Anda di halaman 1dari 4

ILMU HATI

Syekh Muda Ahmad Arifin


Pengembang Tarekat Sammaniyah

Hati memegang peranan penting bagi manusia. Baik dan buruknya seseorang ditentukan oleh hati
sebagaimana Hadis Nabi:
‫ﺏ‬ُ ‫ﻲ ﺍ ْﻟﻘَ ْﻠ‬ َ ُ‫ﺳ ُﺩ ُﻛﻠﱡﻪ‬
َ ‫ﺁﻵﻭ ِﻫ‬ َ َ‫ﺳﺩَﺕْ ﻓ‬
َ ‫ﺳ َﺩ ﺍ ْﻟ َﺟ‬ َ َ‫ﺳ ُﺩ ُﻛﻠﱡﻪُ َﻭﺍِ َﺫﺍﻓ‬
َ ‫ﺻﻠَ َﺢ ﺍ ْﻟ َﺟ‬ َ ‫ﻏﺔً ﺍِ َﺫﺍ‬
َ ْ‫ﺻﻠُ َﺣﺕ‬ َ ‫ﺳ ِﺩ ُﻣ ْﺩ‬
َ ‫ﺍَﻻَ َﻭﺍِﻥﱠ ﻓِﻰ ﺍ ْﻟ َﺟ‬...
“Ingatlah bahwa di dalam tubuh itu ada segumpal darah, bila ia telah baik maka baiklah sekalian
badan.Dan bila ia rusak, maka rusaklah sekalian badan. Dan bila ia rusak maka binasalah sekalian
badan, itulah yang dikatakan hati”.

Demikianlah pentingnya peranan hati bagi manusia, oleh sebab itu manusia wajib menjaga
kesucian hatinya. Adapun yang menjadi penyebab kotornya hati manusia itu adalah disebabkan
berbagai penyakit yang terdapat padanya sebagaimana dijelaskan oleh firman Allah:
ٌ‫ﻓِﻰ ﻗُﻠُ ْﻭﺑِ ِﻬ ْﻡ َﻣ َﺭﺽ‬
“Di dalam hati mereka ada penyakit”. (Q.S. 2 Al-Baqarah: 10)

Menurut Syekh Muda Ahmad Arifin terdapat 6666 ayat Al-Qur’an dan 6666 urat di dalam tubuh
manusia, demikian halnya dengan hati manusia, ada 6666 penyakit di dalam hati manusia. Dari
sekian banyak penyakit yang ada di dalam hati manusia, ada beberapa penyakit hati yang paling
berbahaya, di antaranya: hawa nafsu, cinta dunia, loba, tamak, rakus, pemarah, pengiri, dendam,
hasad, munafiq, ria, ujub, takabbur. Jadi bila tidak diobati, maka sambungan ayat mengatakan:

‫ﻓَ َﺯﺍ َﺩ ُﻫ ُﻡ ﷲُ َﻣ َﺭﺿًﺎ‬


“Lalu ditambah Allah penyakitnya”. (Q.S. 2 Al-Baqarah: 10)
Demikianlah bahayanya apabila manusia itu tidak segera membersihkan hatinya, maka
Allah akan terus menambah penyakitnya. Oleh sebab itu kewajiban pertama bagi manusia adalah
terlebih dahulu ia harus mensucikan hatinya sebagaimana firman Allah:
ْ ‫ﻗَ ْﺩ ﺃ َ ْﻓﻠَ َﺢ َﻣ ْﻥ ﺗ َ َﺯﻛﱠﻰ َﻭ َﺫﻛ ََﺭ ﺍ‬
َ َ‫ﺳ َﻡ َﺭﺑِّ ِﻪ ﻓ‬
‫ﺻ ﱠﻝ‬
“Beruntunglah orang yang mensucikan hatinya dan mengingat Tuhan-Nya, maka didirikannya
sembanhyang”. (Q.S. 87 Al-A’la: 14-15)
Dari penjelasan surah Al-A’la di ayat 14 dan 15 di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
ada tiga kewajiban yang dibebankan oleh Allah kepada manusia:
1. Kewajiban Mensucikan Hati
Di dalam surah Al-A’la ayat 14 Allah menyatakan bahwa orang-orang yang telah
mensucikan hatinya sesungguhnya telah memperoleh keberuntungan. Lalu dibenak kita timbul
beberapa pertanyaan:
- Apa yang dimaksud dengan hati yang bersih?
- Bagaimana cara membersihkan hati?
- Mengapa orang yang mensucikan hatinya disebut orang yang beruntung?
- Apa keuntungan yang diperoleh oleh orang yang telah mensucikan hatinya?
Pertama, apa yang dimaksud dengan hati yang bersih? Menurut Syekh Muda ahmad Arifin
yang dimaksud dengan hati yang bersih yaitu tidak ada di dalam hati itu selain Allah. Artinya
seseorang yang disebut hatinya bersih adalah orang yang senantiasa selalu mengingat Allah.
Itulah sebabnya para sufi berkata:
ُ‫ﺏ ﺍ ْﻟ ُﻣ ْﺅ ِﻣﻧِ ْﻳﻥَ ﺑَﻳْﺕُ ﷲ‬ ُ ‫ﻗَ ْﻠ‬
“Hati orang mukmin itu adalah rumah Allah”.
Kedua, bagaimana cara membersihkan hati? Menurut Syekh Muda Ahmad Arifin satu-
satunya cara membersihkan hati yaitu dengan mempelajari ilmu hati. Menurutnya tujuan
mempelajari ilmu hati adalah untuk mengenal Allah, sebab hati merupakan sarana yang telah
ditetapkan oleh Allah untuk dapat menyaksikan-Nya sebagaimana firman Allah:
‫ﺎﺭﺁﻯ‬ َ ‫ﺏ ﺍ ْﻟﻔُﺅَﺍ ُﺩ َﻣ‬َ ‫َﻣﺎ َﻛ َﺫ‬
“Tidak dusta apa yang telah dilihat oleh mata hati”. (Q.S. An-Najm: 11)
Jadi hanya dengan mempelajari ilmu hatilah kita baru dapat mengenal Allah. Apabila kita
telah dapat mengenal Allah, barulah kita dapat mengingat-Nya. Dan mengingat Allah merupakan
satu-satunya cara untuk membersihkan hati sebagaimana Hadis Nabi:
ُ‫ﺏ ِﺫﻛ ُْﺭﷲ‬ َ ‫ﺻﻘَﻠَﺔٌ َﻭ‬
ُ ‫ﺻﻘَﻠَﺔُ ﺍ ْﻟﻘَ ْﻠ‬ َ ٍ‫ﺷ ْﻲء‬َ ‫ِﻟ ُﻛ ِ ّﻝ‬
“Segala sesuatu ada alat pembersihnya dan alat pembersih hati yaitu mengingat Allah”.
Ketiga, mengapa orang yang mensucikan hatinya disebut orang yang beruntung? Menurut
Syekh Ahmad Arifin penyebab Allah menyebut orang-orang yang telah mensucikan hatinya
sebagai orang-orang yang beruntung adalah disebabkan karena sesungguhnya hanya orang-
orang yang telah mensucikan hatinyalah yang dapat mengenal Allah. Menurut al-Ghazali hati
manusia berfungsi sebagai cermin yang hanya bisa menangkap cahaya ghaib (Allah) apabila tidak
tertutup oleh kotoran-kotoran keduniaan. Sesungguhnya hanya orang-orang yang telah
mensucikan hatinyalah yang dapat mengenal Allah dan merekalah yang disebut sebagai orang-
orang yang beruntung.
