3, Tahun 2014
MENGELOLA KURIKULUM
Kholid Musyaddad
Abstrak
A. Pendahuluan
Bangsa bangsa di dunia, termasuk bangsa Indonesia kini memasuki milenium
ketiga dengan sejumlah tantangan dan harapan. Tantangan kehidupan pada era ini
muncul dari berbagai aspek. Salah satu aspeknya adalah pertumbuhan populasi
manusia itu sendiri yang berimplikasi pada bertambahnya jumlah kebutuhan dasar
seperti nutrisi (pangan), energi, sandang dan tempat tinggal. Bertambah besarnya
kebutuhan dasar umat manusia akibat dari ledakan populasi manusia telah membawa
problem tersendiri yang cukup krusial. Sementara ketersediaan sumber sumber daya
alam yang semakin menipis juga menjadi masalah yang harus segera dicarikan jalan
keluarnya. Karena jika tidak, kesenjangan antara ledakan jumlah populasi dunia
dengan ketersediaan sumber alam untuk pemenuhan kebutuhannya akan segera
memunculkan masalah serius pada kehidupan umat manusia. Di sisi lain, pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada milenium ini membawa
harapan bagi umat manusia untuk dapat mengatasi problem problem kehidupan yang
semakin kompleks.
Dalam era global, manusia dihadapkan pada perubahan perubahan sistem,
dan mekanisme kehidupan yang demikian kompleks dan tidak menentu. Bagi bangsa
bangsa yang memiliki keunggulan pengetahuan dan sumber daya manusia, hal ini
memberikan peluang yang semakin besar untuk dapat menguasai sumber sumber
ekonomi dan penguasaan pasar. Namun bagi bangsa bangsa yang pengetahuan dan
sumber daya manusianya masih rendah, justru membuka jalan bagi
kebangkrutannya.
1
Al-`Ulum; Vol. 3, Tahun 2014
1
Tilaar, H.A.R., Prof., DR., M.Sc.Ed., 2004, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Rineka
Cipta; Jakarta), Cet. Ke 2, ISBN 979-518-559-4, hal. 3.
2
Al-`Ulum; Vol. 3, Tahun 2014
Luar Negeri. Negara gagal dalam usaha mengangkat harkat dan martabat negara.
Kesemua itu adalah akibat dari produk gagal pengelolaan dan proses pendidikan. 2
Berdasarkan Survey United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di Negara-negara
berkembang di Asia Pacific, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara.
Sedangkan untuk kualitas para guru, kulitasnya berada pada level 14 dari 14 negara
berkembang.
Mengacu pada Human Development Index (HDI) yang dipublikasikan pada
tanggal 14 Maret tahun 2013, yang merupakan acuan indikator pengukuran sumber
daya manusia suatu bangsa, menunjukkan bahwa sumber daya manusia Indonesia
masih dalam level medium human development serta menempati urutan 121 dari 186
negara yang disurvey. Urutan ini jauh berada di bawah negara tetangga, Brunai
Darussalam yang menempati urutan 30, dan di bawah Malaysia yang berada pada
urutan 64. Ini mengindikasikan bahwa secara global sumber daya manusia Indonesia
masih berada di bawah dan kalah bersaing dengan bangsa bangsa lain. 3
Kegagalan pendidikan di Indonesia tersebut tidak bisa semata mata
ditimpakan kepada guru di lapangan, sebagai pelaksana pendidikan dan
pembelajaran di kelas, akan tetapi perlu ditelusuri juga hal-hal lain yang berkaitan
dengan proses pendidikan tersebut, seperti iklim politik, aspek kebijakan,
manajemen, maupun operasional atau aktualisasi kebijakan dan konsep pendidikan
di lapangan.4
Selain ditentukan oleh proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas,
kualitas pendidikan juga bergantung pada aspek manajemen. Artinya, pendidikan
dilihat secara sistemik, kesuksesan atau kegagalannya tidak ditentukan oleh satu
aspek saja. Karenanya kesuksesan atau kegagalan pendidikan tidak bisa
digantungkan kepada guru saja, akan tetapi pengelolaan pendidikan secara umum
juga ikut terlibat dalam menentukan kesuksesan itu, termasuk di dalamnya
pengelolaan kurikulum, sebagai salah aspek pendidikan.
Untuk itu dalam rangka menjamin keberhasilan kurikulum diperlukan
pengelolaan yang tepat dan sistematis. Pengelolaan atau manajemen kurikulum yang
2
H.E. Mulyasa, Prof. Dr. M.Pd., 2013, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013,
(Bandung; PT. Remaja Rosdakarya), hal. 3.
3
Human Development Reports (HDR) United Nation Development Programme (UNDP), 2013,
diakses tanggal 24 Nopember 2013. http://hdr.undp.org/en/statistics/
4
Tilaar, H.A.R., Prof., DR., M.Sc.Ed., Op. Cit., hal. 2-3, 11-14, 69.
3
Al-`Ulum; Vol. 3, Tahun 2014
other resources”. “Manajemen adalah suatu proses yang nyata, yang terdiri dari
tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya”. 7
Menurut Stoner dan Freeman manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, memimpin dan mengawasi pekerjaan anggota organisasi dan
menggunakan semua sumber daya organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan
organisasi yang dinyatakan dengan jelas. 8
Sementara menurut Robbins dan coultar manajemen adalah suatu proses
untuk membuat aktivitas organisasi terselesaikan secara efisien dan efektif dengan
dana melalui orang lain. 9
Abdurrahman Fathoni mendefinisikan manajemen sebagai proses kegiatan
menggerakkan sekelompok orang dan menggerakkan segala fasilitas yang
tersedia untuk mencapai tujuan tertentu.10
Adapun dalam terma bahasa Arab, istilah manajemen dipadankan dengan
kata al-idarah. Dr. Abdul Wahhab sebagaimana dikutip oleh Ahmad ibnu Daud
al-Muzjaji al-Asy’ari11 dalam bukunya yang berjudul Muqaddimah al-Idarah al-
Islamiyah mendefinisikan manajemen sebagai:
" عملية إجتماعية مستمزة تعمل على استغالل المىارد المتاحة استغالال أمثل عن طزيق التخطيط والتنظيم
"والقيادة والزقابة للىصىل إلى هذف محذد
Manajemen adalah aktivitas kelompok yang berkesinambungan dengan
menggunakan sumberdaya, berupa tindakan perencanaan, pengorganisasian
(pengaturan), memimpin dan mengawasi, untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Sementara DR. Al-Hawari menyatakan, juga dikutip oleh Ahmad ibnu
Daud al-Muzjaji al-Asy’ari12 menyatakan bahwa manajemen adalah:
"" تنفيذ األعمال بىاسطة اآلخزين عن طزيق تخطيط وتنظيم وتىجيه ورقابة مجهىداتهم
7
Sadili Samsudin, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, hal. 18
8
Wibisono, Loc. Cit.
9
Ibid
10
Abdurrahman Fathoni, H. Prof., DR., M.Si., 2006, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya
Manusia, (Reneka Cipta; jakarta), Cet. 1, hal. 3
11
Ahmad ibnu Daud al-Muzjaji al-Asy’ari, 2000, مقذمة اإلدارة اإلسالمية, (Jeddah-Saudi Arabia), Cet.
1., hal. 37-38
12
Ibid
5
Al-`Ulum; Vol. 3, Tahun 2014
7
Al-`Ulum; Vol. 3, Tahun 2014
14
Wibisono, Op. Cit., hal 12
15
Wibisono, Op. Cit.. hal. 12-14
16
Zorlu Senyucel, 2009, Manajing The Human Resources in the 21th Century, (Zorlu Senyucel &
Ventus Publishing ApS), ISBN 978-87-7681-468-7., hal. 15
8
Al-`Ulum; Vol. 3, Tahun 2014
b. Kurikulum
Tidak mudah untuk mendefinisikan kurikulum secara tepat dan dapat
berlaku umum, karena dalam membuat definisi kurikulum tidak bisa terlepas dari
pemahaman tentang hakikat pendidikan. Sementara pemahaman para ahli
pendidikan tentang hakikat pendidikan berbeda beda bergantung pada filosofi
yang dianut.
Kaitan defenisi kurikulum dengan pendidikan ini disebabkan karena
kurikulum adalah bagian dari masalah pendidikan. Sebagaimana telah disebutkan
di atas, bahwa kurikulum adalah sub-sistem dari sistem pendidikan yang terdiri
dari:
1. Tujuan
Tujuan merupakan batasan dari hal-hal yang hendak di capai. Baiknya tujuan
yang ingin dicapai dalam satu usaha perlu dikonkritkan terlebih dahulu
sebelum usaha tersebut dimulai, sebab tujuan mempunyai fungsi yang tertentu
terhadap satu usaha.
2. Pendidik
Pendidik adalah orang yang melaksanakan pendidikan, orang ini biasa di sebut
guru atau dosen. Orang tersebut sebagai pihak yang mendidik dengan norma-
norma, pihak yang turut membentuk anak, pihak yang memberikan anjuran,
pihak yang terlibat dalam menghumanisasikan anak, memiliki berbagai macam
pengetahuan dan kecakapan.
3. Peserta didik
Sasaran dari pendidikan adalah peserta didik, peserta didik dapat dikatakan
sebagai pihak yang dididik, dipimpin, diarahkan, dan diberi berbagai macam
ilmu pengetahuan dan keterampilan oleh pendidik. Peserta didik juga bisa
dikatakan sebagai pihak yang dihumanisasikan yang biasa di sebut pelajar atau
mahasiswa.
4. Alat (hard ware dan soft ware)
Alat pendidikan adalah sesuatu apa pun yang membantu terlaksananya proses
belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuannya, baik berupa benda atau
pun bukan berupa benda, seperti sarana dan prasarana, finansial, media
pembelajaran, kurikulum dan sebagainya.
5. Manajemen
9
Al-`Ulum; Vol. 3, Tahun 2014
18
Ibid. hal. 12-13
19
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sikdiknas). Bandung: Fokusmedia,hlm. 4
11
Al-`Ulum; Vol. 3, Tahun 2014
21
Tony Bush & Les Bell (ed), 2002, The Principles and Practice of Educational Management,
(London, SAGE Publication Inc.), Hal. 153
22
Ibid.
23
Ibid, hal. 154-155
13
Al-`Ulum; Vol. 3, Tahun 2014
14
Al-`Ulum; Vol. 3, Tahun 2014
24
Ibid, hal. 155
15
Al-`Ulum; Vol. 3, Tahun 2014
25
Rusman, 2009, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Rajawali Pers), hal. 3
26
Dadang Suhardan dkk, 2009, Manajemen Pendidikan, (Bandung; Alfabeta), hal. 195
16
Al-`Ulum; Vol. 3, Tahun 2014
17
Al-`Ulum; Vol. 3, Tahun 2014
menetapkan pernyataan misi dan analisis kritis pada kurikulum yang sedang
berjalan. Sangat baik untuk merumuskan etos dari sekolah, ciri khas, dan aspek-
aspek unggulan dari sekolah.
Guru dan kepala sekolah mengeksplor peraturan sekolah (kebijakan
penilaian, penjadwalan, buku teks, pembelajaran keluar, dan yang lainnya).
Biasanya tim ini yang menentukan kebijakan, menginterpretasikannya, dan
menentukan konsekuensinya. Di bawah kepemimpinan bersama, peran kepala
sekolah adalah untuk melepaskan kapasitas kreativitas dari tim tadi, bukan
mengontrolnya. Salah satu tujuan dalam sesi perencanaan adalah semua harus
berbagi pengetahuan, pengamatan, interpretasi, dan harus ada bukti dan
kesepakatan tentang validitas dari pandangan yang bertentangan. Keputusan
didasarkan pada konsensus rasional, bukan dari kepala sekolah atau guru-guru
yang populer. Selama berdiskusi peserta tetap menjaga norma dan nilai dari
sekolah.
Peran guru dalam pengambilan keputusan kurikulum bukan hal yang
baru. Gary Peltier menulis tentang program penyusunan kurikulum tahun 1922
menggunakan partisipasi guru. Hasilnya, para guru menjadi lebih tahu tentang
tujuan pendidikan, lebih dapat menginterpretasikan program, dan lebih
menerima metode-metode baru. Guru menjadi lebih menerima pandangan baru
tentang mata pelajaran, dan lebih respon terhadap kebutuhan sosial dan siswa.
3. Kepala Departemen atau Wakil Kepala Sekolah dalam Manajemen Kurikulum
Pada beberapa sekolah, kepala sekolah menetapkan kepala departemen
atau wakil kepala sekolah untuk kepemimpinan kurikulum. Kepala departemen
menyediakan struktur kurikulum, diskusi, dan pengambilan keputusan.
Departemen kurikulum menangani isu-isu tentang hasil yang diharapkan, isi
materi dan sekuensnya, kriteria untuk materi dan aktivitas baru, pendekatan
pengajaran, pengawasan dalam implementasi, dan evaluasi.
3. Supervisi Pelaksanaan Kurikulum
Supervisi atau pemantauan kurikulum adalah pengumpulan informasi
berdasarkan data yang tepat, akurat, dan lengkap tentang pelaksanaan kurikulum
dalam jangka waktu tertentu oleh pemantau ahli untuk mengatasi permasalahan
dalam kurikulum. Pelaksanaan kurikulum di dalam pendidikan harus dipantau untuk
meningkatkan efektifitasnya. Pemantauan ini dilakukan supaya kurikulum tidak
18
Al-`Ulum; Vol. 3, Tahun 2014
keluar dari jalur.27 Oleh sebab itu seorang yang ahli menyusun kurikulum harus
memantau pelaksanaan kurikulum mulai dari perencanaan sampai mengevaluasinya.
Secara garis besar pemantauan kurikulum bertujuan untuk mengumpulkan
seluruh informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dalam
memecahkan masalah. Dalam tataran praktis, pemantauan kurikulum memuat
beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:
1. Peserta didik, dengan mengidentifikasi pada cara belajar, prestasi belajar,
motivasi belajar, keaktifan, kreativitas, hambatan dan kesulitan yang diahadapi.
2. Tenaga pengajar, dengan memantau pada pelaksanaan tanggung jawab,
kemampuan kepribadian, kemampuan kemasyarakatan, kemampuan profesional,
dan loyalitas terhadap atasan.
3. Media pengajaran, dengan melihat pada jenis media yang digunakan, cara
penggunaan media, pengadaan media, pemeliharaan dan perawatan media.
4. Prosedur penilaian: instrument yang dihadapi siswa, pelaksanaan penilaian,
pelaporan hasil penilaian.
5. Jumlah lulusan: kategori, jenjang, jenis kelamin, kelompok usia, dan kualitas
kemampuan lulusan. 28
4. Penilaian Kurikulum
Penilaian kurikulum atau evaluasi kurikulum merupakan bagian dari sistem
manajemen. Evaluasi bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan
data untuk penentuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan direvisi atau
diganti.
Model evaluasi kurikulum secara garis besar digolongkan ke dalam empat
rumpun model, yaitu :
Measurement, evaluasi pada dasarnya adalah pengukur siswa untuk
mengungkapkan perbedaan individual maupun kelompok.
Congruence, evaluasi pada dasarnya merupakan pemeriksaan kesesuaian
(congruence) antara tujuan pendidikan dan hasil belajar yang dicapai, untuk
melihat sejauh mana perubahan hasil pendidikan telah terjadi.
27
Oemar Hamalik, 2009, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya), hal. 19.
28
Rahmat Raharjo, 2010, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Magnum
Pustaka), hal. 161
19
Al-`Ulum; Vol. 3, Tahun 2014
20
Al-`Ulum; Vol. 3, Tahun 2014
21
Al-`Ulum; Vol. 3, Tahun 2014
22
Al-`Ulum; Vol. 3, Tahun 2014
23
Al-`Ulum; Vol. 3, Tahun 2014
24
Al-`Ulum; Vol. 3, Tahun 2014
25
Al-`Ulum; Vol. 3, Tahun 2014
Daftar Pustaka
Abdurrahman Fathoni, H. Prof., DR., M.Si., 2006, Organisasi dan Manajemen Sumber
Daya Manusia, (Reneka Cipta; jakarta), Cet. 1
Ahmad ibnu Daud al-Muzjaji al-Asy’ari, 2000, مقذمة اإلدارة اإلسالمية, (Jeddah-Saudi
Arabia), Cet. 1
Dadang Suhardan dkk, 2009, Manajemen Pendidikan, (Bandung; Alfabeta)
H.E. Mulyasa, Prof. Dr. M.Pd., 2013, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum
2013, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya)
Human Development Reports (HDR) United Nation Development Programme
(UNDP), 2013, diakses tanggal 24 Nopember 2013.
http://hdr.undp.org/en/statistics/
Mohammad Ali, Prof. Dr. Dkk (penyunting), 2007, Ilmu dan aplikasi Pendidikan,
(Bandung: Pedagogiana Press), ISBN : 978-979-16173-0-7.
Oemar Hamalik, Prof., Dr., H., 2008, dasar Dasar Pengembangan Kurikulum,
(Bandung; Rosdakarya), Cet. Ke 2,
Oemar Hamalik, 2009, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya)
Rahmat Raharjo, 2010, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta:
Magnum Pustaka)
Rusman, 2009, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Rajawali Pers)
S. Nasution, Prof. Dr. MA., Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta, Bumi Aksara), cet.
4
Tilaar, H.A.R., Prof., DR., M.Sc.Ed., 2004, Paradigma Baru Pendidikan Nasional,
(Rineka Cipta; Jakarta), Cet. Ke 2, ISBN 979-518-559-4.
Tony Bush & Les Bell (ed), 2002, The Principles and Practice of Educational
Management, (London, SAGE Publication Inc.)
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sikdiknas)
Wibisono, Prof. Dr., SE., M.Phil., 2006, Manajemen Perubahan, (RajaGrafindo;
Jakarta)
Zorlu Senyucel, 2009, Manajing The Human Resources in the 21th Century, (Zorlu
Senyucel & Ventus Publishing ApS), ISBN 978-87-7681-468-7.
26