Anda di halaman 1dari 15

DISUSUN OLEH:

Lukman Mualo (2016-21-214)

Fakultas Hukum
Universitas Pattimura
Ambon
BAB II
DASAR FILOSOHS PERLINDUNGAN HAK EKSKLUSIF PEMEGANG HKI

A. H Kl Sebagai Sistem Kepemilikan Benda (Property)

Landasan filosofis HKI dimulai sejak dikemukakannya ide penghargaan bagi pencipta atau penemu atas
kreasi intelektual mereka yang berguna bagi masyarakat dalam politik Aristotle pada masa Abad keempat
sebelum Masehi. Dalam berbagai diskusinya Aristotle kerap sekali mengkritik secara tajam pendapat
Hippodamus dari Miletus, yang mengajukan proposal Sistem Penghargaan (reward system) bagi mereka
yang berjasa membuat penemuan yang berguna bagi masyarakat. Proposal Hippodamus menyatakan
bahwa : “If you reward the creators of useful things, you get more useful things”.Atas proposal ini,
Aristotle berpendapat bahwa; “A such system of individual reward may otherwise reduce social welfare. .
.A reward for revealing information to the state would give rise to fraudulent claims of discoverv
ofmalfeasance on the part of public officials”.

Ada dua teon’ secara filosofis terkait anggapan Hukum bahwa HKI adalah suatu sistem kepemilikan
(property) . Teori tersebut dikemukakan olehjohn Locke yang sangat berpengaruh di negara penganut
tradisi hukum Common Law System“ dan Hegel yang sangat berpengaruh pada negara-negara penganut
tradisi hukum Civil Law System.
john Locke mengajarkan konsep kepemilikan (property) kaitannya dengan Hak Asasi Manusia (Human
Rights) dengan pemyataannya: “Life, Liberty and Property”. Locke menyatakan bahwa semula dalam
status naturalis (state of nature) suasana aman tenteram dan tidak ada hukum positif yang membagi
kepemilikan atau pemberian wewenang seorang tertentu untuk memerintah orang lain. Hal ini merupakan
kewajiban moral atas perilaku seseorang terhadap orang lain. Kewajiban mana dibebankan oleh Tuhan
dan hal ini dapat dilihat dari berbagai alasan. Namun kemudian, status naturalis tidak dapat terus
dipertahankan karena negara tersebut tidak memiliki hakim yang dapat memberikan terjemahan yang
mengikat dari hukum alam untuk menyelesaikan pertentangan kepentingan antara individu. Untuk itu
rakyat membentuk status civilis (state of civilized) karena kewenangannya akan menyediakan suatu
pengaman bagi hak-hak alamiah yang tidak tersedia dalam dalam naturalis

Hegel memulai analisisnya tentang“the will which is free in and for itself , as it is in its abstract
concept...the person must give himself an external sphere of freedom in order to have beings as idea “.
Kehendak adalah bebas di dalam dan untuk sendirinya, sebagai konsepsi abstrak ...seseorang harus
memberikan dirinya ruang ekternal dari kebebasan agar konsepsi abstrak tersebut menjadi suatu ide.
Lebih lanjut Hegel menyatakan:
a person must translate his freedom into an external sphere in order to exist as an idea and that personality
is the first, still wholly abstract, determination of the absolute and infinite will. The will interacts with the
external world at different levels of activity. Mental processessuch as recoqnizing, classifying, explaining
and rememberingcan viewed as appropriations of the external world by the mind...Acting upon things is
an initial step in the ongoing struggle for self-actualization.
Seseorang harus menerjemahkan kebebasannya pada ruang eksternal agar membentuk suatu ide dan itulah
awal kepribadian yang secara keseluruhan masih bersifat abstrak sebagai penentuan dari kehendak mutlak
dan tidak terbatas. Kehendak ini berinteraksi dengan dunia eksternal dengan berbagaj tingkat kegiatan.
Proses mental, seperti pengakuan, pengklasiflkasian, penjelasan dan pengingatan, dapat dilihat sebagai
pengambilalihan dunia eksternal dengan melalui pemikiran. Tindakan ini adalah langkah awal dalam
perjuangan yang sedang berjalan untuk aktualisasi diri.

Hegel mempertahankan konsepsinya tentang kekayaan (property) dengan membedakan antara fungsi
kemudahan pilihan dari institusi kekayaan (property institution) secara inheren pada level hak abstrak
(abstract right) dari evolusi optimum dalam etika kehidupan (ethical life). Setiap diskusi tentang
kebebasan (freedom)

