Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN MAGANG

MAGANG DI APOTEK KIMIA FARMA

Oleh:
Dwiky A. L Nguru (154111066) Maria F. Indeng (154111118)
Ferdianus F. Sonlay (154111081) Maria H. P Pare (154111019)
Gusti A.M.W.D Antara (154111051) Maria K. Lama (154111058)
Ivoni I. Dethan (154111055) NataliaM.K. Weking (154111063)
Judit Lilyani Bessie (154111087) Serly Tanone (154111067)
Kasri Yulita Baitanu (154111088) Sri F. N Seran (154111026)
Laurensia L. Elfeto (154111089) Susan Olivia Lopo (154111105)
Maria Elizabeth (154111016) Yunita Padabain (154111111)
Magdalena Abong (154111057) Younike G. Ataupah (154111032)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CITRA HUSADA MANDIRI
KUPANG
2019
LAPORAN MAGANG
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG

LAPORAN INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN


MEMPEROLEH GELAR
SARJANA FARMASI
PADA
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CITRA HUSADA MANDIRI
KUPANG
OLEH:
Dwiky A. L Nguru (154111066) Maria F. Indeng (154111118)
Ferdianus F. Sonlay (154111081) Maria H. P Pare (154111019)
Gusti A.M.W.D Antara (154111051) Maria K. Lama (154111058)
Ivoni I. Dethan (154111055) Natalia M.K. Weking (154111063)
Judit Lilyani Bessie (154111087) Serly Tanone (154111067)
Kasri Yulita Baitanu (154111088) Sri F. N Seran (154111026)
Laurensia L. Elfeto (154111089) Susan Olivia Lopo (154111105)
Maria Elizabeth (154111016) Yunita Padabain (154111111)
Magdalena Abong (154111057) Younike G. Ataupah (154111032)

Kupang, April 2019


Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing Magang Kepala Lembaga

(……………………………) (……………………………)

i
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ................................................................................................. i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
BAB IPENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan Magang ............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
A. Pengertian Apotek ........................................................................................... 3
B. Persyaratan Pendirian Apotek ...................................................................... 3
C. Perizinan Pendirian Apotek.......................................................................... 4
D. Pelayanan Kefarmasian Di Apotek .............................................................. 5
BAB III TINJAUAN TENTANG TEMPAT MAGANG ..................................... 14
A. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek ........................................... 14
B. Apotek Kimia Farma (Kimia Farma Apotek 018, KF 101, KF 500, KF 135,
KF 159, KF LIPPO, KF OESAPA, KF TDM dan KF A. YANI) ..................... 16
C. Lokasi dan Tata Ruang Apotek .................................................................... 17
D. Struktur Organisasi dan Personalia .............................................................. 21
E. Kegiatan Apotek Kimia Farma wilayah Kupang-NTT ................................. 23
BAB IV KEGIATAN MAGANG ......................................................................... 34
BAB V PEMBAHASAN ...................................................................................... 35
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 37
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 37
B. SARAN ...................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 38

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja
Lapangan ini periode 04 Maret 2019 - 01 April 2019 dengan baik dan lancar.
Laporan magang ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi (S1 Farmasi) pada Program Studi Sarjana Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Citra Husada Mandiri Kupang dan sebagai pertanggungjawaban
penulis setelah melaksanakan kegiatan magang di Apotek. Praktek Kerja
Lapangan dilaksanakan di Apotek Kimia Farma Kupang.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan magang ini, penulis sangat mengharapkan segala bentuk
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat dalam menambah wawasan pembaca dan perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang kefarmasian.

Kupang, 03 Mei 2019

Penulis

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis (UU RI Nomor 36, 2009). Upaya untuk
mendukung kesehatan adalah sarana pelayanan kesehatan. Kebutuhan
masyarakat akan sarana pelayanan kesehatan saat ini dirasakan semakin
meningkat karena masyarakat semakin sadar dan percaya bahwa kesehatan
merupakan aset utama dalam kehidupan sehari-hari, salah satu Sarana
kesehatan tersebut adalah apotek. Kegiatan pelayanan kesehatan tersebut
harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan prasarana. Sumber
daya manusia dalam pelayaan di apotek adalah tenaga kerja, yaitu Apoteker
pemegang SIA (Surat Izin Apotek) dalam menyelenggarakan apotek dapat
dibantu oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian atau tenaga
administrasi.
Sebagai mahasiswa farmasi yang nantinya akan menjadi tenaga farmasi,
maka diperlukan praktek kerja, agar mahasiswa mampu memahami hubungan
teoritik di perkuliahan dengan praktek serta mahasiswa bisa mendapatkan
pengalaman dan berpartisipasi dalam pelayanan kefarmasian sebelum
memasuki dunia kerja yang sebenarnya, sehingga dilakukanlah magang ini.
Magang ini dilakukan selama 1 bulan, di Apotek Kimia Farma, dimana PT.
Kimia Farma adalah perusahaan publik sekaligus Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang berkomitmen penuh untuk melaksanakan tata kelola
perusahaan yang baik sebagai suatu kebutuhan sekaligus kewajiban
sebagaimana diamanatkan Undang-undang No. 19 tahun 2003 tentang
BUMN.

1
B. Tujuan Magang
Tujuan magang di apotek adalah agar mahasiswa mengerti dan
memahami ruang lingkup pelayanan kefarmasian apotek yang meliputi
perundang-undangan mengenai perapotekan, manajemen apotek, pengelolaan
obat, perbekalan farmasi diapotek, pelayanan informasi obat serta aspek
bisnis perapotekan sesuai dengan UU kesehatan dan kode etik kefarmasian.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Apotek
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian yaitu suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan tujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien,
dimana apotek juga merupakan tempat praktik Apoteker. Apoteker yaitu
sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan
sumpah jabatan apoteker. Apoteker dalam menjalankan praktek pelayanan
kefarmasian bertanggung jawab dalam pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. (PP RI
Nomor 51, 2009).

B. Persyaratan Pendirian Apotek


Pendirian Apotek harus memenuhi persyaratan, meliputi lokasi,
bangunan, sarana, prasarana, dan peralatan dan ketenagaan (Permenkes No. 9
tahun 2017).

1. Lokasi
Apotek dibangun dengan memperhatikan akses masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan kefarmasian.
2. Bangunan
Bangunan apotek harus bersifat permanen, yaitu dapat merupakan bagian
dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah
kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis dan juga bangunan
apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan kemudahan
dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta perlindungan dan

3
keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak,
dan orang lanjut usia.
3. Sarana
Apotek yang akan dibangun harus memiliki sarana ruang yang berfungsi:
a. Penerimaan Resep
b. Pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara
terbatas)
c. Penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
d. Konseling
e. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan; dan
f. arsip.
4. Prasarana
Prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas:
a. Instalasi air bersih;
b. Instalasi listrik;
c. Sistem tata udara; dan
d. Sistem proteksi kebakaran.
5. Peralatan
Peralatan Apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pelayanan kefarmasian seperti rak obat, alat peracikan, bahan
pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi, komputer, sistem
pencatatan mutasi obat, formulir catatan pengobatan pasien dan peralatan
lain sesuai dengan kebutuhan.
6. Ketenagaan
Apoteker pemegang SIA (Surat Izin Apotek) dalam menyelenggarakan
apotek dapat dibantu oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian
dan/atau tenaga administrasi.

