Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Apa yang anda pikirkan jika mendengar B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun),
tentu hal pertama yang terpikirkan adalah zat-zat kimia berbahaya. Zat kimia memiliki
bahan-bahan yang berpotensi merusak kesehatan atau beracun, beberapa ada yang mudah
meledak, dan korosif. Jika ingin menggunakan zat-zat kimia tersebut diharuskan berhati-
hati agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti zat kimia tersebut tertelan,
terhirup, tumpah dan mengenai bagian tubuh, serta bereaksi dengan hal-hal lain yang
mengakibatkan munculnya panas atau api. Zat kimia ini sebenarnya dapat dengan mudah
ditemukan disekeliling kita, maksud dari zat kimia disini tidak hanya zat-zat kimia
keperluan rumah tangga tetapi juga komponen-komponen yang terdapat dalam alat
elektronik. Tentu untuk mengetahui suatu bahan termasuk bahan berbahaya dan beracun
diharuskan mngetahui apa itu B3, jenis-jenis bahan berbahaya dan beracun, dan peroses
cara pengelolaan limbah B3. Oleh karena itu paper ini dibuat untuk membantu mengenali
dan memproses limbah B3 agar tidak menjadi pencemaran lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam paper ini antara lain sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari Bahan Berbahaya dan Beracun?
2. Apa sajakah Jenis dan Penggolongan Bahan Berbahaya dan Beracun?
3. Bagaimanakah proses cara pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka adapun tujuan dari paper ini antara lain
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Bahan Berbahaya dan Beracun.
2. Untuk mengetahui Jenis dan Penggolongan Bahan Berbahaya dan Beracun.
3. Untuk mengetahui cara pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahan Berbahaya dan Beracun


Bahan Berbahaya dan Beracun, dan jenis macam B3. Dalam kehidupan sehari-
hari, disadari atau tidak, kita sering bersinggungan dengan berbagai bahan berbahaya dan
beracun. Tanpa kita mengenal pengertian, jenis dan cara pengelolaannya dengan benar,
akan memberikan dampak yang berkepanjangan dan beruntun terhadap manusia dan
lingkungan. Pengertian B3 atau Bahan Berbahaya dan Beracun menurut OSHA
(Occupational Safety and Health of the United State Government) adalah bahan yang
karena sifat kimia maupun kondisi fisiknya berpotensi menyebabkan gangguan pada
kesehatan manusia, kerusakan properti dan atau lingkungan.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, B3 didefinisikan sebagai bahan yang karena
sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lainnya. Mengingat penting dan dampaknya Bahan Berbahaya dan Beracun bagi
manusia, lingkungan, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup
lainnya, pemerintah melakukan pengaturan ketat. Pengaturan pengelolaan B3 ini meliputi
pembuatan, pendistribusian, penyimpanan, penggunaan, hingga pembuangan limbah B3.

2.2 Jenis dan Penggolongan Bahan Berbahaya dan Beracun


Pemerintah Indonesia telah menerbitkan beberapa peraturan terkait pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun. Peraturan-peraturan tersebut berisikan bagaimana
pengelolaan B3 dan tentunya jenis-jenis dan pengelompokkan (penggolongan) Bahan
Berbahaya dan Beracun. Salah satu peraturan yang mengatur pengelolaan B3 adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun. Dalam PP ini, B3 diklasifikasikan menjadi :

2
1. Mudah meledak (explosive), yaitu bahan yang pada suhu dan tekanan standar
(25 0C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan di sekitarnya.
2. Pengoksidasi (oxidizing), yaitu bahan yang memiliki waktu pembakaran sama
atau lebih pendek dari waktu pembakaran senyawa standar.
3. Mangat mudah sekali menyala (extremely flammable), yaitu B3 padatan dan
cairan yang memiliki titik nyala di bawah 0 derajat C dan titik didih lebih rendah
atau sama dengan 35 0C.
4. Sangat mudah menyala (highly flammable), yaitu bahan yang memiliki titik nyala
0-210C.
5. Mudah menyala (flammable).
6. Amat sangat beracun (extremely toxic);
7. Sangat beracun (highly toxic);
8. Beracun (moderately toxic), yaitu bahan yang bersifat racun bagi manusia dan
akan menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh
melalui pernafasan, kulit atau mulut.
9. Berbahaya (harmful), yaitu bahan baik padatan maupun cairan ataupun gas yang
jika terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya
terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu.
10. Korosif (corrosive), yaitu bahan yang menyebabkan iritasi pada kulit,
menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020 dengan laju
korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun, atau mempunyai pH sama atau kurang dari
2 untuk B3 bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat
basa.
11. Bersifat iritasi (irritant), yaitu bahan padat atau cair yang jika terjadi kontak
secara langsung, dan apabila kontak tersebut terus menerus dengan kulit atau
selaput lendir dapat menyebabkan peradangan.
12. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment), yaitu bahaya yang
ditimbulkan oleh suatu bahan seperti merusak lapisan ozon (misalnya CFC),