Harus dimulai bukan dan' konsep individual (mazvz‘duality) ataq dan' kesadaran individu (individual
self-consciousness) , tetapi dari csensi kesadaran dirz' (selfconsciousness). Manusia harus menyadari
lingkup dan' ‘meum’ dan ‘tuum’53 tidak ada cara lain seseorang Secara abstrak membedakan dirinya dari
dunia yang ada dan dari oranglajn. Hal im‘ merupakan pembenaran secara primafacie dariinstitusi
kekayaan (propertyz’nstitution) yang menarik dengan sendirinya untuk kuah’tas inheren mereka. Aspek
rasional dari kEkayaan (property) tidak didapati dari pemuasan kebutuhan (Satzlvfactzbn of needs), tetapi
dalam penetapan dari subjektifltas kapribadian (subjectivity of personali ty), dengan pernyataannya: “Nor
until he has property does the person exist as reason”.54 Oleh karenanya konsep kesejahteraan individu
sebagai manusia manakala dirinya menjadi pemilik atas kekayaan tertentu. Kekayaan (property) daIam
kreasi intelektual timbul dari cara individu membentuk pemikiran mereka dalam lingkungan materi
mereka. Dengan demikian kekayaan (property) dapat dialihkan dengan kehendak melalui peralihan
material bendanya atau peralihan intelektualitas untuk membuat kreativitas ide baru.
Kepribadian (personality) sebagai kekuatan yang memberikan kemampuan untuk mengenali dirinya
sendiri dan mentetj emahkafl kebebasannya secara eksternal untuk eksis sebagai suatu ideUntuk itu
menurut Hegel suatu kekayaan (property) pada sualtu tahap tertentu harus menjadi hal yang bersifat
pribadi (private) clan kekayaan pribadi (private property) menjadi lembaga yang bersifat universal. Hal
inilah yang menjadi dasar pembenar' HKI. Menurut Hegel ada sesuatu yang lebih dalam kekayaan'
(property’) dari sekadar perilaku insting manusia. Pentingn kekayaan (property) sebagai salah satu cara
untuk membangun dan mengembankan Danmemahami Kepribadian kita, ekspresi yang hendak kita
kuasaj dan sekaligus menetapkan batasan antara pribadi lain dan kekayaan lain dari masyarakat dan
akhirnya hal ini merupakan cara bagaimana manusia menghargai kepribadian tiap individu melalui
penghargaan pada HKI. Manusia bebas untuk memilih kekayaan yang ingin diperolehnya dan peran sosial
yang ingin dipenuhinya. Dengan demikian masalah sebenarnya adalah masalah hukum bukan masalah
etika dan untuk itu dibutuhkan pengadilan untuk memflsikan objek dari kekayaan.
Bajk konsepsi John Locke maupun Hegel berawal Teori Hukum Alam yang bersumber pada moralitas
tentang apa yang baik dan apa yang buruk. Hak alamiah (natural rights) diderivasi dari alam yang
sesungguhnya untuk materi yang berwujud. Keduanya tidak langsung memberikan konsepsi tentang Hak
Kekayaan Intelektual (intellectual property rights). Artinya konsep umum dan pembenaran kekayaan telah
didominasi dari kekayaan yang berwujud (physical property). Pembenaran ontologi John Locke merujuk
pada hak yang diasosiasikan dengan upaya seseorang (the Labour theory), sedangkan Hegel merujuk pada
hak yang diasosiasikan dengan kepribadian atau identitas diri (the personality theory).

john Locke menganggap bahwa barang-barang disediakan namun tidak dapat dinikmati dalam status
naturalis, sehingga seseorang harus mengkonversi barang-barang tersebut dari barang alamiah (natural
good) menjadi barang pribadi (private goods) dengan melaksanakan upayanya terhadap barang-barang
tersebut. Nilai tambah atas upaya pada barang-barang tersebut membuat barang-barang tersebut mampu
dinikmati. Upaya yang telah dikorbankan seseorang inilah yang harus dihargai.
Konsep Hegel menetapkan kapasitas hak seseorang bersamasama dengan etika kehidupan dan perasaan
Ketuhanan yang tidak asing dan menetapkan standar moral minimum dan pada saat yang sama mencegah
hal-hal yang tidak konsisten dari pernyataannya bahwa seseorang memiliki raganya secara alami dan itu
bukan kekayaan (property). Hak abstrak (abstract right), bukan dari entitas manusia alamiah, tetapi dari
kehendak bebas di dalamnya dan dengan sendirinya, yang hal tersebut merupakan konsepsi abstrak.
Kekayaan merupakan ekspresi dari kehendak sebagai bagian dari kepribadian dan hal itu menciptakan
persyaratan untuk tindakan selanjutnya.

Perlindungan hukum sering bersifat terbatas dan bahwa penghargaan pada kekayaan intelektual
diserahkan pada kekuatan hak tersebut dan penghargaan masyarakat, dan tergantung pada kemampuan
para pemikir dan toleransi masyarakat untuk mencegah peniruan.57 Menurut Hegel,58 kekayaan
(property) sebagai identifIkasi pribadi juga memberikan manfaat bagi masyarakat. Pangsa pasar adalah
wasit melalui pasar individu mencoba meletakan dan melindungi identitas diri melalui pertukaran
kekayaan (property) secara sukarela yang mencerminkan kehendak individual. Masyarakat dalam hal ini
memiliki keterbatasan hak untuk mencegah kepentingan individu yang wajar dalam pengakumulasian,
penguasaan, pemberian izin atas kekayaan (property) nya. Kebutuhan masyarakat saja (as such) tidak
akan membenarkan pengambilalihan kekayaan (property) seseorang, tanpa adanya komnensasi vang
layak.
B. Keadilan dalam Penyebaran Penguasaan HKI

