Evi Luthfiah Khairiyah-Fkik PDF
Evi Luthfiah Khairiyah-Fkik PDF
Skripsi
DISUSUN OLEH:
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2016 M
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
Meningkatnya aktivitas, kehidupan sosial dan kesibukan remaja, akan
mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Pola makan sering tidak teratur, sering
jajan, sering tidak makan pagi dan sama sekali tidak makan siang. Berdasarkan
hasil studi pendahuluan, bahwa 100% mahasiswa belum menerapkan pola makan
sesuai Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pola makan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016.
Penelitian dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif dimulai sejak bulan
Mei-Juli 2016 dengan subjek penelitian adalah total populasi berjumlah 650
orang, sedangkan informan penelitian berjumlah 21 orang dengan tiga kategori
yaitu informan pola makan cukup, kurang dan lebih, dengan metode purposive
sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, lembar
FFQ dan fokus grup diskusi (FGD).
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa 59,5% mahasiswa
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki pola makannya kurang.
Sebagian besar daerah asal mahasiswa adalah bukan perantauan (60,6%), tempat
tinggal mahasiswa selama kuliah sebagian besar di kost (66,9%), dan mahasiswa
paling banyak mendapatkan sumber pangan makanan pokok (41,1%), lauk hewani
(47,8%), lauk nabati (48,0%) dan sayuran (44,9%) dari sekitar kost. Sedangkan
paling banyak mahasiswa untuk mendapatkan buah dari rumah (40,8%).
Mahasiswa dengan pola makan kurang cenderung tidak dipengaruhi oleh teman,
sedangkan mahasiswa dengan pola makan lebih dan cukup cenderung dipengaruhi
oleh teman. Selain itu, tidak terdapat perbedaan preferensi makan (aspek
penampilan, tekstur, dan harga) dan citra tubuh pada kelompok mahasiswa
berdasarkan pola makannya.
Oleh karena itu, disarankan kepada mahasiswa agar membiasakan sarapan
pagi dan tetap memperhatikan pola makannya dengan cara makan 3x sehari sesuai
anjuran PGS 2014. Untuk pihak FKIK sebaiknya mensosialisasikan pedoman gizi
seimbang di kampus dengan pemasangan poster/kuliah umum mengenai pola
makan dan sebaiknya pihak FKIK berkolaborasi dengan pihak Darma Wanita
untuk memperhatikan keanekaragaman jenis makanan yang dijual khususnya
dikantin kampus.
ABSTRACT
An increase of activities and social life in teenager could affect their eating
behavior. Irregular eating patterns, snacking, and rarely eating any breakfast or
lunch. Based on prior research, 100% of college students don’t have an eating
pattern that matches with Nutrition Guides for Balanced Diet (PGS). This research
aims to understand the eating patterns of college students from Faculty of
Medicine and Health Sciences (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta on 2016.
This research is being done using both qualitative and quantitative
methods from May to July 2016, with total population of 650 college students as
research subject. Informants of this research consist of 21 persons within 3
categories, which are informants for adequate, inadequate, and over eating pattern,
using purposive sampling method. Data for this research are gathered using
questionnaire, FFQ sheets, and Focus Group Discussion.
The results showed that 59.5% of the students in FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta had an inadequate eating pattern. Most of the students are
locals (60.6%), most of them live in boarding house or rent room while they
conduct their study in college (66.9%), and they mostly get their food (41.1%),
meat (47.8%), grains and cereal (48.0%) and vegetables (44.9%) from places
around their boarding house or rent room. And for the fruits, students usually get
them from their home (40.8%). Students with inadequate eating pattern tend to not
be affected by their peers, while students with adequate and over eating pattern
are tend to be affected by their peers. Furthermore, there are no differences in
food preference (visual aspect, texture, and cost) and body image on students
based on their eating pattern.
From this research, it is suggested for students to start eating breakfast
more frequently and pay attention to their eating pattern by eating thrice a day as
suggested by PGS 2014. And it is better for FKIK to familiarize their students
with balanced diet guide using posters or by conducting general studies about
healthy eating patterns. And FKIK could collaborate with Darma Wanita
Foundation in varying the types of food that being sold on campus ground,
especially in cafeteria.
RIWAYAT HIDUP
No. HP : 085777446752
Riwayat Pendidikan :
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi
yang berjudul “Pola Makan Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016” ini. Shalawat serta salam
tak lupa dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga, kepada :
1. Papah terhebat Bapak Nahrowi, M.Pd, Mamah tercinta Ibu Siti Maesaroh,
S.Pd.I, dan kedua malaikat kecilku tersayang Eva Afifah Khairiyah dan
Muhammad Afif Khairuddin, yang selalu memberikan doa di setiap
langkahku serta dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes, selaku kepala Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS dan Bapak Dudung Angkasa, M.Gz, selaku
dosen pembimbing skripsi yang sudah banyak sekali memberikan waktu,
arahan, ilmu, kesabaran dan tenaganya untuk membimbing penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Febrianti, M.Si, Ibu Yuli Amran, MKM, dan Ibu Rika Rachmalina,
M.Gizi selaku penguji ujian skripsi.
5. Segenap dosen pengajar di Program Studi Kesehatan Masyarakat yang
telah memberikan wawasan berkenaan dengan tema yang diambil.
6. Ibu Himmawaty Aliyah (Mrs Purple) atas semua bantuan dan kebaikannya
hingga laporan skripsi ini selesai.
7. Adik-adik angkatan 2014 dan 2015 Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia
menjadi responden dan informan.
8. Sahabat-sahabat kesayangan, M Lukmanul Hakim dan Syifa Wahyuni,
Amd.Keb yang selalu memberikan dukungan dan semangatnya hingga
laporan skripsi ini selesai.
viii
Penulis
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
1. Tujuan Umum........................................................................................... 6
E. Kerangka Teori........................................................................................... 36
B. Definisi Operasional................................................................................... 40
2. Informan ................................................................................................. 45
E. Pengolahan Data......................................................................................... 50
xi
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Anjuran Jumlah Porsi Untuk Kelompok Umur 19-29 Tahun ............... 13
Tabel 5.1 Distribusi Pola Makan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016 ..................................... 56
Tabel 5.3 Distribusi Tempat Tinggal Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016 ............................ 59
Tabel 5.4 Distribusi Sumber Pangan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016 ............................ 60
xiv
DAFTAR BAGAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dalam memilih jenis makanan yang ingin dikonsumsi. Pada masa remaja,
makanan. Pada masa ini, biasanya terjadi perubahan fisik, sosial, maupun
psikologisnya. Pada masa remaja juga terjadi perubahan gaya hidup, perilaku,
makan ini juga terjadi pada mahasiswa sebagai kelompok individu dalam
sering mengonsumsi makanan yang tidak sehat, sering tidak teratur, sering
jajan, dan sering tidak makan pagi maupun makan siang (Adriani dan
Bambang, 2012).
telah dilakukan. Hasil penelitian Larson et al., (2015) berdasarkan data tahun
2011-2012 menunjukkan bahwa hanya 54% dari remaja Amerika Serikat yang
mengkonsumsi semua tiga makanan utama (yaitu sarapan, makan siang, dan
makan malam), sekitar tiga dari empat remaja konsumsi dua atau lebih
seperempat dari total asupan energi harian. Selain itu, saat ini khususnya
1
2
remaja dan dewasa muda semakin banyak orang yang tertarik makan di luar
lima remaja melaporkan melewatkan sarapan pagi dan sebagian besar remaja
(71%), buah (55%), dan produk susu (47,%) (Videon dan Manning, 2003).
dan atau buah 93,5% dan perilaku konsumsi makanan tertentu pada penduduk
kebiasaan makan makanan beragam yang tidak sesuai dengan pedoman gizi
memiliki kebiasaan makan makanan pokok yang kurang dan 20,6% lebih,
44,5% memiliki kebiasaan makan lauk yang kurang dan 25,8% lebih, 98,1%
memiliki kebiasaan makan pauk yang kurang dan 0,6% lebih dan 100%
memiliki kebiasaan makan sayur dan buah yang kurang (Zakiah, 2014).
Dalam penelitian pola makan ada banyak teori yang dapat digunakan
makan pada umumnya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan
3
makanan dan citra tubuh. Faktor eksternal/lingkungan adalah faktor dari luar
seperti pengaruh teman, dan faktor-faktor lain seperti daerah asal, tempat
tinggal, dan sumber pangan (Brown et al., 2013). Menurut Park et al., (2015)
tubuh yang salah dapat berhubungan dengan konsumsi makan remaja. Hasil
terhadap body image dapat menentukan pola makan serta status gizinya.
dalam memilih jenis makanan. Pola makan juga dapat dipengaruhi oleh faktor
apa yang akan dimakan, bagaimana pengolahan, persiapan dan penyajian serta
(2007) menyebutkan bahwa lingkungan fisik tempat tinggal orang dewasa dan
hasil yang dipaparkan dalam penelitian sebelumnya oleh Zakiah (2014) pada
hidup dan pola makan yang sehat. Oleh karena itu, pola makan yang sehat
sangat diperlukan karena kondisi tersebut salah satu faktor pencegahan yang
tepat dari penyakit tidak menular di masa depan. Namun, asupan makanan
tertarik ingin melihat sejuah mana variasi konsumsi makan mahasiswa jika
Jakarta.
