Tugas Higiene Industri 2
Tugas Higiene Industri 2
Oleh:
Nama : Rika Fauziah
NIM : 101511133192
Kelas : Peminatan K3 2018
Melakukan identifikasi hingga upaya pengendalian bahaya bahan kimia kromium pada
industri elektroplating dengan tahapan sebagai berikut:
1. Antisipasi
Pada analisis artikel yang berjudul “Pajanan Kromium (Cr) dan Gangguan Faal Paru
Pekerja di Industri Elektroplating Villa Chrome Kabupaten Jember“ dilakukan pada
bagian produksi pelapisan logam atau yang biasa disebut dengan proses elektroplating
logam. Proses produksi ini menggunakan logam berat kromium (Cr) sebagai bahan untuk
melapisi logam. Pada saat proses produksi untuk melapisi logam dengan lapisan kromium
akan terdapat beberapa reaksi kimia dan dapat terjadi perubahan kualitas udara seperti
timbulnya bau menyengat yang disebabkan oleh uap logam berat yaitu fume kromium
(Cr). Bau menyengat dari uap logam yang ditimbulkan pada saat proses produksi ini
merupakan bahaya yang harus diantisipasi sejak awal oleh pekerja sebelum melakukan
pekerjaannya.
Efek kesehatan yang ditimbulkan dari bahaya uap logam kromium di industri
elektroplating ini sebaiknya sudah diketahui oleh pihak pengusaha electroplating dan
pekerja pelapisan logam sehingga efek yang ditimbulkan dapat diminimalisir. Paparan
kromium di udara pada artikel disebutkan bahwa kadar kromium yang perlu dilakukan
identifikasi terdapat pada bagian pencelupan, tempat istirahat pekerja dan jalur utama
akses keluar masuk. Tahap identifikasi dengan melakukan pengukuran ini dilakukan untuk
mengetahui seperti apa kondisi udara area lingkungan kerja Villa Chrome yang
kemungkinan memiliki paparan kromium cukup besar.
2. Rekognisi
Seringkali industri menggunakan kelompok loogam berbahaya dan memiliki sifat
meracun. Hazard paling dominan yang berupa bahan kimia dalam artikel jurnal yang
dibahas yaitu kromium yang menjadi bahan pelapis logam pada industri elektroplating.
Senyawa komium dengan valeni VI merupakan senyawa yang tergolong karsinogenik dan
menjadi penyebab kanker paru-paru. Kromium dan persenyawaannya banyak digunakan
sebagai bahan baku dalam industri, seperti industri metalurgi, industri kimia, misalnya
2
untuk menghasilkan pigmen krom, juga dalam indsutri pelapisan krom atau dalam paduan
krom dan baja stainless, industri penyamakan kulit. Dan terdapat sejumlah kecil krom
dalam beberapa jenis semen.
Sifat fisik dan kimia kromium yaitu sebagai berikut:
a. Keadaan fisik dan penampilan fisik : Padat (Logam Padat)
b. Warna : Perak-putih ke abu-abu
c. Titik lebur : 1857.2 °C (3,374.96 °F) °F)
d. Titik didih : 2640 °C (4,784.00
e. Keadaan fisik : Padat
f. Suhu kritis : tidak tersedia
g. Tekanan Uap : Tidak tersedia
h. Bau : Tidak berbau
i. Rasa : Tidak tersedia
j. Berat Molekul : 52 g/mol
k. Densitas uap (udara = 1) : Tidak tersedia
l. Kelarutan dalam air : Tidak larut dalam air dingin atau air
panas. Larut dalam keadaan asam (kecuali Nitric) dan alkali yang kuat.
Kromium yang menjadi bahan utama dalam pelapisan logam dapat memberikan
paparan pada pekerja dalam bentuk uap logam atau fume. Fume merupakan partikel benda
padat yang terbentuk dari hasil kondensasi uap logam di udara (berasal dari logam yang
dipanaskan) dan beraksi dengan oksigen di udara sehingga membentuk oksida logam.
Fume ini sebagian besar masuk ke dalam tubuh melalui jalur inhalasi.
Krom dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang khas dari terbentuknya kabut asam
kromat pada perusahaan electroplating yang dikenal dengan penyebab perforasi
septumnasi. Selain itu, garam krom juga dapat menjadi penyebab ulcerasi atau borok krom.
Semakin lama borok krom yang terbentuk akan semakin dalam. Efek paparan kromium
terhadap kesehatan pekerja dapat terjadi apabila terjadi inhalasi garam kromium (Cr)
heksavalen yang sangat mudah larut dalam air seperti asam kromat, natrium dikromat, dan
kalium dikromat dapat mengakibatkan terjadinya suatu absorpsi sistemik. Untuk garam
kromium (Cr) yang kurang larut air tidak mengakibatkan efek sistemik, akan tetapi dapat
menyebabkan efek pada paru seperti terjadinya gangguan faal paru. Fume yang berasal dari
benda padat merupakan bentuk partikel lain yang dapat menyebabkan pneumoconiosis dan
gangguan faal paru pada pekerja. Uap logam yang mengkondensasi sangat kecil
3
diameternya yakni kurang dari 1 mikron sehingga bila uap logam terhirup dan masuk ke
dalam paru-paru akan mengendap. (Soeripto, 2008).
