Poli's Task
Poli's Task
Oleh:
Iqbal Lambara Putra 1818012011
Annisa Abdillah 1718012042
Vika Annisa Putri 1718012071
Pembimbing :
dr. Dian Isti Angraeni, M.P.H
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atasberkat
dan pertolongan-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah tugas ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, akan tetapi
dengan kerendahan hati penulis berharap makalah ini dapat memperkaya ilmu
pengetahuan bagi dunia pendidikan dan bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2.Tujuan ...................................................................................................... 2
1.2.1. Tujuan Umum ............................................................................ 2
1.2.2. Tujuan Khusus ........................................................................... 2
1.3.Manfaat .................................................................................................... 2
1.3.1. Manfaat Bagi Mahasiswa .......................................................... 2
1.3.2. Manfaat Bagi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama .................. 3
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Puskesmas dan Klinik merupakan ujung tombak dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Untuk dapat menyediakan pelayanan
kesehatan yang aman dan bermutu, perlu dibakukan dan dikembangkan sistem
pelayanan klinis yang minimal dari variasi proses yang terjadi akibat kurang
optimalnya pengukuran, monitoring, pengendalian, pemeliharaan, serta
pendokumentasian terhadap proses pelayanan klinis maupun manajemen
pelayanan, dan tidak berjalannya perbaikan sistem pelayanan yang
berkesinambungan. Variasi proses tersebut dapat diatasi dengan dibakukannya
sistem manajemen mutu dan sistem pelayanan klinis yang ditindak lanjuti
dengan perbaikan mutu yang berkesinambungan serta diterapkannya kaidah-
kaidah keselamatan pasien (Permenkes RI No 46, 2015).
Pasien dapat datang dalam keadaan tenang maupun dalam keadaan kegawatan
yang memerlukan pelayanan kegawatdaruratan. Pelayanan kegawatdaruratan
ini merupakan tindakan medis yang dibutuhkan oleh pasien gawat darurat
dalam waktu segera untuk menyelamatkan nyawa dan pencegahan kecacatan.
Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan penanganan
kegawatdaruratan yang sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan
(Permenkes RI No. 47, 2018). Oleh karena itu, diperlukan pengkajian
mengenai akreditasi pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak, atau segera
diberikan prioritas untuk asesmen dan pengobatan khususnya di Poliklinik
Universitas Lampung.
1.2.Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Melakukan pengkajian akreditasi klinik pada pelayanan pasien dengan
kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diberikan prioritas untuk
asesmen dan pengobatan.
1.3.Manfaat
1.3.1. Manfaat Bagi Mahasiswa
Sebagai sarana pembelajaran untuk melakukan penilaian terhadap
akreditasi klinik pada pelayanan pasien dengan kebutuhan darurat,
mendesak, atau segera diberikan prioritas untuk asesmen dan
pengobatan.
2
1.3.2. Manfaat Bagi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Sebagai kajian dalam menjamin pelayanan kesehatan primer yang
berkualitas dalam pelayanan pasien dengan kebutuhan darurat,
mendesak, atau segera diberikan prioritas untuk asesmen dan
pengobatan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klinik
5
2.1.3. Kewajiban Klinik
Klinik memiliki kewajiban yang meliputi:
1. Memberikan pelayanan aman, bermutu, mengutamakan
kepentingan pasien,sesuai standar profesi, standar pelayanan dan
standar prosedur operasional;
2. Memberikan pelayanan gawat darurat pada pasien sesuai
kemampuan tanpa meminta uang muka terlebih
dahulu/mengutamakan kepentingan pasien;
3. Memperoleh persetujuan tindakan medis;
4. Menyelenggarakan rekam medis;
5. Melaksanakan sistem rujukan;
6. Menolak keinginan pasien yang tidak sesuai dengan standar
profesi, etika dan peraturan perundang-undangan;
7. Menghormati hak pasien;
8. Melaksanakan kendali mutu dan kendali biaya;
9. Memiliki peraturan internal dan standar prosedur operasional;
10. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan
(Permenkes RI No.9, 2014).
6
Jenis, kualifikasi, dan jumlah tenaga kesehatan lain serta tenaga non
kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis pelayanan yang
diberikan oleh klinik.
2.2. Kegawatdaruratan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 47 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Kegawatdaruratan, Gawat Darurat adalah keadaan klinis yang
membutuhkan tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa dan
pencegahan kecacatan. Pasien gawat daruratadalah orang yang berada dalam
ancaman kematian dankecacatan yang memerlukan tindakan medis segera.