B. Rumusan Masalah
bahwa 100% mahasiswa memiliki kebiasaan makan yang tidak sesuai dengan
pedoman gizi seimbang. Hal ini menunjukkan proporsi pola makan mahasiswa
mahasiswa memiliki tingkat kecukupan zat gizi kurang dari angka kecukupan
gizi, 47% mahasiswa makan dua kali dalam sehari, dan 100% mahasiswa
menerapkan pola makan tidak sesuai dengan PGS (Pedoman Gizi Seimbang).
Untuk itu, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut gambaran pola makan
C. Pertanyaan Penelitian
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2016.
2016.
7
E. Manfaat Penelitian
peningkatan produktivitas.
Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Mei sampai
Juli 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola
makan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016. Sampel yang diteliti adalah seluruh
studi cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif serta metode
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pola Makan
keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang
hubungan manusia dalam keluarga atau masyarakat. Pola makan atau pola
makanan dalam konsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis makanan,
gizi, khususnya energi dan protein, pada tahap awal akan menyebabkan rasa
lapar dan dalam jangka waktu tertentu berat badan akan menurun yang disertai
perubahan fisik, sosial, maupun psikologisnya. Pada masa remaja juga terjadi
9
10
(Khomsan, 2004). Perubahan perilaku makan ini juga terjadi pada mahasiswa
sering tidak teratur, sering jajan, dan sering tidak makan pagi maupun makan
pokok yang kurang dan 20,6% lebih, 44,5% memiliki kebiasaan makan lauk
yang kurang dan 25,8% lebih, 98,1% memiliki kebiasaan makan pauk yang
kurang dan 0,6% lebih dan 100% memiliki kebiasaan makan sayur dan buah
yang kurang.
yang diperoleh dari berbagai sumber dan disusun menjadi hidangan atau
dikonsumsi, minimal harus berasal dari satu makanan sumber zat tenaga, satu
jenis makanan sumber zat pembangun dan satu jenis makanan sumber zat
memenuhi kebutuhan gizi sebaiknya makan dilakukan 3 kali sehari. Jika pola
masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan
produktif (FKM UI, 2007). Selain itu, seseorang yang tidak memenuhi
Bapak Gizi Indonesia Prof. Poorwo Soedarmo yang mengacu pada prinsip
Basic Four Amerika Serikat yang mulai diperkenalkan pada era 1940an
adalah : Menu makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran
Namun slogan tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu dan
permasalahan gizi dewasa ini sehingga perlu diperbarui dengan slogan dan
mengatasi beban ganda masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi.
Kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi oleh
berbagai zat lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu
mengonsumsi lima kelompok pangan setiap hari atau setiap kali makan.
sayuran, buah-buahan dan minuman. Mengonsumsi lebih dari satu jenis untuk
setiap kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-
konsumsi makan sehari-hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan
jumlah (porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok
umur. Anjuran jumlah porsi untuk kelompok umur 119-29 tahun dapat dilihat
Tabel 2.1 Anjuran Jumlah Porsi Untuk Kelompok Umur 19-29 Tahun
Anjuran Porsi
Laki-Laki Perempuan
Bahan Makanan
19-29 tahun 19-29 tahun
Nasi 8p 5p
Sayuran 3p 3p
Buah 5p 5p
Tempe 3p 3P
Daging 3p 3p
Sumber : Kemenkes, RI (2014)
al., (2013) faktor pola makan remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor
14
faktor tersebut tidak berpengaruh secara langsung dalam perilaku makan tetapi
saling berhubungan dengan individu dan merupakan bagian dalam gaya hidup
al., 2013).
1. Faktor Lingkungan
a. Daerah asal
pola makan remaja. Remaja dari status sosial ekonomi rendah dan dari
perilaku konsumsi individu, karena pola makan yang dimakan tiap hari
oleh suatu orang akan mempunyai ciri khas untuk suatu kelompok
menguntungkan.
baru. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Zhu (2012) dalam Lee et
instan dan makanan cepat saji dan melewatkan sarapan lebih sering.
Sedangkan menurut Pan et al. (1999) dalam Lee et al., (2015) meneliti
pelajar-pelajar Asia.
negatif.
aturan yang ada (Suhardjo, 1989). Dalam hal sikap terhadap makanan,
(Supariasa, 2001).
c. Tren makanan
kalori dan 43% dari gula yang disediakan oleh makanan ringan saja.
yang lebih besar dari kalori dari ngemil jauh dari rumah, sering di
makanan ringan yang paling sering dipilih remaja perempuan. Tren ini
dari remaja usia 12-19 tahun yang disurvei makan makanan cepat saji,
setidaknya satu dari dua hari memakan makanan cepat saji. Makanan
cepat saji menyumbang 16% dari asupan energi untuk perempuan dan
17% untuk laki-laki dari total sampel dan hampir 50% dari total enegri
Tempat ini juga memiliki persentase yang tinggi dari karyawan remaja,
saji memiliki hubungan langsung dengan status gizi remaja. Fast food
e. Makanan sekolah
adalah salah satu cara yang lebih luas dalam memperbaiki keadaan gizi
(The National School Lunch Program) sudah mulai dirintis sejak tahun
energi.
beberapa tipe penjual makanan dalam kampus antara lain restoran, dan
disiapkan hari itu juga, dan bersih, perlengkapan makan dan tempat
berjualan juga bersih, tidak ada lalat. Tidak ada perhatian terhadap
22
kandungan gizi pada makanan yang dijual, yang penting enak dan
yang dilakukan oleh Rathi et al., (2016) pada tiga puluh tujuh remaja
f. Jumlah keluarga
anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak, dan anggota
anak dan jarak kelahiran antar anak amat dekap akan menimbulkan
semakin berkurang.
g. Pengaruh orangtua
sekarang ini, orang tua memang telah menjadi manusia sibuk karena
24
h. Lingkungan rumah
mahasiswa yang tinggal jauh dari rumah (kost) memiliki pola makan
i. Pengaruh teman
17-21) (Adriani dan Bambang, 2012). Dimana pada fase ini fisik
Selama masa ini, pengaruh teman sebaya menjadi lebih kuat karena
dewasa.
mendapat pengaruh teman sebaya yang kuat dan tidak sesuai dengan
PUGS.
2. Faktor Individu
body image atau citra tubuh (Khomsan, 2004). Body image atau citra
tubuh aktualnya, maka hal ini dianggap sebagai body image yang
dikaitkan dengan citra tubuh yang dimiliki. Individu merasa tidak puas
remaja terhadap body image dapat menentukan pola makan serta status
b. Konsep diri
memasuki dunia dengan harga diri yang positif dan penuh percaya diri.
Bila terjadi distorsi atau perubahan dalam citra tubuh seseorang, maka
c. Preferensi makanan
tergantung tidak hanya pada pengaruh sosial dan budaya tetapi juga
berbeda dari orang ke orang seperti bau, tekstur, dan suhu. Selain
seperti radio, televisi, pamflet, iklan, dan bentuk media massa lainnya
alasan utama bagi seseorang untuk suka atau tidak suka terhadap
kombinasi makanan.
antara individu dalam hal pilihan makanan dan perilaku diet (Jones dan
seimbang bahwa kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi
(Moehyi, 1992).
dalam Azwar, 2003). Usia awal pubertas pada anak laki-laki berkisar
antara 12-16 tahun dan perempuan berkisar 10-14 tahun (Brown et al.,
dkk., (2010) remaja dengan riwayat gizi buruk waktu usia dini dapat
pada masa remaja (adolescent) dibagi dalam tiga tahap yaitu early (11-
Pertumbuhan fisik dan masalah citra tubuh yang kurang lazim. Remaja
yang lebih tua menjadi lebih percaya diri dalam karena kemampuan
f. Kebutuhan fisiologis
membutuhkan zat gizi dalam jumlah yang berbeda, begitu pula dengan
g. Status kesehatan
secara fisik, mental dan sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau
ekonomi. Kebutuhan gizi antara orang sehat dan orang sakit, apalagi
yang baru sembuh dari sakit berat, tidak bisa disamakan. Sel-sel tubuh
karena itu orang tersebut membutuhkan zat gizi lebih banyak dari
1986).
3. Gaya Hidup
beragam hal yang terjadi didalam keluarga atau rumah tangga. Keluarga
makan dan juga dalam pembinaan kesehatan keluarga. Tetapi gaya hidup
sanggup membeli makanan jadi, daging, buah, dan sayuran yang mahal,
makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada
35
garis besar penilaian konsumsi makanan dibagi mejadi tiga jenis metode
menjadi tiga tingkat, yaitu tingkat nasional, rumah tangga dan individu atau
dan kelemahan, sehingga tidak ada satu metode yang paling sempurna.
