BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Motor Listrik DC atau DC Motor adalah suatu perangkat yang mengubah energi
listrik menjadi energi kinetik atau gerakan (motion). Motor Listrik DC atau DC
Motor ini menghasilkan sejumlah putaran per menit atau biasanya dikenal dengan
istilah RPM (Revolutions per minute). Motor Listrik DC tersedia dalam berbagai
ukuran rpm dan bentuk. Kebanyakan Motor Listrik DC memberikan kecepatan
rotasi sekitar 3000 rpm hingga 8000 rpm dengan tegangan operasional dari 1,5V
hingga 24V. Apabila tegangan yang diberikan ke Motor Listrik DC lebih rendah dari
tegangan operasionalnya maka akan dapat memperlambat rotasi motor DC tersebut
sedangkan tegangan yang lebih tinggi dari tegangan operasional akan membuat rotasi
motor DC menjadi lebih cepat.
Berdasarkan telusur pustaka diatas maka pada mata kuliah elektronika terintegrasi
memiliki tugas project yaitu “Simulasi Centrifuge Dengan Kontrol PID( Proportional
Integrative Derivative )”. Pada tugas project mata kuliah elektronika terintegrasi kali
ini, mahasiswa ditugaskan untuk membuat simulasi kontrol percepatan motor
Centrifuge dengan metode kontrol PID. Kontrol PID terdiri dari kontrol Proporsional,
kontrol Integral, dan kontrol Derivatif. Masing-masing kontrol tersebut diatur
sedemikian rupa agar diperoleh kecepatan motor yang stabil dalam putaran centrifuge.
Project ini diharapkan mampu melatih mahasiswa Teknik Elektromedik agar lebih
mengetahui dan lebih berpengalaman dalam bidang elektronika. Untuk lebih
lengkapnya maka akan dijelaskan pada bab berikutnya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Mahasiswa mampu membuat rangkaian kontrol PID (Proporsional, Integral, dan
Derivatif).
1.2.2 Mahasiswa dapat mengerti jika ingin memperindah outputan maka menggunakan
rangkaian LPF.
1.2.3 Mahasiswa mampu membuat rangkaian kontrol percepatan motor berbasis PID.
1.2.4 Mahasiswa mampu mengatur percepatan motor sesuai low, medium dan high.
1.2.5 Mahasiswa mampu menyambungkan rangkaian dengan Mikrokontroller.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Centrifuge
Prinsip sentifugasi didasarkan pada pemisahan molekular dari sel atau organel
subseluler. Pemisahan tersebut berdasarkan konsep bahwa partikel yang tersuspensi di
sebuah wadah akan mengendap (bersedimentasi) ke dasar wadah karena adanya gaya
gravitasi. Sehingga laju pengendapan suatu partikel yang tersuspensi tersebut dapat
diatur dengan meningkatkan atau menurunkan pengaruh gravitasional terhadap
partikel. Pengaturan laju pengendapan tersebut dapat dilakukan dengan cara
menempatkan wadah yang berisi suspensi partikel ke mesin sentrifugasi tepatnya pada
bagian rotor yang kemudian akan berputar dengan kecepatan tertentu. Hal tersebut
tergantung pada ukuran dan bobot jenis dari suspense. Teknik ini dapat digunakan
untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi molekul biologi dan komponen selular. Hasil
sentrifugasi terbagi menjadi dua, yaitu supermatan dan pelet. Supermatan adalah
substansi hasil sentrifugasi yang memiliki bobot jenis yang lebih rendah. Posisi dari
substansi ini berada pasa lapisan atas dan warnanya lebih jernih. Sementara pelet
adalah substansi hasil sentrifugasi yang memiliki bobot jenis yang lebih tinggi.
(Sumber : septyasandika.blogspot.com)
Sistem kontrol PID terdiri dari tiga buah cara pengaturan yaitu kontrol P
(Proportional), D (Derivative) dan I (Integral), dengan masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan. Dalam implementasinya masing-masing cara dapat bekerja
sendiri maupun gabungan diantaranya. Dalam perancangan sistem kontrol PID yang
perlu dilakukan adalah mengatur parameter P, I atau D agar tanggapan sinyal keluaran
system terhadap masukan tertentu sebagaimana yang diinginkan
(Sumber : https://putraekapermana.wordpress.com)
(Sumber : septyasandika.blogspot.com)
(Sumber : learningaboutelectronics.com)
-12
-12
U1
U2
4
5
LM741
4
5
2 - R LM741
6 2 -
3 + 6
3 +
7
1
7
1
+12
+12
R2
R1
𝑹𝒇 𝑹𝒇 𝑹𝒇
𝑽𝒐𝒖𝒕 = − ((𝑹𝟏 . 𝑽𝟏) + (𝑹𝟐 . 𝑽𝟐) + (𝑹𝒏 . 𝑽𝒏))
a. Apabila R1 ≠ R3 dan R2 ≠ R4
𝑹𝟏+𝑹𝟐 𝑹𝟒 𝑹𝟐
𝑽𝒐𝒖𝒕 = (𝑹𝟑+𝑹𝟒) 𝑹𝟏 . 𝑽𝒃 − 𝑹𝟏 . 𝑽𝒂
𝑹𝟐
𝑽𝒐𝒖𝒕 = 𝑹𝟏 (𝑽𝒃 − 𝑽𝒂)
𝟏
Vout=[− 𝑹𝟏.𝑪 ∫ 𝑽𝒊𝒅𝒕]
Low pass filter hanya memungkinkan sinyal frekuensi rendah dari 0Hz ke
frekuensi cut-off, ƒc titik ke pass saat melemahkan yang lebih tinggi. Filter
Rumus FTV :
Fin x VCC x R1 x C1
2.4 Komponen Yang Digunakan Pada Simulation Centifuge dengan Kontrol PID
𝑉
V = IR I = 𝑅
Bentuk dari resistor sendiri saat ini ada bermacam-macam. Yang paling
umum dan sering di temukan di pasaran adalah berbentuk bulat panjang dan
terdapat beberapa lingkaran warna pada body resistor. Ada 4 lingkaran yang ada
pada body resistor. Lingkaran warna tersebut berfungsi untuk menunjukan nilai
hambatan dari resistor.