Salah satu aspek yang mengkedepan dalam pembenaran perlindungan HKI sebagai hak kepemilikan atas
benda adalah melihat nilai ekonomi dari HKI. HKI sebagai barang milik pribadi (private goods) 57 dan
posisinya di antara barang milik umum (public goods). HKI sebagai kekayaan tidak berwujud berbeda
dengan kekayaan lazimnya (normal property), seperti tanah atau kekayaan berwujud lainnya. Pertama,
HKI muncul paling tidak jika ada cukup barang dalam kondisi yang baik secara umum untuk semua
orang. Kedua, ha] tersebut hanya dapat diterapkan sepanjang setiap orang dapat menggunakan barang
tersebut yang berguna untuk kehidupan.68 Untuk itu pencipta, inventor, pendesain harus menciptakan
sesuatu untuk kekayaan sosial (social wealth) yang mungkin dapat dituntut sebagai kesejahteraan melalui
suatu institusi dari aturan yang memungkinkan orang lain untuk memperoleh kemanfataan atas ciptaan,
invensi atau desainnya dengan izin pencipta, inventor atau pendesain. Pencipta, inventor, pendesain harus
membuat sesuatu yang langka (scarce) , sesuatu yang membuat orang berkeinginan untuk
menggunakannya lebih daripada sesuatu yang secara simultan mudah didapat. Oleh karena itu,
dibutuhkan tindakan kreatifdari pencipta, inventor atau pendesain tersebut dengan menempatkan kreasi
intelektualnya berbeda di antara produk yang umumnya ada dalam masvarakat.
Dengan demikian, HKI timbul mengingat adanya kelangkaan (scarcity).7° Dapat dikatakan pengetahuan
(knowledge) berada dalam ranah milik umum (public domain) karena bersifat tidak terbatas (infinite) dan
tidak habis karena penggunaan Pengetahuan dikenal sebagai barang bebas (“free good”), sanga; sulit
untuk mengecualikan orang lain untuk mengkonsum8i pengetahuan yang sama. Perolehan pengetahuan
tidak menimbulkan pesaing (non rivalrous).
Sedangkan suatu kreasi intelektual manusia eksistensinya untuk tiap individu Sangat terbatas (finite)71
dan ada persyaratan tertentu yang hams dipenuhi.72Keberadaannya dapat mengecualikan pihak lain (to
exclude) untuk menguasai hal yang sama. Perolehannya menimbulkan pesaing (rivalrous). Suatu kreasi
intelektual adalah kekayaan (property) karena sistem HKI membebankan struktur dari kelangkaan
(scarcity)? Apabila HKI tidak merupakan kekayaan pribadi (privat property) artinya dianggap sebagai
kekayaan umum (common property) dan atau barang umum (publicgoods), maka banyak orang yang
ingin mengambil manfaat dengan cara membonceng (free riding) yang membuat pencipta, inventor atau
pendesain tidak memperoleh kompensasi yang layak atas jerih payahnya dalam membu kreasi intelektual
berupa ciptaan, invensi atau desain. Un itu perlindungan HKI yang merupakan sistem kepemilikalj
merupakan penghargaan (reward) atas ekspresi kepribadianya perangsang (incentive) bag1 penc1pta,
inventor atau pendesain atas pengorbanannya dalam menghasilkan kreasi intelektual yang memiliki
implikasi finansial yang signiiikan.

Sistem penghargaan (reward) maupun perangsang (incentive) memberikan hak eksklusif (exclusive right)
yang merupakan monopoli yang bersifat terbatas (limited monopoly) dan peng‘ halang masuk (barrier to
entry) bagi pesaing (competitor)nya, sehingga pemegang HKI dapat mengeksploitasi haknya dan
menikmati manfaat finansial yang ada. Dalam kaitan ini HKI juga mencegah adanya orang yang mencoba
mencari peluang untuk memperoleh uang (rent seeking). Hal ini mengingat sudah menjadi hukum
ekonomi di mana ada situasi yang memberikan peluang untuk menghasilkan keuntungan, orang akan
datang berbondong-bondong untuk menikmati peluang yang sama.
Jika kita lihat bahwa HKI merupakan hubungan yang khusus antara seseorang dengan sesuatu (person and
a thing), maka harus ditunjukkan pilihan otonom (autonomous choice) yang terkajt dengan pribadi
(privacy) bahwa harus dinilai dan ada jaminan perlindungan khusus, sebagai konsepsi minimal dari
keadilan bahwa: “autonomous choice is valued to human beings (pilihan otonom dinilai untuk
kemanusiaan)”. Hal pribadi (privacy) untuk memecahkan masalah keseimbangan antara persyaratan
khusus perlindungan dan intervensi oleh masyarakat untuk mencegah penyalahgunaan hak sebagai pilihan
otonom (autonomous choice). Aturan kekayaan (property) terkait dengan aturan kepemilikan (ownership)
dan pelanggaran (tresspass), sebagimana pemvataanz.
Berdasarkan konsep Hegel tentang kekayaan (property), kebenaran konsep evolusi kekayaan secara
historis dan modern cocok dengan kebutuhan dari kebebasan abstrak untuk dikonkretkan dalam lingkup
eksternal. Mengaktualisasikan kehendak bebas (free will) melalui hak eksklusif untuk menguasai sesuatu,
menggunakan sesuatu dan mengesampingkan pihak 1ain.Jadi, kekayaan adalah eksistensi pertama dari
kebebasan dan ha] yang essensial bagi dirinya sendiri. Manakala Hegel menyatakan: “everyone ought to
have property”, seharusnya diartikan peluang untuk memiliki kekayaan harus ditolak untuk ketiadaan (the
opportunity of owning property should be denied to none) .

Dengan kata lain meski tidak ada orang yang secara alami memiliki hak untuk memegang suatu kekayaan
khusus, setiap orang memiliki suatu hak dalam masyarakatnya memberikan kemudahan upaya dari
institusi kekayaan. Klaim Hegel bahwa “not until he has property does the person exist as reason”, adalah
produk konsepsi kepemilikan diri (the self-ownership conception) yang memberikan fasilitas adanya
pembedaan dan batasan antara ‘mine’ milik dalam pengertian aktivitas diri dan ‘mine’ dalam sesuatu
yang secara eksternal dimiliki.77 Kepemilikan individu (individual ownership) dalam hal ini berhadapan
dengan transaksi individual atas kekayaan umum (common property) . Jika pembahan teknologi membuat
mungkin bagi individu untuk menambah kekayaaan sosial melalui invensi atau pengembangannya,
mereka tidak mungkin mau melakukannya tanpa adanya kepemilikan kepentinqan atasnva sebagai ganti
atas jerih payahnya. Sebaliknya jika sistem kepemilikan secara historis terkait dengan barang yang
khusus, yang digantikan dengan sistem penggunaan umum (communal use) , yang dibutuhkan untuk
mengenalkan mekanisme barn untuk mengatur dan menetapkan kebijakan penggunaan secara bersaing.
)ika masyarakat mengizinkan adanya HKI sebagai kekayaan pribadi (privat property), harus
dipertanyakan bagaimana dengan ketidaksetaraan (inequality), jika ada dalam penguasaan kekayaan Yang
diizinkan tersebut?78 Untuk menjamin keadilan dibutuhkan ketertiban bahwa segala sesuatu berjalan
sesuai dengan aturan yang ada. Keadilan berarti bagaimana kepentingan sosial dil'mdungi dan ada unsur
kepastian hukum (legal certainity). Keadilan berarti ada pegangan atau konsistensi dalam putusan~
putusan pengadilan dan adanya pembatasan aparat agar tidak turut campur dalam proses pencarian hukum
yang terkadang tidak mesti hukum yang ada, tetapi bisa juga hukum kebiasaan dalam masyarakat
(commonsense law). Selajn itu harus ada koreksi terhadap keadilan (justice corrective).
C. Peran Negara dalam TRIPS benagal Agenda WTo dalam Mewujudkan Persaingan Sehat