Keempat, apa keuntungan yang diperoleh oleh orang yang telah mensucikan hatinya?
Menurut Syekh Muda Ahmad Arifin keuntungan yang diperoleh oleh orang yang telah mensucikan
hatinya adalah dapat mengenal Tuhannya. Itulah sebabnya Allah berfirman:
‫ﺳﻬَﺎ‬ ‫ﺎﺏ َﻣ ْﻥ َﺩ ﱠ‬ َ ‫ﻗَ ْﺩ ﺃ َ ْﻓﻠَ َﺢ َﻣ ْﻥ َﺯ ﱠﻛﻬَﺎ َﻭﻗَ ْﺩ َﺧ‬
“Beruntunglah orang yang telah mensucikan hatinya dan merugilah orang yang telah
mengotorinya”. (Q.S. 91 As-Syamsi: 9-10)
Itulah sebabnya pada ayat di atas Allah memuji orang-orang yang telah mensucikan
hatinya, sebab hanya orang-orang yang telah mensucikan hatinya yang dapat mengenal Allah.
Adapun orang-orang yang mengotorinya adalah orang-orang yang merugi, karena sesungguhnya
orang-orang yang hatinya kotor tidak akan pernah dapat mengenal Tuhannya.
2. Kewajiban Mengingat Allah
Kewajiban yang kedua adalah mengingat Allah, sebab mustahil kita dapat mengingat Allah
kalau kita belum mengenal-Nya dan mustahil kita dapat mengenal-Nya kalau kita belum pernah
berjumpa. Dan mustahil kita dapat berjumpa dengan Allah tanpa terlebih dahulu menyertakan diri
dan belajar kepada orang yang telah dapat beserta Allah. Itulah sebabnya Nabi memerinthakan
kepada kita agar menyertakan diri kepada orang yang telah serta Allah sebagaimana sabda Nabi:
ِ ‫ﷲ ﻓَ ِﺈﻧﱠﻪُ ﻳُ ْﻭ ِﺻﻠُﻙَ ﺍِﻟَﻰ‬
‫ﷲ‬ ِ ‫ﷲ ﻓَﻛ ُْﻥ َﻣ َﻊ َﻣ ْﻥ ﻛَﺎﻥَ َﻣ َﻊ‬ ِ ‫ﻛ ُْﻥ َﻣ َﻊ ﷲُ َﻭﺍ ِْﻥ ﻟَ ْﻡ ﺗَﻛ ُْﻥ َﻣ َﻊ‬
“Sertakanlah kepada Allah, apabila kamu tidak dapat beserta Allah maka sertakanlah dirimu
kepada orang yang telah serta Allah, maka ia akan mengenalkan kamu kepada Allah”.
Berdasarkan Hadis di atas, maka kewajiban pertama bagi manusia adalah mencari guru
(wasilah) agar ia dapat memperoleh pengenalan kepada Tuhannya. Setelah manusia itu dapat
mengenal Allah maka kewajiban kedua baginya adalah mengingat Tuhan-Nya.
3. Kewajiban Mengerjakan Shalat
Shalat merupakan tiang agama yang dilaksanakan apabila kita telah melaksanakan
kewajiban pertama dan kedua, sebab tujuan shalat adalah untuk mengingat-Nya sebagaimana
firman Allah:
‫ﺍِﻧﱠ ِﻧﻰ ﺃَﻧَﺎﷲُ ﻻَ ِﺇﻟَﻪَ ﺍِﻻ ﱠ ﺃَﻧَﺎ ﻓَﺎ ْﻋﺑُ ْﺩ ِﻧﻰ َﻭﺃ َ ِﻗ ِﻡ ﺍﻟ ﱠ‬
‫ﺻﻠَﻭﺓَ ﻟَ ِﺫﻛ ِْﺭﻯ‬
“Sesungguhnya Aku inilah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah
shalat untuk mengingat Aku”. (Q.S. 20 Thaha: 14)
Firman Allah di atas senada dengan firman Allah pada surat Al-A’la ayat 14 dan 15 yang
telah diuraikan sebelumnya. Untuk mengetahui secara jelas persamaan makna yang terdapat
pada kedua ayat tersebut penulis akan menguraikan kalimat perkalimat pada surat Thaha ayat 14
serta membandingkannya dengan surat Al-A’la ayat 14.
Pertama, pada bagian awal surat Thaha ayat 14 Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku ini
Allah”. Bila kita menganalisis firman Allah tersebut maka dapatlah kita ketahui bahwa
sesungguhnya Allah itu ingin dikenal. Firman Allah pada surat Thaha tersebut senada dengan
firman Allah pada surat Al-A’la ayat 14: “Beruntunglah orang-orang yang mensucikan
hatinya”. Makna beruntung pada ayat ini adalah bahwa keuntungan yang diperoleh oleh orang-
orang yang mensucikan hatinya adalah dapat mengenal Allah. Bahkan bila kita analisis lebih jauh
selain memiliki persamaan makna, kedua ayat tersebut juga memiliki kaitan di mana ayat yang
satu berfungsi sebagai penjelas bagi yang lain. Pada surah Thaha Allah
berfirman: “Sesungguhnya Aku ini Allah”. Ayat tersebut mengintruksikan kepada manusia
kewajiban untuk mengenal Allah. Pada surah al-A’la ayat 14 Allah berfirman: “Beruntunglah orang-
orang yang mensucikan hatinya”. Pada ayat ini Allah memuji orang-orang yang mensucikan
hatinya, sebab hanya orang-orang yang mensucikan hatinyalah yang dapat mengenal Allah dan
merekalah yang dinyatakan Allah sebagai orang-orang yang beruntung. Dari uraian singkat di atas
dapat disimpulkan bahwa firman Allah pada surat Thaha ayat 14 keduanya mengindikasikan
bahwa kewajiban pertama bagi manusia adalah terlebih dahulu mensucikan hatinya agar ia dapat
mengenal Tuhannya.
Kedua, pada bagian tengah surat Thaha Allah berfirman: “Tiada Tuhan selain Aku”. Bila
kita analisis firman Allah di atas, maka dapat kita ketahui bahwa maksud yang terkandung di
dalamnya adalah perintah untuk mengingat-Nya, sebab kalimat “Tiada Tuhan selain
Allah”, bermakna tidak ada yang boleh diingat selain Allah. Firman Allah pada surat al-A’la ayat
15: “Dan mengingat Tuhannya”. Dari uraian singkat di atas dapat disimpulkan bahwa kewajiban
yang kedua bagi manusia adalah mengingat Tuhannya.
Ketiga, pada bagian akhir surat Thaha Allah berfirman: “Sembahlah Aku dan dirikanlah
shalat untuk mengingat Aku”. Bila kita analisis pada ayat di atas bahwa printah sembah datang
setelah terlebih dahulu Allah memerintahkan untuk mengenal dan mengingatnya. Perintah
sembah tersebut diwujudkan dengan mendirikan shalat yang tujuannya adalah untuk mengingat-
Nya. Firman Allah tersebut senada dengan firman Allah pada surat al-A’la ayat 15: “Maka
dirikanlah shlalat”. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kedua ayat tersebut sama-sama
mengindikasikan bahwa shalat merupakan kewajiban ketiga.
Dari penjelasan di atas dapatlah kita ketahui mengapa para sufi menaruh perhatian besar
terhadap hati (qalb) dan menempatkan shalat sebagai kewajiban ketiga. Karena sesungguhnya
perintah shalat itu diterima setelah terlebih dahulu Jibril mensucikan hati Nabi Muhammad
sebelum ia menghadap Allah. Sebab Allah itu tidak dapat dilihat oleh mata kepala Nabi
Muhammad tetapi hanya dapat dilihat oleh mata hati Nabi Muhammad. Oleh sebab itu sebelum
Nabi Muhammad berjumpa dengan Allah, terlebih dahulu Jibril mensucikan hatinya, agar nur yang
ada di dalam mata hatinya itu dapat memancar, sebab dengan nur itulah Nabi Muhammad dapat
menyaksikan Allah. Itulah sebabnya di dalam surah al-Isra’ ayat 1 Allah menggunakan kalimat
Maha Suci, sebab Allah itu Maha Suci dan hanya dapat dilihat oleh hamba-hamba-Nya apabila
mereka telah mensucikan hati mereka.
Adapun makna Jibril mensucikan hati Nabi Muhammad menurut Syekh Muda Ahmad Arifin
pada hakikatnya adalah sesungguhnya Malaikat Jibril menyampaikan pengenalan kepada Allah
dalam istilah ilmu tarekat lazim disebut dengan bai’at. Praktik bai’at yang diterima oleh Nabi dari
