Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Fraktur nasal adalah fraktur yang paling sering terjadi pada fraktur kepala
leher dan menempati urutan ketiga dari seluruh fraktur tubuh manusia. Fraktur
nasal umumnya tidak mengancam jiwa, tetapi apabila penanganannya tidak tepat
dapat menimbulkan gangguan fungsi hidung dan kosmetik. Fraktur nasal sering tidak
terdiagnosa dan diobati pada saat cedera. Pada kasus trauma wajah sekitar 40%
adalah fraktur nasal. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan dibagian anterior
wajah merupakan salah satu faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya
fraktur jika terdapat trauma pada wajah.1,2
Fraktur nasal merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh trauma yang
ditandai dengan patahnya tulang hidung baik sederhana maupun kominunitiva.
Fraktur nasal pada orang dewasa dijumpai pada kasus berkelahi, trauma akibat
olahraga, jatuh dan kecelakaan lalu lintas, sedangkan pada anak-anak sering
disebabkan karena bermain dan olahraga.3
TINJAUAN PUSTAKA
4) ala nasi,
5) kolumela dan
Rongga hidung dibagi dua bagian, kanan dan kiri di garis median oleh
septum nasi yang sekaligus menjadi dinding medial rongga hidung.
Kerangka septum dibentuk oleh :
Dibagian anterior septum nasi terdapat bagian yang disebut Area Little,
merupakan anyaman pembuluh darah yaitu Pleksus Kiesselbach. Tempat
ini mudah terkena trauma dan menyebabkan epistakis. Di bagian
antrokaudal, septum nasi mudah digerakkan. 4,6
Dinding lateral rongga hidung dibentuk oleh konka nasi dan meatus
nasi. Konka nasi merupakan tonjolan-tonjolan yang memanjang dari
anterior ke posterior dan mempunyai rangka tulang. Meatus nasi terletak di
bawah masing-masing konka nasi dan merupakan bagian dari hidung. 4,6
- Konka Nasi
Di dalam kavum nasi terdapat tiga pasang konka nasi, yaitu konka
nasi inferior, konka nasi medius, dan konka nasi superior. Konka nasi
inferior merupakan konka yang terbesar diantara ketiga konka nasi.
Mukosa yang melapisinya tebal dan mengandung banyak pleksus vena
- Meatus Nasi
Meatus nasi inferior merupakan celah yang terdapat dibawah
konka inferior. Dekat ujungnya terdapat ostium (muara) duktus
nasolakrimalis. Muara ini seringkali dilindungi oleh lipatan mukosa
yang disebut katup dari Hasner (Plika lakrimalis Hasner). 4,6
Meatus nasi media terletak diantara konka inferior dan konka media.
Ostium sinus merupakan lubang penghubung sinus paranasal dan
kavum nasi, berfungsi sebagai ventilasi dari sinus paranasal sebagian
terletak di meatus media. 4,6
Sinus frontal bermuara di bagian anterior, sedangkan muara dari
sinus maksila terdapat kira-kira di bagian tengah, tempat muara dari
sinus etmoid anterior. Struktur-struktur yang ada di dalam meatus nasi
media disebut kompleks ostiomeatal. Kompleks ini penting artinya
secara klinis dalam menimbulkan gangguan drainase sinus paranasal.
