Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia
indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Pembangunan
manusia seutuhnya, yang bermula sejak saat pembuahan dan berlangsung
sepanjang masa hidupnya meliputi aspek fisik, mental, sosial dan tidak dapat
dilepaskan dari seluruh segi kehidupan keluarga dimana ia dibesarkan.
Puskesmas merupakan ujung tombak terdepan dalam pembangunan
kesehatan.Upaya kesehatan yang diselenggarakan puskesmas terdiri dari
pelayanan kesehatan perorangan primer dan pelayanan kesehatan masyarakat
primer.Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi upaya kesehatan wajib
dan upaya kesehatan pilihan.Upaya pelayanan lansia merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan di puskesmas, maka
puskesmas wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan lansia.
Salah satu dampak pembangunan kesehatan adalah meningkatnya umur
harapan hidup waktu lahir yang berakibat meningkatnya jumlah lanjut usia dengan
berbagai masalah dan kebutuhan bagi lanjujt usia di bidang kesehatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lanjut usia untuk
mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga
dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya.

2. Tujuan khusus
a. Meningkatkan kesadaran para lanjut usia untuk membina sendiri
kesehatannya
b. Meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga dan masyarakat
dalam menghayati dan mengtatasi kesehatan lanjut usia
c. Meningkatkan jenis dan jangkauan pelayanan kesehatan lanjut usia
d. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan lanjut usia

1
C. Sasaran
Pembinaan kesehatan lanjut usia meliputi beberapa kelompok sasaran yaitu:
1. Sasaran langsung
a. Kelompok pra lanjut usia 45 – 59 tahun
b. Kelompok lanjut usia 60 – 69 tahun
c. Kelompok lanjut usia risiko tinggi yaitu usia lanjut 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan.dan usia lanjut usia 70 tahun atau lebih.
2. Sasaran tidak langsung
a. keluarga dimana lanjut usia berada
b. masyarakat di lingkungan lanjut usia berada

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi pelaksanaan pelayanan kesehatan
lansia baik di dalam gedung maupun di luar gedung di wilayah kerja Puskesmas
Plaju yaitu di Kecamatan plaju ulu yang meliputi 5 Kelurahan yaitu Kelurahan plaju
ulu,kelurahan plaju ilir,kelurahan talang bubuk,kelurahan bagus kuning,kelurahan
komperta..

E. Batasan Operasional
a. Kesehatan keluarga adalah kesehatan kelompok individu yang berkaitan
dalam satu kesatu biologik-psikologik-sosial budaya, mencakup segi
kesehatan, jasmani rohani dan sosial.
b. Kesehatan lanjut usia adalah kesehatan mereka yang berusia 60 tahun atau
lebih, baik jasmani rohani dan sosial. Pra lanjut usia adalah seseorang yang
berusia 45 – 49 tahun.
c. Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih (Peraturan
Menteri Kesehatan RI No.67 Tahun 2015).
d. Lanjut usia risiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih,
atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan
e. Kartu Menuju Sehat (KMS) lanjut usia adalah suatu alat untuk mencatat
kondisi kesehatan pribadi lanjut usia baik fisik maupun mental emosional.
Kegunaan KMS untuk memantau dan menilai kemajuan kesehatan lanjut
usia yang dilaksanakan di kelompok lanjut usia atau Puskesmas.
f. Kegiatan promotif adalah kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk
meningkatkan gairah hidup para lanjut usia agar merasa tetap dihargai dan
tetap berguna. Upaya promotif juga ditujukan kepada keluarga dan
masyarakat di lingkungan lanjut usia. Dalam kegiatan ini berperan upaya

2
penyuluhan mengenai perilaku hidup sehat, pengetahuan tentang gizi lanjut
usia, pengetahuan tentang proses degeneratif yang akan terjadi pada lanjut
usia, upaya meningkatkan kesegaran jasmani serta upaya lain yang dapat
memelihara kemandirian serta produktivitas lanjut usia.
g. Kegiatan preventif adalah upaya yang dilakukan bertujuan untuk mencegah
sedini mungkin terjadinya penyakit dan komplikasi yang diakibatkan oleh
proses degeneratif. Kegiatan yang dilakukan berupa deteksi dini kesehatan
lanjut usia yang dapat dilakukan di kelompok, Puskesmas. Instrumen yang
dipergunakan untuk melakukan deteksi dini dan pemantauan kesehatan
lanjut usia adalah Kartu Menuju Sehat (KMS) Lanjut Usia dan Buku
Pemantauan Kesehatan Pribadi Lanjut Usia
h. Kegiatan Kuratif adalah upaya yang dilakukan adalah pengobatan dan
perawatan bagi lanjut usia sakit dan dapat dilakukan melalui fasilitas
pelayanan seperti Puskesmas Pembantu, Puskesmas, dokter praktek
swasta.
i. Kegiatan Rehabilitasi adalah upaya yang dilakukan bersifat medik,
psikososial, edukatif dan pengembangan keterampilan atau hobi untuk
mengembalikan semaksimal mungkin kemampuan fungsional dan
kepercayaan diri pada usia lanjut.
j. Kegiatan Rujukan adalah upada yang dilakukan untuk mendapatkan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif yang memadai dan tepat waktu sesuai
kebutuhan. Upaya dapat dilakukan secara vertikal dari tingkat pelayanan
dasar ke tingkat pelayanan spesialistik di rumah sakit, atau secara horizontal
ke sarana tingkat pelayanan yang mempunyai sarana yang lebih lengkap.

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Jenis/kualifikasi danjumlah tenaga Pelayanan kesehatan Lansia di Puskesmas


Plaju adalah sebagai berikut :
NO. JENIS TENAGA KUALIFIKASI Kondisi di Puskesmas

1. Penanggung Jawab 1 Orang 1 Orang


(Dokter)
2. Tenaga perawat 7 Orang
,Keperawatan DIII

B. DistribusiKetenagaan

Tenaga Kesehatan yang ada di Puskesmas plaju Palembang berdasarkan


standar ketenagaan Permenkes No.75 tahun 2014
No. Jenis tenaga Standar Menurut Kondisi di
Permenkes Puskesmas
No.67/2015 Plaju
1 Dokter atau Dokter Layanan 1 Orang 2 Orang
Primer
2 Dokter Gigi 1 Orang 1 Orang
3 Perawat 5 Orang 7 Orang
4 Bidan 4 Orang 1 Orang
5. Tenaga Kesehatan Masyarakat 2 Orang 1 Orang
6. Tenaga Kesehatan Lingkungan 1 Orang 2 Orang
7. Ahli Teknologi laboratorium 1 Orang 3 Orang
medik
8. Tenaga Gizi 1 Orang 2 Orang
9. Tenaga Kefarmasian 1 Orang 4 Orang
10. Tenaga Administrasi 3 Orang 4 Orang
11. Pekarya 3 Orang

4
C. Jadwal Kegiatan
Kegiatan Dalam Gedung
Jadwal pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan Lansia setiap hari kerja mulai
jam 07.30WIB sampai dengan 14.00 WIB

Kegiatan Luar Gedung


Jadwal terlampir.

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DenahRuang
Koordinasi pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan Lansia dilakukan oleh
Penanggung jawab program yang masih bergabung denganPoli Umum
Tata ruang pelayanan kesehatan LansiaPuskesmas plaju Palembang
MEJA
WASTAFEL MEJA
BED PASIEN
KOMPUTER
PINTU
MEJA

PINTU

PINTU
BED PASIEN
PINTU

MEJA

B. StandarFasilitas

B. Standar Fasilitas
NO. FASILITAS FASILITAS YANG KONDISI
DIBUTUHKAN PUSKESMAS
1. Ruang Konsultasi Ruang untuk konsultasi Ada
pelayanan kesehatan
Lansia yang terintegrasi
dengan pelayanan
kesehatan lain
2. Peralatan Ada
- Stetoscop 1 buah
- tensi meter 1 buah
3. Media komunikasi, 1 paket (lembar balik, Ada
informasi, dan edukasi leaflet, brosur)

6
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup kegiatan
1. Pelayanan pasien Lansia yang datang berobat ke puskesmas.
Kegiatan berupa konsultasi pasien Lansia, pemberian obat sesuai kebutuhan
pasien yang tersedia di Puskesmas.
2. Home Visit.
Kegiatannya berupa kunjungan rumah untuk melakukan pemantauan pasien
Lansia yaitu dengan anamnesa ulang, memeriksa fisik pasien, assesment ulang,
dan pemantauan makan obat pasien.
3. Pelaksanaan Posyandu Lansia.
Terdapat 4 posyandu lansia di Puskesmas Plaju Palembang. Pelaksanaan
posyandu jadwal terlampir.
No. Tanggal posyandu Kelurahan
setiap bulan
1. 6 Posyandu lansia Mulia Talang Bubuk
2. 8 Posyandu lansia melati Plaju Ilir
3 14 Posyandu Bunga Tanjung Plaju Ulu
4 25 Posyandu Ika Plaju Ilir

