Anda di halaman 1dari 40

PENGANTAR

TRANSPORTASI
MANAJEMEN LALU LINTAS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA


Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya
Tangerang Selatan 15224
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Penyebab permasalahan transportasi di perkotaan antara lain :

• Pertambahan penduduk kota besar yang sangat pesat.


• Perkembangan kota yang tidak serasi dengan struktur tata guna tanah
dan Rencana Umum Tata Ruang Kota yang telah ditetapkan.
• Tidak seimbangannya pertambahan jaringan jalan serta fasilitas lalu
lintas dan angkutan dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah
kendaraan.
• Penggunaan kendaraan pribadi yang kurang efisien.
• Kualitas dan jumlah kendaraan umum yang belum memadai.
• Kurangnya peranan kereta api sebagai sistem angkutan massal.
PENDAHULUAN
elemen problem transportasi di wilayah perkotaan meliputi :

 Kinerja angkutan kendaraan umum


 Perilaku pengemudi dan pejalan kaki
 Pola jaringan jalan
 Manajemen lalu lintas
 Fasilitas dan manajemen perpakiran
 Perlintasan jaringan jalan dan rel kereta api
 Koordinasi antar moda, antar tat guna lahan dan transportasi
 Ketersediaan dana untuk sarana dan prasarana transportasi.
PENDAHULUAN
 Manajemen lalu lintas adalah pengelolaan dan pengendalian arus
lalu lintas dengan melakukan optimasi penggunaan prasarana yang
ada untuk memberikan kemudahan kepada lalu lintas secara efisien
dalam penggunaan ruang jalan serta memperlancar sistem
pergerakan

• Menampung lalu Lintas sebanyak mungkin


• Menampung penumpang sebanyak mungkin
• Kapasitas
• Memberikan skala prioritas
TUJUAN MANAJEMEN LALU LINTAS
1) Mendapatkan tingkat efisiensi dari pergerakan lalu lintas
secara menyeluruh dengan tingkat aksesibilitas (ukuran
kenyamanan) yang tinggi.
2) Meningkatkan keselamatan dari pengguna
3) Melindungi dan memperbaiki keadaan kondisi lingkungan
dimana arus lalu lintas tersebut berada.
4) Mempromosikan penggunaan energi secara efisien.
SASARAN TEKNIK MANAJEMEN LALU LINTAS
• Mengatur dan menyederhanakan arus lalu lintas
• Mewujudkan keamanan dan keselamatan berlalu lintas 
angka kecelakan <<
• Meminimumkan gangguan terhadap arus lalu
• Mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas
• Terjaganya kondisi lingkungan dari dampak negatif lalu
lintas dengan melakukan Andalalin (analisis dampak lalu
lintas)
KLASIFIKASI MANAJEMEN LALU LINTAS
Berdasarkan Upaya/Tujuan

• optimasi pasokan (supply)

• pengendalian kebutuhan (demand).

Berdasarkan Skala waktu


• Seketika/mendesak
• Jangka pendek
• Jangka menengah
• Jangka panjang
KLASIFIKASI MANAJEMEN LALU LINTAS
Berdasarkan Strategi dan Teknik

• Manajemen Kapasitas

• Manajemen prioritas
• Manajemen demand (permintaan)
PENGATURAN RUAS JALAN
Jalan Satu Arah

• Mengurangi hambatan- hambatan pada


persimpangan yang ditimbulkan oleh konflik
arus kendaraan dengan penyeberang jalan.
• Meningkatkan kecepatan tempuh
• Meningkatkan pengoperasian angkutan umum
sehingga jalan pulang dan pergi tidak melalui
jalan yang sama
• Menyederhanakan pengaturan lampu
pemberi isyarat lalu lintas terutama pada
kasus koordinasi.
• Meningkatkan keselamatan
Kerugian jalan satu arah :
• Sejumlah kendaraan harus memutar untuk mencapai tujuab tertentu.
• Bagi pengemudi baru akan membingungkan
Lajur Pasang Surut

PENGATURAN RUAS JALAN

Kekurangan cara ini adalah :


Menimbulkan masalah pada ujung jalan bersangkutan.
Pada jam sibuk , kapasitas arus kecil menjadi berkurang.
Memerlukan pengawasan yang ketat
PENGATURAN RUAS JALAN
Pembatasan Akses