C. Perizinan Pendirian Apotek


Pendirian apotek wajib memiliki izin dari menteri, dimana izin ini
dilimpahkan kepada pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. SIA diperoleh

4
dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, permohonan ini disertai dengan kelengkapan dokumen
administratif meliputi (Permenkes No. 9 tahun 2017):

a. Fotokopi STRA dengan menunjukan STRA asli


b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)
c. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker
d. Fotokopi peta lokasi dan denah bangunan; dan
e. Daftar prasarana, sarana, dan peralatan

Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari setelah pengajuan surat


permohonanan diterima dan dinyatakan telah memenuhi kelengkapan
dokumen administratif, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menugaskan tim
pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan. Setelah itu tim pemeriksaan akan
melaporkan hasil pemeriksaan yang dilengkapi dengan Berita Acara
Pemeriksaan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Paling lama setelah
12 (dua belas) hari sejak Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerima
laporan dan dinyatakan memenuhi persyaratan, maka Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota menerbitkan SIA dengan tembusan kepada Direktur
Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Balai POM, Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Organisasi Profesi.

D. Pelayanan Kefarmasian Di Apotek


Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu
kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik.
Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan
prasarana (Permenkes No. 9 tahun 2017).
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang

5
berlaku meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
a. Perencanaan
Perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi,
budaya dan kemampuan masyarakat.
b. Pengadaan
Pengadaan Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
1) Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik, jika
isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya
kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat nama Obat, nomor
batch dan tanggal kadaluwarsa.
2) Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi
4) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.
5) Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out)
dan FIFO (First In First Out).
e. Pemusnahan dan penarikan
1) Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau
rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan

6
oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat selain narkotika dan
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga
kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin
kerja.
2) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek
dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan
dengan Berita Acara Pemusnahan Resep dan selanjutnya
dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
3) Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan
dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
4) Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
standard/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh
pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM
(mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik
izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan
kepada Kepala BPOM.
5) Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh
Menteri.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu

7
stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-
kurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah
pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
g. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi
pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok),
penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya
disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari pelaporan
internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan yang
digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan,
barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan
pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan, meliputi pelaporan
narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya. Petunjuk teknis
mengenai pencatatan dan pelaporan akan diatur lebih lanjut oleh
Direktur Jenderal.
2. Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan
Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
berkaitan dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan farmasi klinik meliputi
(Permenkes No. 9 tahun 2017):
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian Resep meliputi:
1) Kajian administratif meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin dan
berat badan, nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat,
nomor telepon dan paraf, serta tanggal penulisan Resep.
2) Kajian kesesuaian farmasetik meliputi bentuk dan kekuatan sediaan,
stabilitas, kompatibilitas (ketercampuran Obat).

8
3) Pertimbangan klinis meliputi ketepatan indikasi dan dosis Obat,
aturan, cara dan lama penggunaan Obat, duplikasi atau polifarmasi,
reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat,
manifestasi klinis lain), kontra indikasi serta interaksi obat.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian
maka Apoteker harus menghubungi dokter penulis Resep. Pelayanan
Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,
penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai
pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep
dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat
(medication error).
b. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian
informasi Obat. Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal
sebagai berikut:
a. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep, menghitung
kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep, mengambil obat yang
dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan memperhatikan nama
obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat.
b. Melakukan peracikan obat bila diperlukan
c. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi warna putih untuk
obat dalam atau oral, warna biru untuk obat luar dan suntik,
menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi
atau emulsi.
d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk
obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari
penggunaan yang salah.
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak

9
memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam
segala aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain,
pasien atau masyarakat. Informasi mengenai obat termasuk obat
resep, obat bebas dan herbal.
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi,
menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan, membuat dan
menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan masyarakat
(penyuluhan), memberikan informasi dan edukasi kepada pasien,
memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa
farmasi yang sedang praktik profesi, melakukan penelitian
penggunaan obat, membuat atau menyampaikan makalah dalam forum
ilmiah, melakukan program jaminan mutu.
d. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime
questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu
dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker harus
melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah
memahami Obat yang digunakan.
e. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)
Jenis Pelayanan Kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh
Apoteker, misalnya Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang
berhubungan dengan pengobatan dan Identifikasi kepatuhan pasien.
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping. Kriteria
pasien:

10
1) Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
2) Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
3) Adanya multidiagnosis.
4) Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
5) Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
6) Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat
yang merugikan.
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat
yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis
normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
E. Aspek Bisnis
1. Permodalan
Modal adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan
termasuk uang yang dimiliki oleh penanam modal yang memliki nilai
ekonomis. Menurut PP RI Nomor 51 tahun 2009 pasal 25 tentang pekerjaan
kefarmasian menyebutkan bahwa apoteker dapat mendirikan apotek dengan
modal sendiri dan/atau modal dari pemilik modal baik perorangan maupun
perusahaan, dalam hal ini apoteker yang mendirikan apotek bekerja sama
dengan pemilik modal maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan
sepenuhnya oleh Apoteker yang bersangkutan. Bisnis di apotek dapat
dikategorikan berdasarkan modal yang diperoleh.
a. Apotek perseorangan, yaitu segala modaal untuk pendirian apotek
berasal dari dana perseorangan. Pemilik modal (pemilik sarana apotek)
dapat sekaligus menjadi Apoteker pengelola apotek atau pemilik modal
bukan merupakan Apoteker pengelola apotek dan menggaji Apoteker.
b. CV (Commanditaire Vennotschap)/PT (Perseroan Terbatas), yaitu
modal berasal dari beberapa orang, dan laba (dividen) dibagi sesuai
dengan perjanjian. Dalam bentuk bisnis ini, APA dapat juga sebagai
pemilik modal. Dalam CV , modal yang ditanam oleh tiap orang tidak

11
ada batas minimal, penanggung jawab merupakan salah satu pemegang
saham, lebih bersifat kekeluargaan, dan legalitas CV hingga notaris.
Sedangkan dalam PT ditentukan besarnya modal minimun yang ditanam
dan aa jaminan modal, penanggung jawab bisa merupakan orang lain di
luar pemegang saham, dan legalitas PT hingga ke tingkat pengadilan.
c. Pemerintah, di mana modal berasal dari pemerintah (lembaga, instansi
atau BUMN yang ditunjuk oleh pemerintah).
2. Perpajakan

Pajak adalah salah satu kewajiban, yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak, termasuk apotek, kepada pemerintah menurut peraturan
perundangan yang berlaku. Pajak diperoleh dari sebagian harta kekayaan
dan penghasilan yang diserahkan kepada negara untuk kepentingan
masyarakat (Hartini dan Sulasmono, 2006).

a. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


Pajak pertambahan nilai (PPN) di apotek ada yang sudah ditanggung
oleh PBF ada juga yang tidak ditanggung oleh PBF, sehingga produk
yang dijual dihitung lagi harga jual apotek, dengan rumus yang
berbeda (Silfsya, 2017).
1) Cara menghitung harga jual apotek untuk produk yang belum
ditanggung PPN.
Cara untuk menghitung harga jual apotek adalah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

HJA = HNA x PPN 10% x Mark Up

Ket :

 HNA : adalah Harga Netto Apotek, merupakan harga (modal)


awal apotek dalam membeli obat dari distributor (PBF atau
PBF Cabang).
 Mark Up: adalah % keuntungan, ada yang menetapkan 25%
(1,25) dan ada yang menetapkan 30% (1,3).

12
 PPN 10% (1,1) : adalah Pajak Pertambahan Nilai yang
dikenakan untuk setiap pertambahan nilai dari proses
transaksi dari produsen sampai ke konsumen.
 HJA : adalah Harga Jual Apotek, harga yang ditawarkan
kepada konsumen setelah diperhitungkan HNA, PPN 10%
dan Mark Up.
2) Cara menghitung harga jual apotek untuk produk yang sudah
ditanggung PPN nya

HJA = HNA x Mark Up

b. Pajak bumi dan bangunan (PBB)

PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) dibayar oleh apotek setiap tahun.
Besar biaya yang harus dibayarkan tergantung luas tanah dan
bangunan serta letak lokasi apotek tersebut.

c. PPh (Pajak Penghasilan)


Pajak penghasilan adalah denda atau bayaran yang dikenakan
kepada sesorang atau badan usaha atas hasil yang diperoleh. Pajak ini
dipotong setiap bulannya berdasarkan penghasilan yang diperoleh tiap
bulannya.

13
BAB III
TINJAUAN TENTANG TEMPAT MAGANG
(PT. Kimia Farma Apotek 018, KF 101, KF 500, KF 135, KF 159, KF LIPPO,
KF OESAPA, KF TDM dan KF A. YANI)

A. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek


PT. Kimia Farma (KF) Apotek dipimpin oleh seorang Direktur Utama
yang membawahi 3 direktur (Direktur Operasional, Direktur Keuangan serta
Direktur SDM dan Umum) dan 1 manajer (Manajer Pengembangan). Direktur
Operasional membawahi Manajer Controller, Manajer Compliance dan Risk
Management serta Manajer Principal and Merchandise. Direktur Keuangan
membawahi Manajer Akuntansi, Keuangan dan IT serta Manajer Apotek
Bisnis (Unit Bisnis). Direktur SDM dan Umum membawahi Manajer Human
Capital dan General Affair.

Gambar Logo PT. Kimia Farma (Persero), Tbk

Ada 2 (dua) jenis Apotek Kimia Farma, yaitu Apotek administrator yang
sekarang disebuat Business Manager (BM) dan Apotek pelayanan. Business
Manager membawahi beberapa Apotek pelayanan yang berada dalam suatu
wilayah. Business Manager bertugas menangani pembelian, penyimpanan
barang dan administrasi Apotek pelayanan yang berada di bawahnya. Dengan
adanya konsep unit BM, diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari
Apotek dalam suatu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga

14
kemudahan dalam pengambilan keputusan- keputusan yang menyangkut
antisipasi dan penyelesaian masalah.
Secara umum keuntungan yang diperoleh melalui konsep BM adalah:
1. Koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah.
2. Apotek pelayanan akan lebih fokus kepada kualitas pelayanan, sehingga
mutu pelayanan akan meningkat dan diharapkan akan berdampak pada
peningkatan penjualan.
3. Merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang
diharapkan berimbas pada efisiensi biaya administrasi.
4. Meningkatkan bargaining dengan pemasok untuk memperoleh sumber
barang dagangan yang lebih murah, dengan maksud agar dapat
memperbesar range margin atau HPP rendah.

Untuk wilayah Kupang NTT, dibagi menjadi 9 outlet Kimia Farma yaitu:
1. Apotek Kimia Farma Pelengkap 018 RSUD Johanes Kupang, yang
berlokasi di Jl. Moh. Hatta no. 19 Kupang.
2. Apotek Kimia Farma No. 101 Herewila Kupang, yang berlokasi di Jl.
Herewila No. 38 Kupang.
3. Apotek Kimia Farma No. 135 Hatta, yang berlokasi di Jl.. Moh. Hatta
No. 46 Kupang.
4. Apotek Kimia Farma No. 159 Soeharto, yang berlokasi di Jl. Soeharto
No. 74 Kupang.
5. Apotek Kimia Farma No. 500 Lalamentik, yang berlokasi di Jl. W.J.
Lalamentik No. 95 D-E Kupang.
6. Apotek Kimia Farma A. Yani Kupang, yang berlokasi di Jl. A. Yani No.
12 Kupang.
7. Apotek Kimia Farma Lippo, yang berlokasi di Jl. Wotter Mongonsidi
Kupang.
8. Apotek Kimia Farma Cak Doko, yang berlokasi di Jl. Cak Doko No. 43
Kupang.

15
9. Apotek Kimia Farma Oesapa, yang berlokasi di Jl. Timor Raya RT. 023
RW. 008 Kelurahan Kelapa Lima Kec. Kelapa Lima Kupang.
10. Apotek TDM, yang berlokasi di Jl. Bundaran PU TDM Kupang.

Apoteker penanggung
jawab

Apoteker pendamping

Kordinator Apotek

(KORTEK)

Asisten Apoteker

Gambar 1.0
Struktur Orginasasi Apotek Kimia Farma secara umum di Wilayah Kupang

B. Apotek Kimia Farma (Kimia Farma Apotek 018, KF 101, KF 500, KF


135, KF 159, KF LIPPO, KF OESAPA, KF TDM dan KF A. YANI)
Apotek Kimia Farma Pelengkap 018 RSUD Johanes Kupang, yang
berlokasi di Jl. Moh. Hatta no. 19 Kupang, Apotek Kimia Farma No. 101
Herewila Kupang, yang berlokasi di Jl. Herewila No. 38 Kupang, Apotek
Kimia Farma No. 135 Hatta, yang berlokasi di Jl.. Moh. Hatta No. 46
Kupang, Apotek Kimia Farma No. 159 Soeharto, yang berlokasi di Jl.
Soeharto No. 74 Kupang, Apotek Kimia Farma No. 500 Lalamentik, yang
berlokasi di Jl. W.J. Lalamentik No. 95 D-E Kupang, Apotek Kimia Farma A.
Yani Kupang, yang berlokasi di Jl. A. Yani No. 12 Kupang, Apotek Kimia
Farma Lippo, yang berlokasi di Jl. Wotter Mongonsidi Kupang, Apotek
Kimia Farma Cak Doko, yang berlokasi di Jl. Cak Doko No. 43 Kupang,

16
Apotek Kimia Farma Oesapa, yang berlokasi di Jl. Timor Raya RT. 023 RW.
008 Kelurahan Kelapa Lima Kec. Kelapa Lima Kupang, dan Apotek TDM,
Jl. Bundaran PU TDM Kupang.
Apotek Kimia Farma 135 yang berlokasi di Jl.. Moh. Hatta No. 46
Kupang, merupakan salah satu unit Business Manager yang dimiliki oleh PT.
Kimia Farma Apotek, Apotek Kimia Farma No. 135 mengelola administrasi,
pengadaan atau pembelian, piutang dagang, hutang dagang, pajak, kas,
personalia, dan kasir besar untuk kepentingan seluruh Apotek pelayanan yang
berada di bawah BM wilayah Kupang-NTT.

C. Lokasi dan Tata Ruang Apotek


1. Lokasi
Apotek Kimia Farma Pelengkap 018 RSUD Johanes Kupang, yang
berlokasi di Jl. Moh. Hatta no. 19 Kupang, Apotek Kimia Farma No. 101
Herewila Kupang, yang berlokasi di Jl. Herewila No. 38 Kupang, Apotek
Kimia Farma No. 135 Hatta, yang berlokasi di Jl.. Moh. Hatta No. 46
Kupang, Apotek Kimia Farma No. 159 Soeharto, yang berlokasi di Jl.
Soeharto No. 74 Kupang, Apotek Kimia Farma No. 500 Lalamentik, yang
berlokasi di Jl. W.J. Lalamentik No. 95 D-E Kupang, Apotek Kimia Farma
A. Yani Kupang, yang berlokasi di Jl. A. Yani No. 12 Kupang. Apotek
Kimia Farma Lippo, yang berlokasi di Jl. Wotter Mongonsidi Kupang,
Apotek Kimia Farma Cak Doko, yang berlokasi di Jl. Cak Doko No. 43
Kupang, Apotek Kimia Farma Oesapa, yang berlokasi di Jl. Timor Raya
RT. 023 RW. 008 Kelurahan Kelapa Lima Kec. Kelapa Lima Kupang,
Apotek TDM, Jl. Bundaran PU TDM Kupang. Seluruh outlet Kimia Farma
wilayah Kupang-NTT mempunyai lokasi yang strategis yaitu dekat dengan
Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Bhayangkara, Rumah Sakit Leona,
Rumah Sakit Siloam, dan Rumah Sakit Dedari dan juga dekat dengan
tempat praktek Dokter Mata, institusi pendidikan dan perkantoran, selain
itu apotek ini berada dijalan umum yang memudahkan masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kefarmasian

17
2. Banguan, sarana dan prasarana
Seluruh Apotek Kimia Farma wilayah Kupang-NTT Bangunan
apotek ini bersifat permanen, yaitu bangunan sendiri yang tidak
tergabung dengan dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah
kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis, selain itu seluruh
apotek KF aman, nyaman mudah diakses bagi semua orang. Semua
apotek KF berlantai satu kecuali apotek kimia farma hatta dan herewila,
kedua apotek ini berlantai 2 dimana lantai 1 merupakan Apotek
pelayanan, sementara lantai 2 merupakan gudang Business Manager
untuk seluruh Apotek KF di NTT untuk KF Hatta, sedangkan untuk KF
herewila, lantai satu merupakan apotek pelayanan dan lantai 2
merupakan kantor PBF KF. Tata ruang Apotek memiliki konsep semi
terbuka sehingga kegiatan yang sedang dilakukan oleh pegawai dapat
dilihat langsung oleh pasien, kecuali ruangan peracikan dan administrasi.
Desain dinding bagian depan bangunan Apotek menggunakan kaca
tembus pandang secara keseluruhan, hal ini bertujuan untuk
mempermudah masyarakat melihat kondisi di dalam Apotek dan menarik
perhatian pengguna jalan yang melewati Apotek. Penataan apotek ditata
sesuai dengan ketentuan dari pihak kimia farma, misalkan untuk apotek
KF Pelengkap, disamping tempat duduk pasien menunggu terdapat rak
makanan dan minuman disebelah kanan yang bertujuan untuk menarik
konsumen.
Pembagian ruangan diseluruh Apotek Kimia Farma wilayah
Kupang-NTT adalah sebagai berikut:
a. Halaman Depan Apotek
Terdapat tempat parkir kendaraan di halaman depan Apotek yang
cukup luas dan memadai untuk kendaraan roda dua maupun roda
empat.
b. Area Swalayan Farmasi
Area ini berada di sebelah kanan dan kiri dari arah masuk
pintu depan. Rak obat di swalayan farmasi berada dekat dengan ruang

18
tunggu sehingga mudah dilihat oleh pengunjung, baik pengunjung
yang bertujuan langsung membeli Obat swamedikasi, maupun
pengunjung yang sedang menunggu pelayanan Resep. Swalayan
Farmasi terdiri dari beberapa gondola Obat OTC (over the counter)
yang digunakan dalam UPDS (upaya pengobatan diri sendiri) atau
swamedikasi, seperti analgetik, antipiretik, Obat batuk, Obat anti
mual, antelmentika, suplemen maupun nutraceutical seperti susu,
serta perbekalan kesehatan lainnya, pada area swalayan farmasi juga
terdapat lemari pendingin minuman.
c. Ruang Tunggu
Ruang tunggu Apotek terletak pada sebelah kiri dari arah
masuk pintu depan, di dalam ruang tunggu terdapat pendingin
ruangan untuk memberikan kenyamanan pada pelanggan yang sedang
menunggu penyiapan obat namun, tidak tersedia televisi maupun
bahan bacaan seperti koran maupun majalah bagi pasien yang
menunggu peracikan obat.
d. Area Pelayanan
Area pelayanan terdiri dari tempat penerimaan Resep
sekaligus kasir, tempat penyiapan obat, tempat penyerahan obat, dan
tempat pembelian obat-obat OTC (over the counter). Antara
pelanggan dengan bagian dalam area pelayanan dibatasi oleh meja
berbentuk huruf L dengan tinggi setara dada orang dewasa, kecuali
pada bagian penyerahan Obat.
Pada bagian penyerahan obat, disediakan meja yang lebih
rendah dengan dua kursi yang saling berhadapan untuk Apoteker
memberikan konseling maupun tenaga teknis kefarmasian
memberikan informasi mengenai obat kepada pasien. Terdapat 2
counter untuk penerimaan Resep maupun pembelian obat-obat OTC,
masing-masing counter memiliki komputer yang berfungsi untuk
memeriksa ketersediaan barang dan memberikan informasi harga

19
Obat kepada pasien sehingga memudahkan pelayanan dan
menghindari antrian yang panjang.
e. Ruang Penyimpanan dan Peracikan Obat
Pada bagian dalam area pelayanan Apotek terdapat lemari
obat sebagai tempat penyimpanan obat. Pada ruangan ini dilakukan
proses pembacaan Resep, penyiapan obat, dan pembuatan etiket.
Ruangan ini dilengkapi dengan lemari obat–obat ethical, meja serta
kursi untuk menulis, etiket, kemasan, label, lembar kopi resep,
kuitansi, dan buku–buku panduan yang diperlukan seperti ISO,
MIMS, dan buku yang berisi daftar obat untuk resep– resep kredit.
Penempatan obat di rak disusun berdasarkan abjad, kelas
terapi, bentuk sediaan, suhu penyimpanan serta obat oral maupun
obat luar yang termasuk dalam kategori pareto di simpan pada rak
tersendiri. Hal ini dilakukan untuk mempermudah serta
mempersingkat waktu yang dibutuhkan saat pengambilan obat. Obat
ethical ( obat yang terdiri dari obat keras seperti obat antibiotik, obat
anti diabetes, obat anti hipertensi dan lainnya) dengan bentuk solid
(tablet dan kapsul dalam strip atau blister) disusun di rak yang dapat
diputar sehingga dapat menghemat tempat untuk meletakan obat.
Untuk obat-obat yang tidak stabil pada suhu ruangan,
penyimpanannya diletakkan di dalam lemari pendingin yang
memiliki pengatur dan catatan suhu, lemari pendingin tersebut
terletak di ruang peracikan. Obat dalam bentuk sirup atau drop
biasanya disimpan pada lemari tersendiri di area peracikan dan/atau
pada rak OTC.
Obat-obat golongan Narkotika dan Psikotropika disimpan
terpisah dari obat lain pada lemari yang dibaut pada dinding, terbuat
dari kayu, memiliki dua bagian, dan masing-masing bagian memiliki
kunci yang berbeda. Kunci lemari Narkotika tersebut dipegang oleh
Apoteker dan seorang Tenaga Teknis Kefarmasian senior yang
dikuasakan.

20
Area peracikan obat berada dalam satu ruangan dengan area
penyimpanan obat. Di dalam ruangan ini dilakukan penimbangan,
peracikan, dan pengemasan obat-obat racikan. Area peracikan obat
memiliki fasilitas yang cukup lengkap dan memadai untuk peracikan
seperi timbangan, mortar dan stamper, bahan baku, cangkang kapsul,
kertas puyer berlogo, kertas perkamen, mesin press untuk kertas
puyer berlogo Kimia Farma serta kran air bersih dan bak penampung
air untuk mencuci alat dan bahan yang kotor.
f. Area Kerja Apoteker Pengelola Apotek
Area ini tidak memiliki ruangan khusus melainkan berada
dibawah lemari Narkotika dan Psikotropika. Area ini digunakan oleh
APA untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya, baik dalam hal
teknis kefarmasian (fungsi kontrol) dan non teknis kefarmasian
(fungsi manajerial). Dilengkapi meja dengan lemari yang berisi
berkas – berkas administrasi Apotek, seperti bon permintaan barang
Apotek (BPBA), faktur, serta dokumentasi pelaksanaan home care.
g. Sarana dan prasarana lainnya
Terdapat toilet di bagian belakang Apotek, gudang tempat
penyimpanan obat, termometer dan alat pemadam kebakaran. Ada
ruangan khusus konseling yang digunakan oleh apoteker yang
berfungsi juga sebagai ruangan kerja dari apoteker penangggung
jawab.

D. Struktur Organisasi dan Personalia


Kepala Apotek Kimia Farma wilayah Kupang-NTT adalah seorang
Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang juga merangkap sebagai Manager
Apotek Pelayanan (MAP). Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian, APA
dibantu dan membawahi Asisten Apoteker lulusan, D3 Farmasi dan Sekolah
Menengah Farmasi yang berjumlah lebih dari 4 orang dengan shift yang
berbeda beda.

21
Tugas dan tanggung jawab masing-masing personil di Apotek Kimia
Farma wilayah Kupang-NTT adalah:
1. Apoteker Pengelola Apotek (APA) dengan tanggung jawab:
a) Mengelola dan memantau seluruh kegiatan operasional di Apotek,
meliputi pelayanan kefarmasian maupun non-kefafarmasian
b) Memastikan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)
sesuai dengan arahan dan kebijakan BM
c) Memastikan kegiatan operasional Apotek berjalan sesuai prosedur
dan ketentuan yang berlaku
d) Memastikan layanan profesi sesuai kebutuhan pelanggan
e) Memastikan penataan produk dan ketersediaan barang di Apotek
dapat memenuhi kebutuhan pelanggan
f) Mengelola kegiatan pemasaran Apotek (melalui marketing
promotion) mengelola kegiatan pengembangan usaha Apotek
(melalui penambahan dan pengembangan pelanggan serta
kerjasama dengan pihak luar), untuk memastikan pencapaian target
penjualan dan pelayanan yang ditetapkan
g) Mengelola kegiatan perencanaan, pengadaan dan pengendalian
persediaan di Apotek untuk memastikan tingkat ketersediaan
produk di Apotek secara optimal
h) Mengelola kegiatan pemberdayaan dan peningkatan potensi
karyawan untuk memastikan tercapainya produktivitas karyawan
yang optimal di Apotek
2. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) dengan tanggung jawab:
1) Menyiapkan, meracik, mengubah bentuk, mengemas, dan memberi
etiket sesuai permintaan Resep.
2) Memberikan harga Obat dari setiap Resep dokter yang ditebus
pasien.
3) Memeriksa kebenaran dan kelengkapan Obat sesuai Resep yang
diterima meliputi nama Obat, bentuk sediaan, jumlah Obat,
kekuatan sediaan, nama pasien, dan cara penggunaan Obat.

22
4) Membuat kuitansi pembayaran dan salinan Resep untuk Obat yang
tidak ditebus atau ditebus sebagian oleh pasien, dan Obat yang
diulang.
5) Mengontrol, mengatur, dan menyimpan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) sesuai dengan
bentuk dan jenis barang
6) Memeriksa kesesuaian barang yang datang dari distributor dengan
faktur dan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) yang telah
dibuat
7) Melayani penjualan Obat bebas, Obat bebas terbatas, Obat herbal,
alat kesehatan, dan BMHP disertai pemberiaan informasi yang
dibutuhkan kepada pasien
8) Memastikan ketersediaan barang-barang Apotek untuk kebutuhan
penjualan bebas
3. Tenaga Non Kefarmasian, terdiri dari sales promotion girl (SPG), CS
(cleaning services), dan satpam.

E. Kegiatan Apotek Kimia Farma wilayah Kupang-NTT


Kegiatan operasional di Apotek meliputi pengelolaan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai, pelayanan farmasi klinik,
telefarma, dan swamedikasi.
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP di Apotek
Kimia Farma wilayah Kupang-NTT meliputi:
a) Perencanaan
Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal, antara lain data
historis penjualan/LIPH (Laporan Ikhtisar Penjualan Harian), pola
peresepan, epidemiologi dan buku penolakan yang kemudian
dianalisis menggunakan metode ABC (Pareto) dan analisis VEN.

23
b) Pengadaan
Proses pengadaan dilakukan dengan cara memberikan daftar
obat yang akan dipesan ke bagian supervisor pengadaan. Supervisor
pengadaan kemudian memberikan semua pesanan obat ke distributor
dan selanjutnya distributor tersebut diperiksa juga kesesuaian antara
faktur dengan fisik barang. Setelah pemeriksaan selesai, dibuat tanda
terima pada BPBA dengan ditandatangani oleh Apoteker dan diberi
stempel Apotek.
c) Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan di bagian OTC dan ruang peracikan.
Penyimpanan Obat disusun berdaskan alfabetis, bentuk sediaan, kelas
terapi, dan kondisi penyimpanan. Untuk obat-obat OTC ditempatkan
pada bagian swalayan. Penyusunan obat di bagian swalayan
berdasarkan bentuk sediaan, efek farmakologi dan suhu. Kategori
barang sehingga memudahkan petugas dalam mengambil obat atau
barang yang diinginkan pembeli.
Resep untuk golongan non narkotik dan non psikotropik
dikumpulkan setiap bulan secara terpisah untuk disimpan selam 5
tahun. Resep dikumpulkan ke BM Kupang untuk dimusnahkan dan
Apotek membuat Berita Acara Pemusnahan (BAP) untuk BM Kupang
dan nantinya dibuat BAP secara menyeluruh. Sementara itu, untuk
penyimpanan Resep narkotika dan psikotropika caranya sama seperti
resep non narkotik dan non psikotropik.
d) Pemusnahan
Kegiatan pemusnahan dilakukan pada Resep yang telah
disimpan lebih dari lima tahun dan Obat yang kadaluwarsa atau rusak.
Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung
narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Pemusnahan obat non
narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan
oleh tenaga kefarmasian lain. Obat dengan sisa waktu tinggal 3 bulan

24
kadaluarsa biasanya di data dan di retur kembali ke PBF jika
memungkinkan.
Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar.
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang tidak dapat digunakan atau izin edarnya dicabut dilakukan
oleh pemilik izin edar dengan laporan kepada Kepala BPOM.
e) Pengendalian
Pengendalian ketersediaan di Apotek dilakukan secara otomatis
menggunakan komputer, stock opname, dan penandaan tanggal
kadaluarsa. Stock opname dilakukan setiap 3 bulan untuk seluruh item
obat maupun sediaan farmasi dalam satu waktu. Pada saat dilakukan
stock opname dihitung jumlah obat fisik yang tersedia di apotek dan
stok obat di komputer untuk memastikan kesesuaian jumlahnya dan
untung rugi. Penandaan tanggal kadaluarsa dilakukan dengan
penandaan obat terkait dengan masa kadaluarsanya. Cara yang
dilakukan adalah dengan melakukan penandaan menggunakan kertas
yang ditempelkan pada kotak dimana suatu obat disimpan.
f) Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan yang dilakukan meliputi pengisian kartu stok, obat
yang belum ada dalam sistem POS (buku gantung), buku penolakan
dan buku defecta. Pencatatan penjualan barang di Apotek dilakukan
secara elektronik menggunakan POS (Point of sale) yang
mendokumentasikan setiap transaksi yang dilakukan. Data penjualan
ini kemudian dicetak setiap harinya dalam bentuk struk belanja total
penjualan keseluruhan komponen, serta selisih jumlah uang pada dan
jumlah setoran.
Pelaporan yang dilakukan berupa pelaporan internal dan
eksternal. Pelaporan internal berisi kegiatan manajerial apotek
(laporan keuangan dan laporan barang (stock opname dan pelaporan
barang masuk / faktur)), sedangkan pelaporan eksternal berupa

25
pelaporan narkotika dan psikotropika serta pelaporan pasien dengan
jaminan kesehatan seperti BPJS dan asuransi dari YKBBI, PLN,
Mandiri inhealth dan Telkom. Resep yang mengandung narkotika dan
psikotropika harus dipisahkan dari Resep lainnya dan dikumpulkan
berdasarkan bulan yang sama. Kegiatan pelaporan dilakukan sebulan
sekali paling lambat setiap tanggal 10 menggunakan SIPNAP (Sistem
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) yang berisi kode, nama dan
satuan obat Narkotika atau Psikotropika, stok awal, jumlah
pemasukan, jumlah pengeluaran, pemusnahan (jumlah, nomor BAP,
tanggal BAP) dan stok akhir. Pasien yang datang dengan asuransi atau
jaminan kesehatan dilayani berdasarkan obat yang terdapat dalam
Formularium yang telah disepakati, setiap akhir bulan resep yang telah
dilayani akan dientri kedalam sistem yang telah dibuat yang berguna
untuk menklaim obat yang telah dilayani.
2. Pelayanan Farmasi Klinis
Pelayanan farmasi klinik di Apotek Kimia Farma wilayah Kupang-NTT
meliputi:
1) Pengkajian dan pelayanan resep
Proses pelayanan resep di apotek kimia farma wilayah Kupang-
NTT dilaksanakan sesuai dengan prosedur operasional, sehingga mutu
pelayanan yang diterima pasien seragam antar Apotek Pelayanan
Publik (APP) KF yang satu dengan yang lainnya, meminimalkan
kesalahan dalam pelayanan resep, dan memudahkan dalam proses
pengerjaan resep karena tahapannya jelas. Alur pelayanan resep
diberlakukan untuk semua resep yang masuk baik dari praktek dokter,
unit pelayanan yang bekerja sama dengan apotek, maupun resep yang
berasal dari luar. Langkah awal yang dilakukan setelah penerimaan
resep adalah skrining atau pengkajian resep, dalam hal ini, pelayanan
dilakukan oleh apoteker dan TTK. Skrining resep yang dilakukan
meliputi persyaratan administratif kesesuaian farmasetis dan

26
pertimbangan klinis. Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan
hal sebagai berikut:
a. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep, menghitung
kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep, mengambil obat yang
dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan memperhatikan nama
obat, kekuatan obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat.
b. Melakukan peracikan obat bila diperlukan
c. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi warna putih untuk
obat dalam atau oral, warna biru untuk obat luar dan suntik,
menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk sirup,
suspensi dan emulsi.
d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk
obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari
penggunaan yang salah.

Gambar 1.2 Alur Pelayanan Resep

2) Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan informasi Obat (PIO) di Apotek dilakukan secara
langsung. PIO yang dilakukan secara langsung adalah menerima
pertanyaan terkait pengobatan pasien. PIO langsung juga biasanya

27
diberikan Apoteker saat memberikan penjelasan kepada mahasiswa
yang sedang praktek profesi ataupun siswa yang sedang praktek kerja
lapangan di Apotek.
3) Pelayanan Swamedikasi
Pelayanan swamediakasi dilakukan saat pasien akan meminta
Obat tanpa Resep (golongan Obat bebas, bebas terbatas, Obat keras
yang termasuk Obat Wajib Apotek (OWA), dan Obat
herbal/tradisional). Biasanya swamedikasi dilakukan untuk mengatasi
kesehatan ringan mulai dari batuk, pilek, demam, dan sakit kepala.
4) Pengelolaan OWA
Pengelolaan OWA diapotik Kimia Farma wilayah Kupang-NTT
dilakukan berdasarkan Kemenkes RI No. 357 tahun 1990 tentang
Obat Wajib Apotek. OWA adalah obat yang termasuk dalam obat
keras yang bisa diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotik
tanpa resep dokter.
Tujuan pelayanan OWA adalah untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam melakukan swamedikasi dan
menunjukkan peran apoteker dalam pengobatan melalui komunikasi
pemberian informasi dan edukasi kepada pasien. Pengelolaan OWA
digunakan untuk memantau penggunaan obat keras yang dapat
diserahkan tanpa resep dokter sehingga dapat menjamin pengobatan
secara rasional. Pelayanan obat tanpa resep dokter dilakukan atas
permintaan pasien sendiri. Obat yang dapat dilayani tanpa resep
dokter berupa obat keras yang termasuk dalam Daftar Obat Wajib
Apotek (DOWA).
Prosedur pelayanan OWA atau yang disebut UPDS (Unit
Pelayanan Diri Sendiri) di apotek kimia farma dengan memastikan
bahwa pasien yang membeli obat mengetahui aturan pemakaian obat
tersebut. Jika pasien baru pertama kali menggunakan obat tersebut
maka apoteker berkewajiban memberikan penjelasan singkat
mengenai obat tersebut, baik cara pakai maupun dosis

28
penggunaannya. Sehingga apabila pasien membutuhkan konsultasi
dapat menghubungi apoteker, tetapi apabila keluhan penyakitnya
belum berkurang, apoteker menyarankan untuk memeriksakan diri
lebih lanjut ke dokter.
Pada setiap penyerahan OWA, sebelumnya OWA dilakukan
pencatatan dikomputer yang diserahkan kepada pasien jumlah obat
dan harga obat. Di setiap penyerahaan OWA terlebih dahulu
dilakukan penggalian informasi untuk mengetahui keluhan, alasan
dan riwayat penggunaan. Penggaliaan informasi dilakukan untuk
mencegah terjadinya penyalagunaan obat. Apabila obat yang dicari
tidak sesuai dengan gejala yang dialami maka akan
merekomendasikan obat yang lebih rasional.
Penyimpanan OWA di apotek Kimia Farma digabung dengan
obat keras lainnya dan dipisahkan dengan obat OTC. OWA disimpan
dilemari penyimpanan bagian dalam apotek agar terhindar dari
jangkauan penglihatan pasien untuk mengontrol penggunaan OWA.
Penyusunan OWA dilakukan secara Alfabetis dan dipisahkan antara
obat paten dan generik.
5) Pengelolaan Obat Keras, Narkotika dan Psikotropika
Penggelolaan obat keras berbeda dengan obat narkotika dan
psikotropika. Dalam penjualannya, obat keras dapat diberikan
kepada pasien dengan pertimbangan tertentu melalui system
penjualan UPDS. Sedangkan obat narkotika dan psikotropika harus
menggunakan resep asli dokter dan bukan turunan resep. Pengadaan
obat golongan narkotika dilakukan dengan SP narkotika (SPN-9)
lima lembar, dimana dalam satu SP hanya dapat memesan satu
macam obat dan harus ditandatangani oleh APA. Lima lembar SP
tersebut akan dijadikan arsip di apotek sebanyak satu lembar dan
empat lembar SP lainnya diserahkan kepada distributor yang
nantinya akan diserahkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Balai Besar POM Kupang.

29
Pemesanan obat narkotika hanya dapat dilakukan kepada Kimia
Farma Trading and Distribution yang merupakan distributor tunggal
yang ditunjuk oleh pemerintah. Penunjukan Kimia Farma Trading
and Distribution sebagai distributor tunggal bertujuan untuk
mempermudah mengontrol peredaran narkotika memantau jumlah
narkotika yang beredar di Indonesia sehingga diharapkan dapat
membatasi akses bagi pihak-pihak tertentu dalam penyalagunaan
narkotika tersebut.
Obat-obat psikotropika memiliki persyaratan SP yang sama
seperti obat-obatan narkotika tetapi dalam SP psikotropika satu SP
boleh menuliskan beberapa jenis obat psikotropika dan harus ditanda
tangani oleh APA. Sedangkan untuk obat-obat prekursor dan SP
khusus prekursor dan tata cara pengadaannya sama seperti obat
pskikotropika .
6) Pengelolaan obat bebas, obat bebas terbatas, obat tradisional,
kosmetik, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya.

Pengelolaan obat bebas, obat bebas terbatas, obat tradisional,


kosmetik, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya
dipisahkan dari obat keras lainnya. Penyimpanannya adalah
diswalayan farmasi, dimana dalam pelayanannya penjualannya dapat
dibantu oleh SPG. Penjualan obat-obat dan perbekalan kesehatan
lain di swalayan farmasi dimasukan dalam system penjualan HV
(Hand Verkoop). Pengadaan obat bebas, obat bebas terbatas, obat
tradisional, kosmetik, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan di
apotek kimia farma menggunakan metode konsumsi, stock obat
yang habis, dan epidemiologi. Sedangkan pengadaan produk food
supplement dilakukan secara konsinyasi.

Konsinyasi adalah bentuk kerja sama antara APP KF dengan


perusahaan yang menitipkan produknya untuk dijual di APP KF.
Produk yang dititipkan dapat berupa produk food supplement. Setiap

30
bulan akan dilakukan pengecekan dari perusahaan untuk mengetahui
jumlah produk yang terjual sehingga pembayaran dilakukan setelah
produk tersebut terjual.
Pengadaan barang dalam jumlah besar didasarkan pada data
persediaan barang selama sebulan yang lalu yang tercatat pada
system computer sedangkan pengadaan kecil dilakukan setiap
minggu untuk permintaan barang fast moving dan CITO.
7) Pengelolaan Obat Rusak, Kadaluarsa, Pemusnahaan Obat dan Resep.
Proses pemusnahan obat bebas, obat bebas terbatas, obat
tradisional dan obat keras kecuali golongan narkotika dan psikotropi
yang dilaksanakan di apotek adalah dengan dihancurkan secara
manual untuk sediaan tablet sedangkan untuk bentuk kapsul, obat
dibuka dari cangkang kapsul kemudiaan dilarutkan dan dibuang
kedalam lubang pembuangan di toilet dan disiram dengan air hingga
bersih, sedangkan kapsul dan stripnya dibuang ke pembuangan untuk
dimusnahkan dengan cara pembakaran. Untuk sediaan sirup, cairan
sirup dibuang ke pembuangan kemudian labelnya dibuka sedangkan
botolnya dicuci lalu dibuang ke pembuangan untuk dimusnahkan.
Pemusnahan obat rusak dan kadaluarsa dilakukan 5 tahun sekali dan
dilakukan oleh pihak BM pada satu tempat yang sudah dipilih.
Semua obat yang akan dimusnakan dari semua apotek kimia farma
yang ada dikota kupang nanti dikirimkan ke BM dan selanjutnya
akan dimusnakan sesuai dengan prosedur pemusnahan dan setelah
mendapat persetujuan dari kantor pusat .
Pemusnahan narkotika dan psikotropika sama seperti obat
tablet, kapsul dan sirup, namun pada pemusnahan disaksikan antara
lain oleh petugas direktorat POM dan petugas Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. APA yang memusnakan narkotika harus membuat
berita acara paling sedikit rangkap tiga. Berita acara dikirimkan
kepada direktorat jenderal POM dan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Berita acara harus memuat hari, tanggal, bulan,

31
tahun pemusnahan, nama APA, nama seorang saksi dari pemerintah
dan seorang saksi lain dari perusahaan atau badan tersebut, nama dan
jumlah narkotika yang dimusnahkan, cara pemusnahan, tanda tangan
penanggung jawab apotek dan saksi-saksi.
Pemusnhaan resep dilakukan 3 tahun sekali untuk seluruh
apotek KF oleh pihak BM pada satu tempat yang sudah dipilih.
Semua resep yang akan dimusnakan dari semua apotek kimia farma
yang ada dikota kupang nanti dikirimkan ke BM dan selanjutnya
akan dimusnakan sesuai dengan prosedur pemusnahan dan setelah
mendapat persetujuan dari kantor pusat .

F. Aspek Bisnis
1. Permodalan
Permodalan di KF berasal dari negara dan dikelola oleh BM di
masing-masing wilayah untuk keperluan apotek diwilayah tersebut.
2. Perpajakan
a. Pajak Pertambahan Nilai (PPn)
Pajak pertambahan nilai (PPn) di apotek KF ada yang sudah
ditanggung oleh PBF ada juga yang tidak ditanggung oleh PBF,
sehingga produk yang dijual dihitung lagi harga jual apotek,
dengan rumus yang berbeda.
1) Cara menghitung harga jual apotek untuk produk yang belum
ditanggung PPN.
Cara untuk menghitung harga jual apotek adalah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

HJA = HNA x PPN 10% x Mark Up

Ket :
 HNA : adalah Harga Netto Apotek, merupakan harga
(modal) awal apotek dalam membeli obat dari distributor
(PBF atau PBF Cabang).

32
 Mark Up: adalah % keuntungan, ada yang menetapkan
25% (1,25) dan ada yang menetapkan 30% (1,3).
 PPN 10% (1,1) : adalah Pajak Pertambahan Nilai yang
dikenakan untuk setiap pertambahan nilai dari proses
transaksi dari produsen sampai ke konsumen.
 HJA : adalah Harga Jual Apotek, harga yang ditawarkan
kepada konsumen setelah diperhitungkan HNA, PPN
10% dan Mark Up.

2) Cara menghitung harga jual apotek untuk produk yang sudah


ditanggung PPN nya

HJA = HNA x Mark Up

b. Pajak bumi dan bangunan (PBB)


PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) apotek Kimia Farma diatur
oleh BM.
c. PPh (Pajak Penghasilan)
Pajak penghasilan adalah denda atau bayaran yang dikenakan
kepada sesorang atau badan usaha atas hasil yang diperoleh. Pajak ini
dipotong setiap bulannya berdasarkan penghasilan yang diperoleh tiap
bulannya. PPh (Pajak penghasilan) pada dasarnya perpajakan di
apotek kimia farma tidak diurus sendiri oleh APP namun diatur oleh
bagian BM.

33
BAB IV
KEGIATAN MAGANG

Kegiatan magang di Apotek Kimia Farma Kupang yang dilakukan di


masing-masing outlet Kimia Farma di mulai dari tanggal 04 Februari 2019-01
April 2019. Kegiatan magang yang kami lakukan adalah sebagai berikut:

No Kegiatan
1 Mengenal tata letak obat

2 Melihat bagaimana cara melakukan pelayanan resep kepada pasien


oleh TTK atau Apoteker

3 Membersihkan dan merapikan barang-barang dan obat-obatan yang


ada di swalayan farmasi

4 Mengisi atau menambah obat-obat yang kosong atau kurang dalam


kotak penyimpanan obat dengan stock obat yang masih tersedia

5 Menulis etiket

6 Menulis copy resep

7 Membuat racikan (dalam bentuk kapsul dan puyer)

8 Melalukan pelayanan swamedikasi

9 Melakukan pelayanan kepada pasien BPJS bagi Apotek yang melayani


pasien BPJS

10 Menyiapkan obat sesuai resep dari dokter kepada pasien

11 Melakukan PIO kepada pasien didampinggi oleh TTK atau Apoteker

12 Menulis kartu stock ketika ada obat yang masuk dari beberapa
distributor

13 Mengecek obat-obatan yang sudah tidak mempunyai stock dalam


apotik dan menulis dalam buku de fecta

14 Melakukan Stock Opnem

34
BAB V
PEMBAHASAN

Kegiatan magang dilakukan di Apotek Kimia Farma meliputi beberapa


outlet di kota Kupang, yaitu Apotek Kimia Farma Pelengkap 018 RSUD
Johanes Kupang, yang berlokasi di Jl. Moh. Hatta no. 19 Kupang, Apotek
Kimia Farma No. 101 Herewila Kupang, yang berlokasi di Jl. Herewila No. 38
Kupang, Apotek Kimia Farma No. 135 Hatta, yang berlokasi di Jl.. Moh. Hatta
No. 46 Kupang. Apotek Kimia Farma No. 159 Soeharto, yang berlokasi di Jl.
Soeharto No. 74 Kupang, Apotek Kimia Farma No. 500 Lalamentik, yang
berlokasi di Jl. W.J. Lalamentik No. 95 D-E Kupang, Apotek Kimia Farma A.
Yani Kupang, yang berlokasi di Jl. A. Yani No. 12 Kupang, Apotek Kimia
Farma Lippo, yang berlokasi di Jl. Wotter Mongonsidi Kupang, Apotek Kimia
Farma Cak Doko, yang berlokasi di Jl. Cak Doko No. 43 Kupang, Apotek
Kimia Farma Oesapa, yang berlokasi di Jl. Timor Raya RT. 023 RW. 008
Kelurahan Kelapa Lima Kec. Kelapa Lima Kupang, dan Apotek TDM, Jl.
Bundaran PU TDM Kupang.
Apotek Kimia Farma 135 yang berlokasi di Jl.. Moh. Hatta No. 46
Kupang, merupakan salah satu unit Business Manager yang dimiliki oleh PT.
Kimia Farma Apotek, sebagai unit Business Manager, Apotek Kimia Farma
No. 135 mengelola administrasi, pengadaan atau pembelian, piutang dagang,
hutang dagang, pajak, kas, personalia, dan kasir besar untuk kepentingan
seluruh Apotek pelayanan yang berada di bawah BM wilayah Kupang-NTT.
Sasaran utama dari seluruh apotek Kimia Farma di wilayah Kupang-NTT
adalah pasien yang berobat dari dokter spesialis yang ada di apotek tersebut
dan beberapa praktek dokter spesialis, Rumah Sakit, serta institusi pendidikan
dan perkantoran yang berada disekitar lingkungan apotek.
Pelayan yang diberikan di seluruh apotek sudah cukup baik yaitu
memberikan pelayanan yang cepat, tepat dan ramah kepada pasien. Pelayanan
yang dilakukan apotek ini terdiri dari pelayanan resep, obat bebas, obat wajib

35
apotek dan alat-alat kesehatan. Pelayanan resep sudah dilakukan sesuai dengan
peraturan undang-undang yang berlaku.

36
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Manajemen Apotek Kimia Farma sudah baik, meliputi pelayanan


kefarmasian (pelayanan resep, PIO, konseling, dan swamedikasi)
2. Ketersediaan obat-obatan di seluruh Apotek Kimia Farma dapat memenuhi
kebutuhan pasien

B. SARAN
1. Pengecekan obat ED sebaiknya dilakukan setiap bulan agar dapat
meminimalisirkan terjadinya medication error.

37
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. Undang-undang No. 19 tahun 2003 tentang BUMN

Hartini, Y.S, dan Sulasmono, 2006, Apotek : Ulasan Beserta Naskah Peraturan
Perundang-undangan Terkait Apotek, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.

Kemenkes. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 9 tahun 2017 tentang


apotek. Kemenkes
Silfya. 2017. Cara Menghitung Harga Jual Apotek
https://www.scribd.com/document/363521433/Cara-Menghitung-Harga-
Jual-Apotek

Anonim. 2009. UU RI Nomor 36, tahun 2009 Tentang Kesehatan

38

Anda mungkin juga menyukai