Anda di halaman 1dari 49

KIMIA LINGKUNGAN

AMDAL
(ANALISIS MASALAH DAN DAMPAK LINGKUNGAN)

OLEH :

KELOMPOK V

MISNA (AILI 15 060)


MUSFIRA ANNUR (AILI 15 063)
NASRA (AILI 15 065) )
RISKA AZIDAH (AILI 15 072)
RISKA ANGRIANI MUSTAMIN (AILI 15 071)
WAHADAYANI (AILI 15 0 )

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) menurut PP No. 27 Tahun

1999, pasal 1 butir 1 ialah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha

dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi

proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) ialah telaah secara cermat dan mendalam

tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.

Tujuan dan sasaran AMDAL adalah untuk menjamin suatu usaha dan kegiatan

pembangunan atau proyek agar dapat berjalan secara sinambung tanpa merusak

lingkungan hidup. Kegiatan AMDALl ini dibuat saat mulai perencanaan proyek,

yakni sebelum pembangunan fisik (bangunan gedung, bendungan, saluran irigasi dan

sebagainya) dilaksanakan. Kegiatan yang akan dilaksanakan ini diperkirakan dapat

memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.

Pengaruh terhadap lingkungan hidup yang dimaksudkan di sini adalah

pengaruh dari aspek fisik, kimia, ekologi, sosial ekonomi, social budaya dan

kesehatan masyarakat. kegiatan amdal ini mengacu pada peraturan pemerintah nomor

27 tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak lingkungan hidup.Reaksi ini

mencapai keadaan ekstrem sampai menimbulkan sikap yang menentang

pembangunan dan penggunaan teknologi tinggi. Dengan ini timbullah citra bahwa
gerakan lingkungan adalah anti pembangunan dan anti teknologi tinggi serta

menempatkan aktivis lingkungan sebagai lawan pelaksana dan perencana

pembangunan. Karena itu banyak pula yang mencurigai amdal sebagai suatu alat

untuk menentang dan menghambat pembangunan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Bagaimanan Sejarah Dan kebijakan lingkungan, Arti Dan Peranan

AMDAL?

1.2.2 Bagaimana Prosedur AMDAL Dan Penapisan AMDAL?

1.2.3 Bagaimana Prakiraan Dan Analisis Dampak Lingkungan Fisik/Kimia?

1.2.4 Bagaimana Prakiraan Dan Analisis Dampak Lingkungan Biologi?

1.2.5 Bagaimana Prakiraan Dan Analisis Dampak Lingkungan Ekonomi,

Social, Budaya Dan Kesehatan ?

1.2.6 Apa Saja Prosedur AMDAL (RKL Dan RPL)?

1.2.7 Bagaimana Teknik Penyusunan Dokumen AMDAL ?

1.2.8 Bagaimana Efektifitas AMDAL dan Monitoring Lingkungan ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1.3.1 Untuk Mengetahui Bagaimanan SejarahDan kebijakan lingkungan,

Arti Dan Peranan AMDAL

1.3.2 Untuk Mengetahui Bagaimana Prosedur AMDAL Dan Penapisan

AMDAL
1.3.3 Untuk Mengetahui Bagaimana Prakiraan Dan Analisis Dampak

Lingkungan Fisik/Kimia

1.3.4 Untuk Mengetahui Bagaimana Prakiraan Dan Analisis Dampak

Lingkungan Biologi

1.3.5 Untuk Mengetahui Bagaimana Prakiraan Dan Analisis Dampak

Lingkungan Ekonomi, Social, Budaya Dan Kesehatan

1.3.6 Untuk Mengetahui Apa Saja Prosedur AMDAL (RKL Dan RPL)

1.3.7 Untuk Mengetahui Bagaimana Teknik Penyusunan Dokumen

AMDAL

1.3.8 Untuk Mengetahui Bagaimana Efektifitas AMDAL dan Monitoring

Lingkungan

1.4 MANFAAT PENULISAN

1.4.1 Dapat Mengetahui Bagaimanan SejarahDan kebijakan lingkungan,

Arti Dan Peranan AMDAL

1.4.2 Dapat Mengetahui Bagaimana Prosedur AMDAL Dan Penapisan

AMDAL

1.4.3 Dapat Mengetahui Bagaimana Prakiraan Dan Analisis Dampak

Lingkungan Fisik/Kimia

1.4.4 Dapat Mengetahui Bagaimana Prakiraan Dan Analisis Dampak

Lingkungan Biologi
1.4.5 Dapat Mengetahui Bagaimana Prakiraan Dan Analisis Dampak

Lingkungan Ekonomi, Social, Budaya Dan Kesehatan

1.4.6 Dapat Mengetahui Apa Saja Prosedur AMDAL (RKL Dan RPL)

1.4.7 Dapat Mengetahui Bagaimana Teknik Penyusunan Dokumen

AMDAL

1.4.8 Dapat Mengetahui Bagaimana Efektifitas AMDAL dan Monitoring

Lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Amdal

2.1.1 Sejarah Amdal Di Indonesia

Sebenarnya AMDAL itu sudah mulai berlaku di Indonesia pada tahun 1986

karena berlakunya PP No. 29 Tahun 1986. Hal ini dimaksudkan sebagai bagian dari

studi kelayakan pembangunan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Tujuannya

untuk memastikan bahwa pembangunan suatu rencana/atau kegiatan yang akan

dilaksanakan bermanfaat dan tidak mengorbankan lingkungan hidup. Lambat laun

karena pelaksanaan aturan tersebut terhambat akibat sifat birokratis maupun

metodologis, maka sejak 23 Oktober 1993 pemerintah RI mencabut PP.29.19986

kemudian menggantinya dengan PP.51.1993. Diterbitkannya Undang-Undang No.

23. 1997, maka PP.51.1993 perlu penyesuaian, sehingga pada tanggal 7 Mei 1999,

Pemerintah RI menerbitkan PP. No. 27 Tahun 1999 sebagai penyempurnaan PP. 51.

1993. Efektif berlakunya PP. No. 27 Tahun 1999 mulai 7 November 2000 dan satu

hal penting yang diatur dalam PP No. 27 Tahun 1999 ini adalah pelimpahan hampir

semua kewenangan penilaian AMDAL kepada daerah.

Ketentuan-ketentuan di atas mengacu pada peraturan pemerintah PP. No. 27

Tahun 1999 Pasal 1 butir 1. Peraturan ini masih berlaku di seluruh wilayah Indonesia.

Selain mengacu pada peraturan tersebut di atas, maka landasan peraturan pemerintah

tersebut di atas mengacu pada undang-undang yaitu UU RI No. 23 Tahun 1997


tentang pengelolaan lingkungan hidup. Jadi sudah jelas acuan peraturan dan

perundangannya, jadi sebagai bangsa dan masyarakat Indonesia kita wajib

melaksanakannya sebagai perwujudan berbangsa dan bermasyarakat yang baik.

2.1.2 Sejarah Amdal Di Dunia

1) Amdal Di Australia

Sejarah AMDAL di Australia dapat dikaitkan dengan diberlakukannya

Kebijakan Lingkungan Nasional AS (US National Environment Policy Act (NEPA))

pada tahun 1970, yang membuat penyusunan laporan dampak lingkungan suatu

kebutuhan. Di Australia, orang mungkin mengatakan bahwa prosedur AMDAL

diperkenalkan di Tingkat Negara sebelum itu dari Commonwealth (Federal), dengan

sebagian besar negara memiliki pandangan berbeda dengan Persemakmuran. Salah

satu negara perintis adalah New South Wales, yang Negara Pengendalian

Pencemaran Komisi menerbitkan pedoman AMDAL pada tahun 1974.

Pada tingkat (Federal) Persemakmuran, ini diikuti dengan melewatkan

Perlindungan Lingkungan (Dampak Proposal) Undang-Undang pada tahun 1974.

Perlindungan Lingkungan dan Konservasi Keanekaragaman Hayati 1999 (the

Environment Protection and Biodiversity Conservation Act (EPBC)) digantikan

Perlindungan Lingkungan (Dampak Proposal) Undang-Undang 1974 dan adalah

bagian utama saat ini AMDAL di Australia pada tingkat (Federal) Commonwealth.

Poin penting untuk dicatat adalah bahwa ini UU Persemakmuran tidak

mempengaruhi validitas dari Amerika dan Wilayah lingkungan dan penilaian


pengembangan dan persetujuan. Melainkan EPBC berjalan sebagai paralel dengan

Sistem Negara / Wilayah Tumpang tindih antara federal dan negara bagian

persyaratan ditujukan melalui perjanjian bilateral atau salah satu accredition off

proses negara, sebagaimana diatur dalam UU EPBC. Tingkat Persemakmuran

Undang-undang EPBC menyediakan kerangka hukum untuk melindungi dan

mengelola secara nasional dan internasional flora yang penting, fauna, komunitas

ekologi dan warisan tempat-didefinisikan dalam UU EPBC sebagai masalah

“signifikansi lingkungan nasional”. Berikut adalah delapan hal-hal yang “signifikansi

lingkungan nasional” yang berlaku ACT EPBC:

a) Situs Warisan Dunia

b) Nasional Warisan tempat

c) RAMSAR lahan basah penting internasional

d) Dipasang spesies terancam dan komunitas ekologi

e) Spesies yang bermigrasi dilindungi oleh perjanjian internasional

f) Persemakmuran lingkungan laut

g) Nuklir tindakan (termasuk penambangan uranium)

h) National Heritage

2) Amdal Di South Australia (Sa)

Alat yang mengatur lokal untuk AMDAL di Australia Selatan adalah Undang-

Undang Pembangunan 1993. Ada tiga tingkat penilaian mungkin di bawah Undang-

Undang dalam bentuk pernyataan dampak lingkungan (EIS), laporan lingkungan


publik (PER) atau Laporan Pembangunan (DR). Tasmania (TAS) Di Tasmania,

sebuah sistem terpadu dari undang-undang digunakan untuk mengatur proses

pembangunan dan persetujuan, sistem ini adalah campuran dari Manajemen

Lingkungan dan Pengontrol Pencemaran 1994 (the Environmental Management and

Pollution Control (EMPCA)), Rencana Penggunaan Lahan dan Persetujuan Undang-

Undang 1993 (Land Use Planning and Approvals Act (LUPAA)), Kebijakan dan

Proyek Negara UU 1993 (State Policies and Projects Act (SPPA)), dan Manajemen

Sumber Daya dan Perencanaan Pengadilan Banding Act 1993.

3) Amdal Di Kanada

Penilaian Undang-Undang Lingkungan Kanada (The Canadian Environmental

Assessment Act (CEAA)) adalah dasar hukum untuk penilaian proses lingkungan

federal (Environmental Assessment (EA)). CEAA mulai berlaku pada tahun 1995.

Amandemen legislatif diperkenalkan pada tahun 2001 dan mulai berlaku pada tanggal

30 Oktober 2003. EA adalah didefinisikan sebagai alat perencanaan untuk

mengidentifikasi, memahami, menilai dan mengurangi, jika mungkin, efek

lingkungan dari sebuah proyek. Di bawah CEAA, semua departemen pemerintah

federal dan badan-badan yang diperlukan untuk melakukan EA untuk proyek-proyek

yang berkaitan dengan pekerjaan fisik dan untuk setiap aktivitas fisik yang diusulkan

tercantum dalam Peraturan Inklusi Daftar tempat latihan satu atau lebih dari CEAA

berikut pemicu:

a) Mengusulkan atau melakukan proyek


b) Hibah uang atau bentuk lain dari bantuan keuangan untuk proyek

c) Hibah minat di tanah untuk memungkinkan proyek yang akan dilaksanakan

d) Latihan kewajiban regulasi dalam kaitannya dengan proyek

4) Amdal Di Cina

Hukum Penilaian Dampak Lingkungan (AMDAL UU) memerlukan penilaian

dampak lingkungan harus diselesaikan sebelum proyek konstruksi. Namun, jika

pengembang yang benar-benar mengabaikan persyaratan ini dan membangun proyek

tanpa mengirimkan pernyataan dampak lingkungan, satu-satunya hukuman adalah

bahwa biro perlindungan lingkungan (the Environmental Protection Bureau (EPB))

mungkin memerlukan pengembang untuk melakukan penilaian make-up lingkungan.

Jika pengembang tidak menyelesaikan make-up penilaian dalam waktu yang

ditetapkan, hanya kemudian adalah EPB yang berwenang untuk pengembang baik.

Meskipun demikian, denda mungkin adalah dibatasi pada maksimum sekitar,

US $ 25.000 sebagian kecil dari biaya keseluruhan proyek-proyek besar yang paling.

Kurangnya mekanisme penegakan yang lebih ketat telah menghasilkan persentase

yang signifikan dari proyek tidak menyelesaikan secara hukum diharuskan penilaian

dampak lingkungan sebelum konstruksi. Administrasi Perlindungan Lingkungan

Negara Cina (State Environmental Protection Administration (SEPA)) digunakan

undang-undang untuk menghentikan 30 proyek pada tahun 2004, termasuk tiga hidro-

pembangkit listrik di bawah Tiga Ngarai Proyek Perusahaan. Meskipun satu bulan

kemudian (Catatan sebagai titik acuan, bahwa AMDAL khas untuk sebuah proyek
besar di Amerika Serikat memakan waktu satu sampai dua tahun). Sebagian dari 30

proyek dihentikan kembali konstruksi mereka, dilaporkan lulus penilaian lingkungan,

kenyataan bahwa pembangunan proyek-proyek kunci yang pernah ditangguhkan

adalah penting.

Sebuah penyelidikan bersama oleh SEPA dan Departemen Tanah dan Sumber

Daya pada tahun 2004 menunjukkan bahwa 30-40% dari proyek pertambangan

konstruksi pergi melalui prosedur penilaian dampak lingkungan yang diperlukan,

sementara di beberapa daerah hanya 6-7% yang melakukannya. Ini sebagian

menjelaskan mengapa Cina telah menyaksikan begitu banyak kecelakaan tambang

dalam beberapa tahun terakhir. SEPA saja tidak dapat menjamin penegakan hukum

lingkungan penuh dan peraturan, mengamati Profesor Wang Canfa , direktur pusat

untuk membantu korban lingkungan di Cina Universitas Ilmu Politik dan Hukum .

Bahkan, menurut Wang, tingkat hukum lingkungan hidup China dan peraturan yang

benar-benar ditegakkan diperkirakan hampir 10%.

5) Amdal Di Amerika Serikat

Di bawah hukum lingkungan Amerika Serikat suatu Penilaian Lingkungan

(EA) dikompilasi untuk menentukan kebutuhan untuk Pernyataan Dampak

Lingkungan (Environmental Impact Statement (EIS)), dan berasal dalam Undang-

Undang Kebijakan Lingkungan Nasional (NEPA), yang disahkan pada tahun 1969.

Tindakan tertentu dari pemerintah federal instansi harus didahului oleh EA atau EIS.

Berlawanan dengan kesalahpahaman yang meluas, NEPA tidak melarang pemerintah


federal atau pemegang lisensinya merusak lingkungan, juga tidak menentukan

hukuman apapun jika EA atau EIS ternyata tidak akurat, sengaja atau sebaliknya.

NEPA mensyaratkan bahwa pernyataan yang masuk akal untuk dampak prospektif

diungkapkan di muka. Tujuan dari proses NEPA adalah untuk memastikan bahwa

pembuat keputusan sepenuhnya diberitahu tentang aspek lingkungan dan konsekuensi

sebelum membuat keputusan akhir.

Penilaian Lingkungan (EA) adalah suatu analisis lingkungan disiapkan sesuai

dengan Undang-undang Kebijakan Lingkungan Nasional untuk menentukan apakah

suatu tindakan federal secara signifikan akan mempengaruhi lingkungan dan dengan

demikian memerlukan Pernyataan Dampak Lingkungan yang lebih rinci (EIS). Dirilis

dari hasil Penilaian Lingkungan baik Mencari Dampak yang Tidak Signifikan

(Finding of No Significant Impact (FONSI)) atau Pernyataan Dampak Lingkungan

(EIS). Penilaian lingkungan adalah dokumen publik yang ringkas yang disiapkan oleh

lembaga aksi federal yang berfungsi untuk:

a) Memberikan bukti yang cukup singkat dan analisis untuk menentukan apakah

perlu mempersiapkan EIS atau Mencari Dampak yang Tidak Signifikan

(FONSI)

b) Menunjukkan kepatuhan dengan tindakan ketika EIS tidak diperlukan

c) Memfasilitasi penyusunan EIS ketika Fonsi tidak dapat ditunjukkan Penilaian

Lingkungan termasuk diskusi singkat tentang tujuan dan kebutuhan proposal

dan sebagai alternatif yang dibutuhkan oleh CFR 102 (2) (E)
2.1.2 Kebijakan Lingkungan di Indonesia

1. Undang-undang No. 23 Tahun 1997

Undang-undang No. 23 tahun 1997 mempunyai bebetrapa pasal, yaitu:

a) Pasal 4: Tantang Pengelolaan Lingkungan (keserasian manusia dan lingkungan,

manusia sebagai pelindung lingkungan, kelestarian lingkungan berkelanjutan,

perlindungan lingkungan dari dampak kegiatan ekonomi social)

b) Pasal 14: Tentang Pelestarian Lingkungan (setiap kegiatan dilarang melanggar

baku mutu lingkungan, pemerintah pemegang pengawasn baku mutu lingkungan,

pemerintah menentukan kriteria dan indicator baku mutu lingkungan)

c) Pasal 15: Tentang Perlindungan Lingkungan (setiap rencana kegiatan wajib

memiliki AMDAL, tata cara penyusunan AMDAL ditetapkan oleh pemerintah)

d) Pasal 19: Tentang Pertimbangan Izin (rencana tata ruang, pendapat masyarakat,

analisis professional, rekomendasi pejabat pemerintah)