Kelainan dalam kompleks ini akan mempengaruhi potensi ostium
sinus sehingga berperan besar dalam patofisiologi sinus paranasal.6
- Sinus Paranasal
Di sekitar rongga hidung terdapat rongga-rongga yang terletak di
dalam tulang yang disebut sinus paranasal. Terdapat empat sinus
paranasal, yaitu sinus maksila kanan dan kiri, sinus frontal kanan dan
kiri, sinus etmoid kanan dan kiri serta sinus sfenoid kanan dan kiri.4
Sinus maksila disebut juga Antrum Higmori atau lebih sering
disebut antrum saja. Rongga sinus paranasal berhubungan dengan
rongga hidung melalui suatu lubang yang disebut ostium. Selula
etmoid dikelompokan menjadi selula etmoid anterior dan selula
etmoid posterior. Salah satu sel etmoid paling besar dan terletak
paling medial disebut ostium. Sinus maksila dan selula etmoid sudah
terbentuk sejak lahir dalam ukuran kecil dan bertambah besar sampai
ukuran maksimal pada dewasa. Sinus frontal merupakan ekstensi dari
selula etmoid anterior dan mencapai pertumbuhan penuh antara umur
8 sampai 15 tahun. Pertumbuhan sinus frontal kanan dan kiri besarnya
sering tidak simetris dan pada sekitar 5% populasi, sinus frontal hanya
tumbuh pada satu sisi. 4,6
2.3 Insiden
2.4 Etiologi
2.5 Patofisiologi
Tulang hidung dan kartilago rentan untuk mengalami fraktur karena
hidung letaknya menonjol dan merupakan bagian sentral dari wajah,
sehingga kurang kuat menghadapi tekanan dari luar. Pola fraktur yang
2.6 Klasifikasi
1. Lokasi : tulang nasal (os nasale), septum nasi, ala nasi, dan tulang
rawan triangularis.
Jika hanya terjadi fraktur tulang hidung saja dapat dilakukan reposisi
fraktur dengan analgesia lokal. Akan tetapi pada anak-anak atau orang
dewasa yang tidak kooperatif tindakan reposisi dilakukan dalam keadaan
narkose umum.1
Analgesia lokal dapat dilakukan dengan pemasangan tampon lidokain
1-2% yang dicampur dengan epinefrin 1: 1000. Tampon kapas yang berisi
obat analgesia lokal ini dipasang masing-masing 3 buah pada setiap lubang
hidung. Tampon pertama diletakkan pada meatus superior tepat di bawah
tulang hidung, tampon kedua diletakkan di antara konka media dan septum
dan bagian distal dari tampon tersebut terletak dalam foramen
sfenopalatina. Tampon ketiga ditempatkan antara konka inferior dan
septum nasi. Ketiga tampon tersebut dipertahankan selama 10 menit.
Jika nasal piramid rusak karena tekanan atau pukulan dengan beban
berat akan menimbulkan fraktur hebat pada tulang hidung, lakrimal,
etmoid, maksila dan frontal. Tulang hidung bersambungan dengan
prossesus frontalis os maksila dan prossesus nasalis os frontal. Bagian dari
nasal piramid yang terletak antara dua bola mata akan terdorong ke
belakang. Terjadilah fraktur nasoetmoid, fraktur nasomaksila dan fraktur
nasoorbita. Fraktur ini dapat menimbulkan komplikasi atau sekuele di
kemudian hari. Komplikasi yang terjadi tersebut ialah :1
A. Komplikasi neurologik :1
1. Robeknya duramater
2. Keluarnya cairan serebrospinal dengan kemungkinan timbulnya
meningitis
e) Deformitas hidung.
2.8 Diagnosis
Diagnosis fraktur tulang hidung dapat dilakukan dengan inspeksi,
palpasi dan pemeriksaan hidung bagian dalam dilakukan dengan rinoskopi
anterior, biasanya ditandai dengan pembengkakan mukosa hidung
terdapatnya bekuan dan kemungkinan ada robekan pada mukosa septum,
hematoma septum, dislokasi atau deviasi pada septum.1
Pemeriksaan penunjang berupa foto os nasal, foto sinusparanasal
posisi Water dan bila perlu dapat dilakukan pemindaian dengan CT scan.
CT scan berguna untuk melihat fraktur hidung dan kemungkinan
terdapatnya fraktur penyerta lainnya.1
Pasien harus selalu diperiksa terhadap adanya hematoma septum
akibat fraktur, bilamana tidak terdeteksi. Dan tidak dirawat dapat berlanjut
b. Pemeriksaan fisis
Kebanyakan fraktur nasal adalah pelengkap trauma seperti trauma
akibat dihantam atau terdorong. Sepanjang penilaian awal dokter harus
menjamin bahwa jalan napas pasien aman dan ventilasi terbuka dengan
sewajarnya. Fraktur nasal sering dihubungkan dengan trauma pada kepala
dan leher yang bisa mempengaruhi patennya trakea. Fraktur nasal ditandai
dengan laserasi pada hidung, epistaksis akibat robeknya membran mukosa.
