Anda di halaman 1dari 8

PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017

HUBUNGAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN


MELAKUKAN CUCI TANGAN

THE CORELATION BETWEEN NURSE MOTIVATION AND


THE COMPLIANCE LEVEL AT HAND WASHING

Fakhrudin Nasrul Sani 1), Muthiah Rissa Pratiwi 2)


1
D3 Keperawatan, STIKes Kusuma Husada Surakarta
email: fakhrudin_ns@ymail.com
2
D3 Keperawatan, STIKes Kusuma Husada Surakarta
email: msicha27@gmail.com

Abstrak

Salah satu strategi keselamatan pasien adalah pengurangan risiko berbagai infeksi dengan cara
mencuci tangan. Cuci tangan dilakukan dengan prosedur yang benar yaitu 6 teknik secara
berurutan pada waktu/momen yang tepat.Tingkat kepatuhan mencuci tangan perawat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya adalah motivasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah ada hubungan motivasi perawat rawat inap dengan tingkat kepatuhan dalam melakukan 6
langkah cuci tangan yang benar di RSI Klaten. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif
dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner untuk
mengetahui motivasi perawat dan lembar observasi untuk mengetahui kepatuhan cuci tangan
perawat dengan sampel 61 orang perawat. Hasil penelitian sebagian besar perawat rawat inap di
RSI Klaten memiliki motivasi 6 langkah cuci tangan dengan benar dengan katagori lemah (52,5%),
sedangkan tingkat kepatuhan cuci tangan sebagian besar tidak patuh (57,4%). Hasil uji chi square
didapatkan ada hubungan motivasi perawat rawat inap dengan tingkat kepatuhan dalam
melakukan 6 langkah cuci tangan yang benar di RSI Klaten (p=0,000<0,05). Disarankan kepada
perawat hendaknya membiasakan prosedur 6 langkah cuci tangan yang benar untuk mencegah
terjadinya infeksi dari berbagai penyakit.

Kata Kunci: Motivasi, tingkat kepatuhan, cuci tangan.

Abstract

One of the patient safety strategies is to reduce the risk of various infections by washing hands.
Wash your hands with the correct procedure that is 6 techniques in sequence at the right time /
moment. The level of compliance hand washing of nurses is influenced by several factors, such as
motivation. This study aims to determine whether there is a corelation between nurses motivation
with the level of compliance in doing 6 steps of hand washing properly in RSI Klaten. The design of
this research was descriptive correlative with cross sectional approach. The data was collected by
questionnaire to know the nurse motivation and observation sheet to know the compliance of nurse
hand washing with samples of 61 nurses. The results obtained of most of the inpatient nurses at RSI
Klaten were motivated by 6 steps of handwashing properly with the weak category (52.5%), while
the hand washing compliance level was largely disobedient (57.4%). The result of ujichi square
showed that there was a correlation between in-patient nurse motivation and complained level in
performing 6 handwashing steps properly in RSI Klaten (p = 0,000 <0,05). It is recommended that
nurses should familiarize the correct 6-step handwashing procedure to prevent infection from
various diseases.

Keywords: Motivation, compliance level, handwashing.

11
PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017

PENDAHULUAN kan teknik dasar yang paling penting dalam pen-


Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan cegahan dan pengontrolan infeksi nosokomial.
kesehatan mempunyai peran sangat penting Perawat dapat memperhatikan apakah mereka
dalam meningkatkan derajat kesehatan masya- sudah melakukan prosedur cuci tangan yang baik
rakat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut dan benar, karena perawat adalah petugas
memberikan perlayanan yang bermutu, efektif kesehatan yang paling rentan menjadi perantara
dan efisien untuk menjamin patient safety sesuai terjadi infeksi (Nita,dkk 2012).
dengan standar yang telah ditentukan. Salah satu Cuci tangan menjadi salah satu langkah
indikator patient safety adalah pengurangan yang efektif untuk memutuskan rantai transmisi
resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan (WHO, infeksi, sehingga insidensi nosokomial dapat
2012). berkurang. Pencegahan dan pengendalian infeksi
Infeksi atau yang sekarang disebut sebagai mutlak harus dilakukan oleh perawat, dokter, dan
infeksi yang berhubungan dengan pelayanan seluruh orang yang terlibat dalam perawatan
kesehatan atau Health-care Associated Infection pasien. Salah satu komponen standar kewaspada-
(HAIs) merupakan masalah penting diseluruh an dan usaha menurunkan infeksi nosokomial
dunia yang meningkat (Depkes RI, 2012). adalah menggunakan panduan kebersihan tangan
Tingkat infeksi yang terjadi di beberapa negara yang benar dan mengimplementasikan secara
Eropa dan Amerika masih sangat rendah yaitu efektif (Joko, 2012). Praktek cuci tangan oleh
sekitar 19% dibandingkan dengan kejadian di perawat yang direkomendasikan adalah lima
negara-negara Asia, Amerika Latin, Afrika yang moment yaitu sebelum kontak dengan pasien,
tinggi hingga mencapai lebih dari 40% dan sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah
menurut WHO, angka kejadian infeksi di RS di kontak dengan pasien, setelah kontak dengan
negara-negara Asia sekitar 3-21% (rata-rata 9%) cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan
(Depkes, 2012.) peralatan lingkungan sekitar pasien.
Rata- rata kejadian infeksi nosokomial Indo- Cuci tangan yang benar adalah cuci tangan
nesia sekitar 9,1 % dengan variasi 6,1%-16,0%. yang telah dilaksanakan dengan prosedur yang
Penelitian yang pernah dilakukan di 11 rumah benar dengan langkah-langkah enam langkah
sakit di DKI Jakarta pada 2004 menunjukkan yang secara berurutan. Tujuan dilakukannya cuci
bahwa 9,8 % pasien rawat inap mendapat infeksi tangan adalah mengangkat mikroorganisme yang
nosokomial selama dirawat. Angka kejadian ada di tangan, mencegah infeksi silang (cross
infeksi nosokomial RSUP Dr. Sardjito Yogya- infection), menjaga kondisi steril, melindungi diri
karta tahun 2005 sebesar 7,95 %, dan kejadian dan pasien dari infeksi, memberikan perasaan
infeksi nosokomial RSUP Dr.Wahidin Sudiro- segar dan bersih. Kepatuhan cuci tangan perawat
husodo pada trimester III tahun 2009 sebesar 4,4 khususya di RSI klaten sangat perlu diperhatikan
%. Data dari panitia pengendali infeksi noso- agar tetap dilaksanakan dengan prosedur 6
komial RSI Klaten diperoleh kejadian infeksi langkah cuci tangan yang tepat. Pelaksanaan cuci
nosokomial pada tahun 2012 masih termasuk tangan yang baik dan benar perlu dilakukan
tinggi yaitu sekitar 15 %(Survey PPI RSI Klaten, dengan keinginan dari perawat itu sendiri yang
2012). sering disebut motivasi. Motivasi yang dimiliki
Undang-undang Nomor 4 tahun 2009 dapat meningkatkan kepatuhan dalam melaksana-
tentang rumah sakit, menyatakan bahwa “setiap kan 6 langkah cuci tangan yang baik dan benar.
pasien mempunyai hak memperoleh keamanan Motivasi adalah suatu dorongan atau keinginan
dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan dalam diri manusia yang menyebabkan individu
di Rumah Sakit”. Salah satu poinya yaitu meng- melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuh-
hindari adanya resiko infeksi nosokomial di annya.
rumah sakit, dan mencegah terjadinya kerugian Menurut Hamzah (2013) menyimpulkan dari
pada pasien yang diakibatkan kesalahan dari beberapa psikolog menyebutkan motivasi sebagai
petugas medis, paramedis, atau non medis (Dep konstruk hipotesis yang digunakan untuk men-
Kes, 2013). Salah satu cara untuk mengurangi jelaskan keinginan, arah intensitas, dan keajegan
infeksi nosokomial yaitu dengan cuci tangan. perilaku yang diarahkan oleh tujuan. Motivasi
Menurut pendapat Perry & Potter (2005), merupakan proses psikologis yang dapat men-
mencuci tangan salah satu kewajiban dari tenaga jelaskan perilaku seseorang. Perilaku hakikatnya
kesehatan yaitu dengan mencuci tangan merupa- merupakan orientasi pada satu tujuan, dengan

12
PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017

kata lain perilaku seseorang dirancang untuk METODE PENELITIAN


mencapai tujuan. (dikutip dari Rolly, 2015). Penelitian ini merupakan penelitian kuan-
Berdasarkan studi pendahuluan yang titatif dengan metode observasi analitik yaitu
dilakukan oleh peneliti yang dilakukan di ruang untuk mencari hubungan antara variabel bebas
perawatan RSI klaten melalui teknik wawancara dengan variabel terikat yang analisisnya untuk
dan observasi didapatkan motivasi perawat untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara
cuci tangan lima moment sudah bagus, meliputi: variabel sehingga perlu disusun hipotesisnya,
perawat melakukan cuci tangan sebelum dan dengan pendekatan subjek cross sectional dimana
setelah kontak dengan pasien, cairan tubuh peneliti menekankan waktu pengukuran/obser-
pasien, lingkungan sekitar pasien, sebelum vasi data variabel independen dan variabel
melakukan tindakan aseptik. Sedangkan untuk dependen hanya satu kali satu saat. Penilitian ini
motivasi perawat dalam melakukan cuci tangan 6 dilakukan di RSI Klaten, pada bulan Juli 2016.
langkah yang benar masih kurang hal ini Sampel dalam penelitian ini sebanyak 61
disebabkan karena perawat merasa terlalu rumit, responden, Teknik pengambilan sampel meng-
merasa kurang bersih saat cuci tangan, merasa gunakan Purposive Sampling. Kriteria inklusi
takut kalau ada sidak dari petugas PPI. yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
RSI Klaten telah mebuat prosedur tetap cuci berikut: perawat pelaksana asuhan keperawatan,
tangan yang benar, menyediakan sarana cuci perawat yang bertugas di ruang rawat inap,
tangan berupa wastafel yang dilengkapi sabun minimal masa kerja 1 tahun, dan bersedia
antimikroba maupun dengan teknik handrub, dan menjadi responden penelitian
pengetahuan tentang prosedur cuci tangan yang Kriteria eksklusif yang digunakan dalam
benar semakin diperbaiki dan ditingkatkan penelitian ini sebagai berikut: perawat yang
melalui studi dan kerjasama dengan berbagai bekerja dibagian administrasi, Perawat di ruang
pihak. Berdasarkan hasil pengamatan awal Khusus, dan perawat yang mengalami luka
peneliti di ruang arofah Rumah Sakit Islam ditangan sehingga tidak bisa melakukan tindakan
Klaten pada perawat yang jaga dan banyak keperawatan.
intensitas melakukan perawatan pada pasien Instrumen penelitian ini adalah kuesioner
didapatkan kurangya kepatuhan perawat untuk dan observasi. Kuesioner adalah jenis pengukur-
melakukan cuci tangan enam langkah yang benar. an dengan mengumpulkan data secara formal
Padahal diruang tersebut untuk fasilitas gambar kepada subjek untuk menjawab pertanyaan secara
enam langkah dan prosedur cuci tangan sudah tertulis (Nursalam 2011). Kuesioner dalam pene-
tersedia dengan baik. Untuk sosialisasi yang litian ini dibuat sendiri berupa pertanyaan yang
diberikan dari petugas PPI tentang 6 langkah cuci digunakan untuk mengumpulkan data dari
tangan dilakukan terakhir bulan February 2015 responden mengenai motivasi perawat untuk
untuk menghadapi Re-Surve Akreditasi dari melakukan 6 langkah cuci tangan yang benar.
KARS. Skala pengukuran kuesioner dengan mengguna-
Berdasarkan pengamatan data surveilans dan kan skala Likert sebanyak 25 pertanyaan. Dengan
standar kewaspadaan komite PPI RSI Klaten pertanyaan 13 favorable, penilaianya SS = sangat
pada bulan Januari 2016 untuk kepatuhan keber- setuju (4), S = setuju (3), TS = tidak setuju (2),
sihan 6 langkah cuci tangan dokter 28%, perawat STS = sangat tidak setuju (1)dan pertanyaan 12
39%, laboratorium 20%. Sedangkan untuk unfavorable, penilaianyaSS = sangat setuju (1), S
kepatuhan kebersihan tangan (Five Moment) = setuju (2), TS = Tidak setuju (3), STS = Sangat
dokter 85,9%, perawat 90,4%, laboratorium tidak setuju (4).
88,7%. Hasil wawancara dari petugas surveilans Peneliti juga menggunakan lembar observasi
PPI didapatkan kurang lebih 170 perawat yang kepatuhan 6 langkah cuci tangan yang benar.
belum melakukan cuci tangan sesuai prosedur Penilaian kepatuhan 6 langkah cuci tangan yang
yang ditetapkan RS. Berdasarkan fenomena benar adalah:
tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“Hubungan antara motivasi perawat rawat inap 1. Patuh jika 6 langkah cuci tangan dilakukan.
dengan tingkat kepatuhan dalam melakukan 6 2. Tidak patuh jika salah satu dari 6 langkah cuci
langkah cuci tangan yang benar di Rumah Sakit tangan tidak dilakukan.
Islam Klaten”.

