Anda di halaman 1dari 9

A.

PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN

A. SIFAT FISIKA-KIMIA SENYAWA HIDROKINON


Produk kosmetik menjadi salah satu hal yang menarik khususnya bagi kalangan
perempuan, jenisnya yang beragam mulai dari kosmetik untuk wajah, kulit, rambut, hingga
kuku. Namun, diantara ragam jenis kosmetik tersebut yang sering menjadi perhatian adalah
kosmetik untuk kulit. Produk kosmetik untuk mempercantik kulit terdiri dari berbagai jenis
tergantung pada fungsinya, antara lain pelembut kulit, pembersih, pelembab, tabir surya dan
pencerah atau pemutih kulit. Pemutih/ pencerah kulit adalah produk yang ditunjukkan untuk
mencerahkan atau menghilangkan pewarnaan kulit yang tidak diinginkan. Produk ini
didesain untuk bekerja dengan cara berpenetrasi ke dalam kulit dan menganggu produksi
pigmen oleh sel kulit. (artikel hidrokinon)
Salah satu contoh salah pemutih dalam kosmetik adalah hidrokinon. Sebelum
pemakaian kosmetik yang menganduk senyawa hidrokinon alangkah baiknya perlu
diperhatikan sifat fisika-kimia dari senyawa tesebut, diantaranya:

Sifat fisika dan kimia Hidrokinon


Hidrokinon memiliki nama IUPAC yaitu 1,4-benzenediol, yang memiliki rumus molekul
C6H6O2 dengan berat molekul 110,11 g/mol. Struktur kimia dari hidrokinon seperti pada
gambar:

Hidrokinon berbentuk jarum halus, putih, mudah menjadi gelap jika terpapar cahaya
dan udara. Mudah larut dalam air, dalam etanol dan dalam eter (Mustofa, 1982). Titik didih
285-2870C (545-549 F); titik leleh Titik leleh 173-174 oC (343345 F); Tekanan uap 1
mmHg pada 132oC; Kerapatan uap 1,328 pada 15oC; Kelarutan dalam air 7% pada 25oC;
Larut dalam alkohol, eter, aseton, dimetil sulfoksida, karbon tetraklorida; Sedikit larut dalam
benzene (Hidrokinon).
Hidrokinon merupakan golongan senyawa fenol. Fenol yang dibiarkan terbuka di
udara cepat berupah warna karena pembentukan hasilhasil oksidasi. Hidrokinon (1,4-
dihidroksibenzena) sendiri teroksidasi menjadi kinon (1,4-benzokuinon). Kinon termasuk
dalam senyawa golongan karbonil. Strukturnya siklik dan merupakan diketon yang
berkonjugasi (Hart, 1983 IN Astuti, 2012)

B. TUJUAN PENGGUNAAN HIDROKINON DALAM KOSMETIK


Hidrokuinon banyak digunakan di industri; untuk sintesis antioksidan dan antiozonan
dalam industri karet; digunakan dalam konversi kimia sebagai inhibitor untuk penstabil
monomer; digunakan dalam industri fotografi, termasuk film untuk foto hitam putih,
litografi, dan film sinar X di rumah sakit; digunakan pada menara pendingin air sebagai
penghambat pembentukan karat; digunakan dalam konversi kimia untuk penstabil pada cat,
bahan bakar, oli motor, pernis, antioksidan pada industri lemak dan minyak (5); sebagai
reagen pada penentuan sejumlah kecil fosfat (9); sebagai depigmentor (hidrokinon)
Krim yang mengandung hiidrokinon banyak digunakan untuk menghilangkan bercak
bercak pada wajah (Ibrahim et al.,2004). Cara kerja hidrokinon dalam mencerahkan kulit
adalah melalui mekanisme efek toksik hidrokinon terhadap melanosit (sel tempat sintesis
melanin/pigmen hitam pada kulit) dan melalui penghambatan melanogenesis (proses
pembentukan melanin). Efek toksik hidrokinon terjadi karena hidrokinon berkompetisi
dengan tirosin sebagai substrat untuk tirosinase (enzim yang berperan dalam pembentukan
melanin), sehingga tirosinase mengoksidasi hidrokinon dan menghasilkan benzokinon yang
toksik terhadap melanosit.
Penggunaan hidrokinon sebagai bahan pengoksidasi pewarna rambut dengan kadar
maksimal 0,3% dianggap aman, karena meskipun dapat terabsorpsi pada rambut, kadar yang
terabsorpsi dibatasi oleh adanya penurunan konsentrasi hidrokinon setelah proses perubahan
warna dan lamanya paparan pewarna rambut sebelum dibilas. Pada kosmetik untuk kuku,
hidrokinon digunakan sebagai salah satu bahan dalam perekat untuk melekatkan kuku
artifisial, yang umumnya terbuat dari bahan akrilat, dengan kuku asli. Kadar maksimal
penggunaan hidrokinon pada kuku artifisial adalah sebesar 0,02% setelah pencampuran
bahan sebelum digunakan. Kadar tersebut sangat kecil dan hilang dengan cepat selama
proses polimerisasi (5-15 menit). Kandungan hidrokinon yang tersisa juga sulit berpenetrasi
melalui kuku karena terjebak dalam matriks polimer yang mengeras, sehingga tidak
menimbulkan dampak sistemik. Dampak mungkin terjadi, jika saat penggunaan campuran
yang mengandung hidrokinon terpapar pada kulit atau kutikula sekitar kuku. Untuk itu
penggunaannya dibatasi hanya boleh dilakukan oleh tenaga profesional.