2. PP No. 27 Tahun 1999

Selain undang-undang No. 23 tahun 1997, ada PP No. 27 tahun 1999. Pasal 3

dalam PP tersebut pada ayat (1) disebutkan bahwa usaha dan atau kegiatan yang

kemungkinan menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup,

meliputi:

a) Perubahan bentuk lahan dan bentang alam


b) Eksploitasi sumber daya alam proses kegiatan yang secara potensi dapat

menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup

c) Proses atau kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi kelestarian alam

3. KEPMENLH Nomor 17 Tahun 2001

Keputusan mentri lingkungan hidup nomor 17 tahun 2001 merupakan regulasi

ketiga yang digunakan untuk menentukan bentuk kajian lingkungan yang akan

dilakukan. Terdapat empat hal penting dalam KEPMEN tersebut, yakni :

a) Jenis rencana usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapai dengan analisis

mengenai dampak lingkungan hidup adalah sebagaimana dimaksud dalam

lampiran keputusan tersebut.

b) Apabila skala atau besaran suatu jenis rencana usaha dan atau kegiatan lebih kecil

daripada skala/besaran yang tercantum dalam lampiran keputusan ini akan tetapi

atas dasar pertimbangan ilmiah mengenai daya dukung dan daya tampung

lingkungan serta tipologi ekosistem setempat diperkirakan berdampak penting

terhadap lingkungan hidup, maka bagi jenis usaha dan atau kegiatan tersebut

dapat ditetapkan oleh Bupati/Walikota atau Gubernur untuk wilayah daerah

khusus ibukota Jakarta sebagai jenis usaha dan atau kegiatan yang wajib

dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan hidup.

c) Jenis rencana usaha dan atau kegiatan yang tidak termasuk dalam lampiran

keputusan ini tetapi lokasinya berbatasan langsung dengan kawasan lindung

wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan hidup.


d) Apabila Bupati/Walikota atau Gubernur untuk wilayah daerah khusus ibukota

dan atau masyarakat menganggap perlu untuk mengusulkan jenis rencana usaha

dan atau kegiatan yang tidak tercantum dalam lampiran keputusan ini tetapi jenis

rencana usaha dan atau kegiatan tersebut dianggap mempunyai dampak penting

terhadap lingkungan, maka Bupati/Walikota atau Gubernur untuk wilayah

khusus ibukota Jakarta dan atau masyarakat wajib memberikan usulan secara

tertulis kepada mentri Negara Lingkungan Hidup.

4. Kebijakan Internasional

a) Deklarasi Stockhlom tahun 1972 (Eco Development Concepts)

b) Deklarasi Rio De Jeniro tahun 1992 (Sustaible Development Concepts)

c) Komisi Broundlad tahun 1999 (konsep pembangunan berkeadilan social)

5. Perubahan Kebijakan Nasional

Otonomi daerah UU No. 22 tahun 1999 (kewenangan provinsi

kabupaten/kota):

a) Peran daerah lebih luas

b) Desentralisasi pengambilan keputusan perizinan

c) Desentralisasi proses pengawasan lingkungan (AMDAL)

6. Kebijakan Nasional Lingkungan

a) 1973 : Pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan sumber daya secara nasional

tanpa merusak tata lingkungan

b) 1992 : Pemanfaatan sumber daya alam dengan memelihara lingkungan.


c) 1997 : Pelestarian lingkungan dengan mengembangkan daya dukung dan daya

tampung lingkungan untuk kesejahteraan rakyat.

2.1.3 Arti Dan Peranan Amdal

Pengertian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)sebagaimana

diatur dalam Pasal 1 angka (11) Undang Undang Nomor 32Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidupadalah kajian mengenai dampak

penting suatu usaha dan / atau kegiatanyang direncanakan pada lingkungan hidup

yang diperlukan bagi prosespengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha

dan/atau kegiatan.Hal ini sejalan dengan pengertian Amdal yang tertuang pada Pasal

1angka (2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang AnalisisMengenai

Dampak Lingkungan.

Pengertian Amdal sebagaimana diungkapkan oleh OttoSoemarwoto, berasal

dari National Environmental Policy Act (NEPA)1969 Amerika Serikat,

Environmental Impact Assessment/Amdaldimaksud sebagai alat untuk merencanakan

tindakan preventif terhadapkerusakan lingkungan yang mungkin timbul oleh suatu

aktivitaspambangunan. (Soemarwoto, Otto, 1999 : 36). Konsep Amdal

merupakanbagian dari ilmu ekologi pembangunan yang mempelajari hubungantimbal

balik atau interaksi antara pembangunan dan lingkungan. (Santosa,

Taufik Imam, 2009 : 4 )

Analisis Dampak Lingkungan dalam istilah asing disebut

denganEnviromental Impact Analysis; Enviromental Impact Statement;Enviromental


Impact Assessment; atau Enviromental Impact andStatement.Istilah Amdal tidak saja

berkaitan dengan istilah tehnis akantetapi juga aspek hukum dan aspek administratif.

Semua istilah tersebutmenunjuk pada pengertian bahwa setiap rencana aktivitas

manusia,khususnya dalam kerangka pembangunan yang selalu membawa dampakdan

perubahan terhadap lingkungan perlu dikaji terlebih dahulu denganseksama.

Berdasarkan kajian ini, akan dapat diidentifikasi dampakdampak yang timbul, baik

yang bermanfaat maupun yang merugikan bagikehidupan manusia. Kajian tersebut

dapat dilakukan dengan melihatrencana suatu kegiatan.

Dari beberapa uraian di atas, peran Amdal dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Amdal sebagai Instrumen Perlindungan Lingkungan Hidup

Salah satu instrumen kebijaksanaan lingkungan yaitu Analisis

MengenaiDampak Lingkungan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 22 angka

(1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup di atas, merupakan proses yang meliputi penyusunan berbagai

dokumen. Dokumen-dokumen itu berupa kerangka acuan, analisis dampak

lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan

lingkungan hidup bagi kegiatan usaha yang dilakukan. Analisis mengenai dampak

lingkungan hidup juga merupakan salah satu alat bagi pengambil keputusan untuk

mempertimbangkan akibat yang mungkin ditimbulkan oleh suatu rencana usaha dan

atau kegiatan terhadap lingkungan hidup guna mempersiapkan langkah untuk

menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif.


Penanggulangan dampak negatif dan pengembangan dampak positif itu merupakan

konsekwensi dan kewajiban setiap orang untuk memelihara kelestarian fungsi

lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan

lingkungan.

2. Amdal sebagai Instrumen dalam Perencanaan Pembangunan

Amdal sebagai instrumen dalam perencanaan pembangunan disebutkan dalam

Pasal 4 angka (1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2009 tentang Izin

Lingkungan. Amdal disusun oleh Pemrakarsa pada tahap perencanaan suatu Usaha

dan/atau Kegiatan.Amdal merupakan instrumen untuk merencanakan tindakan

preventif terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang mungkin

ditimbulkan dari aktivitas pembangunan.Mengingat fungsinya sebagai salah satu

instrumen dalam perencanaan Usaha dan/atau Kegiatan, penyusunan Amdal tidak

dilakukan setelah Usaha dan/atau Kegiatan dilaksanakan.Penyusunan Amdal yang

dimaksud dalam ayat ini dilakukan pada tahap studi kelayakan atau desain detail

rekayasa.

Amdal merupakan bagian dari sistem perencanaan, Amdal seharusnya dapat

memberikan landasan bagi pengelolaan lingkungan. Sebagai “scientific prediction”,

Amdal memberikan gambaran yang jelas secara ilmiah tentang analisis kegiatan dan

dampak yang mungkin akan timbul oleh sebuah kegiatan. Amdal seharusnya

ditempatkan pada posisi yang strategis dalam upaya memberikan perlindungan


preventif dalam perizinan suatu kegiatan yang berwawasan lingkungan. (Santosa,

Taufik Imam, 2009 : 5)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan hidup dimasukkan ke dalam

prosesperencanaan suatu usaha dan/atau kegiatan, maka pengambil keputusan akan

memperoleh pandangan yang lebih luas dan mendalam mengenai berbagai aspek

usaha dan/atau kegiatan tersebut, sehingga dapat diambil keputusan yang optimal dari

berbagai alternatif yang tersedia. Keputusan yang optimal tersebut dapat diartikan

sebagai keputusan yang berwawasan lingkungan, karena telah memperhatikan aspek

positif dan negatif suatu kegiatan usaha. Pembangunan suatu wilayah merupakan hal

tidak dapat dihindarkan.Sebagai upaya agar pembangunan tersebut mengikuti konsep

pembangunan berkelanjutan dan mengikuti konsep daya dukung terhadap lingkungan

maka diperlukan suatu perencanaan yang matang.Salah satu bahan yang dapat

digunakan sebagai bahan perencanaan adalah hasil analisis mengenai dampal

lingkungan hidup.