3
persisten di lingkungan (misalnya PCBs), atau bahan tersebut dapat merusak
lingkungan.
13. Karsinogenik (carcinogenic), yaitu bahan yang dapat menyebabkan sel kanker.
14. Teratogenik (teratogenic), yaitu bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan
dan pertumbuhan embrio.
15. Mutagenik (mutagenic), yaitu bahan yang menyebabkan perubahan kromosom
(merubah genetika).

Jenis dan klasifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun juga diuraikan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan No. 453/Menkes/Per/XI/1983. Dalam Kepmenkes ini B3
dikelompokkan dalam 4 klasifikasi yaitu :

1. Klasifikasi I, meliputi :
1) Bahan kimia atau sesuatu yang telah terbukti atau diduga keras dapat
menimbulkan bahaya yang fatal dan luas, secara langsung atau tidak
langsung, karena sangat sulit penanganan dan pengamanannya;
2) Bahan kimia atau sesuatu yang baru yang belum dikenal dan patut diduga
menimbulkan bahaya.
2. Klasifikasi II, meliputi :
1) Bahan radiasi;
2) Bahan yang mudah meledak karena gangguan mekanik;
3) Bahan beracun atau bahan lainnya yang mudah menguap dengan LD50
(rat) kurang dari 500 mg/kg atau yang setara, mudah diabsorpsi kulit atau
selaput lendir;
4) Bahan etilogik/biomedik;
5) Gas atau cairan beracun atau mudah menyala yang dimampatkan;
6) Gas atau cairan atau campurannya yang bertitik nyala kurang dari 350C;
7) Bahan padat yang mempunyai sifat dapat menyala sendiri.
3. Klasifikasi III, meliputi :
1) Bahan yang dapat meledak karena sebab-sebab lain, tetapi tidak mudah
meledak karena sebab-sebab seperti bahan klasifikasi II;

4
2) Bahan beracun dengan LD50 (rat) kurang dari 500 mg/kg atau setara
tetapi tidak mempunyai sifat seperti bahan beracun klasifikasi II;
3) Bahan atau uapnya yang dapat menimbulkan iritasi atau sensitisasi, luka
dan nyeri;
4) Gas atau cairan atau campurannya dengan bahan padat yang bertitik nyala
350Csampai 600C;
5) Bahan pengoksidasi organik;
6) Bahan pengoksidasi kuat;
7) Bahan atau uapnya yang bersifat karsinogenik, tetratogenik dan
mutagenik;
8) Alat atau barang-barang elektronika yang menimbulkan radiasi atau
bahaya lainnya.
4. Klasifikasi IV, yaitu :
1) Bahan beracun dengan LD50 (rat) diatas 500 mg/kg atau yang setara;
2) Bahan pengoksid sedang;
3) Bahan korosif sedang dan lemah;
4) Bahan yang mudah terbakar.

Selain itu penggolongan bahan berbahaya dan beracun dapat dilihat juga pada SK
Menteri Perindustrian No. 148/M/SK/4/1985 dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
187/1999.

Untuk mengenali masing-masing jenis Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut


biasanya disertakan gambar atau logo pada kemasannya. Pemberian simbol Bahan
Berbahaya dan Beracun ini, yang terbaru, diatur oleh Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No. 14 Tahun 2013 tentang Simbol dan Label Limbah B3. Simbol atau lambang
B3 yang digunakan adalah sebagaimana gambar ilustrasi di atas.

