ABSTRACT
Swamp land in Lampung area of 544,305 ha, which spread out in several districts,
where a potential for planting rice paddy field area of 410,177 ha. The pattern cultivation
especially fertilization also different from each other in each type of land swamp and a
specific location, so have an effect on yield. This study had done by the method survey and
interviews farmers by using a questioner. Location interview was in three districts that
have land swamp area in Lampung, namely Tulang Bawang District (Sub District: Rawa
Jitu Selatan, Rawa Pitu, and Penawar Aji); Mesuji District (Sub District: Mesuji Timur and
Mesuji); and Lampung Selatan District (Sub District: Rawa Sragi). The number of
respondents 15 farmers per sub-district, so the total respondents were 90 farmers. The data
were obtained then tabulated and analyzed descriptively. Most of the farmers used these
wetlands for rice farming, but only 50% can be used for double cropping of rice per year.
The dose of fertilizer farmers applied both urea and NPK Ponska / SP-36 lower than
recommended dosage according to Permentan Regulation No. 40 of 2007 (Urea 175 kg +
200 kg Ponska NPK + 25 kg SP-36 + 50 kg KCl). Average rice yield was obtained
according to the results of interviews 4.34 t/ha in MT I and 2.5 t/ha in MT II.
Keywords: Fertilization, swamp land, rice cultivation
ABSTRAK
Luas lahan rawa di Lampung mencapai 544.305 ha, yang tersebar di beberapa
kabupaten, dimana yang potensial untuk penanaman padi sawah seluas 410.177 ha. Pola
budidaya khususnya pemupukan juga berbeda pada setiap tipe lahan rawa dan spesifik
lokasinya sehingga berpengaruh terhadap hasil padi yang diperoleh. Kegiatan ini dilakukan
dengan metode survei dan wawancara petani dengan menggunakan kuisioner terstruktur.
Lokasi wawancara adalah di tiga kabupaten yang mempunyai lahan rawa yang cukup luas
di Lampung, yaitu Kabupaten Tulang Bawang (Kecamatan Rawa Jitu Selatan, Rawa Pitu,
dan Penawar Aji); Kabupaten Mesuji (Kecamatan Mesuji Timur, dan Mesuji); dan
Lampung Selatan (Kecamatan Rawa Sragi), dengan jumlah responden 15 orang petani per
kecamatan, sehingga total responden adalah 90 orang. Data yang dikumpulkan ditabulasi
dan dianalisis secara deskriptif. Dari hasil survei dan wawancara petani dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar petani memanfaatkan lahan rawa tersebut untuk usaha tani padi,
namun hanya 50 % yang dapat dimanfaatkan untuk dua kali tanam padi dalam satu tahun.
Jumlah/takaran pupuk yang diaplikasikan petani baik urea maupun NPK Ponska/SP-36
termasuk sedikit/lebih rendah bila dibandingkan dosis rekomendasi menurut Peraturan
Permentan No. 40 Tahun 2007 (Urea 175 kg + NPK Ponska 200 kg + 25 kg SP-36 + 50 kg
KCl). Rata-rata hasil padi yang diperoleh sesuai hasil wawancara adalah 4,34 t/ha pada MT
I dan 2,50 t/ha pada MT II.
Kata kunci: Padi rawa, pola pemupukan, pola tanam
162 Barus dan Hafif: Kajian pola tanam dan pola pemupukan
perairan umum. Lahan ini baru bisa Kegiatan ini bertujuan menginventarisir
digunakan secara optimal untuk data pemanfaatan lahan rawa, pola
pertanaman pada saat kemarau panjang. budidaya terutama pola pemupukan padi
Jenis tanah yang umum ditemui di rawa dan hasilnya di Lampung.
lahan rawa lebak adalah tanah mineral dan
gambut. Tanah mineral bisa berasal dari BAHAN DAN METODE
endapan sungai atau endapan marine, Kegiatan penelitian ini dilaksanakan
sedangkan tanah gambut di lapangan bisa dari bulan Maret – Agustus 2012. Lokasi
berupa lapisan gambut utuh dan lapisan kegiatan yaitu di tiga kabupaten yang
gambut berselang-seling dengan lapisan mempunyai lahan rawa yang cukup luas di
tanah mineral. Tanah mineral memiliki Lampung, yaitu Kabupaten Tulang Bawang
tekstur liat dengan tingkat kesuburan (Rawa Jitu Selatan, Rawa Pitu, dan
alami sedang-tinggi dan ph 4-5 dan Penawar Aji); Kabupaten Mesuji (Mesuji
drainase terhambat–sedang. Setiap tahun Timur, dan Mesuji); dan Lampung Selatan
lahan lebak pada umumnya mendapat (Kecamatan Rawa Sragi). Data diperoleh
endapan lumpur dari daerah yang lebih dengan metode survei dan wawancara
tinggi sehingga walaupun kesuburan petani dengan menggunakan kuisioner
tanahnya tergolong sedang, tetapi terstruktur. Survei lahan rawa dilakukan
keragamannya sangat tinggi antar wilayah untuk mengetahui kondisi pemanfaatan
antar lokasi. Pada umumnya nilai N total lahan exiting (Pemanfaatan untuk tanaman,
sedang sampai tinggi, unsur P rendah pola tanam dalam satu tahun, dll).