B. Metode
Metode pelayanan kesehatan Lansia yang dilakukan di Puskesmas Plaju
Palembang menggunakan metode penyuluhan, pendataan, dan konseling.
C. Langkah Kegiatan
1. Perencanaan
Perencanaan pelaksanaan pelayanan lansia di Puskesmas Plaju Palembang
yaitu untuk menentukan kegiatan dan menyusun jadwal kegiatan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan upaya yang akan dilakukan sesuai dengan rencana
kegiatan. Mekanisme pelaksanaan dapat dilakukan dengan berbagai cara,
sebagaimana dijelaskan di lingkup kegiatan di atas.
3. Monitoring
Monitoring adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
pencapaian dan pelaksanaan program kesehatan Lansiadi puskesmas.
Monitoring dapat dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan baik dalam
gedung maupun di luar gedung. Mekanisme monitoring dapat dilakukan
dengan cara melakukan pelaporan pelaksanaan dan pencapaian program

7
kesehatan Lansia di Puskesmas, yang disampaikan oleh pengelola program
kesehatan Lansiadi puskesmas kepada kepala puskesmas setiap bulannya
(secara langsung ataupun melalui mini lokakarya bulanan puskesmas).
4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada setiap akhir tahun untuk menilai proses dan hasil
pelaksanaan kegiatan Kesehatan Lansiadi Puskesmas. Evaluasi dilakukan
dengan menggunakan indikator kinerja program kesehatan LansiaPuskesmas
plaju Palembang.

5. Pelaporan
Menyampaikan laporan kegiatan Pelayanan Kesehatan Lansiasetiap bulan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Palembang.
Pencatatan dan pelaporan kegiatan Pelayanan Kesehatan Lansia di
Puskesmas Plaju Palembang tercatat dalam laporan puskesmas.

8
BAB V
LOGISTIK

Manajemen Logistik alat kesehatan adalah suatu pengetahuan mengenai


perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan serta
penghapusan material atau alat-alat kesehatan. Tujuan dari manajemen logistik adalah
tersedianya setiap bahan setiap saat dibutuhkan, baik mengenai jenis, jumlah maupun
kualitas yang dibutuhkan secara efesien. Dengan demikian manejemen logistik dapat
dipahami sebagai proses pergerakkan dan pemberdayaan semua sumber daya yang
dimiliki dan atau potensial untuk dimanfaatkan, untuk operasional, secara efektif dan
efisien. Oleh karena itu untuk menilai apakah pengelolaan logistik sudah memadai
adalah dengan menilai apakah sering terjadi keterlambatan dan atau bahan yang
dibutuhkan tidak tersedia, berapa kali frekuensinya, berapa banyak persediaan yang
menganggur (idle stock) dan berapa lama hal itu terjadi, berapa banyak bahan yang
kadaluarsa atau rusak atau tidak dapat dipakai lagi.
Manajemen logistik sebagai suatu fungsi mempunyai kegiatan-kegiatan:
A. Perencaan kebutuhan
Fungsi perencanaan ini pada dasarnya adalah menghitung berapa besar
kebutuhan bahan logistik yang diperlukan untuk periode waktu tertentu, biasanya
untuk satu tahun. Ada dua cara pendekatan yang digunakan dalam perencanaan
kebutuhan obat, yaitu:
1. Dengan mengetahui atau menghitung kebutuhan yang telah dengan nyata
dipergunakan dalam periode waktu yang lalu :
a. Jumlah sisa/persediaan pada awal periode
b. Jumlah pembelian pada periode waktu
c. Jumlah bahan logistik yang terpakai selama periode
d. Membuat analisis efisiensi penggunaan bahan logistik, dikaitkan dengan
kinerja yang dicapai.
e. Membuat analisis kelancaran penyediaan bahan logistik, misalnya frekuensi
barang yang diminta “habis” atau tidak ada penyedian jumlah barang yang
menumpuk, serta penyebab terjadinya keadaan tersebut.
2. Dengan melihat program kerja yang akan datang:
a. Membuat analisa kebutuhan untuk dapat menunjang pelaksanaan kegiatan
pelayanan, pola penyakit, target kinerja kerja
b. Memperhatikan kebijakan pimpinan mengenai standarisasi bahan, ataupun
kebijakan dalam pengaduan. ( untuk obat misalnya ada formularium, untuk
pengadaan di puskesmas).