Jaringan lunak hidung akan nampak ekimosis dan udem yang terjadi dalam
waktu singkat beberapa jam setelah trauma dan cenderung nampak di
bawah tulang hidung dan kemudian menyebar ke kelopak mata atas dan
bawah.4,8,13
Deformitas hidung seperti deviasi septum atau depresi dorsum nasal
yang sangat khas, deformitas yang terjadi sebelum trauma sering
menyebabkan kekeliruan pada trauma baru. Pemeriksaan yang teliti pada
septum nasal sangatlah penting untuk menentukan antara deviasi septum
dan hematom septi, yang merupakan indikasi absolut untuk drainase bedah
c. Pemeriksaan radiologis
Jika tidak dicurigai adanya fraktur nasal komplikasi, radiografi
jarang diindikasikan. Karena pada kenyataannya kurang sensitif dan
spesifik, sehingga hanya diindikasikan jika ditemukan keraguan dalam
mendiagnosa. Radiografi tidak mampu untuk mengidentifikasi
kelainan pada kartilago dan ahli klinis sering salah dalam
menginterpretasikan sutura normal sebagi fraktur yang disertai dengan
pemindahan posisi. Bagaimanapun, ketika ditemukan gejala klinis
seperti rhinorrhea cerebrospinalis, gangguan pergerakan ekstraokular
atau maloklusi. CT-scan dapat diindikasikan untuk menilai fraktur
wajah atau mandibular. 4,12,15
2.9 Penatalaksanaan
Tujuan Penangananan Fraktur Hidung :
a. Mengembalikan penampilan secara memuaskan
b. Mengembalikan patensi jalan nafas hidung
c. Menempatkan kembali septum pada garis tengah
d. Menjaga keutuhan rongga hidung
e. Mencegah sumbatan setelah operasi, perforasi septum, retraksi
kolumela, perubahan bentuk punggung hidung
f. Mencegah gangguan pertumbuhan hidung 7
Konservatif
Operatif
18
Gambar 7 :Reposisi Fraktur Hidung
2.10 Komplikasi
A) Hematom septi
Merupakan komplikasi yang sering dan serius dari trauma nasal.
Septum hematom ditandai dengan adanya akumulasi darah pada ruang
subperikondrial. Ruangan ini akan menekan kartilago di bawahnya, dan
mengakibatkan nekrosis septum irreversible. Deformitas bentuk pelana
dapat berkembang dari jaringan lunak yang hilang. Prosedur yang harus
dilakukan adalah drainase segera setelah ditemukan disertai dengan
pemberian antibiotik setelah drainase. 4,8,12
2.11 Prognosis
Kebanyakan fraktur nasal tanpa disertai dengan perpindahan posisi akan
sembuh tanpa adanya kelainan kosmetik dan fungsional. Dengan teknik reduksi
terbuka dan tertutup akan mengurangi kelainan kosmetik dan fungsional pada 70
% pasien.7,12
PENUTUP
Fraktur hidung merupakan kejadian fraktur yang paling sering terjadi pada
trauma yang mengakibatkan fraktur pada tulang wajah. Angka kejadiannya
mencapai 40% dari seluruh kejadian. Penyebab dari fraktur tulang hidung meliputi
cedera saat olahraga, akibat perkelahian, kecelakaan lalu lintas, terjatuh, mabuk,
masalah kelahiran dan kadang iatrogenik. Tulang hidung dan kartilago rentan
untuk mengalami fraktur karena hidung letaknya menonjol dan merupakan bagian
sentral dari wajah,sehingga kurang kuat menghadapi tekanan dari luar.
11. P Van den Broek, etc. Buku Saku Ilmu Kesehatan Tenggorok, Hidung,
dan Telinga. Fraktur Hidung. Edisi ke-12. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2009.h.121.
15. George L Adams. BOEIS Buku Ajar Penyakit THT. Fraktur Hidung. Edisi
ke-6. Cetakan ke-3. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC;1997.h.513.