5
2.3 Proses Cara Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling
populer diantaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization,
dan incineration.
1. Chemical Conditioning
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. Tujuan
utama dari chemical conditioning ialah:
a. Menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam
lumpur
b. Mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
c. Mendestruksi organisme pathogen
d. Memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioningyang masih
memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada
proses digestion
e. Mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan
aman dan dapat diterima lingkungan

Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:


1) Concentration thickening, tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume
lumpur yang akan diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat
yang umumnya digunakan pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl
centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya merupakan tahapan awal sebelum limbah
dikurangi kadar airnya pada tahapan de-watering selanjutnya. Walaupun tidak
sepopuler gravity thickener dan centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah
menggunakan proses flotation pada tahapan awal ini.
2) Treatment, stabilization and conditioning, tahapan kedua ini bertujuan untuk
menstabilkan senyawa organik dan menghancurkan patogen. Proses stabilisasi
dapat dilakukan melalui proses pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi.
Pengkondisian secara kimia berlangsung dengan adanya proses pembentukan
ikatan bahan-bahan kimia dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika
berlangsung dengan jalan memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara

6
pencucian dan destruksi. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan
adanya proses destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses
yang terlibat pada tahapan ini ialahlagooning, anaerobic digestion, aerobic
digestion, heat treatment,polyelectrolite flocculation, chemical conditioning,
dan elutriation.
3) De-watering and drying De-watering and drying, bertujuan untuk menghilangkan
atau mengurangi kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses
yang terlibat pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang
biasa digunakan adalah drying bed, filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt
press.
4) Disposal, disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses
yang terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis,wet air oxidation,
dan composting. Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary
landfill, crop land, atauinjection well.

2. Solidification/Stabilization
Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/stabilization juga dapat
diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat
didefinisikan sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif)
dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk
mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan
sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif.
Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti
yang sama. Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi
menjadi 6 golongan, yaitu:
1) Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah
dibungkus dalam matriks struktur yang besar
2) Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi
bahan pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat
mikroskopik
3) Precipitation

7
4) Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia
pada bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
5) Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan
menyerapkannya ke bahan padat
6) Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi
senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang
sama sekali

Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan


bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing,
in-situ mixing, danplant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh
BAPEDAL berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.

3. Incineration
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik
dalam teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa
limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya
bukan solusi final dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya
hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas
yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas.
Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari
komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat.
Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil.
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi
(heating value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan
berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya
energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling
umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple
hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste
injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln
mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan
gas secara simultan.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
3.1.1 Pengertian Bahan Berbahaya dan Beracun
B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dapat didefinisikan berdasarkan
OSHA (Occupational Safety and Health of the United State Government)
sebagai bahan yang karena sifat kimia maupun kondisi fisiknya berpotensi
menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia, kerusakan properti dan
atau lingkungan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya sebagai bahan yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan
atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
3.1.2 Jenis dan Penggolongan Bahan Berbahaya dan Beracun
B3 diklasifikasikan atau digolongkan berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 453/Menkes/Per/XI/1983. Dalam
Kepmenkes ini B3 dikelompokkan dalam 4 klasifikasi.
3.1.3 Proses Cara Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Proses dan cara pengolahan limbah B3 di antaranya terdapat tiga metode
yang paling populer ialah chemical conditioning (terdiri dari 4
tahap), solidification/Stabilization (terdiri dari 6 golongan) diatur oleh
BAPEDAL berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-
04/BAPEDAL/09/1995, dan incineration (jenis insinerator yang paling
umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary
kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple
chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit).

9
3.2 Saran
Berdasarkan uraian diatas, maka adapun saran dari paper ini diantaranya sebagai
berikut :
1. Selalu berhati-hati dan perhatikan sekeliling jika ada bahan berbahaya dan
beracun sebaiknya dihadapi dengan hati-hati.
2. Mengolah limbah bahan berbahaya dan beracun dengan baik agar tidak
merusak lingkungan sekitar dan mengganggu kelangsungan hidup makhluk-
makhluk di dalam nya.

10
Daftar Pustaka

Almendah. 2014. Bahan Berbahaya dan Beracun. https://alamendah.org/2014/10/05/bahan-


berbahaya-dan-beracun-b3-pengertian-dan-jenis/. Diakses pada tanggal 25 September
2018
Rachman Arifin. 2015. Pengolahan Limbah B3 ( Bahan Behaya dan Beracun ).
https://www.kompasiana.com/arif.rachman/551b496c813311687f9de5fc/pengolahan-
limbah-b3-bahan-berbahaya-dan-beracun. Diakses pada tanggal 25 September 2018

11

Anda mungkin juga menyukai