3. Amdal sebagai Alat Pengelolaan Lingkungan

Hasil dari analisis mengenai dampak lingkungan juga dapat digunakan

sebagai pedoman untuk pengelolaan lingkungan yang meliputi upaya pencegahan,

pengendalian dan pemantauan lingkungan.Upaya pencegahan artinya Amdal

digunakan untukmengantisipasi dampak yang kemungkinan muncul akibat

aktivitas/kegiatan.Dengan dapat diprediksinya dampak tersebut, makadampak negatif

dapat dihindari dan dampat positif dapatdimaksimalkan.Amdal sebagai alat


pengendali artinya masalah atau dampak dapat dikendalikan dan diminimalisir,

misalnya dengan pemberian pembatasan seperti sanksi.Amdal sebagai sarana

pemantauan maksudnya sebagai alat kontrol dan koreksi terhadappelaksanaan dan

operasi proyek. Dengan kata lain, pemantauan ini merupakan alat pengelolaan

lingkungan untuk menyempurnakan perencanaan program dan pembaharuan program

dikemudian hari agar tujuan pengelolaan lingkungan tercapai.

Pasal 36 angka (1) Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan setiap usaha dan/atau

kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKL-UPL wajib memiliki Izin

Lingkungan. Izin Lingkungan tersebut tidak akan dikeluarkan apabila tidak ada

keputusan kelayakan lingkungan dari Komisi Penilai Amdal yang menilai dokumen

atau kajian mengenai dampak penting yang diajukan oleh pemrakarsa.

4. Teknik Penyusunan Dokumen AMDAL

AMDAL terdiri dari :

- Kerangka Acuan

- Analisis Dampak Lingkungan (Andal)

- Rencana Pengelolaan Lingkungan (Rkl)

- Rencana Pemantauan Lingkungan (Rpl)

Tahapan Studi Amdal :

A. Identifikasi Komponen Rencana Kegiatan Dan Rona Lingkungan Awal Yang


Akan Menimbulkan Dampak Penting

B. Identifikasi Komponen Lingkungan Yang Akan Terkena Dampak

C. Perkiraan Perubahan Rona Lingkungan Akibat Rencana Kegiatan (Pendugaan

Dampak Penting)

D. Evaluasi Dampak Penting

E. Rekomendasi Berupa Rkl Dan Rpl Bagi Pemrakarsa Dalam Pengelolaan Dan

Pemantauan Dampak Lingkungan

Alur Kebijakan:

Amdal –> Pernyataan Layak Lingkungan –> Proyek Layak Bangun–>Rkl & Rpl

Dilaksanakan

Kondisi Amdal Di Indonesia Saat Ini :

Pandangan Dan Komitmen Pemrakarsa

- Amdal Dan Implementasinya Dipandang Sebagai Cost Center

- Tidak Ada Insentif Maupun Sanksi Bagi Pemrakarsa Yang:

- Menyusun Dg Tidak Menyusun Amdal (Walau Tergolong Wajib Amdal

- Menyusun Amdal Secara Benar Dan Baik Dg Yang Asal Jadi

- Mengimplementasikan Amdal Dg Yg Tidak

- Tidak Mengetahui Ada Perbedaan Manfaat Bila Amdal Disusun Sbg Bagian Dr

Studi Kelayakan Dg Bila Disusun Sesudahnya

Di Kalangan Aparatur Pemerintah


- Amdal Lebih Dipandang Semata-Mata Sebagai Instrumen Perijinan Daripada

Sebagai Instrumen Pengelola Lingkungan

- Dok. Amdal Harus Mencantumkan Serinci Mungkin Upaya Pengelolaan Dan

Pemantauan Lingkungan

- Terbatas Sdm Yang Berkemampuan Menilai Amdal

- Amdal Masih Dipandang Sebagai Komoditas Ekonomi Oleh Oknum Aparatur

Pemerintah, Pemrakarsa Atau Konsultan Tertentu

Pandangan Penyusun Amdal

- AMDAL Akan Disusun Lebih Baik Bila Data Dan Informasi Rencana Usaha Dan

Atau Kegiatan Ter-Sedia Lengkap

- Rkl Ditujukan Ke Seluruh Komponen Lingkungan Yang Terkena Dampak Penting

- Rpl Ditujukan Ke Seluruh Komponen Lingkungan Yang Terkena Dampak Penting

Dan Belum Dibatasi Pada Komponen Tertentu Yg Merupakan Sensitif Indikator

Kebijakan, Peraturan Per-Undangan Dan Penegakannya

Lemahnya Penegakan Hukum Bagi:

- Usaha/Kegiatan Yang Tidak Menyusun Amdal (Meski Termasuk Wajib Amdal)

- Usaha/Kegiatan Yg Tidak Melaksanakan Hasil Amdal

Ukl-Upl (Upaya Pengelolaan Lingkungan Dan Upaya Pemantauan Lingkungan)

- Dokumen Ukl-Upl Dibuat Pada Fase Perencanaan Proyek Sebagai Kelengkapan

Dalam Dalam Memperoleh Perizinan


- Bagi Usaha/Kegiatan Yg Telah Berjalan Namun Belum Memiliki Ukl-Upl

Diwajibkan Menyusun Dplh (Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup)

- Dibuat Untuk Proyek-Proyek Yang Dampak Lingkungan Dapat Diatasi, Skala

Pengendaliannya Kecil Dan Tidak Kompleks

Format Ukl-Upl Sesuai Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13

Tahun 2010 Tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup Dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Dan

Pemantauan Lingkungan Hidup

Lampiran II

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor : 13 Tahun 2010

Tanggal : 7 Mei 2010

Format Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup (Ukl-Upl)

Ukl-Upl Minimal Berisi Hal-Hal Sebagai Berikut:

I. Identitas Pemrakarsa
1. Nama Perusahaan : ________________________________

2. Nama Pemrakarsa : ________________________________

3. Alamat Kantor,Nomor Telepon/Fax: ________________________________

II Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan

1. Nama Rencana Usahadan/Atau Kegiatan:

___________________________________

2. Lokasi Rencana Usahadan/Atau Kegiatan:

___________________________________

Keterangan:

Tuliskan Lokasi Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan, Seperti Antara Lain:Nama

Jalan, Desa, Kecamatan, Kabupaten/Kota Dan Propinsi Tempat Akan Dilakukannya

Rencana Usahan Dan/Atau Kegiatan. Untuk Kegiatan-Kegiatan Yang Mempunyai

Skala Usaha Dan/Atau Kegiatanbesar, Seperti Kegiatan Pertambangan, Perlu

Dilengkapi Dengan Petalokasi Kegiatan Dengan Skala Yang Memadai (1:50.000 Bila

Ada) Danletak Lokasi Berdasarkan Garis Lintang Dan Garis Bujur.

3. Skala Usaha Dan/Atau Kegiatan : _______________________ (Satuan)

Keterangan:

Tuliskan Ukuran Luasan Dan Atau Panjang Dan/Atau Volume Dan/Atau Kapasitas

Atau Besaran Lain Yang Dapat Digunakan Untuk Memberikan Gambaran Tentang
Skala Kegiatan. Sebagai Contoh Antara Lain:

1. Bidang Industri: Jenis Dan Kapasitas Produksi, Jumlah Bahan Baku Dan Penolong,

Jumlah Penggunaan Energi Dan Jumlah Penggunaan Air

2. Bidang Pertambangan: Luas Lahan, Cadangan Dan Kualitas Bahan Tambang,

Panjang Dan Luas Lintasan Uji Seismik Dan Jumlah Bahan Peledak

3. Bidang Perhubungan: Luas, Panjang Dan Volume Fasilitas Perhubungan Yang

Akan Dibangun, Kedalaman Tambatan Dan Bobot Kapal Sandar Dan Ukuran-

Ukuran Lain Yang Sesuai Dengan Bidang Perhubungan

4. Pertanian: Luas Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan, Kapasitas Unit Pengolahan,

Jumlah Bahan Baku Dan Penolong, Jumlah Penggunaan Energi Dan Jumlah

Penggunaan Air

5. Bidang Pariwisata: Luas Lahan Yang Digunakan, Luas Fasiltas Pariwisata Yang

Akan Dibangun, Jumlah Kamar, Jumlah Mesin Laundry, Jumlah Hole, Kapasitas

Tempat Duduk Tempat Hiburan Dan Jumlah Kursi Restoran

4. Garis Besar Komponen Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan

Tuliskan Komponen-Komponen Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Diyakini

Akan Menimbulkan Dampak Terhadap Lingkungan Hidup.