13
PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017

Analisa data dilakukan untuk menjawab Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden


hipotesis penelitian. Untuk alasan tersebut Berdasarkan Jenis Kelamin
dipergunakan uji statistik yang cocok dengan
variabel penelitian (Notoatmodjo, 2005). Analisa Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase
data terdiri dari: Laki-laki 21 41,2
1. Analisa univariat Perempuan 40 58,8
Analisa univariat yaitu analisa yang dilaku- Jumlah 61 100
kan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian
yaitu karakteristik respondent, motivasi perawat, Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa
kepatuhan perawat dalam melakukan 6 langkah jenis kelamin responden sebagian besar adalah
cuci tangan yang benar. perempuan.
2. Analisa bivariat
Analisa bivariat adalah analisis yang dilaku- Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden
kan terhadap dua variabel yang diduga berhubu- Berdasarkan Tingkat Pendidikan
ngan atau berkorelasi (Sugiyono, 2014). Analisa
bivariat pada penelitian ini yaitu dengan meng- Tingkat
gunakan Chi-square (x²) adalah teknik statistik Frekuensi Prosentase
Pendidikan
yang digunakan untuk menguji hipotesis bila D3 61 100
dalam populasi terdiri atas dua atau lebih klas Jumlah 61 100
dimana data berbentuk nominal dan sampelya
besar, untuk melihat hubungan antara variabel Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa
bebas dengan variabel terikat, uji statistik yang tingkat pendidikan perawat kesemuanya ber-
digunakan adalah penghitungan Chi-square test. pendidikan D3 yaitu sebanyak 61 responden
Pengambilan keputusan hasil didasarkan pada (100%) .
batas kemaknaan 0,05. Jika p value α 0,05 maka
hasil yang diperoleh bermakna secara statistik, Tabel 4. Distribusi Frekuensi Motivasi Perawat
dan jika nilai p value α 0,05 maka hasil Rawat Inap dalam Melakukan 6 Langkah Cuci
penghitungan tidak bermakna secara stastistik. Tangan yang Benar di Rumah Sakit Islam Klaten
Tahun 2016
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik responden dalam penelitian ini Motivasi Frekuensi Prosentase
adalah berdasarkan umurdan jenis kelamin. Kuat 16 26,2
Sedang 13 21,3
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Umur ( n = 61) Lemah 32 52,5
Jumlah 61 100
Umur Frekuensi Prosentase
20-30 26 42,6 Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa
31-40 27 44,3 sebagian besar responden memiliki motivasi
41-50 7 11,5 lemah dalam melakukan 6 langkah cuci tangan
51-60 1 1,7 yang benar yaitu dengan kategori motivasi
Jumlah 61 100 sedang atau 13 responden (21,3%).
Tabel 5. Kepatuhan Cuci Tangan Perawat Rawat
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa Inap dalam Melakukan 6 Langkah Cuci Tangan
umur responden terbanyak adalah pada rentang yang Benar di Rumah Sakit Islam Klaten
31- 40 tahun. Hal tersebut menunjukkan perawat Tahun 2016
dirawat inap tempat penelitian sebagian besar
adalah tenaga pada usia produktif dan masih jauh Motivasi Frekuensi Prosentase
dari masa pensiun.
Patuh 26 42,6
Tidak Patuh 35 57,4
Jumlah 61 100

14
PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa seba- 6,5%. Responden yang memiliki motivasi yang
gian besar responden memiliki kepatuhan dalam lemah dalam melakukan enam langkah cuci
melakukan 6 langkah cuci tangan yang benar tangan yang benar dan dia patuh sebanyak4
yaitu dengan kategori tidak patuh 57,4%. responden atau sebesar 6,5%, serta untuk
Pengujian hipotesis dilakukan dengan responden yang memiliki motivasi yang lemah
dengan menggunakan uji Chi-square (X2). Uji dalam melakukan enam langkah cuci tangan yang
Chi-square merupakan teknik analisis statistik benar dan dia tidak patuh sebanyak 28 responden
yang digunakan untuk menguji hipotesis bila atau sebesar 45,9%.
dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas Berdasarkan hasil analisis tabel 4.6 diatas
dimana data berbentuk nominal dan sampelnya kemudian diperoleh nilaip.Value 0.000 jika di
besar, untuk melihat hubungan antara variabel bandingkan dengan α = 0,05 maka Pearson Chi-
bebas dengan variabel terikat, uji sttaistik yang Square ≤0,05, hal ini berarti ada hubungan antara
digunakan adalah uji Chi-square. Pengambilan motivasi perawat rawat inap dengan tingkat
keputusan hasil berdasarkan pada batas kepatuhan dalam melakukan 6 langkah cuci
kemaknaan 0,05. Jika p value < 0,05 maka yang tangan yang benar di RSI Klaten. Untuk lebih
diperoleh kemaknaan secara statistik, dan jika jelasnya dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini.
nilai p value > 0,05 maka hasil perhitungan tidak
bermakna secara statistik. Tabel 7. Hasil Analisis Chi Square
Adapun hasil analisis bivariat tentang
hubungan motivasi perawat rawat inap dengan Chi-Square Tests
tingkat kepatuhan daam melakukan 6 langkah Asymp.
cuci tangan yang benar di RSI Klaten dapat Value Df Sig. (2-
dilihat pada tabel dibawah ini. sided)
Pearson Chi- 25,398a 2 ,000
Tabel 6. Hubungan Motivasi Perawat Rawat Inap Square
dengan Tingkat Kepatuhan dalam Melakukan Likelihood Ratio 27,627 2 ,000
6 Langkah Cuci Tangan yang Benar Linear-by-Linear 22,979 1 ,000
di RSI Klaten N of Valid Cases 61
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than
Kepatuhan 5. The minimum expected count is 6,82.
Motivasi Patuh Tidak Jumlah
P
Perawat Patuh
N % N % n % Usia
Lemah 4 6,5 28 45,9 20 52,4 0,000 Jumlah responden penelitian diketahui
Sedang 9 14,8 4 6,5 25 21,3 bahwa mayoritas responden berumur 31-40 tahun
Kuat 13 21,3 3 5 16 26,3 sebanyak 27 responden (44,3%).Berdasarkan
Jml 61 100 pendapat peneliti bahwa seperti kondisi ditempat
P = probabilitas dengan uji chi square penelitian memang sebagian besar dari responden
ialah mereka yang masih berumur dewasa awal,
Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa respon- dimana mereka masih memiliki fisik yang kuat,
den yang memiliki motivasi yang kuat dalam semangat yang cukup tinggi dan juga kemam-
melakukan 6 langkah cuci tangan yang benar dan puan daya ingat dan daya serat ketika diberi ilmu
patuh yaitu sebanyak 13 responden atau sebesar atau ketrampilan baru, mereka lebih mudah
21,3%, dan responden yang memiliki motivasi menguasai dari pada responden yang berusia tua.
yang kuat dalam melakukan 6 langkah cuci Hal ini sejalan dengan teori yang telah dikemu-
tangan yang benar tetapi mereka tidak patuh yaitu kakan bahwa faktor internal yang mempengaruhi
sebanyak 3 responden atau sebesar 5%. motivasi diantaranya adalah kematangan pribadi/
Responden yang memiliki motivasi sedang umur seseorang. Orang bersifat egois dan
dalam melakukan enam langkah cuci tangan yang kemanja-manjaan biasanya akan kurang peka
benar dan mereka patuh sebanyak 9 responden dalam menerima motivasi yang diberikan
atau sebesar 14,8%, dan responden yang sehingga agak sulit untuk diajak bekerjasama
memiliki motivasi sedang dalam melakukan dalam mmebuat motivasi kerja. Oleh sebab itu
enam langkah cuci tangan yang benar dan mereka kebiasaan yang dibawanya sejak kecil, nilai yang
tidak patuh sebanyak 4 responden atau sebesar

15
PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017

dianut dan sikap bawaan seseorang sangat wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan
memotivasinya (Sayuti, 2006). perawat yang lebih rendah pendidikannya.
Usia berpengaruh terhadap kepatuhan Hasil penelitian hubungan antara motivasi
seseorang dalam melakukan enam langkah cuci perawat rawat inap dengan tingkat kepatuhan
tangan dengan benar. Usia seseorangsecara garis dalam melakukan 6 langkah cuci tangan yang
besar menjadi indikator dalamsetiap mengambil benar di RSI Klaten sebagian besar responden
keputusan yang mengacu pada setiap penga- yang memiliki motivasi yang lemah dalam
lamannya (Niven, 2002). Berdasarkan hasil melakukan 6 langkah cuci tangan yang benar
penelitian diperoleh sebagian besar responden yaitu sebanyak 32 responden atau sebesar 52,5%.
berusia 31–40tahun.Umur 31-40 tahun bagi Hal ini membuktikan bahwa aspek cuci
peawat dianggap sebagai umur yang sudah tangan sebelum melakukan tindakan diperhatikan
matang, sehingga umur 31-40 tahun bagi perawat oleh perawat. Sedangkan kegunaan cuci tangan
diharapkan dapat meningkatkan kepatuhannya, menurut Tietjen (2004) untuk mencegah infeksi
pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya yang ditularkan melalui tangan dengan menying-
untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien kirkan kotoran dan debu serta menghambat atau
(Saragih dan Rumapea, 2010). membunuh mikroorganisme pada kulit.Hal ini
Jenis kelamin sesuai dengan teori dari Garner dan Favero
Berdasarkan hasil penelitian jenis kelamin (1985) cit Majid (2000) yang merekomendasikan
perawat mayoritas adalah perempuan 40 kepada perawat untuk selalu mencuci tangan
responden (58,8%). Hasil penelitian ini sesuai sebelum dan sesudah melakukan perawatan.
dengan penelitian oleh Asnan (2011), yang Teori ini juga sesuai dengan pendapat Depkes RI
didapatkan hasil 75,4% perawat berjenis kelamin (2003), yang menyatakan cuci tangan harus
perempuan. Hal ini berdasarkan survey secara selalu dilakukan dengan benar sebelum dan
keseluruhan di Rumah Sakit Liun Kendage sesudah melakukan tindakan perawatan walau-
didominasi oleh perawat perempuan yang pun memakai sarung tangan atau alat pelindung
terbesar diseluruh ruangan rawat inap maupun lain untuk menghilangkan mikroorganisme yang
rawat jalan. ada ditangan sehingga penyebaran penyakit dapat
Hal ini sesuai dengan pendapat Kozier & dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi.
Erb‟s (2005) tentang filosofi mother instinct Hal ini senada dengan penelitian Ahmad
bahwa mayoritas perawat datang dari kaum Mudayana (2010), yang berjudul pengaruh
perempuan, dimana seorang perempuan memiliki motivasi dan beban kerja terhadap kinerja
naluri untuk merawat diri sendiri dan orang lain karyawan di rumah sakit Nur Hidayah Bantul
sebagaimana tercermin pada seorang itu serta dengan hasil Ada pengaruh motivasi kerja
naluri yang sederhana dalam memelihara terhadap kinerja karyawan di RS Nur Hidayah
kesehatan keluarganya. Bantul. Ada pengaruh faktor motivasi intrinsik
dan motivasi ekstrinsik terhadap kinerja karya-
Pendidikan wan di RS Nur Hidayah Bantul. Ada pengaruh
Berdasarkan dari 61 responden sebagian sub variabel motivasi intrinsik (tanggung jawab,
kesemuanya berpendidikan D3. Hal ini sesuai pengakuan, prestasi kerja, pengembangan karir,
dengan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmen- pekerjaan, promosi) terhadap kinerja karyawan di
kes) Nomor 1239 tahun 201 yang menyatakan RS Nur Hidayah Bantul. pengembangan karir
bahwa standar minimal pendidikan perawat pada memiliki pengaruh tertinggi dibandingkan
institusi pelayanan kesehatan adalah Diploma Iii dengan sub variabel motivasi intrinsik lainnya.
Keperawatan (Depkes RI, 2001). Sesuai yang Tidak ada pengaruh sub variabel motivasi
dikemukakan oleh Soeroso (2003) bahwa lebih ekstrinsik (hubungan kerja dan gaji) terhadap
dari 60% perawat masih berpendidikan Diploma kinerja karyawan di RS Nur Hidayah Bantul. Ada
III di Indonesia. pengaruh sub variabel kondisi kerja dalam
Syadan (dalam Sayuti, 2006) menyatakan motivasi ekstrinsik terhadap kinerja karyawan di
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi moti- RS Nur Hidayah Bantul.
vasi diantaranya adalah tingkat pendidikan
seseorang. Sebagai seorang perawat yang memi-
liki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, biasa-
nya akan lebih termotivasi karena sudah memiliki

16
PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017

Kepatuhan perawat rawat inap dalam mela- Hubungan motivasi perawat rawat inap
kukan 6 langkah cuci tangan yang benar dengan tingkat kepatuhan dalam melakukan 6
Hasil penelitian hubungan antara motivasi angkah cuci tangan yang benar di RSI Klaten
perawat rawat inap dengan tingkat kepatuhan diperkuat dengan hasil penelitian yang menun-
dalam melakukan 6 langkah cuci tangan yang jukkan tabulasi silang yang sesuai dengan teori
benar di RSI Klaten sebagian besar responden kepatuhan dan cuci tangan.Pada penelitian ini
yang memiliki kepatuhan tidak patuh dalam didapatkan bahwa sebagian besar responden
melakukan 6 langkah cuci tangan yang benar memiliki motivasi yang lemah dalam melakukan
yaitu sebanyak 26 responden atau sebesar 42,6%. 6 langkah cuci tangan yang benar, begitu juga
Menurut data Riset Kesehatan Dasar sebagian besar responden memiliki kepatuhan
(RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi nasional dalam melakukan 6 langkah cuci tangan yang
berperilaku benar dalam cuci tangan adalah benar yaitu dengan kategori tidak patuh.
23,2%. Kepatuhan adalah suatu kondisi yang Hal ini senada dengan penelitian dengan
tercipta dan terbentuk melalui proses dari judul Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai – Perawat dalam Praktik Hand Hygienedi Ruang
nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan Cendana IRNA RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta
dan ketertiban. Sikap atau perbuatan yang (Quirina, dkk, 2015) didapatkan hasil Motivasi
dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak perawat sebagian besar baik yaitu 97,5%,
dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan kepatuhan perawat sebagian besar dalam kategori
membebani dirinya bila tidak dapat berbuat baik sebesar 97,5%, ada hubungan antara
sebagaimana lazimnya (Prijadarminto,2003) motivasi dengan kepatuhan perawat dalam
Kepatuhan perawat dalam melakukan cuci praktik hand higiene di ruang Cendana IRNA I
tangan enam langkah dalam penelitian ini RSUP Dr Sardjito Yogykarta dengan nilai
sebagian besar adalah tidak patuh. Mayoritas signifikansi p< 0,05 yaitu sebesar 0,000 dan nilai
perawat berperilaku negatif yang ditunjukkan koefisiaensi sebasar 0,559.
dengan ketidak patuhan dalam melakukan 6 Motivasi merupakan proses prikologis yang
langkah cuci tangan untuk menghindari kejadian dapat menjelaskan perilaku seseorang. Berdasar-
berbagai penyakit. kan hasil penelitian melalui penyebaran kuesi-
Menurut jurnal dari Roly Marwan, 2015 oner tentang motivasi perawat diketahui bahwa
dengan judul hubungan umur, lama kerja, motivasi perawat dalam melakukan enam lang-
pendidikan, dan motivasi, dengan kepatuhan kah cuci tangan dengan benar di ruang perawatan
perawat melakukan 6 langkah 5 moment cuci RSI Klaten adalah sedang sementara itu tingkat
tangan di ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin kepatuhan perawat adalah mayoritas tidak patuh
ada hubungan yang sangat kuat pada motivasi dalam melakukan enam langkah cuci tangan
dengan kepatuhan perawat dalam melakukan 6 dengan benar. Sementara itu untuk tabulasi silang
langkah lima moment cuci tangan. antara motivasi perawat dengan tingkat kepatuh-
an dalam melakukan enam langkah cuci tangan
Hubungan antara motivasi perawat rawat dengan benar dikehatui bahwa motivasi perawat
inap dengan tingkat kepatuhan dalam mela- berhubungan dengan tingkat kepatuhan perawat
kukan 6 langkah cuci tangan yang benar di dalam melakukan enam langkah cuci tangan
RSI Klaten dengan benar. Karena dengan motivasi yang
Ada hubungan yang signifikan (bermakna) tinggi yang dimiliki oleh perawat maka akan
antara motivasi perawat rawat inap dengan dapat meningkatkan kepatuhan perawat dalam
tingkat kepatuhan dalam melakukan 6 langkah melaksanakan enam langkah cuci tangan yang
cuci tangan yang benar di RSI Klaten (p- benar.
value=0,000).
Kepatuhan merupakan sikap seseorang
untuk bersedia mentaati dan mengikuti spesi- SIMPULAN
fikasi, standar atau aturan yang telah diatur Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah
dengan jelas, dimana aturan tersebut diterbitkan dilaksanakan maka simpulan yang dapat diambil
oleh perusahaan yang bersangkutan dan lembaga adalah sebagai berikut :
lain yang berwenang (Saifuddin dalamWardani, 1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
2009) dari 61 reponden yang dijadikan sampel

17
PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017

bahwa mayoritas responden berumur antara Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian


31-40 tahun dengan jenis kelamin terbanyak Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
adalah perempuan dan tingkat pendidikan
Niven, N. 2002. Psikologi kesehatan pengantar
perawat mayoritas adalah D3 Keperawatan.
untuk perawat dan professional
2. Motivasi perawat dalam cuci tangan enam 6
kesehatan lain. Jakarta: EGC.
langkah cuci tangan yang benar di RSI Klaten
sebagian besar responden adalah lemah Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Meto-
sebanyak 32 responden (52,5%) dologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
3. Tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan Jakarta: Salemba Medika.
cuci tangan enam 6 langkah cuci tangan yang Potter & Perry. 2005. Fundamental
benar di RSI Klaten sebagian besar tidak Keperawatan. Volume 1. Jakarta: EGC.
patuh yaitu 35 responden (57,4%)
4. Ada hubungan motivasi perawat rawat inap Rolly. 2015. Hubungan umur, lama kerja,
dengan tingkat kepatuhan dalam melakukan 6 pendidikan, dan motivasi dengan
langkah cuci tangan yang benar di RSI Klaten kepatuhan perawat melakukan enam
(p value = 0,000) langkah lima moment cuci tangan di
ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin.
Caring, Vol. 3, No.2, 49-58.
REFERENSI Saragih & Rumpea. (2010). Hubungan
Karakteristik Perawat denganTingkat
Depkes RI. 2003. Pedoman Pengendalian Infeksi Kepatuhan PerawatMelakukan Cuci
Nosokomial. Jakarta. Tangan di Rumah Sakit Columbia.
Hamzah B. Uno, 2008. Teori Motivasi dan Medan: Universitas Darma Agung
Pengukurannya Analisis di Bidang Sayuti. 2006. Motivasi Dan Faktor-Faktor Yang
Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta. Mempengaruhi. Jakarta: Penerbit Ghalia
Kozier. B. 2007. Buku Ajar Perawatan Klinis. Indonesia
Edisi 5. Jakarta: ECG. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif,
Mudayana, Ahmad Ahid. 2010. Pengaruh Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Motivasi Dan Beban Kerja Terhadap WHO. 2012. Indicator Pasien Safety. Modul
Kinerja Karyawan Di Rumah Sakit Nur Pencegahan Penyakit Infeksi Rumah
Hidayah Bantul. Jurnal Universitas Sakit. Rineka Cipta. Jakarta.
Ahmad Dahlan

18

Anda mungkin juga menyukai