Campur tangan negara tidak lepas dari politik hukum suatu negara untuk mewujudkan tujuan negara.
Tujuan negarq Indonesia adalah:...memajukan kesejahteraan umum...” yang tentunya harus dipahami
secara arif sebagaj suatu kebijakan yang mengacu Sistem Ekonomi Pasar (market economic system).

Tujuan negara, menurut 14/.Friedmanl"2 sebagai salah satu pemikir tentang Negara Kesejahteraan
(welfare sate) bahwa Negara Hukum dalam fungsinya pada masyarakat non totalitarian mengacu pada
sistem ekonomi campuran (mixed economy system) yakni: “to indicate a situation in which the role of
government as a owner and regulator has became sufficz'entbr large to cast doubt on the validityaf
capitalist and free enterprise as appropriate adjective but not sufficiently large to iustifv the appellation
“socialist”

aebaliknya Gunther Teubner1°3 mengkritik konsepsi negara kesejahteraan (welfare state) bahwa negara
dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat menghadapi dilema, karena di satu sisi negara
menggunakan instrumen publik (public instrument) dan di sisi lain hal ini justru membuat pemerintah
sulit menghindarkan tindakan intervensi yang berlebihan dan bersifat kontra produktif. Namun hal ini
tidak berarti bahwa upaya peningkatan kesejahteraan menjadi terhenti karena kelemahan instrumen,
metode atau pendekatan. Kesejahteraan harus diupayakan dalam rangka menegakkan keadilan suatu
negara.1°4 Demikian halnya Richard A Slaughterms mengkritik konsep negara kesejahteraan sebagai
konsep yang tidak sesuai dengan kondisi awal abad ke-Zl yang merupakan perubahan life world dari
pemenuhan kesejahteraan minimal menjadi pemenuhan kesejahteraan yang berkesinambungan
(sustainable welfare).

Sedangkan menurut Peter Mahmud106 bahwa konsep negara kesejahteraan (welfare state) terkesan
regulatoris, tujuan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya dapat dicapai melalui berbagai
cara. Dengan demikian tujuan negara dalam mewujudkan kesejahteraan rakyatnya tidaklah sama artinya
dengan negara kesejahteraan (welfarestate).
Guna memahami gelala aan aspek ekonomi yang terkait dengan kebijakan perdagangan serta meng~
kaitkannya dengan struktur internasional atau secara khusus dinamika hubungan ekonomi internasional,
maka perlindungan HKI tidak dapat diabaikan.

Dalam skala perdagangan internasional telah terbentuk WTO yang merupakan hasil perjalanan panjang
GATT melalui putaran perundingan (round). GATT sendiri merupakan perjanjian multilateral
(multilateral agreement) dan baru kemudian menjadi badan khusus (specialised agency) dari Perserikatan
Bangsa-Bangsa disingkat PBB (United Nations). Perundingan GATT dimulai pada Piagam Atlantik
(Atlantic Charter) pada tahun 1941 yang pada saat itu setelah Perang Dunia II, disadari persyaratan
terpenting untuk memelihara perdamaian dunia dengan menyusun perekonomian yang porak poranda.
GATT Putaran Uruguay tidak hanya berkenaan dengan tarif, tetapi berlanjut pada negosiasi hambatan
tarif; memasukkan bidang jasa dalam agenda perundingan; serta memasukkan TRIPS sebagaj bidang
yang memiliki pengaruh atas hambatan non tarif dan perdagangan jasa.“2 Meski tidak dapat dipungkiri
bahwa upava memasukkan masalah HKI dalam agenda perundinganmerupakan desakan Amerika,113
yang menginginkan actanya Fenianjian yang menyediakan standar pepegakan hukum HKI dalam arti
memuat prosedur penyelesalan sengketa dan sanksi yang tegas apabila negara peserta tidak melgksanga:
keWahbannya Setelah melalui perundingan yang benalan (ix karma Cukup banyak masalah karena
perbedaan yang sulit dipertemukan.

sebagai Tracie Negotiating Committee mengambil prakarsa aan atas cu'gung jawabnya sendiri
merumuskan pasal-pasal TRIPs. Hal ini kemudian menyebabkan naskah (rancangan) TRIPS disebut
sebagai Chairman Text atau The Dunkel Draft.115 TRIPS sebagai yang disebutkan dalam Annex 1C
masuk secara koheren, dan integral dengan Persetujuan WTO} 15 TRIPS memuat ketentuan sebagai
berikut: .

a. Part! GeneralProvisionsAnd Basic Principle (Article 1 8);


b. Part II Standards Concerning the Availability Scope and Use of Intellectual Property Rights and
Control of Anti Competitive Practices in Contractual Licences (Article 940) ;
c. Part III Enforcement oflntellectual Property (Article 4161);
d . Part IVAcquisition and Maintenance of Intellectual Property Rights and Related “inter-partes”
procedures (Article 62);
e. Part VDispute Prevention and Settlement (Article 62 64);
f. Part VI TransitionalArrangements (Article 65 -6 7) ;
g. Part VII InstitutionalArrangement: Final Provisions (Article 6 8-7 3).