Teknik Penulisan Dapat Menggunakan Uraian Kegiatan Pada Setiap Tahap

Pelaksanaan Proyek, Yakni Tahap Prakonstruksi, Konstruksi,Operasi Dan Pasca

Operasi Atau Dengan Menguraikan Komponen


Kegiatan Berdasarkan Proses Mulai Dari Penanganan Bahan Baku,Proses Produksi,

Sampai Dengan Penanganan Pasca Produksi.

Contoh: Kegiatan Peternakan

Tahap Prakonstruksi :

A. Pembebasan Lahan (Jelaskan Secara Singkat Luasan Lahan Yangdibebaskan Dan

Status Tanah).

B. Dan Lain Lain……

Tahap Konstruksi:

A. Pembukaan Lahan (Jelaskan Secara Singkat Luasan Lahan, Dan Tehnik

Pembukaan Lahan)

B. Pembangunan Kandang, Kantor Dan Mess Karyawan (Jelaskan Luasan

Bangunan).

C. Dan Lain-Lain…..

Tahap Operasi:

A. Pemasukan Ternak (Tuliskan Jumlah Ternak Yang Akan Dimasukkan).

B. Pemeliharaan Ternak (Jelaskan Tahap-Tahap Pemeliharaan Ternak Yang

Menimbulkan Limbah, Atau Dampak Terhadap Lingkungan Hidup).

C. Dan Lain-Lain…
(Catatan: Khusus Untuk Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Berskala Besar, Seperti

Antara Lain: Industri Kertas, Tekstil Dan Sebagainya,Lampirkan Pula Diagram Alir

Proses Yang Disertai Dengan Keterangan Keseimbangan Bahan Dan Air (Mass

Balance Dan Water Balance))

III. Dampak Lingkungan Yang Akan Terjadi.

Uraikan Secara Singkat Dan Jelas Mengenai:

1. Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak Terhadap Lingkungan Hidup;

2. Jenis Dampak Lingkungan Hidup Yang Terjadi;

3. Ukuran Yang Menyatakan Besaran Dampak; Dan

4. Hal-Hal Lain Yang Perlu Disampaikan Untuk Menjelaskan Dampak Lingkungan

Yang Akan Terjadi Terhadap Lingkungan Hidup.

5. Ringkasan Dampak Dalam Bentuk Tabulasi Seperti Di Bawah Ini:

Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan

(Tuliskan Kegiatan Yang Menghasilkan Dampak Terhadap Lingkungan) Contoh:

Kegiatan Peternakan Padatahap Operasi Pemeliharaan Ternak Menimbulkan Limbah

Berupa :

1. Limbah Cair

2. Limbah Padat (Kotoran)

3. Limbah Gas Akibat Pembakaran Sisa Makanan Ternak


Contoh:

-Terjadinya Penurunan Kualitas Air Sungai Xyz Akibat Pembuangan Limbah Cair

-Terjadinya Penurunan Kualitas Air Sungai Xyz Akibat Pembuangan Limbah Padat

-Penurunan Kualitas Udara Akibat Pembakaran (Tuliskan Ukuran Yang Dapat

Menyatakan Besaran Dampak)

Contoh:

Limbah Cair Yang Dihasilkan Adalah 50 Liter/Hari.

Limbah Padat Yang Dihasilkan Adalah 1,2 M3/Minggu.

IV. Program Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup

Uraikan Secara Singkat Dan Jelas:

1. Langkah-Langkah Yang Dilakukan Untuk Mencegah Dan Mengelola Dampak

Termasuk Upaya Untuk Menangani Dan Menanggulangi Keadaan Darurat;

2. Kegiatan Pemantauan Yang Dilakukan Untuk Mengetahui Efektifitas Pengelolaan

Dampak Dan Ketaatan Terhadap Peraturan Di Bidang Lingkungan Hidup;

3. Tolok Ukur Yang Digunakan Untuk Mengukur Efektifitas Pengelolaan

Lingkungan Hidup Dan Ketaatan Terhadap Peraturan Di Bidang Lingkungan

Hidup.
V. Tanda Tangan Dan Cap

Setelah Ukl-Upl Disusun Dengan Lengkap, Pemrakarsa Wajib Menandatangani

Dan Membubuhkan Cap Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Bersangkutan.

Prosedur Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang sering

dikenal dengan sangat dibutuhkan oleh berbagai perusahaan yang mengupayakan

adanya pelestarian lingkungan. Secara umum penyusunan dokumen AMDAL

dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL

Proses Penapisan (screening) wajib AMDAL Proses penapisan atau kerap juga

disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah proses untuk menentukan apakah suatu

rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Di Indonesia, proses

penapisan dilakukan dengan sistem penapisan satu langkah. Ketentuan apakah suatu

rencana kegiatan perlu menyusun dokumen AMDAL atau tidak dapat dilihat pada

Peraturan Menteri Negara LH Nomor 15 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha

dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan AMDAL.

2. Proses pengumuman

Proses Pengumuman Setiap rencana kegiatan yang diwajibkan untuk membuat

AMDAL wajib mengumumkan rencana kegiatannya kepada masyarakat sebelum

pemrakarsa melakukan penyusunan AMDAL. Pengumuman dilakukan oleh instansi

yang bertanggung jawab dan pemrakarsa kegiatan. Tata cara dan bentuk

pengumuman serta tata cara penyampaian saran, pendapat dan tanggapan diatur
dalam PerMen LH No 17 Tahun 2012 tentang Keterlibatan Masyarakat dan

Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL.

3. Proses pelingkupan (scopping)

Proses Pelingkupan (scopping) Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini)

untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting

(hipotetis) yang terkait dengan rencana kegiatan. Tujuan pelingkupan adalah untuk

menetapkan batas wilayah studi, mengidentifikasi dampak penting terhadap

Iingkungan, menetapkan tingkat kedalaman studi, menetapkan lingkup studi,

menelaah kegiatan lain yang terkait dengan rencana kegiatan yang dikaji. Hasil akhir

dan proses pelingkupan adalah dokumen KA-ANDAL. Saran dan masukan

masyarakat harus menjadi bahan pertimbangan dalam proses pelingkupan

4. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL

Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL Setelah KA-ANDAL selesai disusun,

pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL untuk

dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal penilaian KA- ANDAL adalah

75 hari di luar waktu yang dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki /

menyempurnakan kembali dokumennya

5. Penyusunan dan penilaian ANDAL,RKL dan RPL

Penyusunan dan penilaian ANDAL,RKL dan RPL Penyusunan ANDAL, RKL &

RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil

penilaian Komisi AMDAL). Setelah selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan


dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama

waktu maksimal penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang

dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.

6. Persetujuan Kelayakan Lingkungan

Penyusun AMDAL Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana

usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting dan belum

memiliki kepastian pengelolaan lingkungannya. Ketentuan apakah suatu rencana

kegiatan perlu menyusun dokumen AMDAL atau tidak dapat dilihat dalam bagian

Prosedur dan Mekanisme AMDAL. Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa

dapat meminta jasa konsultan untuk menyusunkan AMDAL. Penyusun dokumen

AMDAL diharapkan telah memiliki sertifikat Kompetensi dari Lembaga Pemberi

Lisensi Penyusun AMDAL. Berbagai pedoman penyusunan yang lebih rinci dan

spesifik menurut tipe kegiatan maupun ekosistem yang berlaku juga diatur dalam

berbagai Keputusan Kepala Bapedal.

1.2.6 Prakiraan Dan Analisis Dampak Lingkungan Ekonomi, Sosial, Budaya


Dan Kesehatan

1.2.5.1 PENGERTIAN PRAKIRAAN DAMPAK


Prediksi” (“prakiraan”)  “estimasi” atau “peramalan”: Prakiraan dampak
suatu rencana kegiatan terhadap komponen lingkungan hidup, dilakukan melalui cara
prakiraan atau peramalan. Prakiraan dampak adalah merupakan kegiatan tindak serta
memberikan penilaian lanjut dari identitas dampak.
Jika Identitas adalah untuk menduga jenis dampak yang akan timbul, maka Metode
Prakiraan merupakan kegiatan untuk menentukan bobot dampak lingkungan yang
timbul serta memberikan penilaian terhadap tingkat atau derajat
pentingnya/gawatnya.