Pelayanan Kegawatdaruratan adalah tindakan medis yang dibutuhkan oleh
pasien gawat darurat dalam waktu segera untuk menyelamatkan nyawa dan
pencegahan kecacatan.
7
d. Adanya gangguan hemodinamik; dan/atau
e. Memerlukan tindakan segera.
8
kegawatdaruratan prafasilitas pelayanan kesehatan. Pusat
komunikasi berperan dalam mengumpulkan informasi dari penelpon
dan memberikan bimbingan pertolongan pertama bagi Pasien serta
mendistribusikan informasi kepada PSC 119 di daerah dekat
kejadian/lokasi kejadian. Bagi daerah yang belum memiliki nomor
panggilan kegawatdaruratan 119 dapat menggunakan saluran
komunikasi lainnya.
1. Masyarakat awam:
a. Menyingkirkan benda-benda yang dapat menimbulkan risiko
bertambahnya Pasien.
b.Meminta pertolongan kepada orang sekitar, aparat dan petugas
keamanan.
c. Menghubungi call center 119 atau nomor kegawatdaruratan
lain jika belum tersedia PSC 119.
d.Melakukan pertolongan yang dapat dilakukan dengan panduan
call center 119/petugas.
9
2. Tenaga kesehatan dari PSC 119 ataupun dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan:
a. Triase
Memilah kondisi Pasien agar mendapatkan pelayanan yang
sesuai dengan tingkat kegawatdaruratannya. Tindakan ini
berdasarkan prioritas ABCDE (Airway, Breathing,
Circulation, Disability, Environment).
b. Stabilisasi/Resusitasi
Resusitasi diperuntukkan bagi Pasien yang mengalami henti
jantung ataupun yang mengalami krisis tanda vital (jalan
napas, pernapasan, sirkulasi, kejang).
c. Evakuasi Medik
Evakuasi medik merupakan upaya memindahkan Pasien dari
lokasi kejadian ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
dibutuhkan oleh Pasien dengan menggunakan ambulans
transportasi atau ambulans Gawat Darurat disertai dengan
upaya menjaga resusitasi dan stabilisasi. Apabila tidak
terdapat ambulans transportasi atau ambulans Gawat Darurat,
evakuasi medik dapat dilakukan dengan menggunakan alat
transportasi lain di sekitar lokasi kejadian dengan tetap
melakukan upaya menjaga resusitasi dan stabilisasi.
Ambulans Gawat Darurat harus memenuhi persyaratan sesuai
dengan standar, yang meliputi persyaratan kelayakan jalan
kendaraan, kelengkapan peralatan medis, kelengkapan
peralatan nonmedis, dan ketenagaan yang meliputi tenaga
kesehatan dan tenaga nonkesehatan (Permenkes RI No. 47,
2018).
10
Puskesmas nonrawat inap, Klinik nonrawat inap, dan tempat praktik
mandiri Dokter dan Dokter Gigi/tenaga kesehatan melaksanakan
Pelayanan Kegawatdaruratan di ruang tindakan (Permenkes RI No. 47,
2018).
2.2.2.1. Pelayanan
Pelayanan Kegawatdaruratan yang dilaksanakan di Puskesmas,
Klinik, dan tempat praktik mandiri Dokter dan Dokter Gigi
meliputi pelayanan triase, survei primer, survei sekunder,
tatalaksana definitif dan rujukan. Sedangkan bagi tempat
praktik mandiri tenaga kesehatan, pelayanan Kegawatdaruratan
meliputi pelayanan triase, survei primer, dan rujukan. Apabila
diperlukan evakuasi, Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat
pertama yang menjadi bagian dari SPGDT dapat melaksanakan
evakuasi tersebut (Permenkes RI No. 47, 2018).
11
b. Perawat
Perawat minimal setingkat Diploma 3 yang memiliki
kompetensi kegawatdaruratan. Kompetensi
kegawatdaruratan dapat diperoleh dari pendidikan ataupun
pelatihan terkait pelayanan kegawatdaruratan.
12
fasilitas pelayanan kesehatan lainyang lebih mampu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan (Permenkes RI No. 47,
2018).
2.3. Akreditasi
Akreditasi adalah pengakuan yang diberikan oleh lembaga independen
penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah memenuhi
standar Akreditasi. Pengaturan Akreditasi bertujuan untuk:
a. Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien;
b. Meningkatkan perlindungan bagi sumber daya manusia kesehatan,
masyarakat dan lingkungannya, serta Puskesmas, Klinik Pratama, tempat
praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi sebagai
institusi; dan
c. Meningkatkan kinerja Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik
mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi dalam pelayanan
kesehatan perseorangan dan/atau kesehatan masyarakat (Permenkes RI
No. 46, 2015).