Pemilihan metode yang sesuai ditentukan oleh beberapa faktor seperti tujuan
penelitian, jumlah responden yang diteliti, umur dan jenis kelamin responden,
selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun. Kuesioner
makanan tersebut pada periode tertentu. Bahan makanan yang ada dalam
daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup
tidak pernah dan biasanya juga digambarkan dengan hitungan hari yang lebih
semi kualitatif. Lembar FFQ kualitatif berisikan daftar nama makanan atau
kelompok makanan dan pilihan waktu konsumsi responden yang dapat dilihat
hari. Sedangkan FFQ semi kuantitatif adalah lembar FFQ kualitatif yang
ditambahkan dengan ukuran rumah tangga (URT) atau jumlah per jenis
makanan sehingga dapat dihitung asupan per zat gizinya (Gibson, 2005).
E. Kerangka Teori
Pola makan pada umumnya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
sosial secara langsung seperti keluarga, teman, dan faktor-faktor lain seperti
gerai makanan cepat saji, dan norma-norma sosial dan budaya (Brown et al.,
Lingkungan Individu
Lingkungan Mikro Sosial Lingkungan
Kognitif Perilaku Biologis
Daerah asal Jumlah keluarga
Kesehatan pribadi Preferensi makanan Status pubertas
Nilai dan norma-norma Pengaruh orangtua
Keyakinan Keterampilan yang Pertumbuhan
sosial budaya Pola makan keluarga
Tren makanan Citra tubuh berhubungan dengan Kebutuhan
Lingkungan rumah
Makanan cepat saji (fast Konsep diri makanan fisiologis
Pengaruh teman
Praktek makan Status
food)
kesehatan
Makanan sekolah
Gaya Hidup
A. Kerangka Pikir
al., (2013). Variabel yang akan diteliti yaitu faktor lingkungan (daerah asal,
tempat tinggal, sumber pangan, dan pengaruh teman) dan faktor individu
(preferensi makanan dan citra tubuh). Ada beberapa variabel tidak diteliti
penelitian ini cross sectional artinya peniliti hanya menilai pada saat itu
image/citra tubuh.
38
39
terjadi di usia 10-12 tahun untuk perempuan, 12-14 tahun untuk laki-laki,
yang sama yang membutuhkan zat gizi dalam jumlah yang sama jadi tidak
Faktor Lingkungan :
1. Daerah asal
2. Tempat tinggal
3. Sumber pangan
4. Pengaruh teman
Pola Makan
Faktor Individu :
1. Preferensi makanan
2. Citra tubuh
B. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Pola makan Kesesuiaian jenis makanan dan Angket FFQ 0. Kurang, jika konsumsi Ordinal
porsi yang dikonsumsi setiap hari makanan pokok <8
atau setiap kali makan oleh porsi/hari untuk laki-laki
responden yang terdiri dari jenis dan <5 porsi/hari untuk
makanan pokok, lauk-pauk perempuan, lauk <3
(protein hewani-protein nabati), porsi/hari, pauk <3
sayur dan buah dibandingkan porsi/hari, sayur <3
dengan Pedoman Gizi Seimbang porsi/hari, dan buah <5
(PGS) porsi/hari.
1. Lebih, jika konsumsi
makanan pokok >8
porsi/hari untuk laki-laki
dan >5 porsi/hari untuk
perempuan, lauk >3
41
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
porsi/hari, pauk >3
porsi/hari, sayur >3
porsi/hari, dan buah >5
porsi/hari.
2. Cukup, jika konsumsi
makanan pokok 8
porsi/hari untuk laki-laki
dan 5 porsi/hari untuk
perempuan, lauk 3
porsi/hari, pauk 3
porsi/hari, sayur 3
porsi/hari, dan buah 5
porsi/hari.
(Kemenkes RI, 2014)
Daerah asal Daerah asal mahasiswa Angket Kuesioner 0. Bukan perantauan Nominal
1. Perantauan
Tempat tinggal Keberadaan tinggal responden Angket Kuesioner 0. Tinggal bersama Nominal
selama kuliah keluarga/dirumah
1. Tidak tinggal bersama
42
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
keluarga/kost
(Suci, 2011)
Sumber pangan Tempat atau lokasi untuk Angket Kuesioner 0. Rumah Nominal
mengakses makanan yang biasa 1. Sekitar kampus
dimakan oleh responden. 2. Sekitar kost
43
C. Definisi Istilah
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
pola makan, daerah asal, tempat tinggal, dan sumber pangan. Pendekatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei
berstatus aktif sebagai mahasiswa angkatan 2014 dan 2015. Sampel pada
penelitian ini adalah total populasi yang terdiri dari empat Program Studi
44
45
2. Informan
yang memiliki pola makan yang cukup, kurang, dan lebih dari standar
D. Pengumpulan Data
data di bidang gizi. Tiap dua enumerator memantau pengisian lembar FFQ
ini, meliputi instrumen yang digunakan dalam penelitian dan sumber serta
1. Instrumen Penelitian
a. Kuantitatif
1) Kuesioner
FKIK angkatan 2014 dan 2-15 mengenai data daerah asal, tempat
sumber pangan.
kali per hari, lebih dari 3x per hari, 1-4 kali perminggu, 1-3 kali
perbulan, dan tidak pernah serta mengisi porsi yang biasa dimakan
47
hari.
b. Kualitatif
perekam suara dan pencatat selama proses Fokus Grup Diskusi (FGD).
a. Data primer
makanan.
48
responden, pola makan, daerah asal, tempat tinggal dan sumber pangan
tersebut.
Grup Diskusi (FGD). FGD dilakukan pada dua puluh satu orang
dari dua puluh satu orang yang terdiri 16 orang perempuan dan 5
dari informan.
Informan FGD
- Cukup 7 orang
- Kurang 7 orang
- Lebih 7 orang
50
b. Data sekunder
jumlah mahasiswa angkatan 2014 dan 2015 yang diperoleh dari bagian
Hidayatullah Jakarta.
E. Pengolahan Data
yaitu kurang diberi kode “0”, lebih diberi kode “1”, dan cukup diberi kode
“2”. Dikatakan kurang jika konsumsi makanan pokok <8 porsi/hari untuk
laki-laki dan <5 porsi/hari untuk perempuan, lauk, pauk, sayur <3
porsi/hari, dan buah <5 porsi/hari. Dikatakan lebih jika konsumsi makanan
pokok >8 porsi/hari untuk laki-laki dan >5 porsi/hari untuk perempuan,
lauk, pauk, sayur >3 porsi/hari, dan buah >5 porsi/hari. Sedangkan
dan 5 porsi/hari untuk perempuan, lauk, pauk, sayur 3 porsi/hari, dan buah
5 porsi/hari. Untuk mendapatkan data kategori pola makan, data FFQ yang
ada perlu diolah lebih lanjut dengan cara mengubah setiap frekuensi
2 centong (200gr), roti 1-3 kali per bulan sebanyak 2 slice (70gr), dan
51
biskuit 1-4 kali per minggu sebanyak 2 buah (20gr), maka nilainya
menjadi :
Nasi : 1/1 hari = 1 kali per hari, kemudian dikalikan banyak porsi yang
dikonsumsi (200gr)
Roti : 2/30 hari = 0,07 kali per hari, , kemudian dikalikan banyak porsi
Biskuit : 3/7 hari = 0,43 kali per hari, kemudian dikalikan banyak porsi
mengkonsumsi jenis makanan pokok 2 porsi per hari dan diberi kode “0”,
begitupun untuk kelompok jenis makanan lauk, pauk, sayur dan buah.
Contoh entry data untuk pengolahan FFQ yang disajikan pada Gambar
4.1.
konsumsi kelima kelompok jenis makanan dan porsi yang cukup. Pola
makan yang kurang, jika responden memiliki hasil pola makan yang
52
kurang dari anjuran. Sedangkan pola makan yang lebih, jika responden
a. Daerah asal: bukan perantauan diberi kode “0” dan perantauan diberi
kode “1”
c. Sumber pangan: rumah diberi kode “0”, sekitar kampus diberi kode
template yang telah dibuat. Selanjutnya, data yang telah di entry dicek
(transkip).
ada.
F. Validitas Data
Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Oleh karena itu,
2013). Pada penelitian ini, lembar FFQ dan kuesioner dengan variabel
daerah asal, tempat tinggal dan sumber pangan tidak dilakukan uji validasi
54
mahasiswa dari FKK UMJ bisa menjawab pertanyaan FFQ, daerah asal,
tempat tinggal dan sumber pangan dengan benar dan mudah atau dianggap
daerah asal, tempat tinggal dan sumber pangan dengan mudah dapat
kriteria dan tidak dilakukan uji validitas jenis lain dikarenakan bentu
pertanyaa dalam FFQ dan kuesioner untuk ketiga variabel bersifat terbuka.
kasus negatif, dan member check (Satori dan Aan, 2013). Dalam
G. Analisis Data
HASIL PENELITIAN
dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2014 dan
2015. Jumlah seluruh responden sebanyak 650 orang. Informan untuk penelitian
menjadi tiga yaitu kurang, lebih, dan cukup. Gambaran pola makan pada
banyak mahasiswa yang memiliki pola makan kurang yaitu sebesar 59,5%.
Pola makan mahasiswa yang kurang dan lebih dari anjuran standar yang
56
57
pola makan cukup hanya sedikit. Hasil Fokus Grup Diskusi (FGD)
pola makannya kurang karena terjadinya perubahan pola makan yang kurang
“yang dimakan buat sarapan seringnya roti susu. 1 slice/bks sama kalo
abis sarapan ga ada ngemil lagi. ada perubahan. lebih teratur SMA.
bedanya kadang ya ka kalo kuliah malemnya ga makan siang ga makan
jadi kadang cuma sarapan” (Informan ST)
bisa jadi berlebih karena tidak pernah sarapan yang menyebabkan ketika
makan siang makannya lebih banyak dan terjadinya perubahan pola makan saat
kuliah.
“jarang sarapan juga iyaa sama lebih teratur pas SMA sebab kalo
masih tinggal sama orang tua makan jadi lebih teratur, karena ga
teratur kadang pas makan siang itu suka banyak” (Informan RR)
“jarang kadang2 aja, ee biasa si malas terus ga ada waktu, eeee
makannya banyak perbedaan abis waktu di sma kn pesantren jadi kalo
makan itu teratur karena ada waktunya pagi siang malem paling
disela2nya itu cemilan kalo disini itu kn ga terkonrol gitu jadi mau
makan ya pergi beli ato gimana, sepertinya pas kuliah lebih baik
58
bisa cukup karena terjadinya perubahan pola makan yang lebih baik saat kuliah
“beda, tapi tidak begitu. pagi sama sore klo sekarang lebih sering siang
juga” (Informan SM)
“ada klo SMA ga terlalu sering sarapan. klo sekarang jadi sering
sarapan. kuliah lebih tertatur” (Informan NZ)
“kalo aku ke balik, SMA nya jarang banget makan siang paling paginya
ajah, kalo sekarang lebih teratur dari pada SMA. sekarang tuh dipaksa
buat makan, waktu SMA jarang sering ga makan2 gitu makanya jadi
punya maag” (Informan MJ)
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut
ini:
mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016 dapat dilihat
66,9%.
sumber pangan yang diakses dari rumah, sekitar kampus, dan sekitar kost.
60
pangan yang diakses oleh mahasiswa paling banyak di sekitar kost, baik itu
makanan pokok (41,1%), lauk hewani (47,8%), lauk nabati (48,0%), dan
sayuran (49,4%). Namun, sumber pangan buah lebih banyak diakses dari
rumah (40,8%).
“lebih sering temen, soalnya lebih enak seru gitu, jadi kalo makan bisa
sambil cerita yang lainnya” (Informan AS, pola makan cukup)
61
“sama temen, karena ada nya temen haha” (Informan AN, pola
makan kurang)
“sama temen karena adanya temen” (Informan RR, pola makan lebih)
“sama temen si emang soalnya kemana2 sama temen terus” (Informan
RZ, pola makan lebih)
terhadap pola makannya. Enam dari tujuh informan dengan pola makan cukup
“kalo sama temen porsi lebih banyak, jadi ntar tiba-tiba nyicip-nyicip
punya ini nyicip punya ini bisa beda-beda” (Informan MJ)
“iya soalnya temen itu terkadang tuh apa patokan gitu, ehem kadang
kita ikut dia kalo ga kita ini kalo kita makan kebanyakan kadang-
kadang suka dibilangin lu kesurupan apa pa gitu. porsinya sama ajah
hehe tergantung bajet” (Informan SM)
“pola makan nya biasanya kalo dia males makan jadi ikut-ikutan
males makan kalo porsinya mah sama ajah” (Informan LA)
“ga, karena biasanya gimana ya ka, itu si dari diri sendiri, porsinya
sama” (Informan AN)
“ga ada, dy makan kita juga makan” (Informan ST)
62
Selain itu, informan dengan pola makan lebih diketahui bahwa seluruh
pengaruh terhadap perubahan pola makan karena pola makan tergantung dari
“eeee iyaa kalo misalkan makan bareng temen porsinya lebih banyak
banyak banget bisa dua kali lipat terus juga aku beli makannanya bisa
banyak ga cuma satu jenis ajah bisa berbagai jenis, terus iyaa ka
mempengarui banget, soalnya kalo misalkan ada temen tuh aku jadi
semangat gitu makannya klo bareng temen kita pasti makan sambil
ngobrol2 jadi lama kan ditempat makan itu jadi apa bawaannya
pengen nambah terus makananya” (Informan SS)
makanan yang meliputi rasa, penampilan, tekstur, harga, jenis makanan dan
kombinasi makanan.
a. Rasa
“kalo makanan berat lebih suka yg gurih kalo makan cemilan lebih
suka manis” (Informan NZ)
“gurih tapi aku suka semuanya, pahit ga ya” (Informan SM)
didapatkan bahwa empat dari tujuh informan lebih menyukai rasa pedas.
Berikut kutipannya :
“yang pedes, dari kecil emg suka pedes tapi ga terlalu pedes”
(Informan AN)
“pedes si tapi manis, gurih suka juga kecuali pahit, yaa karena
enak dimakan” (Informan QN)
enam dari tujuh informan lebih menyukai rasa asin dan manis, seorang
kutipannya :
“kalo saya si lebih ke asin, soalnya yaa enak ajah klo pedes gitu
ngurangin nikmat makan” (Informan RZ)
“eeee asin si terus ada kecut2 sama pedesnya, ga tau enak gitu kalo
yang berkuah itu terus dikasih jeruk nipis gitu enak terus dikasih
sambel pedes2 gitu “(Informan RS)
“kalo dari segi rasa aku lebih suka yang eee manis pedes kalo
misalkan aku makan gitu ka eeeee keseringan tuh aku banyakin
kecapnya alasannya supaya lebih enak ajah gitu” (Informan SS)
“aku suka pedes, kalo pedes tuh kaya ada rasanya aja gitu rasa lain
juga suka si cuma paling suka pedes” (Informan MR)
64
b. Penampilan
kutipannya :
“ga terlalu penting si, tapi lebih suka yang banyak bumbunya
kaya masakan padang” (Informan RZ)
c. Tekstur
didapatkan bahwa tekstur makanan yang tidak terlalu keras dan tidak
“yang keras tapi ga keras banget, pas gitu, soalnya kalo kaya gitu
oh berarti mateng. Kalo lembek gimana gitu” (Informan RA)
65
lebih juga mengatakan bahwa tekstur makanan yang tidak terlalu keras dan
“ga terlalu suka yang keras ga terlalu lembek juga, maklum lidah
indonesia” (Informan RZ)
d. Harga
“yang murah, yaaa irit dikantonng ka” (Informan AN, pola makan
cukup)
66
“sesuai sama uang jajan aja jadi yang baisa-biasa aja” (Informan
QN, pola makan kurang)
“yg sesuai, ga mahal soalnya anak kost kan” (Informan RA, pola
makan kurang)
e. Jenis makanan
hewani. Untuk informan dengan pola makan cukup bahwa empat dari
tujuh orang lebih menyukai jenis makanan sumber sayur dan protein
“sayur sama lauk hewani, suka aja karena yang sering dimakan
lauk hewani sama nabati” (Informan MJ)
terdapat lima dari tujuh informan yang lebih menyukai jenis makanan
bahwa empat dari tujuh informan lebih menyukai jenis sumber protein
“yang paling suka ada dua ka protein sama buah, kalo misalkan
protein itu ga tau makanan protein enak-enak ajah kaya ayam
ikan kalo misalkan buah seger kalo misalkan makan buah”
(Informan SS)
f. Kombinasi makanan
kelompok pola makan cukup dan lebih yaitu karbohidrat, protein, sayur,
dan buah. Sedangkan pada informan dengan pola makan kurang kebiasaan
kombinasi setiap kali makan hanya karbohidrat (nasi) dan jenis protein,
seorang informan saja yang memiliki tiga jenis kombinasi makanan yaitu
rasa, penampilan, tekstur, harga, tipe atau jenis makanan, dan kombinasi
lebih menyukai rasa gurih, kelompok informan dengan pola makan kurang
lebih menyukai rasa pedas, dan kelompok informan dengan pola makan
lebih, lebih menyukai rasa manis dan asin. Dari segi jenis makanan,
kelompok informan dengan pola makan cukup lebih menyukai jenis lauk
hewani, sayur dan buah. Kelompok informan dengan pola makan kurang,
dengan pola makan lebih, lebih menyukai jenis karbohidrat, protein, sayur
adalah nasi (karbohidrat), protein, sayurnya lebih banyak dan buah untuk
menganggap tubuhnya kurus/gemuk dan kurang dari kata ideal, hanya dua
Untuk informan dengan pola makan cukup diketahui bahwa lima dari
tujuh informan merasa tubuhnya gemuk, namun tiga dari lima informan
pengaturan pola makan. Dua dari tujuh informan dengan pola makan cukup
tetapi merasa bentuk tubuhnya kurus, namun dua informan tersebut tidak
merasa khawatir dengan bentuk tubuh yang kurus sehingga tidak melakukan
pengaturan pola makan agar memiliki bentuk tubuh yang lebih baik. Berikut
kutipannya :
lima dari tujuh informan merasa IMT nya normal, tetapi masih merasa berat
kurang tetapi merasa kelebihan berat badan. Namun, seluruh informan baik
yang merasa berat badannya kurus atau kelebihan berat badan tidak merasa
“biasa aja, normal tapi kurang berat badan, dan ga khawatir sama
berat badannya” (Informan AZ)
“lemaknya masih ada, suruh turunin dikit, dulu iya ngatur pola makan
tapi sekarang ga” (Informan NK)
Sedangkan pada informan dengan pola makan lebih, tiga dari tujuh
merasa berat badannya kurang dan ketiga informan tersebut merasa khawatir
Sedangkan dua informan merasa bahwa kelebihan berat badan dan tidak
Selain itu, dua informan lainnya merasa bahwa bentuk tubuhnya sudah pas
dan ideal tidak merasa khawatir dengan bentuk tubuhnya. Berikut kutipannya :
“hehe kurus ka, kalo ideal belum meskipun udah makan banyak tetep
ajah ga naik 50, tapi makan udah banyak udah minum obat kirain
udah cacingan tapi udah minum kombantrin tapi ga naik juga, iya si
ka, karena begitu terobsesi naikin berat badan jadi gimana yaa kalo
ada kesempatan makan ya makan pengen gemuk” (Informan RS)
71
“bentuk tubuh aku, bentuk tubuh aku tuh ga ideal banget ka aku tuh
kurus bangeteeeet soalnya tinggi aku kan 161 162 gitu kan ka terus
berat badan aku tuh cuma 45 doang, jadi bentuk tubuh aku ga ideal.
iyaa ka aku ngerasa khawatir banget solusi aku si gimana itu yaa itu
mengatur pola makan aku bagaimana supaya aku bisa ningkatin nafsu
makan aku pokoknya lagi berusaha buat nambahin berat badan”
(Informan SS)
“kalo saya si sedikit si, yaaa lumayanlah kelebihan berat badan, kalo
saya si ga ngerubah pola makan kali cuma aktivitas olahraganya
dijaga, klo ngerasa berat badan mulai berat baru ada perubahan pola
makan” (Informan RZ)
“kalo tentang bentuk tubuh yaa udah merasa puas si, terus juga udah
ngerasa puasnya kalo dari indek massa tubuh udah ideal jadi ga
overweight juga ga kurus yaa karena itu si tadi pola makan ga
ngejaga tapi emang udah kaya rutinitas kebiasaan sehari-hari gitu
karena emang suka olahraga juga jadi ya insya allah mau makan kaya
gimana juga bakal kebakar lagi” (Informan DA)
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Food Frequency Questionare (FFQ) diisi sendiri oleh responden. Hal tersebut
keterbatasan waktu yang dimiliki, maka pengisian FFQ diisi sendiri oleh
responden. Adapun bias yang mungkin muncul karena FFQ diisi sendiri oleh
responden, yaitu bisa terjadi perbedaan persepsi untuk ukuran banyak porsi
B. Kelebihan Penelitian
pengkategorian pola makan terbagi menjadi tiga kategori pola makan (cukup,
kurang, dan lebih), sehingga hasil penelitian lebih bervariasi (2) penelitian
dan (3) sampel untuk data kuantitatif menggunakan total populasi yang cukup
72
73
buah. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zakiah (2014) pada
yang tidak sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Jika dilihat berdasarkan
makanan pokok yang kurang dan 20,6% lebih, 44,5% memiliki kebiasaan
makan lauk yang kurang dan 25,8% lebih, 98,1% memiliki kebiasaan makan
pauk yang kurang dan 0,6% lebih dan 100% memiliki kebiasaan makan sayur
yang diperoleh dari berbagai sumber dan disusun menjadi hidangan atau
dikonsumsi, minimal harus berasal dari satu makanan sumber zat tenaga, satu
jenis makanan sumber zat pembangun dan satu jenis makanan sumber zat
74
yang memiliki kebiasaan pola makan masih kurang dari anjuran rekomendasi
mengatakan bahwa pola makan kurang terjadi karena adanya perubahan pola
makan yang kurang teratur saat kuliah. Selain itu, mahasiswa lebih banyak
makan yang kurang teratur ketika waktu SMA dimana masih tinggal dengan
orang tua dibandingkan tinggal sendiri (kost) ketika kuliah, karena mahasiswa
yang tinggal jauh dari rumah (kost) memiliki pola makan yang berbeda ketika
ketidakseimbangan tersebut akan terjadi kekurangan gizi dan pola makan yang
tidak sesuai akan menyebabkan asupan makanan yang kurang (Siregar, 2013).
Selain itu, seseorang yang tidak memenuhi kebutuhan nutrisi dari usia muda,
osteoporosis (Brown et al., 2013) dan dapat berdampak pada risiko Penyakit
Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan bisa juga didasari oleh preferensi makan,
pengaruh teman dan tempat tinggal. Hasil penelitiannya Suryaputra dan Siti
juga menyatakan bahwa asupan makanan yang lebih dari kebutuhan akan
lebih menyukai selera makan manis dan berlemak sehingga menjadi preferensi
makan mereka. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan informan, bahwa dari
segi rasa lebih menyukai rasa manis. Rasa manis cenderung tinggi energi yang
protein hewani pada remaja juga akan menyebabkan obesitas, karena obesitas
mengandung lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi (Suryaputra dan Siti,
mengatakan bahwa jenis makanan yang disukai jenis karbohidrat dan protein
76
yang tinggal di kost dengan akses sumber pangan dan ketersediaan makanan
yang lebih mudah karena banyak dan dekat di sekitar kost. Selain itu, karena
lebih banyak dan yang tadinya malas makan jadi ingin makan, bahkan bisa
dua kali lipat porsi makannya. Kemungkinan hal itu juga yang menjadi salah
satu penyebab pola makan informan menjadi lebih. Jika asupan yang melebihi
batasan yang telah direkomendasikan dalam waktu yang lama akan tertimbun
seperti kelebihan berat badan, depresi, merusak hati, penyakit jantung koroner,
makanan pada remaja tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi tetapi
makanan yang cukup secara kuantitas dan kualitas membuat tubuh tetap sehar
dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular
(PTM) terkait gizi. Gizi yang optimal dan pola makan yang baik sangat
bagi seluruh kelompok umur, membuat berat badan normal atau sehat,
77
memiliki pola makan cukup walaupun hanya 10,6%, karena berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa pola makan informan cukup bisa dilihat dari jenis
dan kombinasi makanan yang dimakan setiap kali makan lebih bervariasi,
seperti makanan pokok, lauk pauk (protein), sayur, dan buah. Selain itu,
informan mengaku bahwa ketika kuliah pola makannya lebih baik yaitu lebih
sering sarapan, makan siang, dan makan malam, sehingga pola makan berubah
lebih, dan cukup dikarenakan terjadi perubahan pola makan saat sekolah
dengan kuliah. Perubahan yang terjadi pada kelompok informan dengan pola
makan kurang, perubahan tersebut ke arah yang kurang baik. Perubahan untuk
kelompok informan dengan pola makan lebih, perubahan tersebut tidak terlalu
baik bahkan sering melewatkan sarapan pagi dan menggantinya saat makan
siang. Sedangkan perubahan pola makan yang terjadi pada kelompok informan
dengan pola makan cukup, berubah ke arah yang lebih baik dan pola makan
dengan meningkatkan konsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah
serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur baik secara kualitas maupun
kuantitas.
tinggal. Pada penelitian ini daerah asal dikelompokkan menjadi dua yaitu
bahwa jumlah mahasiswa yang bukan perantauan lebih banyak dari pada
mahasiswa perantau.
berbagai hal, salah satunya adalah terjadinya perubahan pola makan. Hal ini
salah satunya yaitu sosial budaya seperti asal daerah. Selain itu, didukung
dengan hasil FFQ pola makan diketahui bahwa mahasiswa dengan pola makan
perantauan.
bukan perantauan dan perantauan kurang bervariasi, hal tersebut dapat dilihat
karena masih tingginya proporsi pola makan yang kurang. Selain itu,
masih tingginya pola makan kurang, ternyata pola makan lebih juga cukup
budaya yang berbeda (Hamboyan dkk, 1995 dalam Lee et al., 2015).
di Kanada untuk jangka waktu yang lebih lama, konsumsi makanan secara
signifikan lebih besar dan makan keluar lebih sering serta melaporkan
kesadaran yang lebih besar dan lebih banyak pengetahuan tentang makanan
Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2012) bahwa
Suku Melayu lebih cenderung mengonsumsi menu hidangan yang terdiri dari
nasi, lauk pauk hewani dan pengolahan makanan bersantan dengan frekuensi
hidangan yang terdiri dari nasi, lauk pauk nabati, sayuran dan pengolahan
mendapatkan kebutuhan zat gizi yang diperlukan, sehingga pola makan yang
baik dan seimbang dapat diterapkan. Sesuai dengan hasil penelitian Pan et al.