1.2.5.2 METODE PRAKIRAAN DAMPAK


Metode Prakiraan Dampak yang dipakai antara lain
1) Metode Formal, meliputi :
a. Model prakiraan cepat
b. Model matematik
Diskriptif internal : Melalui formula matematika
Empiris : Hasil pengamatan
c. Model fisik, Simulasi meniru keadaan dan illustrasi keadaan
d. Model experimental, Melalui kegiatan laboratorium, dilakukan percobaan
dilapangan.
2) Metode Informal
Metode yang digunakan bila banyak keterbatasan , sehingga tidak mungkin
dilakukan dengan formal, beberapa metode informal antara lain :
a. Intuisi
b. Pengalaman
c. Analogi

1.2.5.3 Metode Prakiraan Tingkat Kepentingan Dampak


Prakiraan nilai besaran dampak (Magnitude = M) merupakan kegiatan
sebelum dilakukannya evaluasi terhadap dampak besar dan penting dalam
pengambilan keputusan apakah dampak tersebut akan dikelola dan dipantau dalam
dokumen RKL dan RPL. Dalam evaluasi dampak nantinya dilakukan secara berama-
sama (integrtad) antara besaran dampak dengan nilai kepentingan dampak
(Importancy = I ).
Berikut “Pedoman Kriteria Penentuan Ukuran Penting (P) dan Tidak Penting (TP)
Dampak” masing-masing parameter penentu tingkat kepentingan dampak menurut
Kep. Ka. BAPEPDAL, Nomor: Kep-056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai
Ukuran dampak Penting, dengan usulan perubahan.
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
Kriteria jumlah manusia terkena dampak dikatakan sebagai dampak penting (P)
apabila terdapat > 25% manusia yang terkena dampak dan tidak mendapatkan
manfaat dari proyek.
2. Luas wilayah persebaran dampak
Kriteria Luas wilayah persebaran dampakdikatagorikan kedalam dampak
penting (P) apabila luas dampak > 0,25 kali luas wilayah studi, karena setidak-
tidaknya dalam luasan 0,25 di wilayah studi pemanfaatan ruang cukup beragam
sehingga dampaknya sudah mengenai banyk komponen lingkungan
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dan lamanya dampak berlangsung dikatagorikaan sebagai dampak
penting (P) apabila intensitasnya sama atau lebih besar daripada ambang batas baku
mutu, dan atau dampak berlangsung tidak hanya sesaat.
4. Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak dikatagorikan kedalam
kriteria penting (P) apabila ada komponen lain yang terkena dampak (sekunder,
tersier dst).
5. Sifat kumulatif dampak
Dikatagorikan penting (P) apabila dampak yang diprakirakan terjadi akan
mengalami penumpukan (terakumulasi) dalam satu ruang tertentu, dan dampak
lingkungan dari berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek saling memperkuat.
6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dikatagorikan penting (P) apabila dampak yang diprakirakan terjadi tidak
dapat pulih kembali (tidak berbalik) seperti kondisi semula, baik dipulihkan kembali
oleh alam maupun dengan intervensi manusia.

1.2.5.4 Garis Besar Proses Prakiraan Dampak


a. Tentukan lingkungan yang akan dibuat modelnya, uraikan karakteristik utama
lingkungan tersebut dan dampak yang akan diperkirakan.
b. Pilih metode prakiraan yang sesuai.
c. Kumpulkan data khusus yang diperlukan oleh masing-masing metode.
d. Uji validitas metode (bandingkan hasil dengan observasi yang didapat di
lapangan).
e. Sempurnakan model dan lakukan revalidasi.
f. Gunakan metode untuk memprakirakan dampak.
g. Beri interpretasi pada prakiraan.

1.2.5.5 Langkah-langkah Analisis Dampak dalam AMDAL


a. Perencanaan studi dampak
b. Pelingkupan (identifikasi, evaluasi dan pemusatan)
c. Deskripsi rencana kegiatan/usaha
d. Penyusunan Rona Lingkungan Awal
e. Prakiraan dampak (penting)
f. Evaluasi dampak (penting)

1.2.5.6 Tahapan Kegiatan dan Prakiraan dampak pada lingkungan sosial


a. Tahapan: pra-konstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca-operasi
b. Setiap tahapan berpotensi memunculkan sumber dampak social
c. Potensi sumber dampak tersebut dapat dikenali melalui indikator-indikator
d. Potensi sumber dampak dan indikator-indikatornya menjadi acuan untuk
penanganan/ pengelolaan LH
1.2.5.7 Lingkup Dampak (komponen) Sosial

Demografi:

 Struktur penduduk
 pola perpindahan penduduk
 pola perkembangan penduduk
 Kepadatan penduduk

Ekonomi:

 Kesempatan kerja & berusaha;


 Pola pemilikan & penguasaan sumberdaya alam
 Pendapatan masyarakat;
 Prasarana dan sarana perekonomian

Sosial Budaya:

 Nilai & Norma dalam masyarakat


 Lembaga-lembaga sosial
 Adat-istiadat & pola kebiasaan
 Proses sosial: kerjasama & konflik sosial
 Stratifikasi sosial
 Sikap & persepsi masyarakat
 Prakiraan Dampak pada Kesehatan Manusia

Prakiraan dampak zat toksis yang masuk kedalam tubuh manusia akan memberikan
efek akut atau kronis dan dipengaruhi oleh :

1.Jenis zat kimia

2.Jalur pemasukan (“Route of exposure”)

3.Dosis

4.Rata-rata dosis yang masuk (“dose rate”)

5.Waktu pemaparan (“fraction of lifetime exposure”)


6.Jenis kelamin

7.Proses biokinetik di dalam tubuh, yang terdiri dari absorbsi, distribusi, penimbunan,
biotransformasi dan waktu eliminasi dari organ

8.Mekanisme keracunan.

1.2.5.8 Analisis (prakiraan) dampak

 Siapa yang terkena dampak: jumlah, ciri-ciri sosial (umur, jenis kelamin,
pekerjaan, dsb), level analisa (individu, kelompok, komunitas, masyarakat)
 Dalam cara atau bentuk seperti apa mereka terkena dampak. Misalnya,
mobilisasi peralatan akan menimbulkan kebisingan & debu, dan akhirnya
gangguan ketidaknyamanan
 Berapa lama dampak akan berlangsung: terjadi dalam setiap tahapan atau
pada tahapan
1.2.6 Prosedur AMDAL

Prosedur Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang sering

dikenal dengan sangat dibutuhkan oleh berbagai perusahaan yang mengupayakan

adanya pelestarian lingkungan. Secara umum penyusunan dokumen AMDAL

dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL

Proses Penapisan (screening) wajib AMDAL Proses penapisan atau kerap juga

disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah proses untuk menentukan apakah suatu

rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Di Indonesia, proses

penapisan dilakukan dengan sistem penapisan satu langkah. Ketentuan apakah suatu

rencana kegiatan perlu menyusun dokumen AMDAL atau tidak dapat dilihat pada
Peraturan Menteri Negara LH Nomor 15 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha

dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan AMDAL.

2. Proses pengumuman

Proses Pengumuman Setiap rencana kegiatan yang diwajibkan untuk membuat

AMDAL wajib mengumumkan rencana kegiatannya kepada masyarakat sebelum

pemrakarsa melakukan penyusunan AMDAL. Pengumuman dilakukan oleh instansi

yang bertanggung jawab dan pemrakarsa kegiatan. Tata cara dan bentuk

pengumuman serta tata cara penyampaian saran, pendapat dan tanggapan diatur

dalam PerMen LH No 17 Tahun 2012 tentang Keterlibatan Masyarakat dan

Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL.

3. Proses pelingkupan (scopping)

Proses Pelingkupan (scopping) Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini)

untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting

(hipotetis) yang terkait dengan rencana kegiatan. Tujuan pelingkupan adalah untuk

menetapkan batas wilayah studi, mengidentifikasi dampak penting terhadap

Iingkungan, menetapkan tingkat kedalaman studi, menetapkan lingkup studi,

menelaah kegiatan lain yang terkait dengan rencana kegiatan yang dikaji. Hasil akhir

dan proses pelingkupan adalah dokumen KA-ANDAL. Saran dan masukan

masyarakat harus menjadi bahan pertimbangan dalam proses pelingkupan

4. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL


Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL Setelah KA-ANDAL selesai disusun,

pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL untuk

dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal penilaian KA- ANDAL adalah

75 hari di luar waktu yang dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki /

menyempurnakan kembali dokumennya

5. Penyusunan dan penilaian ANDAL,RKL dan RPL

Penyusunan dan penilaian ANDAL,RKL dan RPL Penyusunan ANDAL, RKL &

RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil

penilaian Komisi AMDAL). Setelah selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan

dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama

waktu maksimal penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang

dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.

6. Persetujuan Kelayakan Lingkungan

Penyusun AMDAL Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu

rencana usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting dan

belum memiliki kepastian pengelolaan lingkungannya. Ketentuan apakah suatu

rencana kegiatan perlu menyusun dokumen AMDAL atau tidak dapat dilihat dalam

bagian Prosedur dan Mekanisme AMDAL. Dalam penyusunan studi AMDAL,

pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk menyusunkan AMDAL. Penyusun

dokumen AMDAL diharapkan telah memiliki sertifikat Kompetensi dari Lembaga

Pemberi Lisensi Penyusun AMDAL. Berbagai pedoman penyusunan yang lebih


rinci dan spesifik menurut tipe kegiatan maupun ekosistem yang berlaku juga diatur

dalam berbagai Keputusan Kepala Bapedal.

1.2.8. Efektifitas AMDAL dan Monitoring Lingkungan

1.2.8.1. Efektifitas Lingkungan

Memperhatikan defenisi AMDAL di atas mestinya jika dilakukan dan

dilaksanakan secara benar mulai dari proses persiapan, penyusunan dan pelaksanaan

kajian dan hasil kajian akan efektif dalam mengendalikan pencemaran dan kerusakan

lingkungan yang diakibatkan oleh suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.

Efektifitas suatu kajian AMDAL sangat dipengaruhi oleh pihak-pihak dalam

proses kajian, pembahasan hasil dan penetapan status hasil kajian AMDAL.

Meningkatkan kualitas dan integritas pihak-pihak dimaksud akan sangat berbanding

lurus dengan kualitas dan efektifitas dokumen AMDAL sebagai salah satu instrumen

wajib pengelolaan lingkungan di Indonesia.

Adapun pihak-pihak yang perlu mendapat perhatian serius sebagai simpul

penting dalam peningkatakan kualitas AMDAL antara lain: pemrakarsa atau

penanggung jawab kegiatan, konsultan penyusun , Tim Teknis Penilai, Komisi

Penilai, Sekretariat Komisi Penilai, Pemberi Lisensi Komisi Pemberi

Lisensi/Sertifikasi Penyusun Lembaga Pelatihan AMDAL dan Institusi yang

diberikan kewenangan melaksanakan pengawasan dan pembinaan AMDAL.

Pemrakarsa atau penanggung jawab kegiatan hendaknya tidak menganggap

bahwa melaksanakan kajian AMDAL merupakan pemborosan (cost center) bahkan


tidak hanya sekedar memenuhi persyaratan mendapatkan izin semata. Lebih mulia

daripada itu menjadikan hasil kajian AMDAL sebagai dokumen penting dalam

pengelolaan lingkungan. Konsultan Penyusun AMDAL secara moral harus

bertanggung jawab terhadap hasil kajian yang dilakukan dan menaati etika ilmiah

dalam seluruh tahapan kajian, menggunakan data-data yang dapat

dipertanggungjawabkan. Menyajikan metode identifikasi dampak, metode

pengumpulan dan analisa data, metode prakiraan dampak dan metode evaluasi

dampak yang sungguh-sungguh dapat dipertanggungjawabkan. Konsultan penyusun

hendaknya berani berseberangan dengan pemrakarsa (pembayar konsultan) dengan

menampilkan kebenaran hasil studi, bahkan tidak menjadi perpanjangan tangan

pemrakarsa memanipulasi hasil kajian yang tidaklayak lingkungan dinyatakan layak

lingkungan serta memperdaya Tim Teknis dan Penilai yang mempunyai keterbatasan

memahami rencana kegiatan dan hasil kajian AMDAL yang dibuat oleh konsultan.

Integritas prefesional Tim Penyusun yang menjunjung tinggi moralitas ilmu

pengetahuan sangat diperlukan untuk menjadikan AMDAL sebagai dokumen

pengelolaan lingkungan yang baik.

Tim Teknis Penilai yang biasanya berasal dari berbagai institusi termasuk

berbagai ahli didalamnya, hendaknya sungguh-sungguh secara serius membedah

dokumen AMDAL yang diberikan. Untuk itu diperlukan anggota Tim Teknik Komisi

yang memang cakap di bidangnya, mengetahui proses penyusunan AMDAL dan

mempunyai integritas yang baik. Setiap orang yang diutus oleh institusi untuk duduk
di Tim Teknis Penilai AMDAL jangan hanya karena pertimbangan jabatan tetapi

hendaknya mengedepankan kompetensi sehingga ketika menilai dokumen mampu

memberikan koreksi dan masukan yang mendasar agar hasil kajian menjadi lebih

baik. Hasil Tim Teknis hendaknya memberikan gambaran utuh kepada Komisi

Penilai AMDAL dalam memberikan keputusan apakah suatu rencana usaha dan atau

kegiatan layak lingkungan atau tidak. Seringsekali tidak ada perbedaan pembahasan

AMDAL di Tim Teknis dan di Tim Komisi bahkan sepertinya tidak ada hubungan

hasil pembahasab Tim Teknis dan pembahasan yang dilakukan oleh Tim Komisi.

Institusi yang tidak kalah pentingnya adalah Sekretariat Komisi Penilai AMDAL

yang bertugas memfasilitasi berlangsungnya rapat Tim Teknis dan Komisi Penilai

dengan baik bahkan menyiapkan notulensi dan berita acara rapat serta memastikan

apakah Pemrakarsa atau Tim Penyusun telah mengakomodir seluruh masukan dan

koreksi perbaikan dokumen AMDAL yang disampaikan oleh Tim Penilai. Di

beberapa daerah sering sekali simpul Sekretariat Komisi Penilai AMDAL menjadi

pintu yang menentukan apakah dokumen AMDAL sudah selesai dibahas atau tidak.

Kadang-kadang Tim Teknis dan Komisi Penilai tidak mengetahui apakah sungguh-

sungguh pemrakarsa atau tim penyusun telah melakukan perbaikan dokumen sesuai

dengan kesekapan rapat karena benar atau tidaknya dilakukan koreksi hanya

diputuskan oleh Sekretariat itu sendiri. Sekretariat Komisi Penilai AMDAL menjadi

simpul yang penting diperhatikan bahkan sering sangat menenetukan hasil akhir atau

kualitas suatu dokumen AMDAL.


Institusi Peyedia Pelatihan AMDAL dan Lembaga Sertifikasi Kompetensi

Penyusun AMDAL juga memegang peranan penting dalam membuat AMDAL

sebagai instrumen pengelolaan lingkungan strategis. Saat ini lembaga yang diberikan

memberikan Pelatihan AMDAL yang meliputi AMDAL Dasar, AMDAL Penyusun

dan AMDAL Penilai adalah Pusat-Pusat Studi Lingkungan Hidup di berbagai

perguruan tinggi yang tersebar di Indonesia. Saat ini Kementerian Lingkungan Hidup

melakukan pengawasan kepada lembaga-lembaga penyedia jasa pelatihan AMDAL

dengan memberikan lisensi. Hal ini dilakukan agar Pengelolaan Pelatihan dilakukan

lebih baik dan menghasilkan lulusan yang mampu memahami prosedur, substansi,

bahkan mampu menyusun dan menilai AMDAL. Setiap penyedia hendaknya terus

meningkatkan kualitas kurikulum dan praktek menyusun dan menilai serta berani

menetapkan standar kelulusan bagi pesertanya. Berani menentukan dan menegakkan

persyaratan yang telah ditentukan tanpa takut kehilangan atau kekurangan calon

perserta pelatihan. Lembaga Sertifikasi juga hendaknya terus meningkatkan

integritasnya hanya akan memberikan sertifkasi bagi yang sungguh-sungguh kompten

sebagai penyusun AMDAL. Selain itu lembaga sertifikasi juga sudah mulai menilai

kualitas semua lulusannya apakah telah melakukan penyusunan dokumennya secara

benar dengan cara melakukan evaluasi mutu dokumen AMDAL yang telah disusun

dan memberikan konsekuensi pencabutan lisensi bagi Penyusun AMDAL yang nakal.

Pihak lembaga sertifikasi juga agar membangun komunikasi dengan institusi penilai

AMDAL bagaimana memonitor kualitas kerja para Penilai AMDAL yang


disertifikasi dan diberikan akses kepada institusi penilai dokumen AMDAL

memberikan evaluasi kepada setiap penyusun AMDAL.