TRIPS memiliki Tujuan Umum dan Fundamental yakni untuk mengurangi distorsi dan hal-hal yang
menyulitkan kemaiuan bagi perdagangan internasional (to reduce distortions and impediments to
international trade). Tujuan TRIPS yang kedua adalah untuk melindungi hak-hak pribadi (to protect
private property right). Negara anggota sepakat untuk memberdayakan pemegang HKI dan untuk
menegakkan HKInva dan pemerintah
BAB III
BATAS-BATAS HAK EKSKLUSIF PEMEGANG HAK CIPTA DAN HAK TERKAIT DENGAN
HAK CIPTA

A. Persyaratan Ciptaan: Keaslian Bersifat Pribadi, Bentuk Khas, dan Kreativitas


Permulaan tindakan antisipatif yang terkait dengan Hak Cipta adalah pemberian suatu keistimewaan
(preveleges) oleh Negara Venesia yang diberikan kepada individu dalam waktu tertentu guna menghargai
jasa dan upaya mereka dalam kegiatan yang bermanfaat. Pertamakali keistimewaan itu diberikan kepada
John of Speyer yang diberikan monopoli dalam usaha percetakan selama 5 (lima) tahun. Kemudian
Pencipta pertama yang diberi keistimewaan adalah Marc Antonio Sabellico seorang sejarawan untuk
memilih sendiri perusahaan percetakan (sekaligus membebankan denda bagi perusahaan lain yang secara
tanpa izin) mencetak bukunya Decades rerum Venetarum.129 Perlindungan hukum Hak Cipta melalui
peraturan perundang-undangan dimulai dengan Statute of Anne (1709) sebagaj bagian dari pengaturan
pembuat undang-undang di Inggris tentang praktik perusahaan percetakan (stationary’scompany) bagi
pedagang buku dan barang cetaKan. A(la dua hal yang penting bahwa undang-undang membatasi jangka
waktu perlindungan perusahan percetakan dan Pencipta secara hukum diakui sebagai pihak yang berhak
atas Ciptaannya.13° Jadi perlindungan diberikan bukan kepada si Pencipta (author), tetapi kepada pihak
penerbit, untuk memberi jaminan atas investasi penerbit dalam membiayai pencetakan suatu Ciptaan.
Walaupun demikian, hak ekonomi Pencipta masih belum maksimal sampai pada tahun 1754, Samuel
)ohnson dengan surat yang terkenal pada Lord Chesterfield sebagai the Magna Charta dari Pencipta abad
modern, mengisyaratkan adanya perubahan suasana dan Pencipta profesional dapat diterima secara sosial
dan memperoleh manfaat ekonomi secara layak.

Perkembangan perlindungan Hak Cipta mencakup 2 (dua) pendekatan yang dianut oleh negara dengan
tradisi hukum Common Law System dan Civil Law System. Common Law System mengenal copyright
system dengan titik tolak perlindungan pada Ciptaannya. Hak Cipta dalam konteks ini adalah copyright
atau right to copy atau hak untuk memperbanyak Ciptaan. Copyright system memandang Hak Cipta
sebagai instrumen ekonomi dan kebijaksanaan meningkatkan pengetahuan dan mendukung
Derkembangan sosial ekonomi. Hal ini sesuai pernyataan:

Tujuan Hak Cipta sebagai perangsang (incentive) bagi penciptaan lebih lanjut bagi produser, penerbit dan
promoter yang telah mengambil risiko guna pemasaran dan penjualan Ciptaan-Ciptaan. Hal ini
berpengaruh pula pada bidang yang dilindungi tidak hanya bidang penciptaan dan penerbitan buku, tetapi
juga bidang drama musik, pekerjaan artistik dan setelah perkembangan teknologi meluas, meliputi juga
sinematografl, rekaman suara, penyiaran dan lain-lain. Tidak akan didapati secara eksplisit rumusan Hak
Pencipta (right of the author), tetapi lebih ke arah hak terbatas (restricted right) penggunaan Ciptaan.
Dalam arti bahwa masyarakat pada prinsipnya bebas untuk bertindak apa pun, kecuali hak-hak yang
sudah ditentukan secara terbatas atas Ciptaan. Adanya rumusan penggunaan Ciptaan secara wajar (fair
uses atau fair dealing) oleh masyarakat yang tidak dikategorikan sebagai pelanggaran. Pencipta dapat
orang alamiah (natural person) atau badan hukum (legal person). Common Law System mensyaratkan
adanya perwujudan (fixation), di samping keaslian (originality) dan kreativitas (creativity). Hak Cipta
hanya mencakup hak ekonomi (economic right), sedangkan hak moral masih sedang didiskusikan.
Sedangkan negara dengan tradisi hukum Civil Law System memiliki pendekatan author right system yang
memberikan perlindungan pada Pencipta dan perlindungan bertitik tolak dari Pencipta lebih daripada
perlindungan atas Ciptaan Itu sencunJ" Pendekatan Civil Law System tidak lepas dari pengaruh
pandangan Hegel tentang HKI sebagai kekayaan (property) bahwa Hak Cipta adalah perwujudan
eksistensi kepribadian (personality) untuk mana Pencipta eksis. Tujuan Hak Cipta adalah memberikan
reward (penghargaan) bagi si Pencipta dan ini merupakan argumen moral. Ada rumusan secara eksplisit
hak-hak Pencipta yang dalam hal-hal tertentu ada pembatasan (limitation) hakhak Pencipta untuk
penggunaan oleh pihak lain secara wajar. Pencipta harus seseorang alamiah (natural person). Civil Law
System mensyaratkan keaslian (originality) dan kreativitas (creativity) dengan derajat yang sangat tinggi,
sehingga mencerminkan kepribadian yang tercetak. Hak Pencipta mencakup dimensi hak ekonomi
(economic right) dan hak moral (moral right) .
Indonesia yang mewarisi tradisi hukum Civil Law System, seharusnya titik tolak pengaturan Hak Cipta
dari I-Iak Pencipta (author rightsystem) dengan prinsip-pn’nsip dan karakter sebagaimana tersebut di
atas.

B. Ciptaan yang Dilindungi Hak Cipta


TRIPS tidak secara definitif menetapkan Ciptaan yang dilindungi Hak Cipta, kecuali program komputer
(Article 10 (1)) dan kompilasi data (Article 1 0 (2)). Mengacu pada Berne Convention Articlez (1) sampai
(8) menetapkan:
0 Article 2 (1): the expression literary and artistic works shall include every production . . .;
0 Article 2 (3)): Translation, adaptation arrangements of music and other alteration of literary and artistic
works;
0 Article 2 (5)): Collections of literary or artistic works such as encyclopaedias and anthologies which by
reason of the selection and arrangements of their contents. . .
Ciptaan yang dilindungi Hak Cipta tidak terbatas pada apa yang ditentukan dalam Article 2 Berne
Convention yang pada dasarnya terdiri dari: Ciptaan asli (original works) dan Ciptaan turunannya
(derivative) dari bidang Ciptaan sastra (literary), ilmu pengetahuan (scientific) dan Ciptaan seni (artistic)
apa pun media ekspresi yang digunakan. Namun, negara juga diberikan kebebasan untuk menentukan di
dalam peraturan perundang-undangannya bahwa Ciptaan secara umum atau dengan kategori tertentu tidak
diberikan perlindungan sampai Ciptaan tersebut diwujudkan dalam bentuk material. Negara juga
diberikan kebebasan untuk memperluas penerapan perlindungan bagi Ciptaan seni terapan, desain dan
model, paling tidak dilindungi sebagai Ciptaan artistik. Hal ini penting untuk mengisi kekosongan hukum,
misalnya bila suatu negara belum memiliki UU mengenai Desain Industri, maka perlindungan dapat
diberikan melalui Hak Cipta.

Sedangkan dalam Pasal 12 UU No. 19/2002 ditetapkan beberapa contoh Ciptaan yang dapat dilindungi
Hak Cipta sebagai berikut:
(1) Dalam Undang-undang ini Ciptaan yang dilindungi adalah Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan,
seni clan sastra, yang mencakup: '
a) buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) Ciptaan tulis yang diterbitkan, dan semua
hasi] Ciptaan tulis lain;
b) ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
C) alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendL dikan dan ilmu pengetahuan;
d) lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e) drama atau drama musikal, tari, koreografl, pewa~ yangan, dan pantomim;
f) seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafl, seni pahat, seni
patung, kolase, dan seni terapan;
g) arsitektur;
h) peta;
i) seni batik;
j) fotografi;
k) sinematografi;
l) terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampaj, database, dan Ciptaan lain dari hasil pengalihwujudkan.

(2) Ciptaan sebagaimana dimaksud dalam hurufl djlindungi sebagai Ciptaan tersendiri dengan tidak
mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli.

(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), termasuk juga semua Ciptaan yang
tidak atau belum diumumkan, tetapi sudah merupakan suatu bentuk kesatuan yang nyata, yang
memungkinkan Perbanyakan hasil Ciptaan itu.
C perolehan dan Kriteria Perolehan Hak Cipta

Ada kriteria perolehan hak (Criteria of eligibility) yang diakUi tetap berlaku berdasarkan Article 1(3) bis
TRIPS yang pemberlakuannya harus tetap berlandaskan Article 3 (1) TRIPs menentukan bahwa:

Each member shall accord to the nationals of other members treatment no less favorable than it accords to
its own nationals with regard to the protection of intellectual property, subject to the exceptions already
provided in, respectively, the Paris Convention (1967), the Berne Convention (1971), the Rome
Convention... belanjumYa Article 3 bis menetapkan bahwa perlindungan 14“ Cipta diberikan
berdasarkan:

a) nationality of author (Kewarganegaraan Pencipta);


b) place of publication work (Tempat Penerbitan);
c) residence of author (Domisili Pencipta);
d) published work (Ciptaan yang Diterbitkan);
e) simultaneouslypublished works (Ciptaan yang Diterbitkan secara Simultan).

Berdasarkan Berne Convention, perlindungan Hak CiDta diberikan bagi Pencipta yang merupakan warga
negara (nationality) dari negara anggota atas Ciptaan mereka Yang diterbitkan maupun tidak.
Perlindungan juga diberikan bagi Pencipta yang bukan warga negara anggota, dengan ketentuan apabila
Ciptaan Pencipta tersebut diterbitkan pertama kali (firstpublished) di salah satu negara anggota.
Perlindungan juga diberikan, meski Pencipta bukan warga negara anggota, namun yang bersangkutan
memiliki domisili (habitual residence) di salah satu negara anggota (sehingga mereka diperlakukan
sebagaimana Iayaknya warga negara dari negara tersebut). Perlindungan juga diberikan jika Ciptaan
diterbitkan secara simultan (simultaneously published) pada beberapa negara baik dalam suatu negara di
luar negara anggota dan di dalam negara anggota Berne Convention secara bersama-sama.
Article 4 menentukan perlindungan juga diterapkan (sekalipun persyaratan Article 3 bis di atas tidak
dipenuhi) bagi:
a) Pencipta Ciptaan sinematografl, jika pembuat Ciptaan tersebut memiliki kantor utama atau bermukim
di salah satu negara anggota konvensi;
b) Pencipta atas Ciptaan arsitektur yang dibuat di suatu negara anggota atau Ciptaan artistik yang terkajt
dengan suatu bangunan terletak di negara anggota.
D. Subjek Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dan

Pemegang Hak Terkait

Menurut tradisi Civil Law System, berdasarkan author right system pada prinsipnya Pencipta (author)
pertama dan utama (primafacie) haruslah orang alamiah (natural person) sesuai dengan dasar fllosofls
Hegel bahwa Hak Cipta adalah kepribadian untuk mana seorang manusia eksis. Bahkan dalam EC Treaty
sebagaj aturan normatif harmonisasi Uni Eropa menentukan: “Theperson who creates the work should be
deemed the author ” (Section 7). Pihak lain dapat bertindak sebagai Pemegang Hak Cipta (copyright
holder) jika ada anggapan hukum transfer hak eksploitasi (presumption of transfer of exploitation right)
yang dilakukan dengan kontrak yang bersifat khusus yang diinterpretasikan untuk membantu Pencipta
guna memperoleh remum'ration.163 Sedangkan menurut Common Law System melalui copyright
systemnya secara normatif memungkinkan Pencipta orang alamiah (natural person) atau badan hukum
(legal person).

UU No. 19/2002 Pasal 1 Angka 2 menentukan: “Penelpta adalah seorang atau beberapa orang secara
bersama-sama ...”. Pencipta adalah orang yang namanya disebut dalam Ciptaan atau diumumkan sebagai
Pencipta pada suatu Ciptaan, kecuali terbukti sebaliknya. Demikian halnya pada ceramah yang tidak
menggunakan bahan tertulis dan tidak ada pemberitahuan siapa Penciptanya yang dianggap sebagaj
Pencipta adalah orang yang berceramah, kecuali terbukti sebaliknya (Pasal 5 UU No.19/2002).

Jika suatu Ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang diciptakan oleh dua orang atau lebih, yang
dianggap Pencipta adalah orang yang memimpin serta mengawasi penyelesaian seluruh Ciptaan itu. Jika
orang tersebut tidak ada, yang dianggap sebagai Pencipta adalah orang yang menghimpunnya dengan
tidak mengurangi Hak Cipta masing-masing atas bagiannya (Pasal 6 UU No.19/2002). Dalam hal ini
mungkin juga timbul kepemilikan bersama (joint ownership) yakni Ciptaan yang dihasilkan oleh kerja
sama dari dua orang atau lebih Pencipta secara tidak terpisahkan. Jadi beberapa orang telah bekerja sama
menghasilkan Ciptaan, dan kontribusi mereka tidak dapat dipisahkan untuk pengeksploitasiannya, maka
dianggap mereka adalah Pencipta secara bersama-sama (ioint author). Hak untuk pengumuman dan
pengeksploitasian Ciptaan mereka dimiliki secara bersama-sama. Perubahan Ciptaan harus diizinkan
secara bersama para Pencipta, namun seorang Pencipta dari Para Pencipta tidak boleh menolak secara
tanpa alasan yang layak untuk memberikan persetujuannya bagi pengumuman, pengeksploitasian,
perubahan dari Ciptaan mereka. Prosedur sebagai akibat dari pemanfaatan untuk memperluas Ciptaan
mereka harus dilakukan secara bersama, kecuali ada persetujuan di antara mereka. Seorang Pencipta di
antara para Pencipta dapat menanggalkan hak untuk pengeksploitasiannya, namun semua Pencipta harus
diberitahu akan hal tersebut. Apabila beberapa Pencipta telah menggabungkan Ciptaan mereka untuk
pengeksploitasian pada masyarakat, mas’mg-masmg Gan metem dapat meminta persetujuan dari yang
lain untuk pengumuman, pengeksploitasian atau perubahan atas Ciptaan gabungan mereka, jika
persetujuan tersebut diminta pada mereka.
E, Hak Eksklusif (Pemegang) Hak Cipta dan Hak Terkait
Hak Cipta harus memberikan perlindungan bagi Pencipta dalam hubungan pribadi dan intelektual dari
Ciptaannya dan juga untuk memanfaatkan Ciptaannya. Hal ini berarti perlindungan Hak Cipta berdimensi
Hak Moral (moral right) yang ditimbulkan dari hubungan pribadi dan intelektual Pencipta dengan
Ciptaannya, dan dimensi Hak Ekonomi (economic right) terkait dengan pemanfaatan atau
pengeksploitasian Ciptaannya sesuai dengan norma bahwa: “Copyright shall protect the author with
respect to his intellectual and personal relationship with his work and also with respect to utilization of his
work”.169 Perspektif perlindungan Hak Eksklusif (exclusive right) berawal dari dan untuk melindungi
Pencipta. Hal ini berbeda dengan Common Law System yang tidak mengatur hak Pencipta, tetapi
menekankan pada hak-hak yang terbatas (restricted right) yang tidak boleh dilakukan oleh masyarakat
terkait dengan Ciptaan. Pengaturan semacam ini didasari bahwa setiap individu anggota masyarakat
khususnya dan masyarakat pada umumnya bebas untuk berbuat apa saja, kecuali yang dilarang. Perspektif
Common Law System dari kenentingan untuk melindungi Ciptaan.
Berne Convention menetapkan Hak Ekonom1 (economic rzgnt) yang mencakupz”O

a. Article 8: right of translation (Hak penerjemahan);


