net/publication/329883989
CITATIONS READS
0 722
1 author:
Mohammad Hidayat
6 PUBLICATIONS 2 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Mohammad Hidayat on 24 December 2018.
I. PENDAHULUAN
Hasil buah pemikiran Mohammed Arkoun dapat dikatakan sangat fenomenal, tulisan
dalam berbagai jurnal ilmiah atau buku kumpulan tulisan bersama teman-temanya yang
membahas masalah bagaimana menelaah kembali pemikiran Islam dan metode-metode yang
digunakanya. Dengan gaya yang khas sebagai pemikir posmo, Arkoun berupaya mendekontruksi
seluruh bangunan pemikiran Islam yang selama ini dianggap mapan, sakral, dan cenderung
monopolik.
1
Mohammed Arkoun. Islam Kontemporer Menuju Dialog Antar Agama ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar) , xxxv.
1
II. PEMBAHASAN
2
Ibid, h. v.
3
Mohammed Arkoun. Rethinking Islam( Yogyakarta: Pustaka Pelajar), x.
4
Ibid, vii.
2
B. Karya-Karya Mohammed Arkoun
Deux Epatres de Miskawayh, edition critique, B.E.O, Damas, 1961. Aspects de la pensee
islamique classique, IPN, Paris 1963. Lhumanisme arabe au 4e/10e siecle, J.Vrin, 2°ed. 1982.
Traite d'Ethique, Trad., introd., notes du Tahdhab al-akhlaq de Miskawayh, 1- ed.1969; 2 -
ed.1988. Nalar Islami dan Nalar Modern: Berbagai Tantangan dan Jalan Baru, trans. Johan H.
Meuleman, INIS, Jakarta 1994. Berbagai Pembacaan Quran, trans. Johan H. Meuleman, INIS,
Jakarta 1997, 256 p. Arab Thought, ed. S.Chand, New-Delhi 1988. Rethinking Islam Today:
Common Questions, Uncommon Answers, today, Westview Press, Boulder 1994. The Concept of
Revelation: from Ahl al-Kitab to the Societies of the Book-book, Claremont Graduate School,
Ca.,1988. The Unthought in Contemporary Islamic Thought, London 2002. Al-Fikr al-'Arabir-
ed.'Uwaydat, Beyrouth 1979. Al-Islam: Asata wa Mumarasa, Beyrouth 1986. Ta'rikhiyat al-Fikr
al-'Arabi al-Islami? ed.Markaz al-inma al-qawmi Beyrouth 1986.5
3
Munculnya dikotomi-dikotomi ini dilatarbelakangi oleh sejarah antara dunia Islam dan
Barat. Arkoun mengajak untuk mengerti sejarah tersebut sebagai upaya penyatuan antara yang
universal dan partikular, suatu penyatuan manusia dalam keragaman kepercayaan dan
identitasnya di masa modern. Bagi Arkoun, sejarah masyarakat Islam sangat berkaitan dengan
sejarah Barat, tidak ada dikotomi antara pemikian Barat dan pemikiran Islam. Keduanya saling
menyatu, keduanya harus dihargai sekaligus dievaluasi. 8
D. Pemikiran Arkoun
8 Ibid, x i v.
9 Mohammed Arkoun. Islam Kontemporer Menuju Dialog Antar Agama, vii.
4
Dalam melakukan “kritik nalar Islam” ini, Arkoun menggunakan metode kritik sejarah,
Arkoun melihat perlunya metode kritik untuk membaca sejarah pemikiran Arab-Islam. Dengan
historisme dimaksudkan untuk melihat seluruh fenomena sosial dan budaya melalui perspektif
historis, bahwa masa lampau harus dilihat menurut strata historikalnya.10
Studinya atas teks-teks klasik adalah untuk mencari makna lain yang tersembunyi di balik
teks-teks itu. Dengan kata lain, untuk menuju rekontruksi (konteks), harus ada dekontruksi
(teks), dalam teks-teks ini Arkoun mengacu pada pandangan Francouis Furet.11 Arkoun
menggunakan metode ini untuk diterapkanya terhadap al-Qur’an, yaitu bagaimana memahami
Al-Qur’an secara kritis dan mendalam dari pelbagai segi.
Yang Terpikirkan dan Yang Tak Terpikirkan
Arkoun membagi sejarah terbentuknya nalar Arab-Islam menjadi tiga tingkatan: pertama,
klasik, sistem pemikiran yang diawali para pemula dan pembentuk peradaban Islam. Kedua,
skolastik adalah jenjang kedua yang ditandai mulai meluasnya medan taqlid dalam sistem
berpikir. Ketiga, Modern atau kontemporer yaitu kebangkitan dan revolusi. Hal demikian untuk
menjelaskan terma-terma yang terpikirkan, yang tak terpikirkan dan yang belum terpikirkan.
“Yang terpikirkan”, maksudnya hal-hal yang mungkin umat Islam memikirkanya, yang
demikian bisa dipikirkanya, karena merupakan hal yang jelas atau boleh difikirkan. “yang tak
terpikirkan atau belum terpikirkan”, maksudnya hal-hal yang tidak mempunyai hubungan, tidak
ada terikatan antara ajaran agama dari nilai dan norma transenden semestinya, sepertihalnya
tidak ada terikatan antara apa yang dilakukan ilmuwan dan ulama.12
Bagaimana cara membaca al-Qur’an
Arkoun mengajak pembaca untuk membaca al-Qur’an menurut aturan-aturan suatu metode
yang dapat diterapkan pada semua teks doktrinal, yaitu:
a) mengangkat makna dari teks al-Qur'an dan penafsiran teks untuk pengujian agar
menghilangkan kerancuan, memperlihat kesalahan, penyimpangan, ketakcukupan, dan untuk
mengarah kepada pelajaran-pelajaran yang selalu berlaku.
10
Ibid, xi.
11
Francois Furet, seorang sejarawan Prancis yang kerap membicarakan Revolusi Prancis dalam bukunya Penser la
revolution Francaise (Gallimard, 1978).
12
Mohammed Arkoun. Islam Kontemporer Menuju Dialog Antar Agama, xii-xiii.
5
b) Menetapkan suatu kriteriologi13 yang di dalamnya akan dianalisis motif-motif yang dapat
dikemukakan oleh kecerdasan masa kini, baik untuk menolak maupun untuk
mempertahankan konsepsi-konsepsi yang dipelajari.14
Dalam mengangkat makna dari al-Qur'an, hal yang paling pertama dijauhi oleh Arkoun
adalah pretensi untuk menetapkan makna sebenarnya dari al-Qur'an. Sebab, Arkoun tidak ingin
membakukan makna al-Qur'an dengan cara tertentu, kecuali menghadirkan sebisa mungkin
aneka ragam maknanya. Untuk itu, pembacaan mencakup tiga saat (moment):
1. Suatu saat linguistik yang memungkinkan kita untuk menemukan keteraturan dasar di
bawah keteraturan yang tampak.
2. Suatu saat antropologi, mengenali dalam al-Qur'an bahasanya yang bersusunan mitis.
3. Suatu saat historis yang di dalamnya akan ditetapkan jangkauan dan batas-batas tafsir
logiko-leksikografis dan tafsir-tafsir imajinatif yang sampai hari ini dicoba oleh kaum
muslim.15
Dialog Antaragama
Dalam pandangan Arkoun, dialog antaragama harus berangkat dari pengalaman-
pengalaman empiris yang berpijak pada realitas sejarah. Arkoun menyarankan konsep
“Islamologi Terapan”, istlahnya untuk memahami, mencermati, dan menganalisis kontruksi
keilmuan dan pemikian Islam yang harus menggunakan berbagai metode ilmu-ilmu sosial.16
Dalam hal ini, Arkoun memberikan empat hal untuk dialog antaragama:
6
3. Kita harus melampaui pembagian antara akal religius dan akal pencerahan.
4. Perlunya studi agama secara historis-antropologis.
Masyarakat Kitab
Tanggung jawab ilmuan sekarang adalah menemukan suatu cara untuk menghindar dari
ilusi yang sekian lama bertahan tanpa menciptakan ilusi baru. Dengan demikian Arkoun
menawarkan konsep masyarakat kitab untuk memikirkan ulang konsep lama mengenai Ahl al-
Kitab tanpa tergantung pada definisi polemis dan teologis.
III.KESIMPULAN
Pemikiran Mohammed Arkoun baik yang melalalui lisan atau tulisan bertujuan untuk
pembebasan nalar Islami dari kejumudan, keterbatasan, dan ketertutupan, sehingga Islam
kembali menjadi sarana emansipasi umat manusia. Tujuan tersebut menurutnya dapat dicapai
jika pemikiran Islam membuka diri pada berbagai perkembangan mutakhir dari pemikiran
modern. Dengan kata lain, Arkoun mencita-citakan suatu penggabungan unsur paling berharga
dari nalar Islam dan nalar modern.
7
DAFTAR PUSTAKA
Mohammed Arkoun. Islam Kontemporer Menuju Dialog Antar Agama . Yogyakarta: Pustaka
Pelajar , 2005.
Johan Hendrik Meuleman. Membaca Al-Qur’an Bersama Mohammed Arkoun Yogyakarta: Lkis,
2012.
Moh Fauzan Januri, Muhammad Alfa. Dialog Pemikiran Timur-Barat . Bandung: Pustaka Setia ,
2011.
https://afidburhanuddin.files.wordpress.com/2012/11/arkound_ed.pdf.