3. Evaluasi Risiko
Terdapat beberapa ketentuan yang mengatur kadnungan kromium yakni berdasarkan
ketetapan kadar kromium oleh Agency for Toxic Substances anda Disease Registry (ATSDR)
di tahun 2012 dijelaskan bahwa kadar kromium Cr (VI) di udara ambien industri electroplating
kromium sebesar 0,5 mg/m3. NAB untuk logam krom dan persenyawaan krom valensi III
(sebagai Cr) yaitu 0,5 mg/m3 udara, sementara untuk persenyawaan krom valensi VI yang larut
dalam air (sebagai Cr) adalah 0,05 mg/m3 udara dan untuk senyawa krom valensi VI yang tidak
larut dalam air yaitu 0,01 mg/m3 udara (Suma’mur, 2014).
4
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada artikel jurnal disebutkan terdapat lima kasus
kejadian gangguan faal paru yang ditemukan, dimana dua kasus memiliki hasil pemeriksaan
kromium (Cr) dalam urin yang melebihi NAB. Paparan kromium melalui inhalasi, garam
kromium (Cr) heksavalen sangat mudah larut dalam air seperti kromat biasa digunakan pada
industri electroplating dapat mengakibatkan absorpsi sistemik yang substansial, sementara
garam kromium yang kurang larut yang digunakan sebagai katalis dengan pencampuran H2SO4
pada proses pelapisan logam tidak mengakibatkan efek sistemik tetapi dapat menyebabkan efek
pada paru seperti terjadinya gangguan faal paru (Soedirman dan Suma’mur, 2014).
7
Dapat dilakukan dengan cara menempatkan bahan kimia jauh dari panas,
percikan, sumber nyala api, menyimpan bahan kimia pada wadah yang
tertutup rapat. Penyimpanan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
wadah di tempat yang sejuk dan memiliki ventilasi atau pertukaran udara
yang baik. Menjaga bahan kimia untuk tidak kontak dengan bahan yang
mudah teroksidasi. Menjauhkan bahan dari asam dan tidak terpapar udara
secara langsung atau dapat disimpan pada atmosfir inert.
C. Kesimpulan
Logam kromium merupakan salah satu dari beberapa logam berat yang banyak digunakan
pada industri metalurgi, pengecoran logam, pelapisan logam dan sebagainya. Garam kromium
sebagai bahan kimia berbentuk padat, seringkali terlibat dalam proses pelapisan logam atau
elektroplating untuk dapat memberikan perlindungan (coating) pada benda tertentu. Kromium
yang perlu diantisipasi yaitu kromium dengan valensi VI atau heksavalen karena bersifat toksik
dan karsinogenik. Pada artikel jurnal yang dibahas, terdapat tiga area tempat kerja yang diukur
kadar kromium udaranya dan ketiga area tersebut masih berada dibawah nilai ambang batas
(NAB) dan tergolong dalam konsentrasi aman. Namun meskipun begitu tetap perlu dilakukan
penanganan dan pengendalian terhadap paparan uap logam kromium agar tetap dapat
dipertahanak berada di bawah NAB. Hierarki pengendalian untuk paparan kromium dapat
dilakukan mulai dari pengendalian teknik, administrasi, dan alat pelindung diri. Selain itu, perlu
juga diperhatikan Material Safety Data Sheets (MSDS) yang tersedia untuk mempelajari hal-
hal yang berkaitan dengan bahan kimia yang digunakan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Agency for Toxic Substances and Disease Registry. 2012. Toxicological Profile for
Chromium. [pdf] Georgia: U.S Department of Health and Human Services. Tersedia di:
<https://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp7.pdf> [diakses tanggal 13 Desember 2018].
Bhakti, A. N., Anita D. P., Elyke. 2016. Pajanan Kromium (Cr) dan Gangguan Faal Paru
Pekerja di Industri Elektroplating Villa Chrome Kabupaten Jember. Artikel Ilmiah Hasil
Penelitian Mahasiswa 2016, [e-journal]. Tersedia di :
<https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/78344/Alfian%20Nusa%20Bh
akti.pdf?sequence=1> [diakses tanggal 11 Desember 2018].
Fisher Scientific. Material Safety Data Sheet Chromium. [pdf] Tersedia di:
<https://wcam.engr.wisc.edu/Public/Safety/MSDS/Chromium.pdf> [diakses tanggal 13
Desember 2018].
Oogii. 2011. Case Study in the Electroplating Industry. FCU e-Paper (2010-2011) [pdf].
Tersedia di: <http://dspace.lib.fcu.edu.tw/bitstream/2377/30889/1/M983835599201.pdf>
[13 Desember 2018].
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
Soedirman, Suma’mur. 2014. Kesehatan Kerja Dalam Perspektif Hiperkes dan Keselamatan
Kerja. Jakarta: Erlangga.
Soeripto. 2008. Higiene Industri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Suma’mur. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes) Edisi 2. Jakarta:
Sagung Seto.