oksidator, asam,
dan alkali.
2. Penyimpanan bahan kimia

7
Dapat dilakukan dengan cara menempatkan bahan kimia jauh dari panas,
percikan, sumber nyala api, menyimpan bahan kimia pada wadah yang
tertutup rapat. Penyimpanan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
wadah di tempat yang sejuk dan memiliki ventilasi atau pertukaran udara
yang baik. Menjaga bahan kimia untuk tidak kontak dengan bahan yang
mudah teroksidasi. Menjauhkan bahan dari asam dan tidak terpapar udara
secara langsung atau dapat disimpan pada atmosfir inert.
C. Kesimpulan

Logam kromium merupakan salah satu dari beberapa logam berat yang banyak digunakan
pada industri metalurgi, pengecoran logam, pelapisan logam dan sebagainya. Garam kromium
sebagai bahan kimia berbentuk padat, seringkali terlibat dalam proses pelapisan logam atau
elektroplating untuk dapat memberikan perlindungan (coating) pada benda tertentu. Kromium
yang perlu diantisipasi yaitu kromium dengan valensi VI atau heksavalen karena bersifat toksik
dan karsinogenik. Pada artikel jurnal yang dibahas, terdapat tiga area tempat kerja yang diukur
kadar kromium udaranya dan ketiga area tersebut masih berada dibawah nilai ambang batas
(NAB) dan tergolong dalam konsentrasi aman. Namun meskipun begitu tetap perlu dilakukan
penanganan dan pengendalian terhadap paparan uap logam kromium agar tetap dapat
dipertahanak berada di bawah NAB. Hierarki pengendalian untuk paparan kromium dapat
dilakukan mulai dari pengendalian teknik, administrasi, dan alat pelindung diri. Selain itu, perlu
juga diperhatikan Material Safety Data Sheets (MSDS) yang tersedia untuk mempelajari hal-
hal yang berkaitan dengan bahan kimia yang digunakan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Agency for Toxic Substances and Disease Registry. 2012. Toxicological Profile for
Chromium. [pdf] Georgia: U.S Department of Health and Human Services. Tersedia di:
<https://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp7.pdf> [diakses tanggal 13 Desember 2018].
Bhakti, A. N., Anita D. P., Elyke. 2016. Pajanan Kromium (Cr) dan Gangguan Faal Paru
Pekerja di Industri Elektroplating Villa Chrome Kabupaten Jember. Artikel Ilmiah Hasil
Penelitian Mahasiswa 2016, [e-journal]. Tersedia di :
<https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/78344/Alfian%20Nusa%20Bh
akti.pdf?sequence=1> [diakses tanggal 11 Desember 2018].
Fisher Scientific. Material Safety Data Sheet Chromium. [pdf] Tersedia di:
<https://wcam.engr.wisc.edu/Public/Safety/MSDS/Chromium.pdf> [diakses tanggal 13
Desember 2018].
Oogii. 2011. Case Study in the Electroplating Industry. FCU e-Paper (2010-2011) [pdf].
Tersedia di: <http://dspace.lib.fcu.edu.tw/bitstream/2377/30889/1/M983835599201.pdf>
[13 Desember 2018].
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
Soedirman, Suma’mur. 2014. Kesehatan Kerja Dalam Perspektif Hiperkes dan Keselamatan
Kerja. Jakarta: Erlangga.
Soeripto. 2008. Higiene Industri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Suma’mur. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes) Edisi 2. Jakarta:
Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai