Anda di halaman 1dari 17

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA DAN ISU KEAMANAN

NON-TRADISIONAL1

INDONESIAN FOREIGN POLICY AND NON-TRADITIONAL


SECURITY ISSUES

Athiqah Nur Alami

Peneliti Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia


Jalan Jenderal Gatot Subroto No. 10, Jakarta
E-mail: tiqa_lipi@yahoo.com
Diterima: 29 Juli 2015; direvisi: 11 September 2015; disetujui: 30 Oktober 2015

Abstract

Non-traditional security issues have become Indonesian foreign policy agenda since the last two decades. It
is influenced by the Cold War and the growing strength of non traditional security threats that are transnational
and endanger the life of people. The non traditional security threats include climate change and environmental
destruction, energy security, international migration, and international terrorism. As part of international community,
Indonesia is also unavoidable from non-traditional security threats that require the handling of not only domestic
policy but also foreign policy. To that end, this paper will examine the importance of non-traditional security issues
in Indonesian foreign policy.

Keywords: Indonesian foreign policy, non traditional security.

Abstrak

Isu keamanan non-tradisional telah menjadi agenda politik luar negeri Indonesia sejak dua dasawarsa terakhir.
Hal tersebut dipengaruhi oleh berakhirnya Perang Dingin dan semakin menguatnya ancaman keamanan non-
tradisional yang sifatnya lintas negara yang membahayakan sendi-sendi kehidupan warga negaranya. Ancaman
keamanan non-tradisional tersebut antara lain isu mengenai perubahan iklim dan kerusakan lingkungan hidup,
keamanan energi, migrasi internasional, dan juga terorisme internasional.Sebagai bagian dari komunitas internasional,
Indonesia juga tidak dapat terhindarkan dari ancaman keamanan non-tradisional yang memerlukan penanganan
tidak hanya kebijakan domestik tapi juga kebijakan luar negeri. Untuk itu, tulisan ini akan mengkaji urgensi isu
keamanan non-tradisional dalam kebijakan luar negeri Indonesia.

Kata kunci: politik luar negeri Indonesia, keamanan non-tradisional.

Pendahuluan lingkungan hidup, keamanan energi, migrasi


Tulisan ini merupakan resume dari penelitian internasional dan terorisme internasional.
mengenai Politik Luar Negeri Indonesia dan Kajian atas empat isu yang telah dilakukan pada
Isu Keamanan Non-tradisional. Penelitian ini penelitian tahun 2010-2013 tersebut berupaya
merupakan assessment terhadap pola dan tren menganalisis perkembangan dan pengaruh
pelaksanaan kebijakan luar negeri Indonesia isu-isu keamanan non-tradisional yang strategis
dalam empat isu keamanan non-tradisional yaitu bagi politik luar negeri Indonesia.

1
Tim Peneliti terdiri dari Athiqah Nur Alami, S.IP, MA; Dr. Ganewati Wuryandari; Dr. Siswanto; RR. Emilia Yustiningrum, S.IP, MA;
Rizka Fiani Prabaningtyas, S.IP, Mario Surya Ramadhan, S.Sos.

Politik Luar Negeri Indonesia dan Isu Keamanan ... | Athiqah Nur Alami | 87 
Dinamika hubungan antar negara telah dalam pembahasan persoalan politik luar negeri
mengalami perubahan cepat dan kompleks. dan isu keamanan non-tradisional dengan
Berakhirnya Perang Dingin, pesatnya kemajuan lima karakteristik, yaitu sifat persoalan, aktor
teknologi informasi dan globalisasi tidak dan kepentingan, faktor yang mempengaruhi,
saja telah mendorong perubahan tatanan pendekatan dan bentuk sekuritisasi. Kelima
internasional, melainkan juga melahirkan karakteristik inilah yang menjadi fokus dari buku
tantangan, agenda, aktor dan ancaman baru dalam ini (lihat Gambar 1.)
hubungan internasional. Sekalipun ancaman
keamanan tradisional yang berwujud perang
masih membayangi stabilitas dan perdamaian
dunia hingga saat ini, tetapi dalam beberapa
dekade terakhir keamanan non-tradisional juga
telah menjadi realitas ancaman yang semakin
menguat.2 Ancaman keamanan non-tradisional
akhir-akhir ini semakin mendapatkan perhatian
serius dari negara-negara di dunia. Kondisi ini
didorong oleh kekhawatiran mendalam akan
dampak yang dapat ditimbulkan dari ancaman
tersebut yang tidak mengenal batas kedaulatan
wilayah negara.
Indonesia sebagai bagian dari masyarakat
Sumber: Diolah oleh tim.
internasional memiliki tanggung jawab
moral untuk ikut andil di dalam upaya global Gambar 1. Karakteristik Isu Keamanan non-
mengatasi ancaman keamanan non-tradisional Tradisional
tersebut. Terlebih lagi, Indonesia sejatinya juga
menghadapi sejumlah persoalan nyata ancaman Pertama, jika dilihat dari sifat persoalan,
keamanan ini, seperti permasalahan lingkungan keempat isu tersebut bersifat multidimensi dan
hidup, keamanan energi, migrasi internasional, transnasional. Dalam isu lingkungan hidup,
dan terorisme internasional. Hasil kajian misalnya, perubahan iklim yang kian tidak
menunjukkan bahwa isu-isu tersebut merupakan menentu menimbulkan efek berganda antara
bagian dari kepentingan nasional Indonesia lain berupa banjir, kekeringan, munculnya
dan pemerintah Indonesia memiliki berbagai virus-virus penyakit baru dan punahnya beberapa
kebijakan, termasuk di level kebijakan luar jenis spesies di muka bumi.3 Kegiatan ekonomi
negeri dan diplomasi. Meskipun demikian, dalam masyarakat, lalu lintas transportasi, pertanian
pelaksanaannya, masih terdapat sejumlah kendala dan aspek-aspek lainnya secara langsung dan
yang dihadapi, khususnya oleh pemerintah tidak langsung juga akan terpengaruh dengan
Indonesia. Untuk itu, terdapat sejumlah strategi adanya fenomena global tersebut. Dampak
diplomasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah negatif yang ditimbulkannya pun tidak mengenal
dalam mengatasi persoalan ancaman keamanan mengenal batas wilayah kedaulatan negara
non tradisonal. Hal-hal tersebut di atas akan (transboundary), dimana negara kaya atau
menjadi pembahasan tulisan ini. miskin, ataupun bangsa kulit putih atau kulit
berwarna akan terkena dampak dari pemanasan
Fokus Kajian global dan perubahan iklim.
Berangkat dari latar belakang diatas, tulisan
ini menganalisis isu keamanan non-tradisional 3
Kalangan ilmuwan memperkirakan seperempat dari
seluruh species yang ada di planet bumi akan punah pada
lima puluh tahun mendatang. Hampir tujuh belas macam
2
Susan L. Graig, “China Perception of Traditional and species hilang setiap harinya. Kepunahan mereka dipercepat
NonTraditional Security Threat”, The Strategic Studies Institute, adanya kebakaran, polusi, diversifikasi penggunaan lahan
Maret 2007, http://www.StrategicStudiesInstitute.army.mil/, dan berkurangnya cakupan hutan. Setiap tahunnya, dunia
diakses pada tanggal 16 Agustus 2014, hlm. 101. kehilangan hutan seluas sekitar empat kali negara Swiss.

88 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 12 No. 2 Desember 2015 | 87–103  


Kedua, terkait dengan aktor-aktor yang negara sama-sama menjadi korban dari sejumlah
terlibat dalam keempat isu-isu keamanan aksi terorisme, seperti Bom Bali I dan II serta
non-tradisional tersebut tidak hanya terdiri dari Bom Kedubes Australia. Namun memang,
negara, tapi juga non negara. Karakteristik ini selama ini, kerja sama yang dilakukan masih
terlihat jelas salah satunya dalam isu migrasi lebih banyak bersifat teknis, diantaranya berupa
internasional, khususnya dalam konteks pekerja bantuan fisik dan pelatihan. Kompleksitas
migran. Keterlibatan masyarakat sipil dalam persoalan dalam isu terorisme yang sifatnya
mendorong implementasi kesepakatan Deklarasi multidimensi juga menghendaki berbagai aktor
ASEAN Migrant Workers sangat signifikan. nasional untuk saling bekerja sama. Dalam
Sejumlah koalisi masyarakat sipil seperti konteks ini, maka koordinasi antar instansi terkait
The Southeast Asia National Human Rights mutlak diperlukan dalam mencari penyelesaian
Institutions Forum (SEANF) dan Kaukus persoalan secara holistik.
Perempuan Asia Tenggara di ASEAN telah Karakteristik kelima yang terlihat dalam
mengirimkan rekomendasi kepada ASEAN isu-isu keamanan non-tradisional adalah
terkait dengan substansi Instrumen ASEAN adanya sekuritisasi dimana isu tersebut mulai
agar mentaati traktat HAM internasional dan dianggap sebagai ancaman bagi keamanan
konsisten dengan sejumlah konvensi ILO. Selain nasional. Bagi Indonesia, bentuk dari sekuritisasi
itu, komponen masyarakat sipil lainnya, sebagai terlihat dari adanya proses institusionalisasi
amanat Deklarasi Cebu yang dihasilkan dalam sebagai respons atas karakteristik isu yang
KTT ASEAN ke-12 pada tahun 2007 di Cebu, multidimensi. Dalam isu lingkungan hidup,
Filipina berperan dalam mengoperasionalisasikan misalnya, kompleksitas persoalan lingkungan
dan mendorong pemajuan akan hak-hak pekerja hidup direspons dengan pembentukan Dewan
migran. Nasional Perubahan Iklim (DNPI). Upaya yang
Ketiga, faktor-faktor yang mempengaruhi sama juga terlihat dalam sejumlah isu lainnya
keempat isu keamanan non-tradisional tersebut seperti pembentukan Dewan Energi Nasional
tidak dapat dilepaskan dari dinamika lingkungan (DEN) dalam isu keamanan energi, BNP2TKI
domestik dan internasional. Dalam isu keamanan pada persoalan migrasi internasional, dan Badan
energi, misalnya, sangat dipengaruhi oleh Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)
kepentingan nasional serta kondisi domestik dan untuk mengatasi persoalan terorisme. Upaya
internasional. Kepentingan ekonomi nasional dan institusionalisasi juga terjadi di Kementerian
permintaan pasar domestik menjadi dorongan Luar Negeri RI sebagai bagian dari kebijakan
setiap negara untuk memenuhi kebutuhannya restrukturisasi. Untuk mengatasi persoalan
baik dari sumber domestik maupun eksplorasi lingkungan hidup dan migrasi, Kemlu RI
atau mengimpor energi dari mancanegara. sebagai ujung tombak diplomasi Indonesia, telah
Sebaliknya, gejolak keamanan energi di negara memiliki direktorat khusus yang menanganinya,
lain akan mempengaruhi sikap negara dalam yaitu Direktorat Pembangunan, Ekonomi dan
mendefinisikan keamanan energinya. Oleh Lingkungan Hidup dan Direktorat Perlindungan
karena itu, isu keamanan energi memperlihatkan WNI dan Badan Hukum Indonesia. Namun,
posisi negara berdasarkan konteks domestik dan langkah yang sama belum terlihat dalam isu
internasional. keamanan energi dan terorisme internasional.
Keempat, isu-isu keamanan non-tradisional Namun demikian, proses sekuritisasi
tersebut memiliki pendekatan yang sama baik di terhadap suatu isu perlu dilihat secara lebih
level nasional maupun internasional. Dalam isu kritis, apakah isu tersebut berdampak langsung
terorisme internasional, misalnya, persoalan yang atau tidak langsung bagi keamanan nasional atau
multidimensi dan transnasional ini meniscayakan internasional. Dalam konteks ini, kita perlu secara
adanya kerja sama internasional, baik di level jeli melihat hubungan atau persinggungan antara
bilateral, regional maupun mutilateral. Kerja suatu isu dengan keamanan nasional. Dalam isu
sama bilateral Indonesia dengan Australia, migrasi internasional, misalnya, menurut Aniol,
misalnya, menjadi intens dijalin sejak kedua migrasi internasional akan berdampak pada

Politik Luar Negeri Indonesia dan Isu Keamanan ... | Athiqah Nur Alami | 89 
keamanan internasional jika terjadi dalam tiga negeri ke depan dalam merespons isu tersebut.
bentuk. Pertama, migrasi internasional terjadi Dalam kajian empat tahun sebelumnya (2010-
sebagai konsekuensi dari ancaman keamanan 2013), penulis telah mengkaji empat isu-isu
lainnya, seperti pelanggaran HAM, konflik keamanan non-tradisional yaitu lingkungan
etnis dan konflik internal. Bentuk kedua adalah hidup, keamanan energi, migrasi internasional,
migrasi internasional dapat dianggap sebagai dan terorisme internasional. Untuk itu, pada tahun
ancaman bagi keamanan internasional ketika itu kelima, sebagai bagian dari upaya akademis,
terjadi secara masif dan tidak terkontrol. Ketiga, buku ini mengkaji perkembangan dan pengaruh
jika migrasi internasional berdampak pada isu-isu keamanan non-tradisional yang strategis
ancaman keamanan lainnya seperti kekerasan bagi politik luar negeri Indonesia. Buku yang
rasial dan xenophobia, maka dapat dianggap mengambil timeframe pemerintahan Indonesia
sebagai ancaman bagi keamanan nasional.4 Untuk di era reformasi ini bertujuan untuk melakukan
itu, dalam konteks Indonesia, apakah migrasi assessment terhadap pelaksanaan kebijakan
internasional, khususnya yang dilakukan oleh luar negeri Indonesia, dengan mengidentifikasi
pekerja migran, memiliki karakteristik ketiga pola dan trend yang terjadi dalam keempat isu
bentuk di atas, sehingga dapat dikategorikan tersebut. Penelitian yang dilakukan merupakan
sebagai ancaman keamanan, perlu menjadi penelitian kualititatif dengan metode pencarian
perhatian. data berupa studi literatur dan focus group
Berdasarkan lima karakteristik di atas, discussion di Jakarta, Bandung dan Surabaya.
permasalahan mendasar dalam politik luar negeri Narasumber dalam diskusi tersebut diantaranya
Indonesia dalam isu keamanan non-tradisional, adalah akademisi, aktivis Lembaga Swadaya
yaitu isu-isu keamanan non-tradisional masih Masyarakat dan aktor pemerintah seperti
menjadi tantangan kebijakan luar negeri Kementerian Luar Negeri RI.
Indonesia yang perlu diimplementasikan secara
nyata. Upaya tersebut belum sepenuhnya Hasil Penelitian
efektif dan optimal dalam menyelesaikan 1. Isu Keamanan Non-tradisional dan
persoalan, sehingga pemerintah Indonesia masih Kepentingan Nasional Indonesia
menghadapi sejumlah kendala baik di dalam Konsep keamanan non-tradisional terus
negeri maupun internasional. Salah satu kendala mengalami perkembangan dan telah
utama yang terjadi di dalam negeri adalah mempengaruhi agenda kebijakan luar negeri
persoalan lemahnya koordinasi. Karakter isu-isu (foreign policy) 5 berbagai negara termasuk
keamanan non-tradisional yang multidimensi dan Indonesia. Sebagai salah satu negara yang
multistakeholder tersebut menjadikan pentingnya menghadapi sejumlah ancaman keamanan non-
koordinasi antar pemangku kepentingan, baik tradisional, Indonesia juga memiliki kepentingan
intra negara maupun antara aktor negara dan nasional untuk mengatasi persoalan tersebut
non negara. Pembentukan berbagai institusi melalui kebijakan luar negerinya. Indonesia,
baru untuk menangani isu-isu tersebut memang paling tidak menghadapi empat persoalan
dapat menjadi solusi, tetapi perlu ditingkatkan keamanan non-tradisional, yaitu lingkungan
kapasitas dan efektivitasnya. Untuk itu, menjalin hidup, keamanan energi, migrasi internasional,
hubungan baik dengan aktor non negara, seperti dan terorisme internasional, yang strategis bagi
LSM, organisasi internasional, media, dan politik luar negeri Indonesia.
sebagainya menjadi suatu keniscayaan.
Dalam isu lingkungan hidup, misalnya,
Dengan melihat perkembangan isu-isu sebagai negara kepulauan yang memiliki ribuan
tersebut di masa mendatang dan respons pulau, Indonesia sangat berkepentingan untuk
Indonesia terhadap isu-isu tersebut maka penting menjaga keutuhan wilayah teritorialnya. Namun,
untuk mengetahui bagaimana kebijakan luar fenomena perubahan iklim dan pemanasan global

4
Aniol W, International Migration and European Security, 5
Tulisan ini menggunakan istilah “kebijakan luar negeri” dan
Warsawa, Instytut Studiów Politycznych Polskiej Akademii “politik luar negeri” secara bergantian dan mengacu pada
Nauk, 1992, hlm. 17. makna yang sama.

90 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 12 No. 2 Desember 2015 | 87–103  


saat ini semakin mengancam hal tersebut. Hal sebagai sumber energi tradisional Indonesia
ini terbukti dengan kenaikan permukaan air daripada sumber energi terbarukan.
laut Indonesia sebesar rata-rata 5-10 milimeter Persoalan keamanan non-tradisional
per tahun yang telah mengakibatkan hilangnya lainnya yang terkait erat dengan kepentingan
luas daratan setiap tahunnya mencapai 4.759 nasional Indonesia adalah migrasi internasional.
hektar.6 Peningkatan permukaan laut tersebut Pertumbuhan aktivitas migrasi internasional,
juga berdampak pada banyak hal, antara lain khususnya pekerja migran di Asia, termasuk
mempengaruhi ekosistem pantai termasuk Indonesia, semakin signifikan dalam satu dekade
kerusakan terumbu karang, vegetasi mangrove, terakhir ini. Indonesia merupakan salah satu
kehilangan jenis-jenis kehidupan laut lainnya dan negara pengirim tenaga kerja migran (TKI)
produksi perikanan. Kondisi ini penting menjadi terbesar di dunia. Menurut BNP2TKI, sampai
perhatian juga karena sekitar 25% dari GDP dengan tahun 2013, jumlah TKI mencapai
Indonesia berasal dari aktivitas ekonomi yang sekitar 6,5 juta yang tersebar di 160 negara di
dilakukan di daerah pesisir Indonesia.7 dunia, terutama Malaysia, Taiwan, Arab Saudi,
Keamanan energi juga menjadi isu strategis UEA dan Hongkong.9 Persoalannya, proses
yang terkait erat dengan kepentingan nasional. pengiriman dan penempatan TKI seringkali
Indonesia sebagai negara berkembang masih tidak sesuai prosedur, sehingga terjadi berbagai
memerlukan pasokan energi yang besar untuk kasus perdagangan manusia (trafficking) yang
menunjang pembangunan. Namun, Indonesia menjadi isu keamanan nasional. Kondisi tersebut
sejak 2004 sudah sepenuhnya menjadi importir menjadi ironi ketika pemerintah seringkali
minyak bumi. Bahkan, menurut mantan Dirut menyebut mereka sebagai pahlawan devisa
Pertamina Karen Agustiawan, produksi minyak karena tingginya tingkat remitansi. Berdasarkan
yang merupakan penyokong utama kebutuhan catatan di Bank Indonesia, jumlah remitansi atau
energi nasional telah jatuh cukup jauh di bawah uang kiriman TKI dari luar negeri yang masuk
produksi puncaknya 1,6 juta barel per hari ke tanah air, mencapai 81 trilyun pada Januari-
menjadi sekitar 861.000 barel perhari pada November 2013.10
2012.8 Selain itu, krisis pasokan batubara dari Selain itu, isu terorisme internasional
Kalimantan ke sejumlah pembangkit listrik di menjadi kepentingan nasional Indonesia karena
pulau Jawa berdampak pada tidak stabilnya terkait dengan stabilitas ekonomi politik dan
pasokan listrik yang sangat dibutuhkan oleh keamanan nasional. Sejumlah aksi terorisme
industri, yang juga dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di Indonesia, khususnya sejak bom
cuaca. Berbagai situasi di atas menjadi persoalan Bali I tahun 2002, telah mengancam keamanan
bagi Indonesia mengingat sektor energi Indonesia nasional dan berdampak pada sendi-sendi
masih sangat mengandalkan minyak bumi kehidupan masyarakat baik langsung maupun
sebagai sumber energi utama. Konsumsi energi tidak langsung. Salah satu dampaknya terlihat
primer Indonesia telah meningkat sebesar 50% pada sektor pariwisata. Aksi terorisme di Bali
dalam satu dekade terakhir. Hal ini menunjukkan pada 2002 telah berdampak pada perekonomian
masih besarnya peranan sumber energi fosil provinsi Bali, yang merupakan salah satu tujuan
utama wisatawan internasional. 11 Ancaman

6
“Kenaikan Muka Laut 10 Milimeter”, Kompas, 17 Februari 9
“Malaysia Masih Menjadi Negara Pengguna TKI terbanyak
2009. di 2013,” Liputan6, 7 Januari 2014, http://bisnis.liputan6.
com/read/794211/malaysia-masih-jadi-negara-pengguna-tki-
7
“Indonesia in 2028: Permanent and Irreversible Climate terbanyak-di-2013, diakses pada tanggal 16 Februari 2014.
Change”, The Jakarta Globe, 18 Oktober 2013, http://www.
thejakartaglobe.com/news/indonesia-in-2028-permanent-and- 10
“Remitansi TKI tahun 2013 Capai Rp 81,34 Triliun,”
irreversible-climate-change/, diakses pada tanggal 17 Februari Suara Pembaharuan, 27 Desember 2013, http://www.
2014. suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/remitansi-tki-tahun-
2013-capai-rp-8134-triliun/47110, diakses pada tanggal 16
8
“Indonesia Mulai Kurangi Ketergantungan Minyak,” Neraca, Februari 2014.
29 Januari 2014, http://www.neraca.co.id/article/37748/
Indonesia-Mulai-Kurangi-Ketergantungan-Minyak, diakses 11
Kontribusi sektor pariwisata pada GDP provinsi Bali
pada tanggal 17 Februari 2014. mengalami penurunan dari 59,95% (2000) menjadi 47,42%

Politik Luar Negeri Indonesia dan Isu Keamanan ... | Athiqah Nur Alami | 91 
terorisme ini pun akhir-akhir ini semakin Selain itu, dalam pernyataan pers tahunan
kompleks dengan fakta adanya hubungan 2014, mantan Menlu RI Marty Natalegawa
jaringan antara terorisme di Indonesia dengan menyatakan bahwa diplomasi akan tetap
jaringan teroris internasional, seperti Al Qaeda dikedepankan dalam penanganan berbagai isu
dan ancaman baru berupa kemunculan beberapa yang memerlukan kerja sama internasional,
kelompok masyarakat yang mendukung Negara seperti keamanan pangan, keamanan energi,
Islam di Irak dan Syiria (ISIS/ISIL/IS-Islamic keberlanjutan lingkungan dan bencana alam,
State of Iraq and Syria/Islamic State of Iraq serta kejahatan transnasional seperti terorisme
and Leviant/Islamic State). Aksi-aksi kekerasan dan perdagangan manusia.13 Untuk itu, terkait
yang dilancarkan oleh kelompok teroris di atas dengan isu-isu keamanan non-tradisional
dipandang sebagai ancaman serius oleh Indonesia. tersebut, Indonesia telah melakukan sejumlah
Terorisme ini tidak hanya berdampak terhadap langkah penting baik berupa kebijakan domestik
tataran kehidupan domestik, yaitu mengancam maupun luar negeri.
kemantapan stabilitas politik keamanan dan
sosial ekonomi dalam negeri, melainkan juga 2. Kebijakan Domestik dan Luar Negeri:
mempengaruhi hubungan Indonesia dengan Yuridis Formal, Institusional dan Praksis
negara-negara lain. Berbagai persoalan yang dihadapi Indonesia
Mengacu pada permasalahan-permasalahan dalam isu lingkungan hidup, keamanan energi,
kompleks yang masih dihadapi Indonesia dalam migrasi internasional dan terorisme internasional
isu-isu keamanan non-tradisional di atas dapat di atas secara jelas menggarisbawahi bahwa
dikatakan bahwa isu-isu tersebut signifikan bagi isu-isu tersebut telah menjadi ancaman nyata
kepentingan nasional dan tantangan serius bagi bagi keamanan di Indonesia. Pembiaran
politik luar negeri Indonesia. Signifikansi isu-isu terhadap berbagai persoalan tersebut akan
keamanan non-tradisional bagi kepentingan berdampak sangat serius terhadap pembangunan
nasional telah diakui oleh pemerintah Indonesia. berkelanjutan, kelestarian lingkungan, keamanan,
Dalam isu lingkungan hidup dan keamanan dan kesejahteraan masyarakat serta individu.
energi, misalnya, Presiden Susilo Bambang Untuk itu, pemerintah Indonesia memiliki
Yudoyono pada peringatan Hari Kemerdekaan kepentingan nasional yang kuat untuk mengambil
Indonesia yang ke-63 pada 19 Agustus 2008 sejumlah langkah kebijakan guna mengatasi
menyampaikan bahwa Indonesia memiliki masalah-masalah tersebut.
kepentingan nasional yang sangat besar untuk Kebijakan-kebijakan tersebut dapat
memberikan perhatian terhadap tiga krisis dikategorisasikan dalam tiga aspek utama,
global yang dihadapi dewasa ini, yaitu energi, yaitu aspek normatif, aspek institusional dan
pangan, dan perubahan iklim. Pengabaian ketiga aspek praktis. Pada tataran normatif, pemerintah
krisis tersebut secara jelas akan mengancam Indonesia telah melakukan upaya di dalam
kepentingan nasional,12 termasuk kepentingan negeri dengan membuat sejumlah regulasi
yang akan dicapai melalui kebijakan luar negeri nasional terkait dengan isu-isu lingkungan
dan instrumen diplomasi. hidup, pekerja migran, energi dan terorisme.
Pada isu lingkungan hidup, misalnya, kebijakan
lingkungan hidup domestik diawali dengan
dikeluarkannya berbagai peraturan terkait
dengan pengelolaan lingkungan hidup. Salah
(2002). Lihat I Nyoman Darma Putra dan Michael Hitchock,
“Terrorism and Touridm in Bali and Southeast Asia”, dalam satunya adalah Undang-Undang Republik
Michael Hitchcock, Victor T. King dan Michael Parnwell (Eds), Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Tourism in Southeast Asia: Challenges and New Directions, Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Copenhagen, NIAS Press, 2008, hlm. 86.
Hidup. Undang-Undang ini mengatur tentang
12
Rizal Sukma, “Insight: Climate change poses security threat
to Indonesia”, Jakarta Post, 27 Agustus 2008, http://www.
thejakartapost.com/news/2008/08/27/insight-climate-change- 13
Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri Republik
poses-security-threat-indonesia.html, diakses pada tanggal 11 Indonesia RM. Marty M. Natalegawa tahun 2014, Jakarta, 7
Maret 2010. Januari 2014.

92 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 12 No. 2 Desember 2015 | 87–103  


pengelolaan secara terpadu dalam pemanfaatan, aksi-aksi tersebut. Secara khusus, pemerintah
pemulihan dan pengembangan lingkungan hidup. juga mengesahkan UU No 16 Tahun 2003 untuk
Tujuan dikeluarkannya UU ini dilatarbelakangi mengadili dan menghukum tersangka teroris
oleh kenyataan telah terjadinya eksplorasi dan pelaku Bom Bali I.
eksploitasi oleh manusia terhadap sumberdaya Selain melakukan upaya-upaya di dalam
alam yang mengakibatkan kerusakan dan negeri melalui regulasi di atas, pemerintah
pencemaran lingkungan. Indonesia juga berkepentingan dalam memainkan
Sama halnya dengan isu lingkungan peran aktif di level global untuk mengatasi
hidup, pemerintah juga mengeluarkan sejumlah ancaman keamanan dari isu lingkungan hidup,
kebijakan yang tertuang dalam berbagai peraturan keamanan energi, pekerja migran dan terorisme.
yang pada intinya sebagai dasar hukum untuk Meratifikasi perjanjian-perjanjian internasional
mengelola energi di Indonesia. Ada tiga dasar merupakan salah satu bentuk kebijakan
hukum yang dipergunakan sebagai landasan pemerintah untuk penanganan isu-isu tersebut. Di
dalam pengelolaan energi nasional, yaitu isu lingkungan hidup, misalnya, Indonesia telah
konstitusi, kebijakan nasional, dan operasional. meratifikasi naskah United Nations Framework
Landasan konstitusional adalah UUD 1945 pasal Convention On Climate Change (UNFCCC,
33 ayat 2. Sementara landasan kebijakan nasional Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa
adalah UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Bangsa Mengenai Perubahan Iklim) melalui
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, UU No 6 Tahun 1994. Sepuluh tahun kemudian
dan landasan operasionalnya selanjutnya tertuang Indonesia meratifikasi Protokol Kyoto melalui
dalam UU Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi UU No. 17 Tahun 2004.
yang kemudian ditindaklanjuti dengan berbagai Protokol ini merupakan kesepakatan penting
UU, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, yang mengatur dan mengikat para pihak negara
Peraturan Menteri, Keputusan Menteri dan lain industri secara hukum untuk melaksanakan
sebagainya. upaya penurunan emisi Gas Ruang Kaca
Pemerintah juga membuat regulasi mengenai (GRK) yang dapat dilakukan secara individu
pekerja migran Indonesia. Salah satunya adalah atau bersama-sama. Tujuan Protokol ini adalah
UU Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan untuk menjaga konsentrasi GRK di atmosfir agar
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar berada pada tingkat yang tidak membahayakan
Negeri. Regulasi yang lahir dalam semangat sistem iklim bumi. Untuk mencapai tujuan itu,
perlindungan pekerja migran ini merupakan Protokol mengatur pelaksanaan penurunan emisi
tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 13 oleh negara industri sebesar 5% di bawah tingkat
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang emisi tahun 1990 dalam periode 2008-2012
mengamanatkan penempatan tenaga kerja melalui mekanisme Implementasi Bersama (Joint
Indonesia di luar negeri dalam sebuah UU. Implementation), Perdagangan Emisi (Emission
Dalam menanggulangi persoalan terorisme, Trading), dan Mekanisme Pembangunan Bersih
pemerintah juga melakukan upaya sama di dalam (Clean Development Mechanism). Dalam rangka
negeri dengan membuat sejumlah kebijakan yang menjaga kelestarian lingkungan hidup Indonesia
tertuang dalam berbagai peraturan perundangan. juga ikut dalam berbagai perjanjian internasional
Hal ini dapat dilihat antara lain dari disahkannya terkait, termasuk Biodiversitas, Perubahan Iklim,
UU No 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Desertifikasi, Spesies yang Terancam, Sampah
Terorisme dan Peraturan Presiden No. 46 Tahun Berbahaya, Hukum Laut, Larangan Ujicoba
2010 tentang Badan Nasional Penanggulangan Nuklir, Perlindungan Lapisan Ozon, Polusi
Terorisme. UU ini menjadi dasar hukum yang Kapal, Perkayuan Tropis, dan lain sebagainya.
kuat bagi aparat keamanan yang dipimpin oleh Komitmen Indonesia dalam menanggani
Polri untuk melakukan proses hukum terhadap persoalan ancaman non-tradisional di tingkat
tersangka teroris dan juga menutup rekening global juga terlihat jelas dalam isu-isu lainnya,
bank tersangka teroris jika terbukti memiliki seperti terorisme dan migrasi internasional.
aliran dana yang digunakan untuk mendukung Indonesia merupakan salah satu negara yang

Politik Luar Negeri Indonesia dan Isu Keamanan ... | Athiqah Nur Alami | 93 
cukup aktif meratifikasi konvenan terkait Untuk isu lingkungan hidup, Presiden
terorisme, yaitu sebanyak 7 (tujuh) dari 16 (enam Republik Indonesia (RI) mengeluarkan
belas) konvenan yang ada. Selain itu, meratifikasi Keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 2008
konvenan internasional mengenai perlindungan tentang pembentukan Dewan Nasional Perubahan
pekerja migran juga dilakukan pemerintah Iklim (DNPI). Dewan yang dipimpin langsung
melalui Undang-Undang Republik Indonesia oleh Presiden dengan wakil ketuanya Menteri
Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Pengesahan Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan Menteri
International Convention On The Protection Of Koordinator Ekonomi serta anggotanya diisi
The Rights Of All Migrant Workers And Members oleh 16 menteri kabinet sekaligus Kepala Badan
Of Their Families (Konvensi Internasional Meteorologi, Klimatologi dan Geophisik ini
Mengenai Perlindungan Hak-Hak Seluruh memiliki tanggung jawab untuk merumuskan
Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya). dan sekaligus mengkoordinasikan implementasi
Adanya berbagai regulasi di dalam negeri kebijakan, strategi dan program nasional
dan diratifikasinya sejumlah konvensi terkait mengenai perubahan iklim. Sementara itu, di
dengan isu-isu lingkungan hidup, energi, pekerja dalam Kementerian Luar Negeri isu lingkungan
migran dan terorisme memang tidak secara hidup berada di bawah Direktorat Pembangunan
otomatis menyelesaikan seluruh masalah terkait Ekonomi dan Lingkungan Hidup, Direktorat
dengan kepentingan nasional Indonesia dalam Jenderal Multilateral.
isu-isu tersebut. Namun demikian, langkah- Kecenderungan pemerintah untuk
langkah tersebut menunjukkan secara jelas membentuk institusi baru juga dapat dilihat di
komitmen pemerintah Indonesia dan memberikan bidang energi. Pemahaman akan pentingnya
legitimasi bagi pemerintah Indonesia dalam peranan energi bagi kegiatan ekonomi dan
arena diplomasi atas isu-isu tersebut. Dengan ketahanan nasional telah mendorong pemerintah
diratifikasinya perlindungan pekerja migran, untuk membentuk Dewan Energi Nasional
misalnya, pemerintah Indonesia memiliki (DEN) berdasarkan Peraturan Presiden No. 26
“senjata” untuk mendesak negara-negara tujuan Tahun 2008. Melalui Dewan ini diharapkan
para pekerja migran Indonesia, seperti Arab penyediaan, pemanfaatan, dan pengusahaan
Saudi dan Malaysia, untuk juga meratifikasi energi dapat dilaksanakan secara berkeadilan,
konvensi tersebut dengan seluruh kewajiban berkelanjutan, rasional, optimal, dan terpadu.
yang mengikatnya, termasuk memberikan DEN diketuai Presiden dengan Ketua Harian
perlindungan terhadap pekerja migran dan Menteri Energi, Sumber Daya Alam dan Mineral
keluarganya. (ESDM) dan anggotanya terdiri dari dua unsur,
Selain hal-hal tersebut di atas, hal menonjol yaitu unsur pemerintah (Menteri Perindustrian,
lain yang dapat dicatat dari upaya pemerintah Menteri Perhubungan, Menteri Keuangan,
Indonesia untuk menangani permasalahan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Menteri
ancaman keamanan non-tradisional baik di Pertanian, Menteri Negara Riset dan Teknologi,
tingkat domestik dan internasional adalah serta Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
melalui pendekatan kelembagaan (institusional). Nasional (Kepala BAPPENAS)) dan Unsur Pihak
Di dalam negeri, pemerintah di era reformasi Yang Berkepentingan (8 orang). Sementara itu
membentuk institusi baru yang bersifat ad dalam struktur Kemlu RI, tidak ada direktorat
hoc untuk mengoordinasikan urusan-urusan khusus yang menangani isu energi.
yang terkait lingkungan hidup, energi, pekerja Tantangan kompleks yang dihadapi
migran dan terorisme. Sementara pada tataran dalam soal pekerja migran di luar negeri juga
internasional, pemerintah Indonesia ikut menjadi diatasi pemerintah dengan membentuk sebuah
anggota berbagai lembaga internasional yang lembaga yaitu Badan Nasional Penempatan
fokus kegiatannya pada masalah-masalah dan Perlindungan TKI (BNP2TKI). Lembaga
tersebut. yang diamanatkan oleh UU Nomor 39 Tahun
2004 ini dibentuk berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 81 Tahun 2006. Dengan adanya

94 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 12 No. 2 Desember 2015 | 87–103  


institusi ini diharapkan bahwa perlindungan membentuk satu satuan khusus di Kepolisian
TKI di luar negeri dapat lebih terjamin dan Negara Republik Indonesia yang dikenal dengan
persoalan penempatan TKI di luar negeri dapat sebutan Detasemen Khusus (Densus) 88.  Selain
dilaksanakan lebih sinergis. itu, masing-masing angkatan dalam Tentara
Sekalipun sudah ada BNP2TKI, Nasional Indonesia (TNI) membentuk satuan
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) juga khusus penanganan terorisme yang sebenarnya
memberikan perhatiannya terhadap persoalan sudah ada sebelum peristiwa Bom Bali, yaitu
terkait perlindungan warga negara Indonesia Den Gultor (AD), Den Jaka (AL), dan Den
yang berada di luar negeri, termasuk TKI. Bravo (AU).
Dalam rangka penguatan fungsi diplomasi Di luar pembentukan kelembagaan formal di
Indonesia dalam urusan tersebut dan sejalan atas, pemerintah juga berusaha mengimbanginya
proses benah diri internal Kemlu, Kementerian melalui diplomasi publik dengan aktor-aktor non
ini membentuk Direktorat Perlindungan Warga negara. Demokratisasi yang bergulir semakin
Negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum menguat di era reformasi dan situasi eksternal
Indonesia (BHI) pada tahun 2002. Direktorat ini yang berubah cepat dengan globalisasi telah
menjadi bagian dari Direktorat Jenderal Protokol menimbulkan situasi di mana keterlibatan
dan Konsuler. Untuk lebih memperkuat fungsi sebanyak mungkin aktor, termasuk aktor
perlindungan WNI dan BHI tersebut, sejak tahun negara, dalam kebijakan luar negeri Indonesia
2006 Kemlu kemudian meluncurkan Pelayanan menjadi semakin tidak terhindarkan. Diplomasi
Warga (Citizenship Service). Hingga tahun 2009, publik ini merupakan bagian penting dalam
Citizenship Service ini sudah tercatat berada di pelaksanaan politik luar negeri Indonesia.
24 Perwakilan RI. Diplomasi ini merupakan instrumen untuk
Pemerintah juga melakukan pola kebijakan mencari jaringan sebanyak-banyaknya dan
yang sama dalam menanggapi ancaman keamanan membangun hubungan dengan aktor-aktor non
terorisme dengan membentuk institusi baru pemerintah. Tujuannya adalah memperoleh
non-kementerian untuk penanganan terorisme masukan substansi mengenai strategi dan
yaitu Badan Nasional Penanggulangan Terorisme upaya meningkatkan kapasitas Indonesia
(BNPT). Lembaga yang dibentuk berdasarkan dalam merumuskan dan mengimplementasikan
Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2010 ini kebijakan terkait dengan isu-isu lingkungan
memiliki tugas untuk menyusun kebijakan, hidup, migrasi dan pembangunan, energi dan
strategi, dan program nasional di bidang terorisme. Satu bentuk nyata kelembagaan
penanggulangan terorisme. informal yang dibangun dengan pelibatan aktor
non pemerintah adalah “Morning Breakfast” yang
Untuk memperkuat penanganan terorisme
digagas oleh mantan Menlu Hasan Wirayudha.
khususnya pasca Bom Bali, pemerintahan
Presiden Megawati membentuk satu unit khusus Selain itu, Kemlu juga menjalin hubungan
anti terorisme, yaitu Desk Penanggulangan kerja sama dengan para pembuat kebijakan,
Terorisme. Desk ini dibentuk berdasarkan Inpres akademisi, pengkaji, praktisi dan pemerhati dari
Nomor 4 Tahun 2002 dan berada di bawah berbagai lembaga untuk melakukan berbagai
koordinasi Menteri Koordinasi Bidang Politik, kegiatan seperti kajian, diskusi/seminar/workshop
Hukum, dan Pertahanan Keamanan. Dengan mengenai masalah tersebut. Kemlu, misalnya,
adanya desk khusus ini diharapkan bahwa pada tahun 1996/1997 bekerja sama dengan
koordinasi antar pemangku kepentingan dalam Universitas Indonesia membuat penelitian
penanggulangan terorisme, seperti Kepolisian mengenai Kebijakan Politik Luar Negeri
Republik Indonesia (Polri), Tentara Nasional Republik Indonesia Menghadapi Kritik Barat di
Indonesia (TNI), badan intelijen nasional, dan Bidang Lingkungan Hidup dan Tantangannya
aparat pemerintah yang lain dapat berjalan
lebih efektif.14 Pada tahun 2004, pemerintah Security State”, dalam Kumar Ramakhrisna and See Seng Tan
(Eds.), After Bali: The Threat of Terrorism in Southeast Asia,
14
Leonard Sebastian, “The Indonesian Dillema: How to (Singapore: Institute of Defence and Strategic Studies, 2003),
Participate in the War on Terror Without Becoming a National hlm. 381.

Politik Luar Negeri Indonesia dan Isu Keamanan ... | Athiqah Nur Alami | 95 
Bagi Indonesia.15 Kementerian ini, khususnya hubungan erat dengan negara-negara yang
Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan menjadi tujuan utama TKI, antara lain dengan
(BPPK), Pusat Pengkajian dan Pengembangan menandatangani MoU dengan Arab Saudi dan
Kebijakan pada Organisasi Internasional (Pusat Malaysia. Sementara dalam isu lingkungan
P2K-OI) juga menyelenggarakan Forum Kajian hidup, Indonesia berupaya untuk memperoleh
Kebijakan Luar Negeri (FKKLN) dengan tema dukungan negara-negara lain untuk pemenuhan
”Migrasi dan Pembangunan: Kondisi Global serta komitmen pengurangan emisi karbon. Salah
Peluang dan Tantangannya bagi Kebijakan Luar satunya dengan membentuk komisi bersama
Negeri”. FKKLN yang diikuti para pemangku untuk kerja sama bilateral dengan Norwegia
kepentingan diselenggarakan di Bandung pada tentang REDD+.18 Sedangkan dalam isu energi,
tanggal 3 Desember 2012. 16 Pendampingan pemerintah Indonesia bekerja sama dengan
yang dilakukan oleh LSM/tenaga ahli/mantan sejumlah negara seperti Jepang, Belanda,
kombatan kepada Polri untuk membantu Tiongkok, dan Korea dalam bentuk Indonesia
penanganan terorisme adalah contoh lain atas – Japan Energy Roundtable (IJERT), Indonesia
keterlibatan aktor non pemerintah dalam isu – the Netherlands Joint Energy Working Group,
keamanan non-tradisional.17 Indonesia China Energy Forum (ICEF), dan
Selain upaya-upaya yuridis formal dan Indonesia – Korea Energy Forum (IKEF).
institusional di atas, pemerintah Indonesia juga Berbeda dengan kerja sama bilateral yang
melaksanakan kebijakan yang sifatnya praksis nampak lebih terbuka pelibatannya dengan
untuk mengatasi persoalan-persoalan terkait banyak negara, pelaksanaan politik luar negeri
isu lingkungan hidup, energi, pekerja migran Indonesia dalam kerja sama regional sejauh ini
dan terorisme. Langkah praksis diwujudkan terlihat tidak terlalu banyak ragamnya. Meskipun
dalam pelaksanaan politik luar negeri Indonesia ini tidak berarti Indonesia menghilangkan
dengan terus menggunakan berbagai upaya, kesempatan kerja sama dengan kelompok-
yaitu antara lain dengan menjalin kerja sama kelompok regional lainnya, namun politik
dengan negara-negara lain secara bilateral, luar negeri Indonesia cenderung lebih banyak
regional dan multilateral. Dalam beberapa tahun menempatkan ASEAN dan APEC sebagai
terakhir, langkah-langkah strategis telah diambil bagian penting dalam upaya penanggulangan
untuk mempererat kerja sama di bidang-bidang masalah keamanan non-tradisional di atas.
tersebut. Indonesia ikut dalam berbagai pertemuan dan
Secara bilateral, Indonesia telah menjalin kesepakatan ASEAN untuk bersama-sama
berbagai mekanisme hubungan dengan banyak mengatasi masalah lingkungan, migrasi, energi,
negara baik pada tataran pejabat negara, terorisme, antara lain Informal Ministerial
kementerian dan Presiden. Untuk isu terorisme, Meeting on Environment (IAMME), ASEAN
misalnya, Indonesia bekerja sama dengan Power Grid, ASEAN Convention on Counter
Amerika Serikat dan Australia dalam hal capacity Terrorism (ACCT), dan ASEAN Declaration
building aparat keamanan dan penegak hukum. on The Protection and Promotion of The Rights
Dalam isu migrasi, Indonesia berusaha menjalin of Migrant Workers. Selain itu, Indonesia aktif
terlibat dalam forum regional di APEC untuk
penanganan isu-isu keamanan non-tradisional,
15
Zainuddin Djaffar, “Kebijakan Politik Luar Negeri Republik
Indonesia Menghadapi Kritik Barat di Bidang Lingkungan diantaranya working group, Senior Officials
Hidup dan Tantangannya Bagi Indonesia”, (Depok: FISIP UI, Meeting (SOM), dan pertemuan rutin tingkat
1996/1997). menteri APEC yang membahas mengenai isu
16
Siaran Pers Kemlu No 080/PR/XI/2012/54, “Kemlu Kaji lingkungan hidup, terorisme, energi, dan pekerja
Migrasi dan Pembangunan, Pengaruhnya Polugri”, 28 migran.
November 2012, http://www.kemlu.go.id/Pages/PressRelease.
aspx?IDP=1372&l=id, diakses pada tanggal 20 September
2014. 18
REDD+ berbeda dengan REDD. Dua ketetapan awal REDD
mencakup mengurangi emisi dari deforestasi dan mengurangi
17
Andrew Wiguna Mantong, “NTS and the Problem of State emisi dari degradasi hutan. Beberapa strategi yang ditambahkan
Policy”, Presentasi disampaikan pada FGD Tim Polugri di dalam REDD+ adalah peranan konservasi, pengelolaan hutan
Jakarta, 27 Agustus 2014. secara lestari, dan peningkatan cadangan karbon hutan.

96 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 12 No. 2 Desember 2015 | 87–103  


Kondisi ini sedikit berbeda dengan politik non-tradisional melalui jalur penegakan hukum.
luar negeri Indonesia dalam isu-isu keamanan Penegakan hukum merupakan upaya praksis
non-tradisional pada level multilateral. Dalam untuk menjamin agar peraturan perundangan
konteks ini, Indonesia terlihat cukup aktif atau regulasi-regulasi terkait dengan isu-isu di
menjalin beragam kerja sama multilateral dengan atas dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.
berbagai organisasi dan forum internasional
tergantung pada lingkup dan agenda yang 3. Kendala dan Hambatan yang Masih
menjadi kepentingan nasionalnya pada isu-isu Menghadang
tersebut. Sebagai ilustrasi dalam isu migrasi, Upaya-upaya yuridis formal, institusional dan
Indonesia, misalnya, berperan aktif dalam praksis di atas ternyata telah membuahkan
Global Forum on Migration and Development keberhasilan dalam politik luar negeri Indonesia.
(GFMD) untuk membahas mengenai implikasi Kesungguhan dan kerja keras dari pemerintah,
global dari migrasi internasional dan interaksi khususnya Kementerian Luar Negeri RI sebagai
yang saling menguntungkan antara migrasi dan ujung tombak diplomasi Indonesia di luar negeri
pembangunan. Bahkan pemerintah menginisiasi pun pada akhirnya telah mendapatkan apresiasi
pertemuan Bali Process sebagai forum diskusi tinggi dari masyarakat internasional terhadap
atas isu irregular migration, utamanya dalam Indonesia. Di antaranya Avatar Home Tree Award
kaitan perlindungan atas perdagangan dan pada tahun 2010 atas program penanaman 1
penyelundupan manusia. Dalam isu lingkungan miliar pohon19 dan Indonesia menjadi benchmark
hidup, Indonesia terlibat forum Conference of the oleh negara-negara lain dalam penanganan
Parties (COP) dalam UN Framework Convention terorisme.20
on Climate Change (UNFCCC). Selain itu,
Kendatipun demikian, capaian pelaksanaan
Indonesia juga aktif dalam forum – forum di
politik luar negeri Indonesia tersebut dapat
bawah kerangka PBB yang membahas kerja
dikatakan belum optimal. Indonesia hingga
sama mengenai kontra-terorisme seperti Global
dewasa ini masih dihadapkan pada fakta
Counter-Terrorism Forum (GCTF) dan UN
berbagai persoalan terkait lingkungan, energi,
Counter-Terrorism Center (UNCTC). Indonesia
pekerja Indonesia di luar negeri dan terorisme.
juga berkomitmen untuk menangani isu energi
Target penurunan emisi gas rumah kaca dengan
global dengan keikutsertaannya dalam diskusi
kekuatan sendiri sebesar 26 persen pada 2020
keenergian internasional khususnya minyak
yang dijanjikan Presiden SBY pada September
dan gas bumi, yaitu di International Energy
2009 di Pittsburgh, Amerika Serikat, misalnya,
Forum (IEF). Komitmen untuk mendukung
hingga saat ini tidak terlihat jelas adanya peta
pemanfaatan global energi terbarukan dibuktikan
jalan untuk pencapaiannya. Ketiadaan peta jalan
Indonesia dengan menjadi anggota International
tersebut dikhawatirkan menjadikan target capaian
Renewable Energy Agency (IRENA) sejak tahun
yang dijanjikan tidak dapat terpenuhi. Di samping
2014.
itu, Indonesia juga masih tetap dihadapkan pada
Kerja sama-kerja sama internasional di atas persoalan serius ketersediaan energi fosil yang
menjadi suatu pilihan strategis kebijakan politik diindikasikan dengan kelangkaan dan penjatahan
luar negeri Indonesia. Hal tersebut tidak dapat penggunaan BBM bersubsidi di berbagai wilayah
dipisahkan dari realitas soal keterbatasan internal tanah air. Sementara itu, kasus-kasus terkait
yang dimiliki pemerintah dalam hal sumber daya TKI juga masih terus terjadi di sejumlah negara
manusia, teknologi, infrastruktur dan anggaran penempatan, terutama di Malaysia dan Arab
untuk penanganan isu-isu tersebut. Begitu Saudi. Di samping itu, terorisme juga masih terus
pula, pemahaman karakteristik transnasional
dari isu-isu tersebut menyebabkan upaya untuk 19
Bencana Ekologis, “Papua, Avatar dan SBY”, 29 April 2010,
http://bencanaekologis.blogspot.com/2010/04/avatar-papua-
mengatasinya juga harus melibatkan banyak dan-sby.html, diakses pada tanggal 9 Agustus 2010.
pihak termasuk negara-negara lain. Selain
itu, pemerintah juga menempuh penyelesaian
20
JCLEC (Jakarta Center for Law Enforcement Cooperation)
yang merupakan pusat pelatihan penanganan terorisme yang
masalah-masalah yang dihadapi dalam keamanan didirikan atas kerja sama Indonesia-Australia di Semarang
banyak juga diikuti oleh peserta negara-negara lain.

Politik Luar Negeri Indonesia dan Isu Keamanan ... | Athiqah Nur Alami | 97 
menjadi ancaman nyata di Indonesia. Keberadaan Indonesia, misalnya belum mempunyai road map
peraturan dan lembaga yang secara khusus yang jelas mengenai pengelolaan atas kekayaan
menangani masalah tersebut terbukti belum dan keanekaragaman hayatinya. Hal ini menjadi
sepenuhnya menyelesaikan masalah terorisme. ironi jika Indonesia yang memiliki kekayaan
Permasalahan-permasalahan ini masih menjadi hayati sangat besar belum memiliki perhatian
tantangan bagi politik luar negeri Indonesia ke yang cukup terkait perlindungan tumbuhan
depan. langka dan spesies binatang.
Berbagai permasalahan keamanan non- Kondisi ini menyulitkan diplomasi dalam
tradisional yang masih terus dihadapi politik CITES (Conference in International Trade in
luar negeri Indonesia di atas tentu tidak bisa Endangered Species of Wild Fauna and Flora).
semata diletakkan akar persoalannya pada Hal ini karena Amerika Serikat dan Inggris
faktor kegagalan Kemlu sebagai ujung tombak yang kekayaan hayatinya jauh lebih sedikit
diplomasi. Politik luar negeri suatu negara selalu dibandingkan Indonesia memiliki perhatian yang
bergerak dinamis dan tidak berada dalam ruangan jauh besar terhadap perdagangan liar flora dan
hampa karena adanya berbagai faktor yang fauna.21 Oleh karena itu, keberadaan peta jalan
mempengaruhinya. Diplomasi yang dilaksanakan ini sangat penting dapat membantu pemangku
Kemlu baik melalui track one, track two dan kepentingan untuk menyusun langkah-langkah
multitrack akan berhasil dengan baik jika secara strategis yang lebih spesifik sesuai tantangan dan
internal mendapatkan dukungan para pemangku kesempatan yang berkembang pada kurun waktu
kepentingan lainnya. Adagium “foreign policy yang dicakupinya. Peta jalan tersebut juga akan
begins at home” nampaknya menjadi penjelasan memberikan arah dan legitimitasi yang kuat bagi
rasional. Artinya, rencana strategis politik luar diplomat-diplomat Indonesia dalam menjalankan
negeri terhadap isu-isu keamanan non-tradisional kebijakan politik luar negeri di fora internasional.
di atas hanya mungkin dapat dijalankan secara Ketiadaan peta jalan yang terstruktur
efektif apabila mendapatkan dukungan kondusif dengan baik ditambah lagi dengan kurangnya
kondisi di dalam negeri. kapasitas sumber daya manusia dan anggaran
Sejauh ini, Indonesia masih menghadapi pendukung yang memadai menyebabkan
berbagai hambatan dan kendala domestik kemampuan pemangku kepentingan untuk
yang pada akhirnya mempengaruhi capaian mengatasi isu-isu keamanan non-tradisional yang
pelaksanaan politik luar negeri dalam isu-isu selalu berkembang dan muncul kemudian isu-isu
keamanan non-tradisional. Beberapa hambatan baru keamanan non-tradisional lainnya menjadi
dan kendala yang dapat diidentifikasi antara kurang optimal. Dengan adanya keterbatasan
lain adalah sebagai berikut. Pertama adalah ini, pemerintah sangat sulit untuk mengenali dan
Indonesia belum memiliki peta jalan politik mengatasi ancaman keamanan non-tradisional
luar negeri yang jelas, khususnya mengenai terutama dengan merujuk pada kompleksitas
isu-isu keamanan non-tradisional. Indonesia persoalan-persoalanya.
sudah memiliki strategi dan kebijakan nasional Kedua adalah persoalan kelembagaan yaitu
yang harus menjadi pedoman dan dijalankan masih kurangnya koordinasi dan sinergitas
oleh para diplomat dan jajaran pemerintahan di dalam menangani isu-isu keamanan non-
dalam politik luar negeri, yaitu sebagaimana tradisional. Sebagaimana dipahami Kementerian
tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Luar Negeri RI hanyalah merupakan salah
Menengah (RPJM) Nasional 2010-2014 dan satu dari rantai komunikasi dan koordinasi
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (2005- dalam soal penanganan isu-isu tersebut yang
2025). Kendati demikian strategi dan kebijakan sejatinya melibatkan banyak aktor, baik dari
tersebut belum sampai turunan bagaimana pihak pemerintah, swasta dan organisasi non
membuat suatu peta jalan agar tujuan diplomasi,
yaitu kepentingan nasional akan atas isu-isu 21
Carolina Tinangon, Direktorat Pembangunan Ekonomi dan
lingkungan hidup, energi, perlindungan TKI dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri RI, “Diplomasi
terorisme, di forum-forum internasional tercapai. Lingkungan Hidup”, Presentasi disampaikan pada FGD Tim
Polugri di Jakarta, 18 Maret 2014.

98 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 12 No. 2 Desember 2015 | 87–103  


pemerintah. Dari pihak pemerintah sendiri, HPH pada era sebelumnya. Hal ini membuka
selain sejumlah kementerian dan institusi yang peluang bagi konflik antara pihak kehutanan yang
bertanggungjawab langsung terhadap persoalan tengah berupaya menyeimbangkan desentralisasi
lingkungan hidup, tenaga kerja, energi, tenaga dan pemaknaannya di tingkat lokal dalam
kerja dan terorisme, saat ini telah berkembang pengelolaan kehutanan dengan meminimalisir
pula lembaga-lembaga baru yang sifatnya ad hoc dampak dari penebangan liar dengan pihak
dan menangani isu-isu yang sama di atas, seperti ESDM yang tengah berupaya menjalankan
DNPI, DEN, BNP2TKI dan BNPT. Walaupun kebijakan diversifikasi energi.
setiap institusi di atas membuka peluang untuk Kendala yang berkaitan dengan persoalan
saling menopang satu dengan lainnya, sebuah ego sektoral yang berupa koordinasi dan
pengorganisasi dari masing-masing isu keamanan pembagian wewenang juga terlihat antar aparat
non-tradisional tersebut yang terintegrasi keamanan dalam penanganan terorisme. Pada
belumlah terlihat secara efektif. satu sisi, Polri melalui Densus 88 merupakan
Persoalan ini timbul selain sebagai akibat institusi utama yang menangkap pelaku teroris
lanjut dari ketiadaan peta jalan yang tegas dan menanggulangi terorisme di Indonesia.
dan implementatif dari isu-isu keamanan Namun, pada sisi lain, UU No 34 Tahun 2004
non-tradisional di atas, juga dikarenakan menempatkan TNI sebagai lembaga yang
masing-masing institusi di atas memiliki menangani terorisme. Padahal kewenangan
pemahaman dan program masing-masing TNI seharusnya mengatasi jaringan terorisme
yang beragam. Akibatnya praktek pengelolaan internasional yang bekerja sama dengan jaringan
kebijakan masing-masing instusi itu cenderung teroris domestik yang dapat mengancam
otonom dan tidak jarang saling tumpang tindih. keamanan, integritas, dan kedaulatan nasional.
Kenyataan itu menunjukan bahwa pengelolaan Namun, yang yang berkembang di Indonesia
kebijakan terhadap isu-isu tersebut masih adalah jaringan teroris domestik, yang walaupun
parsial, belum integratif dan kurang koordinasi. memiliki keterkaitan dengan jaringan teroris
Sementara lembaga-lembaga ad hoc tersebutlah transnasional, penanggulangannya bukan
yang diharapkan dapat mendorong penanganan menjadi tanggung jawab TNI. Bahkan TNI juga
masalah keamanan non-tradisional agar lebih bertugas menjadi kekuatan non-konvensional
efektif dengan fungsi koordinatif baik dalam dalam penanggulangan terorisme melalui
perencanaan dan pelaksanaan kebijakan yang Operasi Militer Selain Perang, dimana hal ini
melekat pada masing-masing lembaga tersebut. bertentangan dengan UU No. 2 Tahun 2002
Faktanya fungsi yang dimilikinya tersebut tidak tentang Polri, yang menyatakan bahwa Polri
jarang telah membatasi kiprahnya. Institusi- dapat meminta bantuan kepada TNI dalam
institusi itu tidak memiliki kewenangan otoritatif menghadapi masalah keamanan yang diatur
untuk mengimplementasikan kebijakannya melalui Dekrit Presiden. Artinya TNI dapat
terkait dengan isu-isu NTS. terlibat dalam penanggulangan terorisme, jika
Kondisi di atas pun semakin kompleks Polri memerlukan bantuan dari TNI.
dalam era otonomi daerah dewasa ini. Dengan Ilustrasi lain yang secara jelas terpapar
diimplementasikannya desentralisasi yang berarti dalam persoalan koordinasi kelembagaan
pelimpahan kewenangan ke pemerintah daerah, adalah dalam hal perlindungan TKI di luar
hal ini telah menyebabkan koordinasi antara negeri. Perlindungan TKI di luar negeri juga
pemerintah pusat dan daerah berbeda pada era tidak mungkin berhasil dilaksanakan dengan
sebelumnya. Pemerintah daerah saat ini memiliki baik oleh Kemlu RI jika dalam menjalankan
kewenangan-kewenangan yang tidak dimiliki fungsinya tersebut tanpa adanya dukungan
sebelumnya. Kebijakan kehutanan misalnya, dari pemangku kepentingan lainnya. Hal ini
telah menempatkan pemerintah daerah sebagai berangkat dari pemahaman bahwa persoalan TKI
pihak yang dapat mengeluarkan izin pembukaan tidak hanya terjadi saat mereka berada di negara
pertambangan dan izin pengelolaan hutan dengan tujuan, melainkan sejak dari masa perekrutan,
area konsesi yang lebih kecil dibandingkan konsesi penampungan dan pemberangkatan. Pendidikan

Politik Luar Negeri Indonesia dan Isu Keamanan ... | Athiqah Nur Alami | 99 
yang sebenarnya dapat menjadi bekal pekerja Di samping masalah kebijakan domestik
migran untuk bekerja di luar negeri, misalnya, yang saling berlawanan dengan komitmen
sering tidak dilaksanakan secara maksimal oleh global di atas, penegakan hukum atas peraturan
Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia yang ada terkait dengan lingkungan hidup, TKI,
Swasta (PPTKIS). Dengan demikian, koordinasi energi dan terorisme yang juga belum berjalan
dalam perlindungan pekerja migran ini tidak sebagaimana mestinya yang pada akhirnya
hanya melibatkan instistusi negara, namun juga mempersulit diplomat Indonesia di dalam
pihak swasta, dan organisasi non pemerintah. memperjuangkan kepentingan nasionalnya di luar
Sinergi antar pemangku kepentingan ini pada negeri. Penegakan peraturan hukum yang belum
waktu sebelum berangkat ke luar negeri, ketika kokoh pada praktik di lapangan telah membuka
berada di luar negeri, dan pada saat kembali peluang atas terjadinya pelanggaran hukum.
ke tanah air, akan membantu mewujudkan Salah satu contoh adalah soal perijinan tambang
perlindungan pekerja migran Indonesia di luar yang pada akhirnya mengancam kelestarian
negeri secara menyeluruh. lingkungan hidup. Kawasan hutan lindung yang
Persoalan ketiga adalah keberadaan seharusnya tidak boleh untuk dipergunakan untuk
kebijakan yang dalam implementasinya menjadi kepentingan komersial, dalam praktiknya terus
kontra-produktif bagi diplomasi Indonesia atas terjadi alih fungsi. Seperti dinyatakan oleh Ketua
soal lingkungan hidup, TKI, energi dan terorisme. Jaringan Advokasi Tambang Kalimantan Timur,
Indonesia merupakan salah satu negara yang Merah Johansyah, “Mereka [mafia tambang]
sejak tahun 1970an telah aktif terlibat dalam bisa mengakses kawasan yang seharusnya tidak
berbagai forum internasional yang membahas boleh. Di kawasan konservasi Tahura (Taman
mengenai isu lingkungan dan keberlanjutan Hutan Rakyat) Bukit Soe, ada 42 izin tambang.22
pembangunan. Namun, pada sisi lain pemerintah Persoalan keempat, politik luar negeri
memperlihatkan inkonsistensi atas komitmen Indonesia seringkali berada dalam posisi
global akan isu lingkungan hidup dengan tawar yang lemah ketika berhadapan dengan
perilaku di dalam negeri yang mengeluarkan kepentingan asing. Padahal Indonesia memiliki
berbagai peraturan yang dalam praktik di aset yang dapat menjadi instrumen diplomasi
lapangan memberikan kemudahan atas terjadinya untuk memperkuat posisi tawar Indonesia. Hal
pengerusakan lingkungan. Salah satunya adalah ini dikarenakan masih kurangnya kapabilitas
Permentan No.14 Tahun 2009 tentang Pedoman nasional baik di bidang ekonomi dan militer.
Pemanfaatan Lahan Gambut Untuk Pemanfaatan Kondisi ini menyebabkan posisi dilematis politik
Budidaya Kelapa Sawit. luar negeri Indonesia. Sebagai contoh dalam
Peraturan ini memberikan ijin pembukaan isu terorisme, pada satu sisi Indonesia harus
lahan gambut untuk dibuka untuk ditanami menanggung dampak dari tekanan internasional,
kelapa sawit. Perijinan ini sejalan dengan tujuan terutama dengan adanya kebijakan luar negeri
pemerintah yang menargetkan 10% kebutuhan dan keamanan nasional AS yang menjadikan isu
bahan bakar dalam negeri akan dipasok dari perang melawan terorisme (Global War Against
bahan nabati dan 70% sumbernya dari kelapa Terrorism) sebagai agenda utama kebijakannya.
sawit pada tahun 2010, dan target pemerintah Pada sisi lain, Indonesia yang masih menghadapi
untuk terus meningkatkan produksi CPO sebesar masalah sosial ekonomi seperti kemiskinan,
40 juta ton pada tahun 2020. Meskipun demikian, penggangguran dan pendidikan, menjadi semakin
kebijakan ini tidak sejalan dengan kebijakan rumit ketika pemerintah harus memilih prioritas
pemerintah lainnya yaitu pengurangan emisi antara penanganan masalah sosial ekonomi atau
karbon sebesar 26 persen sebagaimana yang terorisme. Apalagi Indonesia yang mayoritas
dijanjikan Presiden RI SBY di Pittsburgh. Oleh penduduknya beragama muslim juga menghadapi
karena, setiap satu ton CPO akan menghasilkan stigma sebagai negara teroris sehingga merugikan
dua ton CO, dan penggunaan pupuk nitrogen di
perkebunan sawit menyumbang emisi 301 kali
lebih besar dibandingkan dengan emisi CO2. 22
“Harga Batubara Tidak Murah”, Kompas, 3 September
2014, hlm. 1.

100 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 12 No. 2 Desember 2015 | 87–103  


citra Indonesia di luar negeri dan mempengaruhi ketercukupan ketersediaan energi dan lain
perekonomian Indonesia. sebagainya). Sementara kemudahan yang
Contoh lain adalah kasus penjualan gas ditawarkan globalisasi dengan adanya kemajuan
alam yang murah ke Tiongkok. Indonesia teknologi informasi juga justru semakin
mengalami kalah diplomasi soal LNG Tangguh memfasilitasi kegiatan ilegal yang terjadi
sehingga negosiasi ulang atas harga penjualan dengan melintasi batas-batas yurisdiksi negara,
LNG Tangguh tertunda-tunda. Menurut MOU diantaranya adalah migrasi ilegal, perdagangan
perdagangan LNG Tangguh yang disepakati manusia dan obat terlarang, serta terorisme.
Indonesia-Cina, setiap empat tahun ada ruang Politik luar negeri Indonesia ke depannya
untuk negosiasi ulang atas harga. Tahun 2009 juga perlu untuk memberikan perhatian akan
dilakukan kesepakatan perjanjian eksport kemungkinan munculnya krisis dan konflik
LNG ke Fujian (Cina) sehingga jatuh tempo yang tidak terduga serta sulit untuk diatasi
negosiasi ulang harga LNG tahun 2012. Pada dari munculnya ancaman baru isu keamanan
tahun itu Indonesia berhak mengajukan negosiasi non-tradisional. Terkait ancaman keamanan
ulang kenaikan harga, tetapi Cina meminta non-tradisional ini, garis batas antara internal
Indonesia menunda usulan kenaikan harga dan eksternal ancaman isu ini sangatlah kabur.
dan Indonesia mengabulkannya. Kedua negara Artinya, ada isu yang mungkin dipandang sebagai
sepakat merencanakan negosiasi ulang harga isu eksternal oleh Indonesia tetapi isu tersebut
LNG akan dilaksanakan tahun 2013. Jadi, pada kenyataannya dapat menimbulkan krisis
Pemerintahan SBY menunda negosiasi kenaikan di dalam negeri, atau sebaliknya. Kasus wabah
harga LNG selama setahun yaitu 2012 s.d. penyakit Ebola adalah salah satu contoh nyata
2013. Penundaan negosiasi harga menunjukkan bahwa wabah yang semula menyebar di Afrika
pemerintah Indonesia sepakat dengan harga lama Barat tersebut telah menarik perhatian besar
yang berarti akan semakin merugikan Indonesia. dunia. Dampak virus yang mematikan terhadap
kelangsungan hidup manusia ini pada akhirnya
Penutup: Rekomendasi Tantangan dan juga menjadi isu domestik seluruh negara di
Strategi Diplomasi Indonesia Ke Depan dunia, termasuk Indonesia.
Mengacu pada permasalahan-permasalahan Akibat lanjut dari kabur batas isu internal dan
kompleks yang masih dihadapi Indonesia dalam eksternal tersebut di atas dan kemungkinan yang
isu-isu keamanan non-tradisional di atas dapat akan terjadi ke depan adalah potensi terjadinya
dikatakan bahwa isu-isu tersebut masih akan krisis yang tidak diharapkan atau diprediksi
menjadi tantangan serius dalam politik luar menjadi sebuah kemungkinan yang nyata
negeri Indonesia ke depan. Isu-isu keamanan terjadi. Apalagi dengan mempertimbangkan
non-tradisional semakin kompleks sejalan faktor kesiapan dalam negeri yang masih jauh
dengan pertambahan jumlah penduduk dan dari cukup untuk menghadapi hal tersebut.
pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang Hal ini karena adanya berbagai kendala yang
diperkirakan dalam jangka waktu dua puluh dihadapi politik luar negeri Indonesia mulai dari
tahun mendatang akan menjadikannya sebagai ketiadaan peta jalan, kelembagaan, inkonsistensi
kekuatan ekonomi nomor lima di dunia. Kondisi- kebijakan, kualitas sumberdaya manusia hingga
kondisi ini akan memberikan tekanan terhadap keterbatasan anggaran.
lingkungan pendukungnya. Jika hal tersebut Isu keamanan non-tradisional akan semakin
tidak terkelola dengan baik dapat berakibat fatal kompleks dan beragam yang menjadikan
terjadinya berbagai macam ancaman seperti tantangan semakin berat bagi politik luar negeri
bencana ekologis yang meliputi perubahan Indonesia. Untuk itu ke depannya, Indonesia
iklim, pemanasan global, banjir, kekeringan, harus mengembangkan strategi diplomasi yang
penyakit dan lain sebagainya. Ancaman lainnya relevan dengan ancaman tersebut di masa depan.
yang mungkin muncul adalah soal tenaga kerja Pertama, karena karakteristik isu yang
(pengangguran, migrasi internasional dan lintas batas maka penanganan harus melalui
lain sebagainya), energi (ketahanan energi, kerja sama, khususnya dalam bidang yang

Politik Luar Negeri Indonesia dan Isu Keamanan ... | Athiqah Nur Alami | 101 
kita merasa kuat, sehingga kita dapat berperan koordinatif yang baik antara pemerintah pusat
lebih menonjol. Kita juga dapat memanfaatkan dan daerah. Dengan memahami permasalahan
keahlian negara atau pihak lain yang menjadi setiap isu keamanan non-tradisional yang
mitra kerja sama. Indonesia juga perlu berperan berbeda karakteristiknya, maka penangangannya
aktif dalam membantu menyelesaikan persoalan tidak bisa dilakukan secara generik. Untuk
NTS di negara lain. Karakteristik lintas batas itu, dalam setiap perumusan dan pelaksanaan
isu keamanan non-tradisional memungkinkan kebijakan isu tersebut, Kemlu RI harus didukung
Indonesia dapat terkena dampak dari ancaman oleh sumberdaya manusia yang piawai serta
tersebut yang dialami negara lain. Sekalipun dukungan informasi/data yang akurat dan cepat
demikian, kebijakan luar negeri Indonesia tetap yang berbasis teknologi. SDM yang dimaksud
harus cerdas dalam menetapkan prioritas dan mencakup kualitas diplomat dan tenaga-tenaga
mempertimbangkan kapasitas ketika menentukan ahli pendukung yang menguasai substansi isu
arena diplomasi yang relevan bagi kepentingan keamanan non-tradisional. Selain itu, upaya
nasional. kedalam yang bisa dilakukan adalah membuat
Kedua, dalam kerja sama itu Indonesia peta jalan mengenai isu-isu keamanan non-
perlu berperan secara pro aktif, antisipatif, tradisional yang terkait soal lingkungan hidup,
terutama menghadapi permasalahan yang dapat energi, migrasi internasional dan terorisme. Hal
diantisipasi membawa dampak bagi Indonesia. ini dikarenakan kemunculan dan perkembangan
Kerja sama internasional yang telah disepakati isu keamanan non-tradisional sebenarnya dapat
juga perlu ditindaklanjuti dengan kegiatan diprediksi seiring dengan perkembangan ilmu
operasional yang nyata. Indonesia juga perlu pengetahuan dan teknologi yang pesat.
menjalin kerja sama internasional dengan aktor Pada akhirnya, keberhasilan politik luar
non negara internasional melalui perwakilan negeri ke depan akan sangat ditentukan salah
Indonesia terkait di luar negeri. satunya melalui pembenahan-pembenahan
Ketiga, isu keamanan non-tradisional kondisi di lingkup domestik sehingga bisa
harus ditangani dengan diplomasi inklusif menjadi faktor pendukung diplomasi yang efektif.
yang melibatkan aktor negara dan non negara. Peta jalan dengan turunannya yang implementatif
Keterbatasan kapasitas pemerintah dalam mengenai isu keamanan non-tradisional,
menangani persoalan NTS menjadikan peran dukungan kelembagaan yang memadai dalam
aktor non negara seperti LSM, media, akademisi, konsteks sinergitas, sumberdaya manusia
masyarakat lokal, dan pelaku bisnis semakin dan anggaran, serta konsistensi pelaksanaan
signifikan. Pelibatan ini dapat dimaksimalkan kebijakan menjadi pekerjaan rumah yang harus
untuk menjangkau aktor-aktor non negara dengan dibenahi ke depannya agar politik luar negeri
membuka ruang dialog antara pemerintah dengan Indonesia dapat merespons ancaman keamanan
aktor-aktor tersebut melalui diplomasi publik. non-tradisional yang semakin kompleks ke
Selain itu, perlu adanya kebijakan antar sektor depannya.
di internal pemerintah (interdepth, intercamp)
termasuk keikutsertaan kementerian luar negeri Daftar Pustaka
dalam rapat-rapat koordinasi di kemenko-
kemenko yang membahas masalah keamanan Buku
non-tradisional. Acharya, Amitav. 2006. “Securitization in Asia:
Keempat, Indonesia harus meningkatkan Functional and Normative Applications”,
kapasitas nasional yang dapat menunjang dalam Mely Caballero-Anthony, Ralf Emmers,
efektivitas diplomasi. Salah satunya adalah Amitav Acharya (Eds), Non-Traditional
Security in Asia: Dilemmas in Securitization.
dengan cara melakukan reformasi internal
Hampshire: Asghate Publishing.
di masing-masing pemangku kepentingan
Caballero-Anthony, Mely dan Alistair D.B. Cook
(aspek kelembagaan, sumber daya manusia, (Eds). 2013. Non-traditional Security in Asia:
penguatan teknologi dan informasi, koordinasi Issues, Challenges and Framework for Action.
lintas sektor) dan membangun hubungan Singapore: ISEAS Publishing.

102 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 12 No. 2 Desember 2015 | 87–103  


Djaffar, Zainuddin. 1996/1997. “Kebijakan Politik Tinangon, Carolina, Direktorat Pembangunan
Luar Negeri Republik Indonesia Menghadapi Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kementerian
Kritik Barat di Bidang Lingkungan Hidup dan Luar Negeri RI. 2014. “Diplomasi Lingkungan
Tantangannya Bagi Indonesia”. Depok: FISIP Hidup”. Presentasi disampaikan pada FGD Tim
UI. Polugri di Jakarta, 18 Maret.
Hadiwinata, Bob Sugeng. 2011. “Human Security
in Europe and Asia: Between Rhetoric and Surat Kabar dan Website
Reality”. dalam Seidelmann, Reimund et al.
Bencana Ekologis. “Papua, Avatar dan SBY”. 29
(Eds.). States, Regions and the Global System:
April 2010, http://bencanaekologis.blogspot.
Northern Asia-Pacific, Europe and Today’s
com/2010/04/avatar-papua-dan-sby.html.
Globalization. Baden-Baden: Nomos Verlag, S.
“Harga Batubara Tidak Murah”. Kompas. 3
Sebastian, Leonard. 2003. “The Indonesian Dillema:
September 2014.
How to Participate in the War on Terror Without
Becoming a National Security State”, dalam Siaran Pers Kemlu No 080/PR/XI/2012/54.
Kumar Ramakhrisna and See Seng Tan (Eds.), “Kemlu Kaji Migrasi dan Pembangunan,
After Bali: The Threat of Terrorism in Southeast Pengaruhnya Polugri”. 28 November 2012.
Asia. Singapore: Institute of Defence and http://www.kemlu.go.id/Pages/PressRelease.
Strategic Studies. aspx?IDP=1372&l=id.

Laporan dan Makalah


Caballero-Anthony, Mely. 2010. “Non-Traditional
Security Challenges, Regional Governance,
and the ASEAN Political-Security Community
(APSC)”. Asia Security Initiative Policy Series,
Working Paper No. 7, September.
Mantong, Andrew Wiguna. 2014. “NTS and
the Problem of State Policy”. Presentasi
disampaikan pada FGD Tim Polugri di Jakarta,
27 Agustus.

Politik Luar Negeri Indonesia dan Isu Keamanan ... | Athiqah Nur Alami | 103 

Anda mungkin juga menyukai