9
c. Menyesuaikan perhitungan dengan memperhatikan persediaan awal, baik
meliputi jenis, jumlah maupun spesifikasi logistik.
d. Memperhatikan kemampuan gudang tempat penyimpanan barang.

B. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah pengangggaaran, yaitu menghitung kebutuhan
sesuai dengan kebutuhan pengadaan bahan logistik.

C. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan
untuk mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan.

D. Penyimpanan
Fungsi berikutnya adalah penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi
penerimaan barang. Secara garis besar yang harus dicek kebenarannya adalah:
1. Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu
penyerahan barang terhadap surat pesan (SP) dan surat perintah kerja
(SPK).
2. Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan, bau,
noda dan sebagainya yang menindikasikan tingkat kualitas bahan.
3. Kesesuaian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP.
Barang yang diterima tersebut kemudian dibuatkan berita cara penerimaan
(BAP) barang. Berdasarkan sifat dan kepentingan barang/bahan logistik ada
beberapa jenis barang logistik, yaitu biasanya tidak langsung disimpan digudang,
akan tetapi diterimakan langsung kepada pengguna. Yang penting adalah bahwa
mekanisme ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tercipta internal check
(saling uji secra otomatis) yang memadai, yang ditetapkan oleh yang berwenang
(pimpinan)
Fungsi penyimpanan ini sangat menetukan kelancaran distribusi. Beberapa
keuntungan melakukan fungsi penyimpanan ini adalah:
1. Untuk mengantisipasi keadaan yang fluktuatif, karena sering terjadi
kesulitan memperkirakan kebutuhan secara akurat.
2. Untuk menghindari kekosongan bahan (out of stock)
3. Untuk menghemat biaya, serta mengantisipasi fluktuasi kenaikan harga
beban.
4. Untuk menjaga agar kualitas bahan dalam keadaan siap pakai
5. Untuk mempercepat pendistribusian.

10
Metode yang sering digunakan dalam pengendalian persediaan di puskesmas
adalah dengan memperhatikan sifat barang/obat, apakah termasuk barang vital,
esensial atau normal (VEN system).Digabungkan dengan apakah barang tersebut
termasuk fast atau slow moving. Selama periode tertentu kemudian dihitung
kebutuhan atau penggunaan, sehingga diketahui rata rata penggunaan per bulan
juga fluktuasi permintaannya. Dari perhitungan itu secara empiris, dapat
ditentukan berapa besar jumlah.
1. Persediaan minimal/jenis barang perbulan
2. Persediaan maksimal/jenis barang per bulan
3. Persediaan pengaman (iron stock/idle stock)
Dalam penyimpanan dikenal ada system FIFO (first in first out). Khusus di
puskesmas seharusnya FIFO juga dibaca sebagai first expired first out (FEFO).
Mana yang mempunyai masa kadaluarsa pendek/singkat harus dikeluarkan terlebih
dahulu, tidak tergantung kapan diterimanya digudang.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan
Lansiatersebut direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan
lintas sektor sesuai dengan tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan.

11
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan


pasien lebih aman yang meliputi asesmen resiko, identifikasi dan penggelolaan hal
yang berhubungan dengan resiko pasien dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
resiko dan mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melakukan tindakan.
Standar keselamatan pasien tersebut antara lain :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien dan
tindakan yang diambil.
Adapun identifikasi resiko keselamatan sasaran kegiatan kesehatan Lansia sebagai
berikut.
No Identifikasi Resiko Keselamatan Upaya Pencegahan
Sasaran
1. Kondisi pasien tidak stabil akibat Konseling keluarga baik di dalam
penyakit yang dideritanya sehingga maupun luar gedung.
bisa membahayakan baik diri sendiri
maupun orang lain akibat:
- Pasien tidak teratur kontrol ke pusat
pelayanan kesehatan/tidak makan
obat teratur
- Kesalahan cara makan obat (jenis
dan dosisnya)