Upaya –upaya pembatasan


akses antara lain :
• Pembuatan jalur lambat
dimana akses ke jalur
utama dapat diatur
seoptimal mungkin .
• Melakukan penutupan
beberapa jalan samping
dengan perhitungan
warga pada jalan yang
ditutup dapat melalui
jalan lainnya yang tidak
ditutup
PENGATURAN RUAS JALAN
Larangan Berputar

Fasilitas berputar di satu sisi dapat


memperpendek jarak tempuh
seseorang, tetapi di lain pihak
menyebabkan tundaan pada arus
menerus yang menyebabkan
berkurangnya kapasitas

Pengaturan Kecepatan
Pada pengaturan batas kecepatan dibedakan menjadi :
• Batas kecepatan peraturan (regulatory limits)
• Kecepatan maksimum yang disarankan (advisory
maximum speed indication)
Persimpangan merupakan pertemuan ruas-ruas jalan yang berrfungsi
untuk melakukan perubahan arah arus lalu lintas

Konsep Umum

Tujuan utama pengaturan sinyal lalu lintas


lalu lintas umumnya
adalah menjaga marka
keselamatan arus lalu
lintas dengan memberikan rambu
petunjuk-petunjuk yang
jelas dan terarah, tidak pulau-pulau lalu lintas
menimbulkan keraguan.
Tujuan :
• Mengurangi atau menghindari
kemungkinan terjadinya
kecelakaan yang berasal dari
titik konflik.
• Menjaga kapasitas dari
persimpangan agar dalam
operasinya dapat dicapai
pemanfaatan persimpangan
yang sesuai dengan rencana
JENIS PERSIMPANGAN

Persimpangan
sebidang
JENIS PERSIMPANGAN

Interchange dan
fly over
JENIS PERGERAKAN DI SIMPANG
PRINSIP DASAR PERANCANGAN

• Menyediakan cukup jarak pandang

• Hindari penggunaan
pergerakan ganda

• Meminimumkan
jumlah titik konflik
PRINSIP DASAR PERANCANGAN

• Memisahkan titik konflik

• Melarang pergerakan yang tidak diinginkan


dan tidak penting

• Mengatur kecepatan dan sudut konflik pergerakan


lalu lintas
PRINSIP DASAR PERANCANGAN

• Berikan prioritas bagi pergerakan utama

• Meminimumkan daerah konflik

• Menentukan lintasan kendaraan dan titik konflik


JENIS-JENIS PENGENDALIAN SIMPANG

Yield sign dan Stop Sign


JENIS-JENIS PENGENDALIAN SIMPANG

Kanalisasi
Pengaturan persimpangan dengan kanalisasi terutama
untuk memisahkan lajur lalu lintas menerus dan lajur
belok

• dapat berupa marka dan pulau lalu lintas.


JENIS-JENIS PENGENDALIAN
SIMPANG
Bundaran

Tujuan perancangan bundaran


adalah menjamin keselamatan
dari lalu lintas antara lalu
lintas yang saling berpotongan
dengan tundaan minimum
yang dipengaruhi oleh gap
antara kendaraan.

dapat dicapai dengan


hukum prioritas
BUNDARAN HI , JAKARTA
JENIS-JENIS PENGENDALIAN SIMPANG DENGAN LAMPU
LALU LINTAS

Berdasarkan HCM 1985, ada tiga macam cara pengoperasian lampu


isyarat lalu lintas
yaitu :
1. Premitted operation, yaitu lampu lalu lintas dalam putaran konstan
dimana setiap siklus
sama dan panjang siklus serta fase tetap.
2. Semi actuated operation yaitu pada operasi isyarat lalu lintas ini,
jalan utama (major street)
selalu berisyarat hijau sampai alat pendeteksi pada jalan samping (side
street) menentukan
bahwa terdapat kendaraan yang datang pada satu atau kedua sisi jalan
tersebut.
3. Full actuated operation yaitu pada isyarat lampu lalu lintas ini,
semua fase lalu lintas
dikontrol dengan alat detektor sehingga panjang siklus atau fasenya
berubah-ubah
tergantung dari permintaan yang didasarkan oleh detektor.
KAPASITAS SIMPANG
KAPASITAS SIMPANG adalah jumlah maksimum kendaraan yang dapat
melewati kaki simpang tersebut.

Besarnya dipengaruhi oleh ARUS JENUH yang tergantung kepada jumlah yang bisa
lepas pada saat hijau dan waktu hijau serta siklus yang telah ditentukan.

C = S x g/c

Dimana C = kapasitas (smp/jam


S = arus jenuh (smp/jam)
c = waktu siklus (detik)
g = waktu hijau (detik)

ARUS JENUH didefinisikan sebagai arus maksimum yang dapat melewati garis henti
dari kaki simpang ketika terjadi indikasi tanda hijau yang menerus dan antrian
kendaraan menerus dalam kaki simpang tersebut ( (Salter, 1976)
PRINSIP DASAR PERSIMPANGAN BERSINYAL (METODE WEBSTER)
DEFINISI DAN ISTILAH

Siklus : satu urutan lengkap dari tampilan sinyal


Panjang siklus : waktu total dari sinyal untuk menyelesaikan satu siklus (C)
dalam detik.
Fase : bagian dari siklus yang dialokasikan bagi setiap kombinasi pergerakan
lalu lintas yang mendapat hak jalan bersamaan selama satu interval atau lebih
Interval : periode waktu selama indikasi sinyal tetap
Waktu hijau efektif : periode waktu hijau yang secara praktis dimanfaatkan
oleh pergerakan pada fase yang bersangkutan. Besarnya durasi waktu hijau
eektif adalah waktu hijau aktual ditambah waktu keuntungan akhir dikurangi
waktu hilang awal ( diberi simbol gi untuk fase ke-i) dalam detik.
PRINSIP DASAR PERSIMPANGAN BERSINYAL (METODE WEBSTER)
DEFINISI DAN ISTILAH
Waktu hijau aktual: durasi waktu hijau yang terpasang pada lampu sinyal
maupun pengendali (G)
Waktu antar hijau : waktu antara berakhirnya hijau suatu fase dengan
berawalnya hijau fase berikutnya. Panjang waktu antar hijau diperoleh dari
waktu pengosongan dan masuk dari arus lalu lintas yang konflik dengan
mengacu pada titik konflik. Kegunaannya untuk menjamin agar kendaraan
terakhir suatu fase melewati titik konflik kritis sebelum kendaraan pertama
fase berikutnya melewati titik yang sama. ( = kuning + all red)
Rasio hijau : perbandingan antara waktu hijau efektif dan panjang siklus
(gi/C) untuk fase ke – i.
Merah efektif : waktu selama suatu pergerakan atau sekelompok
pergerakan secara efektif tidak diijinkan bergerak, dihitung sebagai panjang
siklus dikurangi waktu hijau efektif untuk fase ke – i (ri) detik.
Lost time : waktu hilang dalam suatu fase karena keterlambatan start
kendaraan dan berakhirnya tingkat pelepasan kendaraan yang terjadi
selama waktu kuning.
PRINSIP DASAR PERSIMPANGAN BERSINYAL (METODE WEBSTER)

Arus jenuh

S  525w

W = LEBAR LAJUR
> 5.5 M

W < 5.5 M,
GUNAKAN TABEL

w (m) 3 3.5 4 4.5 5 5.5

S (smp/jam) 1850 1875 1975 2175 2550 2900


waktu siklus optimum – yang mengakibatkan waktu
tunda minimum – dirumuskan dengan :

C
1,5L  5
1 Y
L = total lost time
Y = penjumlahan y (= q/s) untuk tiap fase
PENENTUAN SETTING LAMPU LALU LINTAS
PENENTUAN SETTING LAMPU LALU LINTAS
CONTOH SOAL

Pertemuan dengan 4 buah kaki simpang , dengan 4 fase yang memiliki volume
lalu lintas dan arus jenuh tiap kaki simpang adalah :

Rencanakan periode aktual hijau dan gambarkan diagram fase dan lampunya !
PENYELESAIAN

1) Coba dengan 4 fase


2) Hitung rasio q/s , y dan Y dengan tabel di bawah
PENYELESAIAN
PENYELESAIAN
PENYELESAIAN

Anda mungkin juga menyukai