Teori Belajar Sosial
Teori Belajar Sosial
1
Memberikan perhatian pada orang yang ditiru. Sebagai pengamat
orang tidak dapat belajar melalui observasi kecuali kaku ia
memperhatikan kegiatan-kegiatan yang diperagakan oleh model itu
sendiri dan benar-benar memahaminya. Mencakup peristiwa peniruan
(adanya kejelasan, keterlibatan perasaan, tingkat kerumitan,
kelaziman, nilai fungsi) dan karakteristik pengamatan (kemampuan
indera, minat, persepsi, penguatan sebelumnya).
2
yang terjadi dalam lingkungan orang tersebut, secara bersama-sama saling
bertindak sebagai penentu atau penyebab yang satu terhadap yang lainnya.
Berikut ini dijelaskan interaksi berbagai faktor pembentuk sistem diri (self
sistem) pada sebuah bagan (Gambar 2.2).
Keterangan :
Sistem yang saling terkait seperti yang ditampilkan dalam bagan di atas
menggambarkan ketiga faktor yaitu: faktor kepribadian (Personal), faktor
perilaku (Behavior), dan faktor lingkungan (Environment). Sepasang anak
panah yang berlawanan arah pada setiap faktor tersebut menunjukkan
bahwa setiap faktor tersebut dapat mempengaruhi atau dapat bersifat
sebagai penentu terhadap faktor-faktor lainnnya secara timbal balik.
3
Sebagai contoh, Seorang anak bernama Andi adalah pribadi yang
memiliki harapan-harapan dan nilai-nilai di samping gaya pribadi atau
kepribadian tertentu, suka tantangan-tantangan intelektual atau berinteraksi
dengan orang disekitarnya (P/Personal). Sebagai konsekuensinya Andi
melanjutkan pendidikan di sebuah universitas. Karena Andi suka dengan
perkuliahan di universitas tersebut, maka Andi menunjukkan prilaku
(B/Behavior) yang positif dan penuh semangat dalam mempelajari dan
mempraktekkan berbagai mata kuliah yang ia ambil. Rekan-rekan yang ada di
tempat kerja Andi dan kelompok tutorial, juga keluarga serta orang-orang di
sekitar Andi yang mengetahui kepribadian Andi (P/Personal) akan bereaksi
dengan reaksi-reaksi tertentu (E/Environment), misalnya keramahan serta
kekaguman akan kemampuan Andi membagi waktu antara kerja, rumah
tangga, kuliah, dan bermasyarakat. Mereka juga bereaksi (E/Environment)
terhadap perilaku Andi (B/Behavior). Jika Andi melakukan suatu perbuatan
aneh atau yang tidak disangka-sangka (B/Behavior), maka mereka akan
bereaksi terhadap perbuatan Andi itu. Reaksi mereka itu (E/Environment),
secara timbal balik mempengaruhi prilaku Andi (B/Behavior), disamping
berdampak pada kepribadian Andi (P/Personal). Jika mereka berhenti
bersikap ramah terhadap andi (E/Environment), misalnya karena Andi terlalu
sibuk belajar dan bekerja sehingga ia melupakan keluarga atau teman-
temannya, Andi mungkin akan menjadi murung (P/Personal), karena
keluarga atau teman/tetangganya mulai acuh karena tidak diperhatikan. Jadi,
diri Andi adalah suatu sistem dan faktor-faktor di dalam atau di luar dirinya
(pribadi, prilaku, lingkungan), berdampak satu terhadap lainnya.
4
sebagai alat untuk berfikir, maka hal-hal yang telah berlalu dapat disimpan
dalam ingatan dan hal-hal yang akan datang dapat pula “diuji” secara
simbolis dalam pikiran. Perilaku-perilaku yang mungkin diperlihatkan akan
dapat diduga, diharapkan, dikhawatirkan, dan diuji cobakan terlebih dahulu
secara simbolis, dalam pikiran, tanpa harus mengalaminya secara fisik
terlebih dahulu. Karena pikiran-pikiran yang merupakan simbul atau
gambaran kognitif dari masa lalu maupun masa depan itulah yang
mempengaruhi atau menyebabkan munculnya perilaku tertentu.
4) Kemampuan untuk seolah-olah mengalami apa yang dialami oleh orang lain
5
tidak dikerjakan tidak selalu untuk memuaskan orang lain, tetapi
berdasarkan standar dan motivasi yang ditetapkan diri sendiri. Tentu saja
orang akan berpengaruh oleh perilaku orang lain, namun tanggung jawab
utama tetap berada pada diri sendiri.
6
Walaupun teori pembelajaran klasik mengasumsikan bahwa prilaku
seseorang berubah sepanjang waktu karena pengaruh langsung dari
reinforcement dan hukuman melalui hubungan stimulus-respons, teori
Bandura menyatakan bahwa pengaruh reinforcement sebelumnya akan
terinternalisasikan dan perilaku berubah karena berubahnya pengetahuan
dan ekspektasi seseorang (Friedman dan Schustack, 2008:276).
Pendekatannya memberikan peranan penting pada apa yang disebutnya
dengan “human agency”. Kapasitas seseorang untuk mengontrol perilakunya,
dan juga mengontrol proses berpikir internal dan motivasinya. Pengetahuan
bahwa prilaku tertentu (oleh orang lain atau diri sendiri), pada situasi
tertentu, mendapatkan reinforcement di masa lalu membuat individu
berharap bahwa perilaku yang sama akan mendapatkan reinforcement pada
situasi yang sama (atau serupa) di masa depan. Maka pendekatan ini
menggunakan kekuatan pendekatan pembelajaran dan kognitif terhadap
kepribadian.
7
contoh, dalam satu penelitian, para lulusan bisnis diminta menemukan dan
menggunakan aturan manajerial untuk menstimulasi suatu organisasi.
Sebagian partisipan diberi tahu bahwa keterampilan yang dibutuhkan
bersifat bawaan jika Anda tidak memiliki keterampilan, Anda tidak bisa
berhasil. Partisipan ini menurunkan ekspektasi hasil yang akan mereka raih
dan tidak menunjukkan performa yang baik. Partisipan lain diberi tahu
keterampilan yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan latihan; para
partisipan ini membuat target yang menantang dan mengembangkan strategi
organisasi yang sukses.
keyakinan tentang self-efficacy adalah hasil dari 4 jenis informasi, yaitu: (1)
pengalaman kita dalam melakukan perilaku yang diharapkan atau perilaku
yang serupa (kesuksesan dan kegagalan di masa lalu); (2) melihat orang lain
melakukan perilaku tersebut atau perilaku yang kurang lebih sama (vicarious
experience); (3) persuasi verbal (bujukan orang lain yang bertujuan untuk
menyemangati atau menjatuhkan performa); dan (4) apa perasaan kita
tentang perilaku yang dimaksud (reaksi emosional).
8
kesuksesan mereka saat mencapai target tersebut, dan memberi
penghargaan pada diri mereka sendiri karena telah mencapai tujuan
tersebut. Konsep self-efficacy adalah elemen penting dari proses ini, yang
mempengaruhi pilihan target dan tingkat pencapaian yang diharapkan. Yang
juga penting adalah skema yang individu miliki, yang mendasari bagaimana
orang memahami dan berperilaku dalam lingkungannya. Konstruk regulasi
diri menitikberatkan pada kontrol internal (interpersonal) perilaku kita.
Proses regulasi diri memiliki relevansi yang luas terhadap banyak bidang,
terutama bidang kesehatan dan pendidikan, yang merupakan bidang di mana
pemahaman yang lebih baik mengenai bagaimana orang melatih kontrol
perilaku mereka sendiri akan berdampak pada meningkatnya keberhasilan
masyarakat dalam bidang pendidikan dan kesehatan.
9
of Proximal Development, yaitu daerah tingkat perkembangan sedikit di
atas daerah tingkat perkembangan seseorang saat ini.
10
pendidikan yang mengembangkan model pembelajaran kooperatif, model
pembelajaran peer interaction, model pembelajaran kelompok, dan model
pembelajaran problem solving.
11
Inti teori Vigotsky adalah menekankan interaksi antara aspek
internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada
lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori Vigotsky, fungsi kognitif
manusia berasal dari interaksi social masing-masing individu dalam
konteks budaya. Vigotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat
siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-
tugas tersebut masih dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas
itu berada dalam zona of proximal development mereka.
Tingkat perkembangan yang dimaksud terdiri atas empat tahap yaitu sebagai
berikut:
Pertama, more dependence to others stage, yakni tahapan di mana
kinerja anak mendapat banyak bantuan dari pihak lain seperti teman-teman
sebayanya, orang tua, guru, masyarakat, ahli, dan lain-lain. Dari sinilah
muncul model pembelajaran kooperatif atau kolaboratif dalam
mengembangkan kognisi anak secara konstruktif.
Kedua, less dependence external assistence stage, di mana kinerja
anak tidak lagi terlalu banyak mengharapkan bantuan dari pihak lain, tetapi
lebih kepada self assistance, lebih banyak anak membantu dirinya sendiri.
Ketiga, Internalization and automatization stage, di mana kinerja anak
sudah lebih terinternalisasi secara otomatis. Kasadaran akan pentingnya
pengembangan diri dapat muncul dengan sendirinya tanpa paksaan dan arahan
yang lebih besar dari pihak lain. Walaupun demikian, anak pada tahap ini
belum mencapai kematangan yang sesungguhnya dan masih mencari identitas
diri dalam upaya mencapai kapasitas diri yang matang.
Keempat, De-automatization stage, di mana kinerja anak mampu
mengeluarkan perasaan dari kalbu, jiwa, dan emosinya yang dilakukan secara
berulang-ulang, bolak-balik, recursion. Pada tahap ini, keluarlah apa yang
disebut dengan de automatisation sebagai puncak dari kinerja sesungguhnya.
Dengan demikian dalam proses untuk mencapai pemahaman pada
mulanya anak diberikan bantuan/bimbingan untuk mencapai perkembangan
12
yang optimal, setelah itu secara bertahap bantuan itu dikurangi sampai
akhirnya tidak diberikan sama sekali, sehingga anak secara independen dapat
memahami apa yang mereka pelajari.
13
yakni suatu proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-
anak melalui zona perkembangan proksimalnya
Dialog adalah alat yang penting dalam ZPD. Vygotsky memandang anak-
anak kaya konsep tetapi tidak sistematis, acak, dan spontan. Dalam dialog,
konsep-konsep tersebut dapat dipertemukan dengan bimbingan yang
sistematis, logis, dan rasional.
14