12
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Setiap kegiatan yang dilakukan, mulai dari persiapan pasien sampai selesai
dapat menimbulkan bahaya atau resiko terhadap petugas.
Untuk mengurangi dan mencegah bahaya yang akan terjadi, setiap pemegang
program harus mengerjakan pekerjaannya dengan hati-hati, mengenali bahan
potensial berbahaya dan penanggungannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kegiatan tersebut merupakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja

No Identifikasi Resiko Keselamatan Kerja Upaya Pencegahan


Petugas
1. Kegiatan Home Visit
Petugas menggunakan kendaraan Mematuhi rambu-rambu lalu lintas dan
beroda dua menuju rumah pasien. menggunakan alat perlindungan
Resikonya berupa Kecelakaan Lalu sesuai dengan standar (menggunakan
lintas dalam perjalanan. helm SNI, jaket, sepatu dan sarung
tangan)
2 Kegiatan Posyandu Lansia
Petugas menggunakan kendaraan Mematuhi rambu-rambu lalu lintas dan
beroda dua menuju rumah pasien. menggunakan alat perlindungan
Resikonya berupa Kecelakaan Lalu sesuai dengan standar (menggunakan
lintas dalam perjalanan. helm SNI, jaket, sepatu dan sarung
tangan)

13
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manjemen mutu merupakan suatu


sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai
mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pasien.Pengendalian mutu pada
pelayanan kesehatan diperlukan agar produk layanan kesehatan terjaga kualitasnya
sehingga memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.Penjaminan mutu pelayanan
kesehatan dapat diselenggarakan melalui pelbagai model manajemen kendali mutu.
Salah satu model manajemen yang dapat digunakan adalah model PDCA (Plan, Do,
Check, Action) yang akan menghasilkan pengembangan berkelanjutan (continuous
improvement) mutu pelayanan kesehatan.
Yoseph M, terkenal dengan konsep “Trilogy” mutu dan mengidentifikasikannya
dalam tiga kegiatan.
1. Perencanaan mutu meliputi siapa pelanggan, apa kebutuhannya,
meningkatkan produk sesuai kebutuhan, dan merencanakan proses untuk
suatu produksi.
2. Pengendalian mutu mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan
antara kinerja aktual dan tujuan
3. Peningkatan mutu membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan
peningkatan mutu.
Ada empat langkah menuju pelaksanaan solusi yang efektif, yaitu
a. Merencanakan (PLAN): sebelum dilaksanakan solusi, perlu ditentukan tujuan
dan apa kriteria keberhasilan
b. Pelaksanaan (DO): melaksanakan solusi sering melibatkan pelatihan,
termasuk proses pengumpulan data/informasi untuk memantau perubahan
yang terjadi dan mengamati tingkat kemudahan atau kesulitan pelaksanaan
solusi.
c. Cek (CHECK): amati efek pelaksanaan solusi dan simpulkan pelajaran apa
yang diperoleh dari tindakan yang sudah dilakukan.
d. Bertindak (ACTION): ambil langkah-langkah praktis sesuai dengan pelajaran
yang diperoleh dari tindakan yang sudah diambil
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu, diperlukan
bakuan mutu berupa pedoman yang tertulis dan dapat dijadikan pedoman kerja bagi
tenaga pelaksana.
1. Tiap pedoman yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan
bagaimana prosedur untuk melakukan suatu aktifitas

14
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelaksanaan bagi tenaga pelaksana
baru yang akan mengerjakan suatu aktifitas
3. Kegiatan yang dilaksanakan mengikuti prosedur yang tertulis akan menjamin
konsistensi hasil yang dicapai.
4. Standar opersional prosedur dan instruksi kerja dibuat oleh penanggung jawab
program.
5. Audit internal dilakukan oleh tim audit.

15
BAB IX
PENUTUP

Pelayanan kesehatan Lansia merupakan UpayaKesehatan Masyarakat.Pedoman


ini sebagai acuan bagi petugas puskesmas dan lintas sektor terkait dalam pelayanan
kesehatan Lansia. Keberhasilan kegiatan pelayanan kesehatan Lansia ini tergantung
pada komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan Lansia, menurunnya penyakit atau gangguan kesehatan serta
meningkatkan pencapaian standar pelayanan minimal di kota Palembang.

16

Anda mungkin juga menyukai