b. Article 9: right afreproduction (Hak perPanyakan);
C.. Article 11,11bis dan 11ter: right ofpublzc performance and Wirelessbroadcasting and cabling 0f
works. (Hak untuk penampilan di muka umum da.n penyfaran kembah tanpa kabel serta pengkabelan
Clptaan), .
d. Article 12: rightofadaptation (Hak adaitasil);
e. gzgtttiongidgepmduftion of works and the distributzon of the work thus adapted or reproduced ( Hak
gntuk membenkan hak bagi pihak lain untuk adaptaSI dan perbanyakan Ciptaan termasuk
pendistribuSIannya) ;
f. Article 14 (1) (ii): right of public performance and communication by wire of cinematographic
adaptatzons and reproductions of works (Hak untuk pertunjukan di muka umum clan pengkomunikasian
dengan kabel dari adaptasi Ciptaan fllm dan perbanyakan Ciptaan) ;
g. Article 14 ter (1): artists resale right subject to reprocity test Art. 14 ter (2) (Hak penjualan kembali dari
seniman yang tunduk pada tes timbal balik).
Hak yang paling konvensional yang diatur dalam Berne Convention adalah Hak Penerjemahan (the right
of translation) atas (Fioptoaannya. SCIWjUtnYa, Pencipta Ciptaan seni dan sastra me1n111k1 Hak untuk
Perbanyakan (the right of reproduction) dam Clptaan denga? cam aPa pun dan dalam jumlah berapa pm?
Perbagyakan Juga hams dianggap terjadi dengan perwujudan Clptaan dalam jumlah alat yang
memungklnkan pengkomumkasmn secara b . erulang dar1 gambar atau ara secara sekuens (dengan
perantaraan V'd . Su . melalui rekaman pengkomunikasian Cl 60 atau audzo), balk lPtaan tersebut dalam
media video atau audii melaun perauhan Ciptaan dati satu media ke media lainnya, misalnya mendown
load damn hardware atau mengirim fax, semuanya dapat dikategorikan sebagai tindakan perbanyakan.
Apabila secara aXamiah suatu Ciptaan dimungkinkan untuk diperbanyak melami perekaman atau
penyiaran dengan media video atau audio atau ditmnsfer dari satu media ke media lainnya, maka Pencipta
berhak atas pembayaran yang layak dari pihak manufaktur {setiap orangyang secaxa komersial
mengimpor atau mengimpor kembah perakatan tersebut, rekaman video ataupun audio tersebut) .
Termasukiuga apabila secara alamiah suatu Ciptaan dimungkinkan untuk diperbanyak dengan cara
memfotocopy satu atau beberapa dengan proses yang sama sepetti itu.

F. jangka Waktu Perlindungan


Suatu Ciptaan yang memenuhi persyaratan perlindunga,‘ Hak Cipta secara otomatis akan dilindungi
selama jangka wakt tertentu. Berne Convention menetapkan: “the term of protectio,l granted by this
convention shall be the life of the author and fifty years after his death “(Article 7 (1 ) ). Dalam beberapa
hal standar jangka Waktu perlindungan untuk Hak Cipta adalah 50 tahun dam terjadinya suatu peristiwa
(Article 6 bis (2)) atau setelah akhir Inateri yang bersangkutan diterbitkan (Artcle 7 (2), (3), (4)).
Sedangkan Article 12 TRIPS menetapkan:
Whenever the protection of a work, other than a photographic work or a work of applied art , is
calculated on the basis other than life of a natural person , such term shall be no less than 50 years from
the end of the calender year ofauthorized publication, or, failing such authorized publication within 50
years from the making of work, 50 years from the calender year of making.

Jangka waktu 50 tahun dihitung dari suatu peristiwa timbulnya Hak Cipta adalah jangka waktu yang
wajar, meskipun ada perkecualian bagi materi siaran (Article 14(5)). Penentuan jangka waktu
perlindungan terkait dengan pembenaran secara historis, untuk memenuhi kepentingan moril dan materiil
dari Pencipta dan ahli warisnya, termasuk pertimbangan bagi ahli waris dari Pencipta yang terlama
hidupnya agar Pencipta dan ahli warisnya menikmati manfaat ekonomi Hak Cipta sampaj dua generasi.
Selain itu pertimbangan juga diberikan dengan melihat bahwa ekspektasi umur rata-rata manusia.

G. Pembatasan dalam Hak Cipta dan Hak Terka'lt dengan Hak Cipta
Hak Cipta seperti halnya hak lain dalam HKI digolongkan sebagai hak milik perorangan yang tidak
berwujud. Konsepsi ini menjadikan pemilik dapat melaksanakan haknya dan mengecualikan orang lain
untuk menikmati, kecuali atis iz'm oemilik. Namun, hak ini ada batasnya, misalnya untuk kepentingan
umum seoagalmana yang dikemukakan oleh Strong, Yakni: Copyright law is essentially a system of
property. Like property in land, you can sell it, leave it to your heirs, donate it or lease it under any sort of
conditions; you can devide it into separate parts; you can protect it from almost every kind of trespass.
Also, like property in land, copyrights can be subjected to certain kinds ofpublic use that are considered to
be in the public interest. Demikian halnya konsepsi hak milik dalam perspektif hukum Indonesia harus
berfungsi sosial.197 Article 2 bis Berne Convention menentukan bahwa negara anggota melalui peraturan
perundang-undangannya dapat menentukan pembatasan perlindungan bagi Ciptaan tertentu. Pembatasan
(limitation) Hak Pencipta adalah konsepsi Civil Law System, sedangkan Common Law menggunakan
istilah penggunaan Ciptaan secara wajar (fair dealing). Titik tolak pandangan Civil Law System berawal
dari Pencipta bahwa hak eksklusif Pencipta ada pembatasan (limitation). Sedangkan Common Law
System bertititik tolak dari Ciptaannya, sehingga masyarakat diberi akses penggunaan yang wajar (fair
dealing) suatu Ciptaan. Manakala skope perlindungan hak eksklusif diberikan, maka harus ada
argumentasi mengapa ada pembatasan.

Anda mungkin juga menyukai