(1999) dalam Lee et al., (2015) bahwa pola makanan siswa Asia sebelum dan
jauh dari kampus. Berdasarkan data distribusi daerah asal, ternyata untuk
hal ini dikarenakan ada juga mahasiswa bukan perantauan selama kuliah tidak
makanan. Selain itu, tempat tinggal juga berpengaruh terhadap perilaku makan
fisik tempat tinggal orang dewasa dan kemudahan mencapai tempat penjualan
yang tidak tinggal bersama keluarga/kost yaitu sebesar 73,6%. Hal tersebut
menyatakan bahwa pola makan pada mahasiswa sudah tidak terpengaruh oleh
82
faktor pribadi dan kesukaan yang mempengaruhi jumlah dan jenis makanan
yang dikonsumsi. Senada dengan hasil penelitian Nugroho dan Tirta (2013)
mengenai gambaran pola makan ditinjau dari Gizi Seimbang pada rmahasiswa
yang signifikan antara tempat tinggal dengan pola makan gizi seimbang.
pola makan lebih teratur ketika waktu SMA, hal tersebut dikarenkan saat
SMA masih tinggal bersama keluarga. Sehingga pola makan lebih terjaga dan
tersebut selalu dijaga oleh ibu mereka. Sedangkan mahasiswa yang tinggal
jauh dari rumah (kost) memiliki pola makan yang berbeda dengan ketika
biasanya terlambat makan atau di luar jadwal kebiasaan karena waktu yang
83
tersebut seperti daerah asal dan sumber pangan. Daerah asal mahasiswa lebih
bukan perantauan juga ada yang tinggal dikost. Sedangkan akses sumber
pangan dan ketersediaan makanan di kost lebih terbatas dari pada di rumah
sebenarnya sumber pangan dianggap mudah karena sekitar kost adalah tempat
yang sering dan mudah untuk mengakses makanan, tetapi karena mahasiswa
kemungkinan hal itu juga yang menyebabkan pola makan mahasiswa kurang.
terhadap pola makan. Padahal ketika makan bersama teman akan lebih
sangat kuat dalam hal konsumsi makanan. Kemungkinan hal itu juga yang
menjadi salah satu penyebab pola makan informan menjadi kurang, karenakan
84
mahasiswa sudah dapat memilih makanan sendiri tanpa pengaruh orang tua
atau teman.
harus tetap memperhatikan pola makan dari aspek jenis dan jumlah makanan
dalam hal ini responden yang kost jauh dari keluarga sehingga pengawasan
kewajiban utama pada setiap individu dan agar terhindar dari berbagai
memperoleh atau mengakses makanan yang biasa dimakan setiap hari seperti
dari rumah, kampus, atau sekitar kost. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa sumber pangan jenis makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, dan
sayur lebih banyak diperoleh dari sekitar kost, sedangkan sumber pangan jenis
buah sebagian besar memperoleh dari rumah. Hal ini berhubungan dengan
konsumsi makan (Jago et al., 2007), sehingga jenis sumber makanan pokok,
Pada penelitian ini, sumber pangan yang diperoleh dari rumah hanya
buah. Hal ini kemungkinan ketersediaan buah lebih mudah didapatkan ketika
85
mengandung serat. Hal ini selaras dengan pendapat Arisman (2004) yang
al., (2016) pada tiga puluh tujuh remaja mengenai ketersediaan dan
sehat bagi mereka untuk makan. Selain itu, orang tua jarang membeli
seperti kantin sekolah dan restoran-restoran makanan cepat saji, rumah adalah
tempat yang paling disukai untuk mengkonsumsi makanan sehat seperti buah.
Jenis makanan yang tersedia dirumah lebih banyak mempunyai peluang lebih
besar untuk dikonsumsi, sedangkan jenis makanan yang tidak tersedia tidak
signifikan pada pemilihan makanan remaja, karena 35% sampai 40% dari total
yang diakses dari kampus memiliki persentase paling rendah untuk tiap jenis
86
pada kantin kampus dan warung sekitar kampus yang biasa dikunjungi
makanan pokok seperti nasi dan mie serta lauk hewani seperti ayam, ikan, dan
telur, jenis sayur dan buah sama sekali jarang tersedia, bahkan lebih banyak
mesin penjual makanan atau dari warung di sekitar sekolah yaitu makanan
yang memiliki nilai gizi minimal (seperti minuman berkarbonasi, minuman es,
dan beberapa jenis permen) di ruang waktu makan selama waktu makan.
Buah, jus buah, dan sayuran jarang dijual di warung sekolah atau pada mesin
sekolah dan pembelian makanan dari mesin makanan pada sekolah tingkat
menengah dan cukup signifikan, dan banyak dari pilihan makanan yang
tersedia mengandung lemak dan/ atau gula tambahan yang tinggi. Jenis
makanan kurang bergizi yang sering dijual adalah permen cokelat (65%);
permen lainnya (68%); cemilan asin tinggi lemak (75%); minuman ringan,
mahasiswa juga lebih banyak menghabiskan waktu dikampus. Oleh karena itu,
87
baik informan dengan pola makan cukup, kurang maupun lebih mengatakan
bahwa setiap makan bersama teman dan teman memiliki pengaruh terhadap
pola makan. Pengaruh teman pada masa remaja sangatlah kuat. Aktivitas yang
rekan sebayanya termasuk dalam pola makan atau pemilihan makanan. Selain
itu, remaja berusaha keras untuk bisa sama dengan teman-teman mereka dan
al., 2013).
teman memberikan pengaruh yang kuat terhadap pola makan. Hasil FGD
pengaruh terhadap pola makan, akan tetapi satu informan dengan pola makan
cukup, enam orang pola makan kurang, dan dua orang pola makan lebih
(1999), bahwa kebiasaan pola makan tersebut bukan anjuran atau dukungan
88
dari teman sebaya, melainkan dukungan dari keluarga ataupun diri sendiri.
Sesuai dengan hasil penelitian, bahwa kelompok informan dengan pola makan
melainkan dirinya sendiri, sehingga itu merupakah salah satu penyebab pola
dengan pola makan cukup dan lebih bahwa ketika makan bersama teman akan
yang sangat kuat terhadap pola makan, juga didukung hasil penelitian Rathi et
al., (2016) yang dilakukan pada remaja SMA perkotaan di India, hasil
penting terhadap perilaku konsumsi remaja. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sebayang tahun 2012 mengenai gambaran pola konsumsi
dengan teori Sharlin dan Sari (2014) bahwa selama masa ini, pengaruh teman
sebaya menjadi lebih kuat karena teman sebaya menggantikan orang tua
sebagai sumber utama dorongan sosial dan teman sebaya dapat memberikan
(Adriani dan Bambang, 2012). Dimana pada fase ini fisik seseorang terus
bahwa teman memberikan pengaruh terhadap pola makan informan, hal ini
berarti teman sebaya memberikan pengaruh yang negatif dan teman hanya
(2004) bahwa pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi
status. Teori tersebut didukung dengan hasil penelitian Rathi et al., (2016)
yang mengatakan bahwa pengaruh teman sebaya siswa SMA sering dipaksa
untuk mengkonsumsi makanan miskin zat gizi dan minuman bersoda. Temuan
juga didukung oleh penelitian Fitzgerald et al., (2013) bahwa pengaruh teman
kalangan orang dewasa. Didukung juga oleh penelitian Amaliah (2006) dalam
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada remaja yang ada di SMP
teman dalam pola makan. Hal ini dikarenakan mahasiswa yang tinggal di kost
90
pengaruh terhadap pola makan. Hal tersebut dikarenakan mereka lebih banyak
makan bersama teman baik ketika di kampus maupun di kost, sehingga teman
mahasiswa.
cukup dan lebih, bahwa teman memberikan pengaruh terhadap pola makan
baik secara jumlah maupun keadaan yang awalnya tidak ingin makan, ketika
ada teman atau bersama teman jadi ikut makan. Sedangkan kelompok
tidak memberikan pengaruh terhadap pola makan. Oleh karena itu, sebaiknya
pangan setiap hari atau setiap kali makan agar pola makan dapat tercukupi
setiap harinya.
adalah salah satu faktor utama memainkan peran yang sangat penting dalam
pada warna, bentuk, rasa, dan tekstur makanan. Oleh karena itu, pengalaman
indrawi adalah alasan utama bagi seseorang untuk suka atau tidak suka
makanan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa seluruh informan
rasa gurih untuk informan dengan pola makan cukup, rasa pedas untuk
informan dengan pola makan kurang, dan rasa manis dan pedas untuk
informan dengan pola makan lebih. Sesuai pula dengan penelitian Suswanti
rasa sangat penting dalam memilih makanan. Hal tersebut didukung oleh
responden menjawab “Ya” bahwa atribut cita rasa merupakan atribut yang
sangat penting.
makanan yang disukai anak-anak (Gilbert, 2006 dalam Khoirina et al., 2015).