C. PENYALAHGUNAAN HIDROKINON DALAM KOSMETIK


Hidrokinon adalah senyawa kimia yang bersifat larut air, padatannya berbentuk
kristal jarum tidak berwarna, jika terpapar cahaya dan udara warnanya akan berubah menjadi
lebih gelap. Karena sifatnya sebagai zat pereduksi Hidrokuinon dimanfaatkan pada proses
cuci cetak foto, penghambat polimerisasi pada beberapa senyawa kimia seperti asam akrilik
dan metil metakrilat, sebagai antioksidan karet dan zat-zat penstabil dalam cat, pernis, bahan
bakar motor dan minyak.
Hidrokinon merupakan salah satu senyawa antioksidan yang digunakan pada bidang
fotografi, farmasi, dan kosmetik (Hu et al.,2012). Yang dapat memberikan dampak negative
jika digunakan secara berlebihan (Hong et al., 2013; Tsai dan Hantash, 2008).
Penggunaan hidrokinon dalam kosmetik hanya diperbolehkan dalam kuku buatan
dengan kadar maksimal sebesar 0,02%, sedangkan hidrokinon dalam krim pemutih wajah
sudah dilarang penggunaannya sejak tahun 2008 (BPOM, 2011). Fda DAN Badan Kesehatan
Belanda telah melarang penggunaan hidrokinon dalam krim pemutih wajah karena dampak
negative dari senyawa ini termasuk kanker (Tsai dan Hanatash, 2008; Anton,2012). Akan
tetapi masih banyak ditemukan krim pemutih yang tidak berlabel atau bahkan beredar tanpa
ijin yang mengandung bahan bahan berbahaya seperti hidrokinon ini.
Konsentrasi hidrokinon >2% dalam krim termasuk golongan obat keras yang hanya
dapat digunakan berdasarkan resep dokter, oleh karena itu penggunaaan hidrokinon dalam
kosmetik dengan dosis yang tinggi telah dilarang penggunaannya. Hasil investigasi dan
pengujian laboratorium BPOM tahun 2006 dan 2007 terhadap kosmetik yang beredar,
ditemukan beberapa bahan yang dilarang penggunaanya dalam kosmetik. Salah bahan
diantaranya adalah hidrokinon dengan konsentrasi > 2%. (artikel )

D. EFEK FARMAKOLOGI DALAM PENGGUNAAN AKUT/ KRONIK


Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan, hidrokinon dapat
menyebabkan toksisitas kronik. Hidrokinon juga dilaporkan dapat menyebabkan kalainan
pada ginjal (nephropathy) dan berpotensi sebagai karsinogenik. Menurut banyak penelitian,
efek samping hidrokinon dapat menimbulkan rasa panas terbakar saat krim dioleskan pada
kulit, dan jika digunakan lebih lanjut dalam jangka panjang tanpa menghindari eksplosur
sinar matahari, efek pemakaian yang ditimbulkan bisa sebaliknya yaitu akan timbul efek flek
atau spot yang bertambah bahkan bisa muncul bintik kekuningan yang dikenal dengan nama
okronosis atau keadaan kulit menjadi lebih buruk dari semula. Efek samping hidrokinon
secara umum dapat menimbulkan dermatitis kontak dalam bentuk bercak warna putih pada
wajah atau hiperpigmentasi. Gejala awal dapat berupa iritasi ringan, panas, merah, gatal
datau hitam pada wajah akibat kerusakan sel melanosit.

E. METODE ANALISIS SENYAWA DALAM KOSMETIK


Pengujian hidrokinon dapat dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis dan
metode spektrofotometri UV Vis
a. Kromatografi lapis tipis
Kromatografi adalah salah satu teknik pemisahan suatu senyawa. Salah satu jenis
dari kromatografi adalah kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi lapis tipis
merupakan metode pemisahan dimana yang memisahkan terdiri atas fase diam yang
ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas, logam atau lapisan yang cocok.
Kromatografi lapis tipis termasuk kromatografi adsorpsi (serapan), dimana fase diam
yang digunakan adaah zat padat yang disebut adsorben (penjerap) dan fase gerak adalah
zat cair yang disebut dengan larutan pengembang. Campuran yang akan dipisah berupa
larutan yang ditotolkan berupa bercak atau pita, kemudian plat (lapisan) dimasukkan
kedalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak)
sehingga pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan). Zat penjerap
pada KLT merupakan lapisan tipis serbuk yang dilapisi pada lempeng kaca, plastic atau
logam secara merata (digilib.uns.ac.id)
b. Metode Spektrofotometri UV-Vis
Spektorfotometri UV-Vis merupakan salah satu teknik analisis spektroskopi yang
memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet (190 nm-380 nm) dan sinar tampak
(380 nm- 780 nm) dengan memakai instrument spektorfotometer. Spektrofotometri UV-
Vis melibatkan energy elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis,
sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif
dibandingkan dengan kualitatif.
Spektrofotometri merupakan alat yang terdiri atas spectrometer dan fotometer.
Spektrofotometri menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu
dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditansmisikan atau yang
diabsorbsi.
Kelebihan spektrofotometer dibandingkan dengan fotometer adalah panjang
gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai
seperti prisma, graftin, ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang
gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang
mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer
filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar benar monokromatis,
melainkan suatu trayek panjang gelombang 300 nm-400 nm. Sedangkan pada
spektrofotometer panjang gelombang yang benar benar terseleksi dapat diperoleh dengan
bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun atas sumber
spectrum tampak yang kontinu, monokromatis, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel
atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan adsorbs antara sampel dan blanko
ataupun pembanding.
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan penyerapan cahaya atau energy radiasi
oleh suatu larutan. Jumlah cahaya atau energy radiasi yang diserap memungkinkan
pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara kuantitatif. Molekul molekul yang
hanya mengandung satu gugus kromofor dapat mengalami perubahan pada panjang
gelombang.
Spektrofotometer UV-Vis dapat melakukan penentuan terhadap sampel yang
berupa larutan, gas, ataupun uap. Untuk sampel yang berupa larutan perlu diperhatikan
pelarut yang dipakai antara lain:
1. Pelarut yang dipakai tidak mengandung system ikatan rangkap terkonjugasi pada
struktur molekulnya dan tidak berwarna.
2. Tidak terjadi interaksi dengan molekul yang dianalisis
3. Kemurniannya harus tinggi atau derajat untuk analisis
ANALISIS JURNAL
PENENTUAN HIDROKUINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH SECARA
VOLTAMETRI SCREEN PRINTED CORBON ELECTRODE (SPCE)
Hidrokuinon merupakan salah satu senyawa antioksidan yang digunakan pada bidang
fotografi, farmasi dan kosmetik yang dapat memberikan dampak negative jika digunakan secara
berlebihan. Penggunaan hidrokuinon dalam kosmetik hanya diperbolehkan dalam kuku buatan
