Anda di halaman 1dari 4

KEWAJIBAN PERPAJAKAN YAYASAN

Sesuai dengan UU PPh Pasal 2 ayat 1 huruf b bahwa Yayasan merupakan


Subjek Pajak Penghasilan yang termasuk dalam kategori “Badan”

Kewajiban Perpajakan PPh sebagai Subjek Pajak Badan adalah


sebagai berikut:

1. PPh Pasal 4(2), atas penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat
final:
a. Penghasilan berupa bungan deposito dan tabungan lainnya
b. Persewaan tanah dan bangunan.

2 PPh Pasal 21, kewajiban pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan


dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa
pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi

3. PPh Pasal 23, kewajiban pemotongan PPh oleh pihak yang wajib
membayarkan penghasilan atas penghasilan tersebut dibawah ini, dengan
nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan,disediakan untuk
dibayarkan atau telah jatuh tempo pembayarannya.

a. sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas:


1. dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi.
2. bunga termasuk premium,diskonto dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
3. royalti; dan
4. hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong
Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.

b. sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas:


1. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali
sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang
telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (2); dan
2. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi,
jasa konsultan, danjasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.

Jenis Jasa Lain sebagaimana dimaksud dalam UU PPh Pasal 23 yang


dijelaskan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No 244/PMK.03/2008 tanggal 31 Desember 2008 adalah
sebagai berikut:

a. Jasa penilai (appraisal);


b. Jasa aktuaris;
c. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
d. Jasa perancang (design);
e. Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi
(migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap (BUT);
f. Jasa penunjang di bidang penambangan migas;
g. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain
migas;
h. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
i. Jasa penebangan hutan;
j. Jasa pengolahan limbah;
k. Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services)
l. Jasa perantara dan/atau keagenan;
m.Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga , kecuali yang dilakukan
oleh KSEI;
n. Jasa custodian/pemyimpanan /penitipan, kecuali yang dilakukan oleh
KSEI;
o. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
p. Jasa mixing film;
q. Jasa sehubungan dengan software computer, termasuk perawatan,
pemeliharaan dan perbaikan;
r. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas,
AC, dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau
sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
s. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik,
telepon, air, gas, AC, TV kabel, alat transportasi/kendaraan dan/atau
bangunan, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang
lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi
sebagai pengusaha konstruksi;
t. Jasa maklon;
u. Jasa penyelidikan dan keamanan;
v. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;
w. Jasa pengepakan;
x. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa, media luar
ruang atau media lain untuk penyampaian informasi;
y. Jasa pembasmian hama;
z. Jasa kebersihan atau cleaning service;
aa. Jasa catering atau tata boga.

4. PPh 25, merupakan kewajiban angsuran pajak dalam tahun berjalan


yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bukan adalah
sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut SPT Tahunan Pajak
Penghasilan tahun Pajak lalu dikurangi Pajak penghasilan yang dipotong
sebagaimana dimaksud Pasal 23 dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam
bagian tahun pajak.
5. PPh 29, apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata
lebih besar daripada kredit pajak, kekurangan pembayaran pajak yang
terutang harus dilunasi sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan disampaikan..

Penghasilan Yayasan
Penerimaan yayasan dapat dibedakan antara penerimaan yang bukan
Objek Pajak dan penerimaan yang merupakan Objek Pajak.
Penghasilan yang bukan Objek Pajak berdasarkan UU PPh pasal 4 ayat
3 adalah sebagai berikut:
1. Bantuan atau sumbangan
2. Harta hibahan yang diterima Yayasan sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan diantara pihak-
pihak yang bersangkutan.
3. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
pengembangan yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya
yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu
paling lama 4 tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut.
Penghasilan Yayasan yang merupakan Objek Pajak sesuai dengan
ketentuan Pasal 4 ayat 1 UU PPh adalah setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk:
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari usaha,pekerjaan kegiatan
atau jasa
2. Bunga deposito, bunga obligasi,diskonto SBI dan bunga Lainnya
3. Sewa dan imbalan lain sehubungan dengan penggunaan harta
4. Keuntungan dari pengalihan harta, termasuk keuntungan pengalihan harta
yang semula berasal dari bantuan,sumbangan atau hibah
5. Pembagian keuntungan dari kerja sama usaha
Penggurang Penghasilan Bruto
a. biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan usaha, pekerjaan,
kegiatan atau pemberian jasa untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan atau biaya yang berhubungan langsung dengan
operasional penyelenggaraan yayasan atau organisasi yang sejenis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan dengan
memperhatikan Pasal 9 ayat (1) UU PPh

b. penyusutan atau amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta


yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A UU PPh.
Kewajiban Pembukuan dan Penyampaian SPT

ü Yayasan diwajibkan menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan


ketentuan Pasal 28 UU KUP beserta aturan pelaksanaannya
ü Yayasan wajib menyampaikan SPT Tahunan dan SPT masa PPh sesuai
dengan ketentuan yang berlaku

Demikian kewajiban perpajakan atas yayasan sesuai dengan UU yang


berlaku tahun 2010.

Anda mungkin juga menyukai