Setelah AMDAL disetujui dan menjadi dokumen pengelolaan lingkungan

hidup bagi suatu usaha dan atau kegiatan, maka pertanyaan yang mesti dijawab dan

dipastikan sungguh-sungguh dilaksanakan adalah apakah dokumen AMDAL tersebut

digunakan di lapangan oleh Pemrakarsa sesuai dengan janjinya. Dokumen AMDAL

tetaplah menjadi benda mati yang tidak berguna jika hanya diletakkan di rak-rak buku

bahkan di kantor pusat dan hanya dilihat ketika akan memperpanjang izin dan

sekedar menjawan ya pada pihak yang mengatakan apakah sudah memiliki dokumen

AMDAL atau tidak. Kenyataan yang sering ditemukan di lapangan ditemukan

dokumen AMDAL (RKL dan RPL) tidak ditemukan di lapangan. Pengelola di

lapangan beralasan bahwa dokumen ada di Kantor Pusat. Pertanyaannya bagaimana

pemrakarsa melaksanakan RKL dan RPL jika dokumen tersebut tidak ada di

lapangan? Istitusi yang diberikan kewenangan mengawasi AMDAL seperti

Kementerian Lingkungan Hidup, Badan Lingkungan Hidup Provinsi dan

Badan/Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten dan Kota hendaknya melakukan

pengawasan penaatan kepada setiap usaha dan atau kegiatan wajib AMDAL untuk

memastikan seluruh Program RKL dan RPL dilaksanakan oleh pemrakarsa secara

sungguh-sungguh karena dengan demikian arti persetujuan layak lingkungan yaitu

bahwa dampak lingkungan yang diakibatkan dengan adanya usaha dan/atau kegiatan

dapat dikelola, terbukti di tingkat lapangan. Untuk itu diperlukan personil yang
memahami substansi AMDAL, mampu, cakap, berintegritas dan memiliki legalitas

pengawasan (PPLH/PPLHD). Institusi pengawas AMDAL harus mempunyai

rekaman data dan status penaatan untuk semua usaha dan/atau kegiatan wajib

AMDAL dan pada periode waktu tertentu seluruh data diolah untuk melihat

perubahan lingkungan apa yang terjadi dengan adanya kegiatan tersebut. Institusi

juga berani memberikan sanksi yang tegas kepada pemrakarsa dengan semangat

pembinaan agar pemrakarsa serius melaksanakan janji untuk melaksankan

pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah

terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan yang lebih luas.

Dengan melihat kenyaataan saat ini, maka masih diperlukan waktu dan

keseriusan semua pihak agar dokumen AMDAL sungguh-sungguh menjadi

instrumen pengelolaan lingkungan yang mampu mengawal dan mencegah untuk tidak

terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Jika pihak-pihak yang disebutkan

di atas tidak memiliki komitmen dan perhatian yang serius maka AMDAL akan

tetaplah jilidan-jilidan kertas yang tidak mampu berbuat banyak. Mari sama-sama

kita jadikan AMDAL menunjukkan maknanya.

1.2.8.2. Monitoring Lingkungan

Monitoring atau pemantauan lingkungan dalam pengelolaan AMDAL

meliputi seluruh aspek yang terkait secara langsung maupun secara tidak langsung

dalam pengelolaan AMDAL suatu proyek. Pemantauan lingkungan merupakan suatu

usaha analisis berbagai dampak lingkungan yang terjadi pada berbagai aspek
lingkungan. Oleh karenanya, pemantauan lingkungan ini menyangkut aspek biologis

secara menyeluruh dalam hal ini yakni seluruh makhluk hidup yang terdapat didalam

suatu proyek pengelolaan AMDAL, aspek sosial ekonomi dan aspek sosial budaya.

Ketiga aspek tersebut menjadi pemantauan lingkungan atau lingkungan yang dikaji

sesuai prosedur AMDAL. Ketiga aspek tersebut juga merupakan bahan kajian

AMDAL yang digunakan sebagai tolok ukur penanganan AMDAL dalam sebuah

proyek. Apa saja pemantauan lingkungan yang menyangkup aspek biologi, sosial

ekonomi dan budaya? Berikut ialah penjelasan mengenai aspek pemantauan

lingkungan yang terdapat dalam pengelolaan AMDAL.

1. Komponen Biologis

Komponen biologis menjadi pemantauan lingkungan terluas dalam

pengelolaan AMDAL. Hal ini karena komponen biologis meliputi seluruh komponen

makhluk hidup yang terdapat di lingkungan proyek. Oleh karenanya pemantauan

lingkungan secara biologi diperlukan guna mengetahui penanganan AMDAL yang

diperlukan untuk berbagai dampak yang mungkin timbul. Aspek komponen biologis

terdiri dari komponen biotis, abiotis, interaksi komunitas dan pertukaran materi.

Aspek biologis ini kemudian diperinci kembali dengan pemantauan lingkungan

mengenai daya dukung lingkungan, areal yang bernilai pendidikan dan perngaruh

beberapa pencemaran. Pemantauan liingkungan tersebut berdifat menyeluruh dan

komprehensif yang merujuk pada suatu standar penanganan AMDAL tertentu.


2. Komponen Sosial-Ekonomi-Budaya

Komponen sosial-ekonomi- budaya menjadi salah satu pemantauan

lingkungan yang penting dalam prosedur AMDAL. Komponen sosial ekonomi yang

penting ialah mengenao pola perkembangan penduduk, pola perkembangan ekonomi

dan perpindahan serta pendapatan masyarakat. Pemantauan lingkungan pada aspek

sosial ekonomi sangat penting dilakukan karena menyangkut individu manusia yang

tinggal di sekitar proyek. Persepsi masyarakat dan fasilitas yang perlu diberikan agar

dapat menjadi solusi bagi dampak pencemaran yang ditimbulkan. Sedangkan

komponen sosial budaya menekankan pada pelestarian berbagai situs, benda dan

tempat0tempat bersejarah yang penting untuk dilestarikan. Pemantauan lingkungan

terhadap aspek sosial udaya akan memberikan berbagai fasilitas bagi pengembangan

dan perliindungan makhluk hidup tertentu yang terancam karena adanya

pembangunan dan aktivitas proyek.


BAB V
SIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. AMDAL sudah mulai berlaku di Indonesia pada tahun 1986 karena berlakunya PP

No. 29 Tahun 1986. Hal ini dimaksudkan sebagai bagian dari studi kelayakan

pembangunan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Tujuannya untuk

memastikan bahwa pembangunan suatu rencana/atau kegiatan yang akan

dilaksanakan bermanfaat dan tidak mengorbankan lingkungan hidup.

2. Prosedur Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang sering dikenal

dengan sangat dibutuhkan oleh berbagai perusahaan yang mengupayakan adanya

pelestarian lingkungan. Proses Penapisan (screening) wajib AMDAL Proses

penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah proses

untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau

tidak.

3. Prakiraan merupakan kegiatan untuk menentukan bobot dampak lingkungan yang

timbul serta memberikan penilaian terhadap tingkat atau derajat

pentingnya/gawatnya. Prakiraan ini menggunakan dua metode yaitu metode

formal dan informal. Dalam analisis dampak lingkungan melalui beberapa tahap

yaitu: perencanaan studi dampak, pelingkupan (identifikasi, evaluasi dan

pemusatan), deskripsi rencana kegiatan/usaha, penyusunan rona lingkungan awal,

prakiraan dampak (penting) dan evaluasi dampak (penting).


4. Prakiraan dan analisis dampak lingkungan biologi mencakup bebetapa tahap yaitu:

(1) Siapa yang terkena dampak: jumlah, ciri-ciri sosial (umur, jenis kelamin,

pekerjaan, dsb), level analisa (individu, kelompok, komunitas, masyarakat). (2)

Dalam cara atau bentuk seperti apa mereka terkena dampak. Misalnya, mobilisasi

peralatan akan menimbulkan kebisingan & debu, dan akhirnya gangguan

ketidaknyamanan. (3) Berapa lama dampak akan berlangsung: terjadi dalam setiap

tahapan atau pada tahapan

5. Prakiraan dan analisis dampak lingkungan ekonomi, sosial, budaya dan kesehatan

melalui beberapa tahap yaitu: Tahapan: pra-konstruksi, konstruksi, operasi, dan

pasca-operasi: Setiap tahapan berpotensi memunculkan sumber dampak social:

Potensi sumber dampak tersebut dapat dikenali melalui indikator-indikator: serta

Potensi sumber dampak dan indikator-indikatornya menjadi acuan untuk

penanganan/ pengelolaan LH

6. Prosedur Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang sering dikenal

sangat dibutuhkan oleh berbagai perusahaan yang mengupayakan adanya

pelestarian lingkungan. Yang mana proses analisisnya melalui beberapa tahap

yaitu: proses penapisan (screening) wajib AMDAL; proses pengumuman; proses

pelingkupan (scopping); penyusunan dan penilaian KA-ANDAL; penyusunan dan

penilaian ANDAL,RKL dan RPL; serta persetujuan kelayakan lingkungan.

7. Efektifitas suatu kajian AMDAL sangat dipengaruhi oleh pihak-pihak dalam

proses kajian, pembahasan hasil dan penetapan status hasil kajian AMDAL.
Monitoring atau pemantauan lingkungan dalam pengelolaan AMDAL meliputi

seluruh aspek yang terkait secara langsung maupun secara tidak langsung dalam

pengelolaan AMDAL suatu proyek.

Anda mungkin juga menyukai