2.4.2 Multitune
Nilai hambatan Multitune dapat diubah – ubah dengan cara memutar atau
mentrim. Nilai multitune tidak bisa diubah secara langsung, tetapi dibutuhkan
suatu alat bantu misalnya obeng untuk memutar poros yang membentuk seperti
mata baut secara fungsional. Multiturn merupakan jenis resistor yang tergolong
dalam kategori variabel resitor.
Dioda Zener (Zener Diode) adalah Komponen Elektronika yang terbuat dari
Semikonduktor dan merupakan jenis Dioda yang dirancang khusus untuk dapat
beroperasi di rangkaian Reverse Bias (Bias Balik). Pada saat dipasangkan pada
Rangkaian Forward Bias (Bias Maju), Dioda Zener akan memiliki karakteristik
dan fungsi sebagaimana Dioda Normal pada umumnya Dioda Zener biasanya
diaplikasikan pada Voltage Regulator (Pengatur Tegangan) dan Over Voltage
Protection (Perlindungan terhadap kelebihan Tegangan). Fungsi Dioda Zener
dalam rangkaian-rangkaian tersebut adalah untuk menstabilkan arus dan
tegangan.
2.4.4 Kapasitor
2.4.5 Photodioda
2.4.6 Infrared
Infra red (IR) detektor atau sensor infra merah adalah komponen elektronika
yang dapat mengidentifikasi cahaya infra merah (infra red, IR). Sistem sensor
infra merah pada dasarnya menggunakan infra merah sebagai media untuk
komunikasi data antara receiver dan transmitter. Sistem akan bekerja jika sinar
infra merah yang dipancarkan terhalang oleh suatu benda yang mengakibatkan
sinar infra merah tersebut tidak dapat terdeteksi oleh penerima. Keuntungan atau
manfaat dari sistem ini dalam penerapannya antara lain sebagai pengendali jarak
jauh, alarm keamanan, otomatisasi pada sistem. Pemancar pada sistem ini tediri
atas sebuah LED infra merah yang dilengkapi dengan rangkaian yang mampu
membangkitkan data untuk dikirimkan melalui sinar infra merah, sedangkan
pada bagian penerima biasanya terdapat foto transistor, fotodioda, atau
inframerah modul yang berfungsi untuk menerima sinar inframerah yang
dikirimkan oleh pemancar.
TA = 25°C 1 5 mV
T
AMIN ≤ TA ≤ TAMAX 6 mV
TA = 25°C 20 200
T
AMIN ≤ TA ≤ TAMAX 85 500
TA = 25°C 80 500 nA
T
AMIN ≤ TA ≤ TAMAX 1.5 μA
TA = 25°C 50 200
VS = ±15 V, VO = ±10 V, RL
Large signal voltage gain ≥2 V/mV
kΩ T
AMIN ≤ TA ≤ TAMAX 25
RL ≥ 10 Kω ±12 ±14
RL ≥ 2 Kω ±10 ±13
VS = ±20 V to VS = ±5 V, RS ≤ 10 Ω, TAMIN ≤ TA ≤
Supply voltage rejection ratio TAMAX 86 96 dB
response Overshoot 5%
TA = 25°C 50 85
T
Power consumption VS = ±15 V A = TAMIN 60 100 mW
T
A = TAMAX 45 75
LM 2917
IC LM2917 merupakan IC yang di desain khusus sebagai
Frequency to Voltage Converter atau pengubah Frekuensi menjadi
Tegangan. Kelebihan dari single chip Frequency to Voltage Converter
LM2917 ini adalah mampu memberikan output o volt seketika pada
waktu frekuensi berubah 0 Hz.
2.4.8 Motor DC
Motor Listrik DC atau DC Motor adalah suatu perangkat yang mengubah
energi listrik menjadi energi kinetik atau gerakan (motion). Motor Listrik DC
atau DC Motor ini menghasilkan sejumlah putaran per menit atau biasanya
dikenal dengan istilah RPM (Revolutions per minute). Motor Listrik DC tersedia
dalam berbagai ukuran rpm dan bentuk. Kebanyakan Motor Listrik DC
memberikan kecepatan rotasi sekitar 3000 rpm hingga 8000 rpm dengan
tegangan operasional dari 1,5V hingga 24V.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Desain Project
Dari gambar 3.1 adalah desain peletakkan piringan pada motor DC yang
digunakan pada project simulasi centrifuge dengan kontrol PID. Motor yang
digunakan adalah jenis motor tape dengan spesifikasi tegangan 0-12 VDC. Piringan
yang digunakan terbuat dari cover alat kosmetik bekas yang berbahan plastic tebal
yang diberi lubang pada bagian pinggirnya agar infrared dan photodioda dapat
saturasi. Ujung motor DC diletakkan tepat pada tengah piringan agar perputaran
dapat konstan.
U1 D1 R1
2 LED RESISTOR
- + 1 3 1 Q1
GND
IN OUT TIP3055 J3 0
+ C1 + C2 3 1
2200 LM7805 220 2
2
C3 +5V
DIODE BRIDGE 1 2 104
D3
0 1N4007 0 0 0
U2 2 D4 R2
1 Q2 LED RESISTOR 0
2 3
GND
IN OUT 3 TIP2955 J4
1
LM7905 2
C4 C5
1
J1 +
2200 2 1
+
220 C6 -5V J6
5 104
4 D5 1
3 1N4007 2
2 0 0 0 0 3
1 D7 4
5
U3
TRAFO 2 0
0 1 3 1 Q3 GND
GND
- + IN OUT TIP3055
+ C7 + C8 3
2200 LM7812 220
D6 R3
2
LED RESISTOR
1 2 J7 0
DIODE BRIDGE 1
D8 2
0 1N4007 0 0
C9 +12V
104
0 D9 R4
LED RESISTOR
0
U4 2 J8
1 Q4 1
2 3 2
GND
IN OUT 3 TIP2955
-12V
LM7912
C10 C11 C12
1
+ +
2200 2 1 220 104
0
D10
1N4007
0 0 0
1
2
R5
R6 1K R4
1K 1K CON2
R1 R2 R3
J3 J4 J5
1 1 1
2 2 2
1k
-12
J1
R2 U1
2 J2
4
5
1 LM741
2 - 1
SENSOR 6 2
1k 3 + 3
R3
J3
2 OUTPUT
7
1
1 J7
1k +12
VREF 1
R4 2
1k 3
+12 -12
CON3
0
0
Cara kerja : Kedua tegangan input tersebut merupakan nilai dari sensor
infrared-photodiode yang telah dikuatkan menggunakan
double-inverting amplifier (hasil berupa tegangan) dan nilai
dari tegangan setting yang telah diatur melalui pembagian
tegangan yang telah dibuat (hasil berupa tegangan). Hasil atau
output dari difference amplifier ini berupa nilai
error(tegangan).
𝑅𝑓
𝑉𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟(97𝑟𝑝𝑚) = (𝑉𝑠𝑒𝑡 − 𝑉𝑠𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟)
𝑅𝑖𝑛
1𝐾
= (0,75 𝑉 − 0,75𝑉)
1𝐾
1𝐾
= × 0,3𝑉
1𝐾
= 0,3𝑉
𝑅𝑓
𝑉𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟(383𝑟𝑝𝑚) = (𝑉𝑠𝑒𝑡 − 𝑉𝑠𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟)
𝑅𝑖𝑛
1𝐾
= (2,48 𝑉 − 3,38 𝑉)
1𝐾
1𝐾
= × 0,9 𝑉
1𝐾
= 0,9 𝑉
𝑅𝑓
𝑉𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟(603𝑟𝑝𝑚) = (𝑉𝑠𝑒𝑡 − 𝑉𝑠𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟)
𝑅𝑖𝑛
1𝐾
= (5,19 𝑉 − 2,61 𝑉)
1𝐾
1𝐾
= × 2,58𝑉
1𝐾
= 2,58 𝑉
J11
1
POT 2
3
U7
J3 CON3
4
5
R19
LM741
1 2 - J10
2 6
3 + 1
RESISTOR 2
INPUT
R20
7
1
OUT
RESISTOR
Perhitungan Proporsional :
13.1𝐾
VP 78rpm =− (0,3𝑉 )
1𝐾
13.1𝐾
=− (0,3𝑉)
1𝐾
= −3,93𝑉
13.1𝐾
VP 383rpm =− (0,9𝑉 )
1𝐾
13.1𝐾
=− (0,9𝑉)
1𝐾
= −11.79
13.1𝐾
VP 603rpm =− (2,58𝑉 )
1𝐾
13.1𝐾
=− (2,58𝑉)
1𝐾
= −33.8𝑉
Data tersebut diperoleh karena diambil dari nilai eror dari hasil
pengukuran, maka didapatkan hasil Vp seperti di atas. Namun, pada
pengukuran, hasil Vp pun tidak mencapai perhitungan karena memang
tegangan supply yang digunakan adalah 12 volt.
1K 10k
C1
J6
0,1uF
1
2 -12V
VERR
U1 J5
J4
4
5
3 R3 1
LM741
2 2 - 2
1 6
3 +
1K OUPUT I
ENABLE R4
1K
7
1
+12V
1
=− . 0.1. 10−6 . ∫ 0 (25. 10−4 − 0 )
1𝐾
=0V
1
F Cut Off = 2𝜋𝑅𝐶
1
= 2𝑥3,14𝑥19𝑥103 𝑥10−5
10−2
= 119,32 Hz
= 0,84 Hz
J19
1
2
3
- 12 V
R3
VCC
POT/SM
U3
4
5
J8 C2 R6
LM741 J9
2 2 -
1 6 1
3 + 2
1 uf 1K
INPUT
R14 OUTPUT
7
1
R
+ 12 V
Cara kerja :
1
2
10K 3
CON3
J1 U1
4
5
2 R1
UA741 J4
1 2 -
6 1
3 + 2
INPUT P 10K
J2 R2 OUTPUT
7
1
2
1
R5
10K 10K
INPUT I
R3
J3
2
1
10K
INPUT D
-12 0.1uF
U1
LM741 U2
4
5
LM741 +12
4
5
2 - R5
6 2 - J1
3 + 6
3 + 1
75K 2
J6
R6 CON2
7
1
1
7
1
12K 2
+12 3
+12 CON3
R7 R8
-12
1K 1K
Perhitungan osilator :
Frekuensi Osilasi
1 𝑅6
fo = 4 . 𝑅2. 𝐶. (𝑅7+𝑅8)
1 12𝑘
= 4 . 75𝐾. 0.1. 10−6 . ( 2𝑘 )
= 33,33 . (6)
= 199,8 Hz
Vout Segitiga :
𝑅7+𝑅8
Vout = Vs. ( )
𝑅6
2𝐾
= 24 . (12𝐾)
= 4 Vp-p
Rangkaian PWM
10K
U1
J3
4
5
J2 R1 J1
UA741
2 - 1
1 6 1 2
2 3 + 2 3
10K
R6
CON2 CON2 CON3
7
1
10K
R5
10K
1𝐾 0𝑉 0𝑉 0𝑉
= − .( + + )
1𝐾 1𝐾 1𝐾 1𝐾
=0V
U1 +
J4 CON3
4
5
2 UA741
1 2 - J2
6 1
3 + 2
SUMMING
OUT PWM
7
1
J1
2 +
1
PID
PWM +12V
R1
RESISTOR
U1
1 PS2501 4 J4
1
2 2
CON2
3
J2
2 Q1
1 BD135-16/PLP
GND
VREFF
1
2
R2 J11
100K R1 1
2 J7
1
2
1K GND
J6 U1 5V
R3
7
1
2 10K
1 3
+
6
2
-
REFF
2
1
LM741
4
5
J10
VOUT
2
1
J8
-12V
2
1
J9
PHOTO
1
2
GND
J4
J6
1
1 2
2
OUTPUT
VCC
U1
R2 5 4
5 4
470 R3
6 3
6 3 10k
7 2 R1 C1
7 2
C2 100k 1uF
8 1
8 1 0,02uF
LM2917/DIP8 J5
1
2
INPUT
= 2,04 V
= 5 Hz x 12 x 100k x 0,02µF
=6V
= 7 Hz x 12 x 100k x 0,02µF
= 8,4 V
10K 1K
-12V -12V
U1
U2
4
5
J2 R3
LM741
4
5
2 2 R1 J3
- LM741
1 6 2 -
3 + 6 1
1K 3 + 2
INPUT FTV 1K
7
1
OUTPUT
7
1
+12V
+12V
+12V
J1
1
2
3
-12V CON3
= 2 V ftv
J1
J3 C1
1 1
R1
out psa CAP RESISTOR output
J2
gnd
float RPM=0;
float RPMasli;
int i; Tipe data pada arduino
void setup() {
void loop() {
RPM=0;
for (i=0;i<100;i++) Listing counter up
{
RPM = RPM+analogRead(0);
delay(5); Membaca data analog dari PSA
}
RPMasli= RPM/100; Mengkonversi ke nilai RPM
Serial.print('a'); sesungguhnya
Serial.print(RPMasli);
Serial.print('b');
Syarat pengiriman data ke delphi
delay(500);
}
3.4.2 Delphi 7
unit Unit1; Nama dari unit dari satu object form yang kita pakai,
TForm1 = class(TForm)
Chart1: TChart;
Series1: TLineSeries;
Edit1: TEdit;
ComPort1: TComPort;
ComDataPacket1: TComDataPacket;
Label1: TLabel;
Label2: TLabel;
Button2: TButton;
SaveDialog1: TSaveDialog;
Button1: TButton;
Label3: TLabel;
Label4: TLabel;
Label5: TLabel;
Label6: TLabel;
procedure ComDataPacket1Packet(Sender: TObject; const Str: String);
procedure Button1Click(Sender: TObject);
procedure Button2Click(Sender: TObject);
procedure FormCreate(Sender: TObject);
private
Deklarasikan function dan
{ Private declarations }
procedurenya
public
{ Public declarations }
end;
Letak untuk mendevinisikan suatu variable/ Penampung
var
Data/ Penampung nilai sementara
Form1: TForm1;
implementation
{$R *.dfm}
Implementasi dari
procedure TForm1.ComDataPacket1Packet interface dimana berisikan
(Sender: TObject; const Str: String); tentang kode-kode
program
var dataADC:real;
e:Integer;
datake := round(Chart1.Series[0].MaxXValue);
datareal := datake div 2 ;
menitke:= datareal div 60;
detikke := datareal mod 60;
label3.Caption:=inttostr(menitke);
label4.Caption:=inttostr(detikke);
begin
Chart1.Series[0].Clear;
comport1.Close;
end Menandakan akhir dari sebuah unit
else
comport1.Open;
Chart1.Series[0].Clear;
Data ploting low 97rpm ini adalah data ploting pertama yang diambil saat pengambilan
data. Ploting pertama ini adalah 97rpm dan tidak pernah kurang dari angka 97. Pada ploting
ini dapat ditunjukkan bahwa rangkaian PID saat kondisi low. Kondisi low di setting pada
rangkaian pembagi tegangan.
Data ploting low 97rpm ini adalah data ploting kedua yang diambil saat
pengambilan data. Ploting pertama ini adalah 97rpm dan tidak pernah kurang dari angka
97. Pada ploting ini dapat ditunjukkan bahwa rangkaian PID saat kondisi low. Kondisi low
di setting pada rangkaian pembagi tegangan.
Data ploting low 97rpm ini adalah data ploting ketiga yang diambil saat
pengambilan data. Ploting pertama ini adalah 97rpm dan tidak pernah kurang dari angka
97. Pada ploting ini dapat ditunjukkan bahwa rangkaian PID saat kondisi low. Kondisi low
di setting pada rangkaian pembagi tegangan.
Data ploting low 97rpm ini adalah data ploting keempat yang diambil saat
pengambilan data. Ploting pertama ini adalah 97rpm dan tidak pernah kurang dari angka
97. Pada ploting ini dapat ditunjukkan bahwa rangkaian PID saat kondisi low. Kondisi low
di setting pada rangkaian pembagi tegangan.
Data ploting low 97rpm ini adalah data ploting kelima yang diambil saat
pengambilan data. Ploting pertama ini adalah 97rpm dan tidak pernah kurang dari angka
97. Pada ploting ini dapat ditunjukkan bahwa rangkaian PID saat kondisi low. Kondisi low
di setting pada rangkaian pembagi tegangan.
Dari kelima pengambilan data diatas dapat disimpulkan bahwa saat mengambil data
hanya berada di satu nilai yaitu 97rpm. Tetapi, hanya berbeda 1% meskipun tetap berada di
nilai 97rpm. Karena batas toleransi hanya bernilai 1 saja. Maka pengambilan data pada
rangkaian ini bisa dikatakan mendapatkan hasil yang maksimal.
Data ploting medium 383rpm ini adalah data ploting pertama yang diambil saat
pengambilan data. Ploting pertama ini adalah 383rpm dan tidak pernah kurang dari angka
383. Pada ploting ini dapat ditunjukkan bahwa rangkaian PID saat kondisi medium.
Kondisi medium di setting pada rangkaian pembagi tegangan.
Data ploting medium 383rpm ini adalah data ploting kedua yang diambil saat
pengambilan data. Ploting kedua ini adalah 383rpm dan tidak pernah kurang dari angka
383. Pada ploting ini dapat ditunjukkan bahwa rangkaian PID saat kondisi medium.
Kondisi medium di setting pada rangkaian pembagi tegangan.
Data ploting medium 383rpm ini adalah data ploting ketiga yang diambil saat
pengambilan data. Ploting ketiga ini adalah 383rpm dan tidak pernah kurang dari angka
383. Pada ploting ini dapat ditunjukkan bahwa rangkaian PID saat kondisi medium.
Kondisi medium di setting pada rangkaian pembagi tegangan.
Data ploting medium 383rpm ini adalah data ploting keempat yang diambil saat
pengambilan data. Ploting keempat ini adalah 383rpm dan tidak pernah kurang dari angka
383. Pada ploting ini dapat ditunjukkan bahwa rangkaian PID saat kondisi medium.
Kondisi medium di setting pada rangkaian pembagi tegangan.
Data ploting medium 383rpm ini adalah data ploting kelima yang diambil saat
pengambilan data. Ploting kelima ini adalah 383rpm dan tidak pernah kurang dari angka
383. Pada ploting ini dapat ditunjukkan bahwa rangkaian PID saat kondisi medium.
Kondisi medium di setting pada rangkaian pembagi tegangan.
Dari kelima pengambilan data diatas dapat disimpulkan bahwa saat mengambil data
hanya berada di satu nilai yaitu 383rpm. Tetapi, hanya berbeda 1% meskipun tetap berada
di nilai 383rpm. Karena batas toleransi hanya bernilai 1 saja. Maka pengambilan data pada
rangkaian ini bisa dikatakan mendapatkan hasil yang maksimal.
Gambar 2.32 Gambar ploting high 603RPM pertama
Data ploting high 603rpm ini adalah data ploting pertama yang diambil saat
pengambilan data. Ploting pertama ini adalah 603rpm dan tidak pernah kurang dari
angka 603. Pada ploting ini dapat ditunjukkan bahwa rangkaian PID saat kondisi
high. Kondisi high di setting pada rangkaian pembagi tegangan.
Pengambilan data high 603RPM kedua
BAB IV
HASIL DAN ANALISA
4.1 Hasil Output
4.1.1 Kontrol PID di 97 RPM
Tabel 4.1 Hasil output PID 97 RPM
VPSA Vset PID Summing
PID
Kp Kd Ki
Volt 160mV 80mV 3,80V 13,6V 821mV 10,4V
Berikut adalah hasil kontrol PID pada saat posisi LOW ( 97 RPM ) dengan
batas toleransi overshoot sebesar ±3 RPM dan toleransi osilasi sebesar ±1 RPM
Pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa rpm yang telah ditentukan adalah 97
RPM. Dengan toleransi overshoot sebesar ±3 RPM dan toleransi osilasi sebesar ±1
RPM. Pada tahap ini sensor diletakkan di antara piringan yang telah dipasang di
motor dc, sensor yang digunakan adalah photodioda dan infrared yang akan saturasi
apabila tidak terhalang oleh piringan yang berputar. Kontrol yang digunakan pada
tahap ini adalah P, I, dan D. Dengan Kp = 0,131M Kd = 0,156M Ki = 0,019M.
Gambar diatas merupakan hasil monitoring rpm selama 25 menit.
Berikut adalah hasil kontrol PID pada saat posisi MEDIUM ( 383 RPM )
dengan batas toleransi overshoot sebesar ±3 RPM dan toleransi osilasi sebesar ±1
RPM
Berikut adalah hasil kontrol PID pada saat posisi HIGH ( 603 RPM ) dengan
batas toleransi overshoot sebesar ±3 RPM dan toleransi osilasi sebesar ±1 RPM
Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa rpm yang telah ditentukan adalah 603
RPM. Dengan toleransi overshoot sebesar ±3 RPM dan toleransi osilasi sebesar ±1
RPM. Pada tahap ini sensor diletakkan di antara piringan yang telah dipasang di
motor dc, sensor yang digunakan adalah photodioda dan infrared yang akan saturasi
apabila tidak terhalang oleh piringan yang berputar. Kontrol yang digunakan pada
tahap ini adalah P, I, dan D. Dengan Kp = 0,131M Kd = 0,156M Ki = 0,019M.
Gambar diatas merupakan hasil monitoring rpm selama 10 menit yang dimulai saat
detik ke-20.
Dari gambar 4.4 merupakan gambar dari tegangan output dari low pass filter
(LPF) dengan nilai 80mV diperoleh dari rangkaian LPF yang terdiri dari resistor dan
kapasitor yang disusun secara seri dengan frekuensi cutoff sebesar 15,92 Hz.
Dari gambar 4.5 merupakan gambar dari tegangan setting 97 RPM dengan nilai
80mV yang diperoleh dari rangkaian pembagian tegangan. Dari kedua output tersebut
akan dimasukkan pada rangkaian difference yang berfungsi menyelisihkan antara
tegangan output LPF dengan tegangan setting dengan hasil yang disebut sebagai
Verror. Nilai Verror tersebut akan menjadi input dari masing-masing kontrol.
4.1.5 Output LPF dan Tegangan setting pada 383 RPM (MEDIUM).
Berikut ini merupakan gambar output rangkaian LPF dengan setting
383 RPM ( MEDIUM )
Dari gambar 4.6 merupakan gambar dari tegangan output dari low pass filter
(LPF) dengan nilai 200mV diperoleh dari rangkaian LPF yang terdiri dari resistor
dan kapasitor yang disusun secara seri dengan frekuensi cutoff sebesar 15,92Hz.
Dari gambar 4.7 merupakan gambar dari tegangan setting 383 RPM dengan
nilai 160 mV yang diperoleh dari rangkaian pembagian tegangan. Dari kedua output
tersebut akan dimasukkan pada rangkaian difference yang berfungsi menyelisihkan
antara tegangan output LPF dengan tegangan setting dengan hasil yang disebut
sebagai Verror. Nilai Verror tersebut akan menjadi input dari masing-masing
kontrol.
Dari gambar 4.8 merupakan gambar dari tegangan output dari low pass filter
(LPF) dengan nilai 120mV diperoleh dari rangkaian LPF yang terdiri dari resistor dan
kapasitor yang disusun secara seri dengan frekuensi cutoff sebesar 15,92Hz.
Dari gambar 4.9 merupakan gambar dari tegangan setting 603 RPM dengan
nilai 160mV yang diperoleh dari rangkaian pembagian tegangan. Dari kedua output
tersebut akan dimasukkan pada rangkaian difference yang berfungsi menyelisihkan
antara tegangan output LPF dengan tegangan setting dengan hasil yang disebut
sebagai Verror. Nilai Verror tersebut akan menjadi input dari masing-masing
kontrol.
4.1.7 PWM
4.1.7.1 Rangkaian PWM Pada 97 RPM
Berikut ini merupakan gambar output dari rangkaian osilator pada
setting 97 RPM ( LOW )
Dari gambar 4.18 merupakan rangkaian summing dengan nilai 5,00V yang
berfungsi untuk menaikkan tegangan referensi sehingga gelombang segitiga akan
naik dan bentuk akan kebalik
Dari gambar 4.19 merupakan hasil dari output kontrol proposional sebesar 3,80V
pada 97 RPM, kontrol proporsional diatas berfungsi sebagai penguatan dari inputan P
yang berasal dari selisih antara tegangan output LPF dan tegangan setting atau
dengan nama lain disebut tegangan error, yang hasil dari masing-masing kontrol
akan dijumlahkan pada rangkaian summing.
Berikut ini merupakan gambar output dari kontrol P dengan VP 383 RPM
( MEDIUM )
Dari gambar 4.20 merupakan hasil dari output kontrol proposional sebesar
4,04V pada 383 RPM, kontrol proporsional diatas berfungsi sebagai penguatan dari
inputan P yang berasal dari selisih antara tegangan output LPF dan tegangan setting
atau dengan nama lain disebut tegangan error, yang hasil dari masing-masing kontrol
akan dijumlahkan pada rangkaian summing.
Berikut ini merupakan gambar output dari kontrol P dengan VP 603 RPM
( HIGH )
Tegangan ( mV )
15
10
Tegangan ( mV)
5
0
Tegangan ( mV )
1 5 10 15 20 25
-5
-10
-15
Amplitudo
Dari gambar 4.22 merupakan hasil dari output kontrol intergral sebesar
821mV pada 97 RPM, kontrol integral diatas juga berasal dari selisih antara
tegangan output LPF dan tegangan setting atau dengan nama lain disebut tegangan
error, yang hasil dari masing-masing kontrol akan dijumlahkan pada rangkaian
summing.
Berikut ini merupakan gambar output dari kontrol I dengan VI 383 RPM
( MEDIUM )
Dari gambar 4.23 merupakan hasil dari output kontrol integral sebesar 6,12V
pada 383 RPM, kontrol integral diatas juga berasal dari selisih antara tegangan
output LPF dan tegangan setting atau dengan nama lain disebut tegangan error,
yang hasil dari masing-masing kontrol akan dijumlahkan pada rangkaian summing.
Berikut ini merupakan gambar output dari kontrol I dengan VI 603 RPM
( HIGH )
Dari gambar 4.24 merupakan hasil dari output kontrol integral sebesar 9,42V
pada 603 RPM, kontrol integral diatas juga berasal dari selisih antara tegangan
output LPF dan tegangan setting atau dengan nama lain disebut tegangan error,
yang hasil dari masing-masing kontrol akan dijumlahkan pada rangkaian summing.
Dibawah ini merupakan grafik dari uji rangkaian Integral yang ditembak
generator sinyal dengan amplitudo
Tegangan ( Volt )
1.4
1.2
Tegangan ( Volt )
1
0.8
0.6
0.4 Tegangan ( Volt )
0.2
0
1 5 10 15 20 25
Amplitudo ( Vpp)
Grafik diatas menunjukkan grafik output dari uji kontrol rangkaian integral
berupa besarnya tegangan terhadap amplitudo tertentu.
Berikut ini merupakan gambar output dari kontrol D dengan VD 383 RPM
( MEDIUM )
Dari gambar 4.26 merupakan hasil dari output kontrol intergral sebesar
14,0V pada 383 RPM, kontrol derevatif diatas berasal dari selisih antara tegangan
output LPF dan tegangan setting atau dengan nama lain disebut tegangan error,
yang hasil dari masing-masing kontrol akan dijumlahkan pada rangkaian summing.
Berikut ini merupakan gambar output dari kontrol D dengan VD 603 RPM
( HIGH )
Dari gambar 4.27 merupakan hasil dari output kontrol intergral sebesar
14,4V pada 603 RPM, kontrol derevatif diatas berasal dari selisih antara tegangan
output LPF dan tegangan setting atau dengan nama lain disebut tegangan error,
yang hasil dari masing-masing kontrol akan dijumlahkan pada rangkaian summing.
Dibawah ini merupakan grafik dari uji rangkaian Derevatif yang ditembak
generator sinyal dengan amplitudo
Tegangan ( Volt )
4
2
Tegangan ( Volt )
0
-2 1 5 10 15 20 25
-4 Tegangan ( Volt )
-6
-8
-10
Amplitudo
Berikut ini adalah gambar output dari rangkaian PSA saat keadaan medium:
Berikut ini adalah gambar output dari rangkaian different saat keadaan high:
Gambar 4.33 diatas merupakan hasil output dari rangkaian different pada
saat high. Untuk mencari nilai error dengan membandingkan input set point pada
pembagian tegangan dengan input dari rangkaian PSA. Nilai eror tersebut akan
menjadi input dari rangkaian control PID yang akan diteruskan pada rangkaian
summing amplifier.
Gambar 4.34 diatas merupakan hasil output dari rangkaian summing PID
pada saat kondisi low. Input dari rangkaian ini adalah output rangkaian P
(propotional), I (integral), dan D (derrivative) yang dijumlahkan.
Berikut ini adalah gambar output dari rangkaian Summing saat keadaan Medium :
Gambar 4.35 diatas merupakan hasil output dari rangkaian summing PID
pada saat kondisi medium. Input dari rangkaian ini adalah output rangkaian P
(propotional), I (integral), dan D (derrivative) yang dijumlahkan.
Berikut ini adalah gambar output dari rangkaian Summing saat keadaan High :
Gambar 4.36 diatas merupakan hasil output dari rangkaian summing PID
pada saat kondisi high. Input dari rangkaian ini adalah output rangkaian P
(propotional), I (integral), dan D (derrivative) yang dijumlahkan.
Rohmatul (002), Alievya (003), Fatich (009) 55
Simulasi Centrifuge dengan Kontrol PID 2019
Berikut ini adalah gambar output dari rangkaian sensor motor saat keadaan medium :
Berikut ini adalah gambar output dari rangkaian sensor motor saat keadaan high :
Berikut ini adalah gambar output dari rangkaian FTV saat keadaan medium :
Gambar 4.41 diatas merupakan hasil output dari rangkaian FTV (frequency
to voltage) yang berfungsi untuk mengubah frekuensi (Ton/Toff yang ditangkap
oleh sensor motor)
Berikut ini adalah gambar output dari rangkaian FTV saat keadaan high
Gambar 4.42 diatas merupakan hasil output dari rangkaian FTV (frequency to
voltage) yang berfungsi untuk mengubah frekuensi (Ton/Toff yang ditangkap oleh
sensor motor)
Berikut ini merupakan grafik hasil uji rangkaian FTV dengan menggunakan
sinyal generator
Tegangan (Volt)
Tegangan ( Volt ) 8
2 Tegangan (Volt)
300
100
200
400
500
600
700
800
900
1000
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Frekuensi ( Hz )
Grafik diatas menunjukkan grafik output uji rangkaian FTV yang diberi
frekuensi tertentu dengan menggunakan sinyal generator, dimana frekuensi tersebut
akan dirubah menjadi tegangan.
Gambar 4.44 diatas merupakan hasil output dari rangkaian PSA. Rangkaian
PSA merupakan gabungan dari dua rangkaian penguat inverting (penguat terbalik).
Rangkaian ini berfungsi sebagai penguat output dari rangkaian FTV.
Berikut ini adalah gambar output dari rangkaian PSA saat keadaan medium :
Gambar 4.45 diatas merupakan hasil output dari rangkaian PSA. Rangkaian
PSA merupakan gabungan dari dua rangkaian penguat inverting (penguat terbalik).
Rangkaian ini berfungsi sebagai penguat output dari rangkaian FTV.
Berikut ini adalah gambar output dari rangkaian PSA saat keadaan high :
Gambar 4.46 diatas merupakan hasil output dari rangkaian PSA. Rangkaian
PSA merupakan gabungan dari dua rangkaian penguat inverting (penguat
terbalik). Rangkaian ini berfungsi sebagai penguat output dari rangkaian FTV.
Gambar 4.47 diatas merupakan hasil output dari rangkaian filter pasif yang
digunakan untuk membuang tegangan output pada frekuensi tertentu. Pada
rangkaian ini menggunakan kombinasi dari R dan C.
Berikut ini adalah gambar output dari rangkaian filter saat keadaan medium:
Gambar 4.48 diatas merupakan hasil output dari rangkaian filter pasif yang
digunakan untuk membuang tegangan output pada frekuensi tertentu. Pada
rangkaian ini menggunakan kombinasi dari R dan C.
Berikut ini adalah gambar output dari rangkaian filter saat keadaan high:
Gambar 4.49 diatas merupakan hasil output dari rangkaian filter pasif yang
digunakan untuk membuang tegangan output pada frekuensi tertentu. Pada
rangkaian ini menggunakan kombinasi dari R dan C.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Project elektronika terintegrasi yaitu Simulasi Centrifuge Dengan Kontrol
PID ini terdiri dari berbagai rangkaian dengan fungsinya masing-masing, didalam
project Simulasi Centrifuge Dengan Kontrol PID terdapat rangkaian Difference
Amplifier, Rangkaian Kontrol Proporsional, Rangkaian Kontrol Integratif,
Rangkaian Kontrol Derivatif, rangkaian Summing Amplifier, Rangkaian PWM,
rangkaian Driver Motor, rangkaian Sensor, rangkaian Komparator, rangkaian
Frequency To Voltage, dan rangkaian Pengondisi Sinyal Aktif (PSA). Selain
rangkaian-rangkaian tersebut terdapat beberapa pendukung yaitu : Motor DC 12 v,
Arduino nano, dan rangkaian Low Pass Filter. Penggunaan Arduino dalam project
ini bertujuan untuk mempermudah pengambilan data pada setiap RPM yang
diinginkan. Project Simulasi Centrifuge Dengan Kontrol PID ini menggunakan
kontrol PID dengan tujuan untuk menjaga kestabilan kecepatan motor pada RPM
yang telah di atur. Dan dalam proses project ini tidak ada overshoot saat
pengambilan data.
Pada project Simulasi Centrifuge Dengan Kontrol PID ini kami tidak
mengalami overshoot, tetapi kabel rangkaian kami sepertinya ada yang harus
diganti dikarenakan ketika kami mengambil data pertama dan akan mengulangi
pengambilan data kembali, ketika kabel rangkaian mengarami pergeseran maka data
tidak akan normal kembali. Jadi, menurut kami kabel rangkaian sangat berpengaruh
terhadap rangkaian, apabila kabel rangkaian dirasa sudah tidak layak maka jangan
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Handy Wicaksono, & Josaphat Pramudijanto. (2004). Kontrol PID Untuk Pengaturan
Kecepatan Motor DC Dengan Metode Tuning Direct Synthesis. Jurnal Teknik
Elektro, 4(1), 10–17. Retrieved from
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/elk/article/view/15881
(Diakses pada 20 Maret 2019)
[2] http://fungsialat.blogspot.com/2016/12/fungsi-alat-centrifuge-dan-cara.html
[3] http://labkontrol.blogspot.co.id/2012/09/controller-p-pengendali-proportional.html
[4] http://arifelektronikaindustri.blogspot.co.id/2011/08/kontrol-pid.html
[5] https://putraekapermana.wordpress.com/2013/11/21/pid/
[6] http://labkontrol.blogspot.co.id/2012/09/kontroller-d-pengendali-tipe.html
[8] http://www.kimiafi.com/2018/03/prinsip-fungsi-dan-cara-menggunakan-
centrifuge.html
[9] http://lang8088.blogspot.co.id/2011/12/differential-amplifier-op-amp.html
[10] http://basukidwiputranto.blogspot.co.id/2014/04/aplikasi-op-amp-ke-6-
integrator.html
[12] Danu Wisnu,Arif Wahjudi dan Endro Nurhadi, Perancangan Sistem Kontrol PID
untuk Pengendali Sumbu Azimuth Turret pada Turret-Gun Kaliber 20mm,Jurnal
Teknik ITS Vol.5 no.2,(2016) ISSN: 2337-3539(2301-9271 Print)
[13] Afifuddin Much, Hj Her Gumiwang A, Dr.I Dewa Gede Hari W, Centrifuge
menggunakan Kontrol PID (Proportional, Integrative dan Derivative) , Seminar
Tugas Akhir, 2017, http://digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id
LAMPIRAN