Namun, hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian karena informan dengan
tekstur lembut dan tidak telalu keras. Tekstur makanan juga merupakan
komponen yang turut menentukan cita rasa makanan karena sensitivitas panca
indera rasa dipengaruhi oleh konsistensi makanan. Hal ini sesuai dengan
mengandung kalori lebih sedikit daripada makanan yang kenyal dan lembut.
dalam hal pilihan makanan dan perilaku diet (Jones dan Bartlett, 2011). Selain
itu, biaya makanan adalah penentu utama pilihan makanan, apakah biaya
ekonomi. Hal ini sesuai dengan dengan hasil penelitian bahwa seluruh
informan baik informan dengan pola makan cukup, kurang, maupun lebih
uang jajan yang orang tua mereka berikan. Sejalan dengan penelitian Suswanti
(2013) yang mengatakan bahwa harga merupakan hal yang penting dalam
memilih makanan.
sumber protein hewani hampir semua jenis pangan hewani disukai terutama
olahan yang digoreng. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
mengatakan bahwa hampir semua jenis pangan hewani disukai sebagian besar
informan.
Namun, dari segi tipe makanan atau jenis makanan untuk masing-
dengan pola makan cukup lebih banyak yang mengatakan sayur dan protein
hewani serta seorang informan menyukai jenis sayur dan buah. Konsumsi
sayur dan buah yang cukup juga menurunkan risiko sulit buang air besar
makannya yang cukup, hasil FFQ untuk jenis sayur dan buah seluruh informan
dengan pola makan cukup sudah sesuai dengan anjuran rekomendasi PGS.
dan protein. Jenis karbohidrat dan protein merupakan sumber energi, dan
pola makan yang dimiliki yaitu pola makan kurang. Hal tersebut juga
dengan pola makan kurang, memiliki porsi yang kurang terhadap kelima
Informan dengan pola makan lebih, lebih banyak yang menyukai jenis
selain itu makanan yang tinggi protein biasanya mengandung banyak lemak
penting. Makanan yang disajikan dalam susunan menu yang sama tetapi
untuk suatu jenis makanan tertentu (Suhardjo, 1989). Hal tersebut sesuai
dengan hasil FGD pada informan dengan pola makan cukup dan lebih yang
kurang. Remaja tidak mengkonsumsi sejumlah sajian buah, sayur, dan produk
et al., 2003). Selain itu, pada studi yang dilakukan terhadap 18.000 remaja
direkomendasikan (77%), buah (55%), dan produk susu (47%) (Videon dan
Manning, 2003).
Informan dengan pola makan cukup dan lebih, lebih memilih satu set
makanan dimana terdapat beberapa jenis makanan seperti nasi, sayuran, lauk
pauk, dan buah. Sedangkan informan dengan pola makan kurang hanya
memiliki dua jenis kombinasi setiap makan yaitu karbohidrat/nasi dan protein.
Hal ini diduga kurang bervariasinya makanan setiap kali makan menyebabkan
porsi informan menjadi kurang. Karena kualitas atau mutu gizi dan
lebih mengkonsumsi anekaragam pangan setiap hari atau setiap kali makan
untuk meningkatkan pola makan menjadi lebih baik dan sebaiknya mahasiswa
memiliki pola makan cukup atau lebih merasa tidak puas dengan bentuk
96
pola makan cukup, kurang, dan lebih menganggap tubuhnya kurus/gemuk dan
kurang ideal, artinya sebagian besar informan masih belum puas dengan
bentuk tubuhnya dan masih memiliki persepsi bahwa berat badannya belum
ideal.
merasa tidak puas terhadap bentuk tubuh yang dimilikinya. Pada beberapa
kasus distorsi terhadap citra tubuh lebih sering dialami oleh perempuan yag
terhadap ukuran tubuhnya. Oleh karena itu, tidak jarang pada orang yang
konsumsi makanan yang tidak baik lebih banyak terjadi pada responden yang
tidak puas terhadap ukuran tubuhnya (67,4%) daripada responden yang puas
dengan ukuran tubuhnya (55,6%). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian
disebabkan memang pola makannya yang sedikit dan belum sesuai dengan
gemuk mengaku harus menurunkan berat badannya, mungkin hal itu juga
Bali, yang hasilnya menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara citra
ukuran tubuhnya lebih besar dari ukuran yang sebenarnya (Grogan, 2008).
yang tidak sesuai, sehingga terlihat tidak proporsional. Hal ini mungkin yang
menyebabkan tingginya proporsi pola makan kurang dan lebih. Selain itu,
beberapa hal, antara lain dapat dipengaruhi oleh tempat tinggal dan teman
sebaya.
lebih banyak mahasiswa yang tinggal di kost. Mahasiswa yang tinggal dikost
acuan paling utama selain orang tua atau keluarga. Karena pengaruh teman
sebaya berupa dukungan sosial merupakan salah satu faktor penting dalam
98
pembentukan citra tubuh. Keakraban yang terjalin antara informan dan teman
Karena remaja adalah golongan individu yang sedang mencari identitas diri
berbagi minat yang sama, saling menguatkan bahwa mereka dapat berubah ke
arah yang lebih baik dan memungkinkan akan memperoleh rasa nyaman dan
aman.
Teori tersebut sejalan dengan hasil penelitian Irdianty dan Rita (2012)
yang mengatakan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial teman sebaya
dengan citra tubuh. Teman sebaya merupakan salah satu kelompok sosial yang
mempengaruhi remaja dalam berbagai aspek, salah satunya citra tubuh yang
satunya adalah bentuk tubuh dan berat badan, menjadi semacam cara remaja
untuk masuk ke dalam lingkungan sosial, yaitu teman sebaya. Oleh karena itu,
teman sebaya mempunyai pengaruh yang cukup besar pada masa remaja
atau di lingkungan kost, secara tidak sadar bahwa teman akan memberikan
menaikkan berat badan. Sesuai dengan penelitian Setyawati dan Ratu (2013)
bahwa status gizi remaja mendapatkan pengaruh dari teman sebaya untuk
teman sebaya mereka menuntut untuk mengurangi berat badan, sehingga ada
badan dengan risiko mengalami gizi kurang. Banyak remaja sering merasa
Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian, bahwa infroman yang
merasa tidak puas dengan ukuran tubuhnya membuat mereka merasa khawatir
pola makan serta status gizinya. Asupan makanan yang kurang dari kebutuhan
kelompok informan dengan pola makan kurang masih ada yang menilai bahwa
tubuhnya kelebihan berat badan dan kelompok informan dengan pola makan
lebih yang menilai tubunya kurus. Sehingga, penilaian tentang bentuk tubuh
remaja pria, mereka (59%) menginginkan tubuh yang berisi karena merasa
(Khomsan, 2004).
walaupun mereka merasa memiliki status gizi normal. Selain itu, didapatkan
juga bahwa informan dengan pola makan kurang tetapi merasa berat badannya
mempunyai tubuh ideal, tetapi akan selalu menjaga bentuk tubuhnya karena
Citra tubuh erat kaitannya dengan pola makan, sehingga masih ada
informan dengan pola makan cukup yang menganggap bentuk tubuhnya kurus
dan gemuk. Selain itu, sebagian kelompok informan dengan pola makan
kurang memiliki IMT (Indeks Massa Tubuh) normal, namun masih merasa
informan yang sudah memiliki pola makan cukup merasa tidak puas dengan
kurang dan lebih. Seharusnya, untuk tetap mendapatkan bentuk tubuh yang
menerapkan pola makan gizi seimbang baik secara kualitas dan kelengkapan
A. Simpulan
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
(33,1%).
(41,1%), lauk hewani (47,8%), lauk nabati (48,0%) dan sayuran (44,9%)
101
102
Mahasiswa dengan pola makan cukup dan lebih cenderung memiliki jenis
B. Saran
atau setiap kali makan dan makan tiga kali sehari sesuai anjuran porsi
seimbang.
varibel lain yang diduga mempengaruhi pola makan yang tidak dapat
diteliti pada penelitian ini. Juga melakukan penelitian lebih lanjut untuk
Adriani, M., Bambang, W., 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan.
Kencana, Jakarta.
Almatsier, S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka, Jakarta.
Amelia, A., Muljati, S., Puspitasari, D.S., 2010. Pencapaian Pertumbuhan Linear
Dan Status Pubertas Remaja Dengan Riwayat Gizi Buruk Pada Usia Dini.
Swadaya, Jakarta.
Pediatri 12.