sampai sedang, dan unsur K sedang. Lahan Wawancara petani dengan menggunakan
rawa lebak dan tanah mineral yang berasal kuisioner. Wawancara dilakukan untuk
dari endapan marine biasanya memiliki mengetahui potensi pemanfaatan lahan rawa
lapisan pirit (FeS2) yang berbahaya bagi untuk tanaman pangan khususnya padi, pola
tanaman dan beracun bila letaknya tanam dan pola pemupukan yang dilakukan
dipermukaan tanah. Oleh sebab itu, petani yaitu jenis dan rata-rata dosis pupuk
reklamasi dan pengelolaan lahan harus yang dipakai petani dibandingkan dengan
dilakukan secara cermat dan hati-hati agar dosis rekomendasi pemupukan padi sawah
tanaman bisa tumbuh dan memberikan hasil spesifik lokasi menurut Peraturan Permentan
yang memadai (Alihamsyah 2005). No. 40 Tahun 2007.
Produktivitas lahan rawa dapat Jumlah responden adalah 15 orang
ditingkatkan melalui pendekatan varietas, petani per kecamatan (Tabel 1). Kriteria
pengelolaan hara dan air serta penataan jumlah responden per kabupaten
lahan. Bila dilakukan optimalisasi lahan disesuaikan dengan tingkat luasan lahan
rawa dengan teknologi inovasi baru khusus rawa di daerah tersebut. Di Provinsi
untuk lahan rawa. Untuk meningkatkan Lampung, lahan rawa terluas ada di
produktivitas pertanian di lahan rawa Kabupaten Tulang Bawang, selanjutnya
diperlukan pendekatan yang holistik Mesuji, dan Lampung Selatan.
menyangkut aspek perbaikan agrofisik Selanjutnya data yang diperoleh
lahan (tanah, air, dan tanaman) dan dilakukan entry data dan analisis data. Data
kemampuan sosial ekonomi (modal, di rata-rata, ditabulasi, dan dilakukan
kelembagaan, dan budaya). Keragaman analisis secara deskriptif terhadap hasil
hasil yang dicapai pertanian lahan rawa yang diperoleh.
cukup memadai walaupun masih beragam
akibat keberagaman dari sifat agrofisik HASIL
lahan (tipologi lahan, tipe luapan, mintakat Jenis Lahan Rawa dan Pola Tanam Padi
perairan), teknologi pengelolaan, dan Rawa
penggunaan masukan (input) yaitu varietas, Hasil survei lahan rawa yang
kapur, pupuk, dan lainnya. dilakukan adalah Jenis lahan rawa di
164 Barus dan Hafif: Kajian pola tanam dan pola pemupukan
Kabupaten Tulang Bawang adalah pasang Data pola tanam lahan rawa dapat
surut tipe C (di Kecamatan Rawa Jitu dilihat dalam tabel 2, dimana sebagian
Selatan dan Rawa Pitu) dan lebak pematang besar petani memanfaatkan lahan sawah
(di Kecamatan Penawar Aji); di Kabupaten rawa tersebut untuk usaha tani padi, namun
Mesuji paling banyak adalah rawa lebak hanya 50 % petani yang bisa menanam 2
pematang (sekitar 75 %), dan lainnya kali padi dalam setahun. Alih fungsi lahan
termasuk rawa pasang surut tipe C sawah dari tanaman padi kepada
(sebagian rawa di Kecamatan Mesuji penggunaan lain terutama tanaman
Timur). Demikian juga di Kecamatan Rawa perkebunan seperti sawit dan karet sudah
Sragi (Kab. Lampung Selatan), sebagian terlihat, terutama di Kabupaten Mesuji dan
besar jenis lahan rawanya adalah lebak Tulang Bawang dimana padi ditanam
pematang dan lainnya termasuk rawa diantara tanaman sawit/karet yang belum
pasang surut tipe C. menghasilkan.
Tabel 1. Jumlah responden dan lokasi wawancara petani padi rawa.
No Kabupaten/Kecamatan Jumlah Responden
Kabupaten Tulang Bawang
a. Kecamatan Penawar Aji 15
1
b. Kecamatan Rawa Jitu Selatan 15
c. Kecamatan Rawa Pitu 15
Kabupaten Mesuji
2 a. Kecamatan Mesuji Timur 15
b. Kecamatan Mesuji 15
Kabupaten Lampung Selatan
3
a. Kecamatan Rawa Sragi 15
Total 90
No. 40 Tahun 2007, yaitu untuk lahan serta penggunaan pupuk SP-36 berturut-
dengan kadar P sedang dan K rendah (Urea turut adalah 78,6; 58,3; dan 78,0 kg/ha.
175 kg + NPK Ponska 200 kg + 25 kg SP- Tidak ada petani yang diwawancarai
36 + 50 kg KCl). Demikian juga bila menggunakan pupuk KCl.
dibandingkan dengan pemakaian urea Dari hasil wawancara petani
umumnya di lahan sawah irigasi yang diperoleh data rata-rata hasil padi yang
mencapai 200-300 kg/ha. Penggunaan diperoleh pada MT I (musim hujan) yaitu
pupuk NPK Ponska yaitu di Mesuji, Tulang 4,34 t/ha, dan MT II (musim kemarau) yaitu
Bawang, dan Lampung Selatan berturut- 2,50 t/ha (Tabel 4).
turut adalah 93,3; 111,0; dan 154,0 kg/ha;