gurunya Malaikat Jibril diteruskan kepada Ali ibn Abi Thalib dan praktik seperti ini terus berlanjut
dari guru ke murid dalam rangkaian silsilah hingga saat ini. Praktik bai’at yang diterapkan di
kalangan ahli tarekat sesungguhnya mengacu pada pola yang dilaksanakan oleh Nabi. Jadi
berdasarkan tradisi bai’at inilah muncul istilah bahwa “Barangsiapa yang tidak mempunyai syekh
maka gurunya adalah setan”sebab Nabi sendiri tidak dapat mengenal Allah tanpa berguru kepada
Malaikat Jibril, apalagi kita sebagai manusia biasa yang hina dan dhaif yang tidak mempunyai
kedudukan apa-apa di sisi Allah maka mustahil dapat mengenal Allah tanpa guru. Oleh sebab itu
Nabi bersabda:
‫ﺎﻥ ﻓَ ِﻌ ْﻠ ُﻡ َﺑ ِﻁ ِﻥ ِﻓﻰ ﻗَ ْﻠ ِﺑﻰ ﻓَ َﺫﺍ ِﻟﻙَ ﻫ َُﻭ ﻧَ ِﻔ ِﻌﻰ‬
ِ ‫ﺍ◌َ ْﻟ ِﻌ ْﻠ ُﻡ ِﻋ ْﻠ َﻣ‬
“ilmu itu ada dua macam, adapun ilmu batin yang di dalam hati itu jauh lebih bermanfaat”.
Dari penjelasan Hadis di atas dapatlah kita ketahui bahwa tidak hanya para sufi yang
menaruh perhatian besar terhadap hati, bahkan Nabi sendiri lewat Hadisnya secara tegas
menyatakan keutamaan ilmu hatilah manusia dapat mengenal Allah.
Menurut Syekh Ahmad Arifin kekeliruan umat Islam saat ini adalah tidak mau mempelajari
ilmu hati dan lebih mengutamakan ilmu syari’at. Oleh sebab itu menurutnya mayoritas umat Islam
saat ini tidak mengenal yang mereka sembah dan sesungguhnya mereka berada dalam kesesatan
yang nyata sebagaimana firman Allah:
‫ﺿﻠَ ٍﻝ ﱡﻣﺑِﻳ ٍْﻥ‬َ ‫ﷲ ﺃُﻟَﺋِﻙَ ﻓِﻰ‬ ِ ‫ﺳﻳَ ِﺔ ﻗُﻠُ ْﻭﺑُ ُﻬ ْﻡ ِﻣ ْﻥ ِﺫﻛ ِْﺭ‬ ِ َ‫ﻓَ َﻭ ْﻳ ٌﻝ ِﻟ ْﻠﻘ‬
“Maka celakalah bagi orang yang hatinya tidak dapat mengingat Allah, mereka itu dalam
kesesatan yang nyata”. (Q.S. 39 az-Zumar: 22)
Demikianlah celaan Allah terhadap orang-orang yang tidak dapat mengingat-Nya, yang
kesemuanya itu disebabkan karena mereka tidak mempelajari soal hati. Namun kebanyakan umat
Islam saat ini tidak tahu kalau mereka itu tidak tahu. Mereka menganggap bahwa amal ibadah
mereka dapat diterima oleh Allah SWT, karena merasa bahwa tauhid mereka telah sempurna,
padahal sesungguhnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Sesungguhnya orang-orang
yang bertauhid si sisi Allah adalah orang-orang yang telah mempelajari ilmu hati. Sebab hanya
dengan mempelajari ilmu hatilah kita baru dapat mengenal Allah. Jadi sesungguhnya orang-orang
yang tidak mempelajari ilmu hati adalah orang-orang yang bertauhid di sisi manusia tetapi
sesungguhnya kafir di sisi Allah, sebab tauhid mereka hanya di lidah, namun hatinya tidak pernah
menyaksikan Allah. Mereka menganggap bahwa dengan mengucap dua kalimah syahadat dan
percaya dalam hati berarti telah Islam dan beriman di sisi Allah. Padahal keislaman dan keimanan
mereka itu barulah sebatas percaya kepada Allah. Oleh sebab itu orang-orang yang mengabaikan
atau tidak mempelajari ilmu hati sesungguhnya adalah orang-orang yang mengabaikan tauhid.
Dari uraian di atas dapatlah kita ketahui betapa pentingnya mempelajari ilmu hati. Jadi
dapat disimpulkan bahwa ilmu tauhid yang sesungguhnya adalah dengan mempelajari ilmu hati
 

Anda mungkin juga menyukai