104
105
Briefel, R.R., Johnson, C.L., 2004. Secular Trends In Dietary Intake In The
doi:10.1146/annurev.nutr.23.011702.07334
Brown, J.E., Isaacs, J., Krinke, B., Lechtenberg, E., Murtaugh, M., 2013.
Bushak, L., 2014. How Food Texture, Or “Oral Haptics,” Influences Our
http://www.medicaldaily.com/how-food-texture-or-oral-haptics-
Darlina, 2004. Faktor Pendorong Mie Instant Dan Kontribusi Energi Dan Protein
Medan.
Dave, J.M., An, L.C., Jeffery, R.W., Ahluwalia, J.S., 2009. Relationship Of
Departemen Gizi Dan Kesehatan Masyarakat FKM UI., 2007. Gizi dan Kesehatan
Fitriana, N., 2011. Kebiasaan Sarapan, Aktivitas Fisik, Dan Status Gizi
Fitzgerald, A., Heary, C., Kelly, C., Nixon, E., Shevlin, M., 2013. Self-Efficacy
For Healthy Eating And Peer Support For Unhealthy Eating Are
106
doi:10.1016/j.appet.2012.12.011
French, S.A., 2005. Public Health Strategies for Dietary Change: Schools and
French, S.A., Story, M., Fulkerson, J.A., Gerlach, A.F., 2003. Food Environment
Press.
Handayani, I., 2012. Gambaran Pola Makan Suku Melayu Dan Suku Jawa Di
Harper, L.J., Brady, J.D., Judy, A.D., 1986. Pangan, Gizi Dan Pertanian. UI Pres,
Jakarta.
Irdianty, M.S., Rita, H.W., 2012. Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman
Sebaya Dengan Citra Tubuh (Body Image) Siswi Usia Sekolah Dengan
Universitas Diponegoro.
Jago, R., Baranowski, T., Baranowski, J.C., Cullen, K.W., Thompson, D., 2007.
doi:10.1186/1479-5868-4-35
Jeffery, R.W., Baxter, J., McGuire, M., Linde, J., 2006. Are Fast Food
Kann, L., Grunbaum, J., McKenna, M.L., Wechsler, H., Galuska, D.A., 2005.
Schools — Selected Sites, United States, 2004. J. Sch. Health 75, 370–374.
doi:10.1111/j.1746-1561.2005.tb06639.x
Kemenkes, RI., 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Kemenkes RI,
Jakarta.
Kemenkes, RI., 2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Kemenkes RI,
Jakarta.
108
Khoirina, A., Ajeng Sakina Gandaasri, Andini Septiani, Astuti Akin, Ayu S, Cesil
M, Cory SD, Mursalina, Tyas WU, Yuni Fira Y, 2015. Gambaran Food
Khomsan, A., 2004. Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. PT Raja Grafindo,
Jakarta.
Krølner, R., Rasmussen, M., Brug, J., Klepp, K.-I., Wind, M., Due, P., 2011.
Kusumajaya, N., Wiardani, N., Juniarsana, I., 2008. Persepsi Remaja Terhadap
114–125.
Larson, N., Eisenberg, M.E., Berge, J.M., Arcan, C., Neumark-Sztainer, D., 2015.
doi:10.1016/j.eatbeh.2014.10.010
Lee, J., Gao, R.-R., Kim, J.-H., 2015. Acculturation And Changes In Dietary
doi:10.4162/nrp.2015.9.3.304
Surabaya, Surabaya.
Mahan, L.K., Escott-Stump, S., 2008. Krause’s Food & Nutrition Therapy, 12th
McLellan, L., Rissel, C., Donnelly, N., Bauman, A., 1999. Health Behaviour And
The School Environment In New South Wales, Australia. Soc. Sci. Med.
Moehyi, S., 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi Dan Jasa Boga. Bhratara,
Jakarta.
Lampung Mangkurat.
Gizi Seimbang Pada Mahasiswa PSPD FKK UMJ Tahun 2013 (Skripsi).
Park, E.-S., Lee, J.-H., Kim, M.-H., 2015. Eating Habits And Food Preferences
Pulungan, A.B., 2013. Masalah Pubertas pada Anak dan Remaja [WWW
Rathi, N., Riddell, L., Worsley, A., 2016. What Influences Urban Indian
Rosenmöller, D.L., Gasevic, D., Seidell, J., Lear, S.A., 2011. Determinants Of
5868-8-42
Bandung.
VIII Dan IX Sekolah Menengah Pertama (SMP) PGRI 1 Dan SMP YMJ
Savitri, W., 2015. Hubungan Body Image, Pola Konsumsi Dan Aktivitas Fisik
Indonesia, Depok.
Sediaoetama, A.D., 2009. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa Dan Profesi. Dian Rakyat,
Jakarta.
111
Setyawati, G.N., Ratu, A.D.S., 2013. Hubungan Citra Tubuh, Pengaruh Orang
Tua, dan Faktor Lain dengan Status Gizi Penari Ballet di Sekolah
Sharlin, J., Sari, E., 2014. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC, Jakarta.
Sijtsema, S., Linnemann, A., van Gaasbeek, T., Dagevos, H., Jongen, W., 2002.
doi:10.1080/20024091054256
Siregar, R., 2013. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Overweight Pada
Suhardjo, 1989. Sosio Budaya Gizi. IPB PAU Pangan & Gizi, Bogor.
Jkt. 40.
Suryaputra, K., Siti, R.N., 2012. Perbedaan Pola Makan dan Aktivitas Fisik
Antara Remaja Obesitas Dengan Non Obesitas. Makara Kesehat. 16, 45–
50.
Tiyas, Y.T.C., 2009. Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor
Ulfah, N., 2011. Hubungan Antara Karakteristik Individu Dan Pengaruh Teman
doi:10.1016/S1054-139X(02)00711-5
Wood, L.G., Lagleva, M., Shah, S., Berthon, B.S., Galbraith, S., Henry, R.,
15. doi:10.1186/s12887-015-0420-x
113
Xie, B., Gilliland, F.D., Li, Y.-F., Rockett, H.R., 2003. Effects of Ethnicity,
Yuniarti, Neni., 2012. Gizi Dan Kesehatan AUD "Kebutuhan Gizi Anak".
Zakiah, 2014. Hubungan Penerapan Pedoman Gizi Seimbang Dengan Status Gizi
Jakarta.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN
Identitas Responden
Nama :
Prodi :
Angkatan :
Nama :
Prodi/Angkatan :
Pada kuesioner frekuensi makanan ini anda hanya mengisi pada kolom frekuensi
(bulan, minggu atau harian) dan banyaknya porsi. Pada kolom frekuensi, anda
mengisi salah satu frekuensi makanan yang anda konsumsi dalam bulan, minggu
atau harian yang diisi dengan menuliskan banyaknya frekuensi konsumsi anda.
Pada kolom banyaknya porsi, anda mengisi dengan menuliskan banyaknya porsi
yang anda konsumsi misalkan 2 potong/2 buah, ½ porsi, dsb. Jika ada jenis
makanan lain yang sering anda konsumsi mohon ditambahkan di kolom lainnya.
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Perkenalkan nama saya Evi Luthfiah Khairiyah mahasiswi Peminatan Gizi
Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya ingin melakukan penelitian tentang “Studi
Kuantitatif dan Kualitatif Tentang Pola Makan Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2016”. Atas perhatian dan waktu saudara saya mengucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Identitas Informan
Nama Informan :
NIM :
Prodi :
Angkatan :
POLA MAKAN
1. Apakah kamu biasa sarapan pagi? Sarapan pagi dirumah/kost atau dikampus?
Apa saja yang kamu makan? Berapa banyak yang kamu makan? Setelah
sarapan masih ingin memakan makanan snak?
2. Menurut kamu, sarapan pagi penting? Alasan kamu sarapan pagi atau tidak
sarapan?
3. Apakah kamu membawa bekal ke kampus untuk makan siang? Apa saja yang
kamu bawa? Barapa banyak?
4. Jenis makanan kantin/warung yang biasanya kamu pilih untuk makan siang?
Jika tidak sarapan pagi, berapa banyak porsi makan pada saat makan siang?
5. Bagaimana dengan makan malam, jam berapa kamu makan malam? Apa saja?
Berapa banyak porsi pada saat makan malam?
6. Apakah dirumah/kost tersedia cemilan dan makanan instan? Snak apa yang
kamu pilih? Pada saat apa?
7. Bagaimana dengan konsumsi makanan fast food, apakah kamu suka
mengkonsumsi fast food? Mengapa? Apa dirumah/kost tersedia? Apa saja?
8. Apakah ada perbedaan pola makan pada waktu SMA/MA dengan masa
kuliah? bedanya dimana?
PENGARUH TEMAN
PREFERENSI MAKANAN
CITRA TUBUH
pola_makan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Asal Daerah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tempat Tinggal
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Makanan Pokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Lauk Hewani
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Lauk Nabati
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Buah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Dirumah/bersa
ma keluarga Kost Total