13
mewujudkan pembangunan kesehatan ini (Permenkes RI No. 46,
2015).
14
Standar akreditasi disusun dalam 4 Bab, yaitu:
Bab I Kepemimpian dan Manajemen Klinik
1.1 Persyaratan Pendirian dan Perijinan Klinik (persyaratan lokasi,
bangunan dan ruang, prasarana, peralatan, dan ketenagaan)
1.2 Persyaratan Ketenagaan Klinik
1.3 Tata Kelola Kinik (pengorganisasian klinik, pengelolaan klinik,
pengelolaan keuangan, pengelolaan data dan informasi)
1.4 Hak dan Kewajibab Pengguna Pelayanan
1.5 Kontrak Pihak Ketiga
1.6 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
15
Bab IV Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien
4.1 Tanggung Jawab Tenaga Klinis (perencanaan, monitoring, dan
evaluasi mutu layanan klinis dan keselamatan)
4.2 Pemahaman Mutu Layanan Klinis
4.3 Pengukuran Mutu Layanan Klinis dan Sasaran Keselamatan
Pasien
4.4 Peningkatan Mutu Layanan Klinis dan Keselamatan Pasien
16
- Pasien emergensi diperiksa dan dibuat stabil terlebih dahulu
sesuai kemampuan klinik sebelum dirujuk ke pelayanan
yang mempunyai kemampuan lebih tinggi.
17
BAB III
ANALISIS
19
2. Petugas tersebut dilatih menggunakan kriteria ini
Puskesmas dan Klinik harus memiliki:
Dokter/dokter gigi dengan kemampuan untuk melakukan triase, survey
primer (resusitasi dan stabilisasi), survey sekunder, dan tatalaksana
definitif sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.
Perawat minimal setingkat Diploma 3 yang memiliki kompetensi
kegawatdaruratan. Kompetensi kegawatdaruratan dapat diperoleh dari
pendidikan ataupun pelatihan terkait pelayanan kegawatdaruratan.
Tenaga Kesehatan dan Tenaga Nonkesehatan
Kebutuhan jenis dan jumlah tenaga kesehatan lain dan tenaga
nonkesehatan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan dan tingkat
kemampuan masing-masing Fasilitas Pelayanan Kesehatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Kemenkes, 2018).
Tenaga kesehatan di Poliklinik Unila telah memenuhi persyaratan diatas,
yaitu telah ada dokter umum, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya yang
memiliki kompetensi dalam menangani kasus gawat darurat dan
melakukan tindakan sesuai kompetensinya.
20
Penerapan pembagian kategori berdasarkan prioritas pada pasien gawat
darurat telah dilakukan di Poliklinik Unila. Pasien yang mengalami
masalah pada patensi jalan napas (airway), status pernafasan (breathing),
dan sirkulasi ke jaringan (circulation) serta status mental pasien yang
diukur Alert Verbal Pain Unresponsive (AVPU) akan dibawa langsung ke
ruang tindakan untuk dilakukan resusitasi dan stabilisasi.
21
dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang dituju mengenai kondisi
pasien, serta tindakan medis yang diperlukan oleh pasien. Proses
pengiriman pasien dilakukan bila kondisi pasien stabil, mengunakan
ambulans Gawat Darurat atau ambulans transportasi yang dilengkapi
dengan penunjang resusitasi, didampingi oleh tenaga kesehatan terlatih
untuk melakukan tindakan resusitasi dan membawa surat rujukan
(Kemenkes, 2018).
22
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka didapatkan beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
a) Pasien dalam keadaan gawat darurat memerlukan tindakan medis waktu
segera untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan.
b) Pelayanan pada pasien gawat darurat yang dilakukan di Poliklinik
Universitas Lampung diantaranya triase, survey primer, dan rujukan.
c) Penanganan untuk pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak, atau
segera diberikan prioritas untuk asesmen dan pengobatan di Poliklinik
Universitas Lampung masih memerlukan perbaikan, terutama pada sistem
rujukan.
4.2.Saran
Saran yang dapat diberikan kepada Poliklinik Universitas Lampung dalam
menangani pasien dengan kebutuhan darurat dan mendesak, adalah sebagai
berikut:
a) Membuat standar operasional prosedur mengenai pasien dengan
kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diberikan prioritas untuk
asesmen dan pengobatan.
b) Mempersiapkan tenaga medis dan sarana transportasi yang memadai
dalam merujuk pasien ke fasilitas layanan kesehatan rujukan.
DAFTAR PUSTAKA
24