dengan kadar maksimal sebesar 0,02% sedangkan hidrokuinon dalam krim pemutih wajah sudah
dilarang sejak tahun 2008. Akan tetapi masih banyak ditemukan krim pemutih yang tidak
berlabel atau bahkan beredar tanpa ijin dari BPOM. Oleh karena perlu adanya control kandungan
hirokuinon dalam krim pemutih wajah, sehingga diperlukan metode unutk menganalisis
hidrokuinon dalam krim pemutih wajah.
Salah satu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
voltametri karena memiliki sensifitas tinggi dan batas deteksi mencapai 1x10-8M. Hidrokuinon
dapat dianalisis menggunakan voltammetri karena merupakan senyawa elektroaktif yang dapat
mengalami reaksi oksidasi. penggunaan screen-printed electrode (SPE) sebagai elektroda kerja
untuk penentuan hidrokuinon belum dikembangkan. Penggunaan SPE merupakan upaya untuk
memperkecil jumlah larutan sehingga dapat menguarangi limbah.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa oksidasi hidrokuinon berlangsung pada
pH<pKa1. Dengan demikian pada penelitian ini dilakukan optimasi pH secara voltametri siklik.
Analisis dilakukan dengan metode kurva kalibrasi dan adisi standar.
Metode penelitian:
Alat:
1. Potensiostat/ galvanostat Uniscan PG581
2. Elektroda screen printed electrode (SPE)
3. Neraca mettle
4. pH meter
5. peralatan gelas
Bahan:
1. Padatan KH2PO4
2. Padatan KH2PO4.3H2O
3. Padatan hidrokuinon pa merupakan prodok merck
4. H3PO4 85%
5. Akuadem
Penentuan hidrokuinon dalam sampel krim pemutih wajah
1. Sampel kosmetik pemutih komersial (Sampel A,B,C) sebanyak 5 gram dilarutkan dalam
buffer fosfat pH 2, kemudian disentrifugasi pada 5400 rpm
2. Supernatant dipisahkan dan diencerkan hingga 100 ml dalam labu takar.
penentuan konsentrasi hidrokuinon dilakukan dengan dua cara, yaitu kurva kalibrasi dan
adisi standar.
Metode kurva kalibrasi
Digunakan larutan hidrokuinon 0; 1; 5; 10; 20; 40; 60; 8 dan 100 µM dalam buffer pH 2.
Metode adisi standar
5 mL larutan sampel ditambah dengan larutan hidrokuinon 1 mM sebanyak 0; 200; 400;
600; 800 dan 1000 µL.
3. Pengukuran pada kisaran potensial yang diterapkan pada elektroda kerja adalah -0.4 hingga
1.2 V, dengan denyut 200 mV dan laju perubahan potensial 150 mV/detik.
Hasil dan pembahasan:
Kadar hidrokuinon dalam sampel ditentukan dengan dua cara yaitu kurva standard dan adisi
tandar. Untuk analisis sampel dibuat kurva kalibrasi pada kisaran konsentrasi 0 hingga 100µM,
menghasilkan persamaan Ip (µA) = 0.0652[HQ]–0.0099.
Hasil pengukuran sampel secara adisi standar, sampel A memiliki persamaan linier
y=0.0173+0.4497 dengan linieritas 0.8957, sampel B y=0.0294x+0.0218 dengan linieritas
0.996 dan sampel C y=0.0199x+0.0666 dengan linieritas 0.9763. Sampel kosmetik adalah
sebagai berikut:
1. Sampel A, hanya terdapat nomor regristasi tanpa menyebutkan badan yang mengeluarkan
ijin dan tidak mencantumkan komposisi dalam kemasan.
2. Sampel B, terdaftar BPOM dengan mencantumkan nomor dan terdapat komposisi dalam
kemasan.
3. Sampel C, terdaftar di BPOM namun tidak mencantumkan nomor dan terdapat komposisi
dalam kemasan.
Berdasarkan hasil penelitian, kadar hidrokuinon dari sampel A,B dan C adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Kadar hidrokuinon dalam sampel yang dihitung berdasarkan kurva kalibrasi dan adisi
standar

Kadar hidrokuinon pada ketiga sampel dari dua metoda ditunjukkan dengan Tabel 2. Badan
POM menetapkan kandungan bahan ini dalam kosmetik sebesar 0.02%, sampel A mengandung
hidrokuinon mendekati ambang batas, sedangkan sampel B dan C masih berada pada ambang
batas yang diperbolehkan. Kadar hidrokuinon yang masih ditemukan dalam sampel krim
pemutih wajah menunjukkan bahwa masih ada produsen kosmetik yang menggunakan
hidrokuinon meskipun penggunaanya telah dilarang.

B. PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai