Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN AWAL PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN ANDROGRAPHIDIS HERBA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK I

AFDHONIL QOMARUL PATHA (1648201002)

AMELIA PRATIWI ZUKHRUF (1648201007)

BUNGA DEBI LESTARI (1648201024)

KELAS : IV A FAMASI

YAYASAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


HARAPAN IBU JAMBI

TAHUN AKADEMIK 2017/2018


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Antioksidan merupakan molekul yang mampu memperlambat atau
mencegah proses oksidasi molekul lain. Radikal bebas sebagai molekul yang
relatif tidak stabil, memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan
di orbital luarnya. Molekul tersebut bersifat reaktif dalam mencari pasangan
elektronnya. Hal ini dapat menghasilkan radikal bebas, sehingga memicu
reaksi berantai yang dapat merusak sel. Salah satu tanaman obat yang secara
empiris telah digunakan sebagai obat adalah sambiloto (Andrographis
paniculata). Beberapa khasiat sambiloto antara lain untuk menyembuhkan
gatal-gatal, keputihan, sebagai antipiretik, dan diuretik serta mengobati
beberapa penyakit degeneratif seperti diabetes, tekanan darah tinggi dan
reumatik.
Penyakit degeneratif meningkat disebabkan karena adanya perubahan
gaya hidup dan pola makan sehingga dapat menimbulkan radikal bebas yang
berdampak pada kerusakan sel. Sambiloto memiliki kandungan senyawa
andrografolid dan flavonoid. Andrografolid merupakan senyawa diterpen
yang telah banyak diteliti dan memiliki aktivitas farmakologi. Flavonoid
dalam herba sambiloto memiliki gugus polihidroksi dan polimetoksi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan secara ilmiah pemakaian
herba sambiloto sebagai obat tradisonal yang telah digunakan secara turun
temurun dengan menguji aktivitas antioksidannya, yang selanjutnya
diharapkan dapat diaplikasikan dalam pengobatan modern oleh bidang ilmu
terkait. Saat ini banyak diproduksi makanan kesehatan baik berupa pil, kapsul
dan suplemen yang mengandung antioksidan.
Makanan kesehatan mempunyai pangsa yang besar bahkan telah
menjadi gaya hidup. Oleh karena itu, penemuan dan pengembangan bahan
antioksidan dari sumber daya hayati sangat penting, mengingat antioksidan
dapat diaplikasikan sebagai bahan obat, makanan, dan kosmetik. Penelitian
ini bertujuan untuk menentukan aktivitas antioksidan ekstrak air dan
fraksinya dari herba sambiloto serta mengidentifikasi senyawa yang
terkandung di dalamnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sifat fisika dan kimia dari Andrographidis herba?
2. Bagaimana cara mengekstraksi Andrographidis herba?
3. Metabolit sekunder dan mayor apa saja yang terkandung di dalam
Andrographidis herba?

C. Tujuan
Untuk mengetahui uji aktivitas antioksida tanaman Andrographidis herba

D. Manfaat
Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan secara ilmiah pemakaian
herba sambiloto sebagai obat tradisonal yang telah digunakan secara turun
temurun dengan menguji aktivitas antioksidannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tanaman Sambiloto (Andrographidis herba)


a. Klasifikasi tanaman sambiloto
Berikut ini adalah klasifikasi dari tanaman sambiloto :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Solanaceae
Familia : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Species : Andrographis paniculata Ness. (Dalimartha, 1999)
b. Nama daerah
Sambiloto memiliki nama lain seperti papaitan (Sumatera), takilo,
bidara, sadilata, sambiloto (Jawa), sambilata, sadilata, ki oray, ki peurat,
ki ular (Sunda) (Hariana, 2006).
c. Morfologi tanaman sambiloto
Tanaman sambiloto memiliki morfologi yaitu herba tegak tinggi
sekitar 0,5 - 1 meter, batang muda bersiku empat, sedang yang tua
berkayu dengan 4 pangkal membulat, percabangan monodial, warna hijau.
Daun tunggal berbentuk bulat telur, bersilang berhadapan dengan ujung
dan pangkalnya runcing, helai daun bertepi rata dengan pertulangan
menyirip, panjang daun 3 - 5 cm, lebar 0,5 - 1,5 cm, berasa pahit,
berhadapan, bagian atasnya hijau tua, bagian bawahnya berwarna lebih
pucat.
Bunga majemuk, kecil, berwarna putih dengan garis-garis ungu,
tersendiri dengan diatur diketiak dan diujung rangkai. Seluruhnya
membentuk bunga malai yang besar, kelopak bentuk lanset, berbagi lima,
pangkalnya berlekatan, memiliki dua bulir benang sari, bulat panjang,
kepala putik ungu kecoklatan. Buah berbentuk kotak, tegak, agak
berbentuk silinder, bulat panjang, bagian ujungnya runcing dan tengahnya
beralur, buah berwarna hijau, setelah tua berwarna hitam. Bijinya tiga
sampai empat buah yang dilempar keluar jika buah masak (Sudarsono et
al., 1996).
d. Kandungan kimia
Daun dan cabang sambiloto terdapat senyawa kimia seperti
deoksiandrografolid, andrografolid, neoandrografolid, 14-deoksi-11, 12
didehidroandrografolid, dan homoandrografolid. Sementara pada akar
mengandung flavonoid berupa polimetoksiflavon, andrografin, panikolin,
dan apigenin-7, 4-dimetil eter, alkena, keton, aldehid, kalium, kalsium,
natrium, serta asam kersik. Selain itu terdapat andrografolid 1% dan
kalmegin.
e. Kegunaan tanaman
Di Indonesia sambiloto digunakan untuk antiradang, antipiretik
atau meredakan demam, dan untuk penawar racun atau detoksikasi. Di
India akar dan daun digunakan untuk menyembuhkan sakit karena gigitan
ular dan serangga. Di 5 Cina digunakan sebagai obat antiinflamasi,
antipiretik, obat influensa, disentri, infeksi saluran kencing, dan radang
paru-paru (Achmad et al., 2007). Pada uji pra klinis untuk efek antiradang
menggunakan mencit bahwa infus daun sambiloto 51,4 mg/100 g BB,
secara oral dapat meningkatkan efek antiradang.

2. Ekstrak
a. Pengertian ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstrasi
zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan
massa atau serbuk yang diperoleh diperlukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan.

b. Metode pembuatan ekstrak dengan maserasi


Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung
zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat
yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung
benzoin, stirak, dan lainlain. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa
air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Keuntungan cara penyarian
dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan
sederhana dan mudah diusahakan.
Penyarian dengan cara maserasi perlu dilakukan pengadukan untuk
meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia, sehingga
dengan pengadukkan tersebut tetap terjaga derajat perbedaan konsentrasi
yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam sel dengan larutan di luar
sel. Hasil penyarian dengan cara maserasi perlu 6 dibiarkan selama waktu
tertentu untuk mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi ikut
terlarut dalam cairan penyari seperti malam dan lain-lain.
c. Cairan penyari
Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor.
Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria, yaitu murah dan
mudah diperoleh, stabil secara fisika kimia, bereaksi netral, tidak mudah
menguap dan tidak mudah terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat
berkhasiat yang dikehendaki,serta tidak mempengaruhi zat berkhasiat.
Penyarian pada perusahaan obat tradisional masih terbatas pada
penggunaan cairan penyari air, etanol atau etanol air.
BAB III

METODE PENELITIAN

1. Alat
Alat-alat yang digunakan adalah, kertas saring, spatel, corong pisah,
wadah meserasi (botol gelap), cawan penguap, krus porselen, pipet volume,
beaker glas, gelas ukur, erlenmeyer, labu ukur, desikator, timbangan analitik,
penangas air, oven, fornes, rotary evaporator, botol timbang.

2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah herba sambiloto, aquadest, larutan etanol
95%, laktosa, larutan n-heksana, larutan asam klorida 3N, larutan kloroform,
larutan metanol, larutan kloral hidras. Pelarut dan bahan kimia yang
digunakan antara lain 2,2-Dipheny1-picrylhydrazyl hidrat (DPPH, Sigma),
aquades, kloroform, etil asetat, FeCl3, NaOH, silika gel 60 F 254, dan asam
asetat glasial (E’Merck).

3. Cara kerja
a. Penyiapan bahan
Tanaman sambiloto yang berumur 3-4 bulan dipanen. Bagian
tanaman yang digunakan dalam penelitian ini meliputi daun dan batang.
Herba yang sudah dikumpulkan kemudian disortasi dan dicuci dengan
dengan air mengalir. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran
berupa tanah atau kotoran lain yang menempel pada herba sambiloto.
Herba sambiloto yang sudah dicuci kemudian dikeringkan dalam oven
suhu 50-60˚C sampai kering ditandai dengan herba sambiloto dapat
remuk saat diremas. Sebelum diekstraksi, herba sambiloto yang sudah
dikeringkan dibuat serbuk dengan menggunakan grinder untuk
memperbesar luas permukaan bahan.

b. Ekstraksi dan Fraksinasi


Sebanyak 500g simplisia sambiloto ditimbang kemudian
diekstraksi dengan metode dekokta, yaitu dengan mendidihkan simplisia
selama 30 menit.Waktu dihitung setelah suhu mencapai 90˚C. Filtrat hasil
dekokta kemudian diuapkan menggunakan cawan porselen di atas
penangas air sehingga diperoleh ekstrak kental herba sambiloto. Ekstrak
kental herba sambiloto kemudian dipartisi berturut-turut dengan
menggunakan kloroform dan etil asetat.
Ekstrak kental herba sambiloto yang masih berupa cairan,
ditambah kloroform kemudian digojog selama 15 menit. Setelah
terbentuk dua lapisan, lapisan kloroform (bagian bawah) dipisahkan.
Partisi dengan kloroform dilakukan berulang sampai lapisan kloroform
berwarna jernih. Filtrat kloroform kemudin dijadikan satu dan diuapkan
hingga diperoleh fraksi kloroform.
Partisi dilanjutkan dengan pelarut etil asetat. Partisi dilakukan
dengan cara yang sama seperti partisi dengan menggunakan kloroform,
maka akan diperoleh fraksi etil asetat. Residu yang tidak larut dalam
kloroform dan etil asetat, selanjutnya diuapkan juga hingga diperoleh
fraksi residu dekokta herba sambiloto. Ketiga fraksi tersebut yaitu fraksi
kloroform, fraksi etil asetat dan fraksi residu dekokta herba sambiloto,
ditimbang, dan dihitung rendemennya.
c. Penetapan Aktivitas Antioksidan
Sebanyak 5,4 mg serbuk DPPH ditambahkan ke dalam 100 ml
metanol untuk mendapatkan larutan DPPH 0,14 mM. Larutan DPPH
harus dibuat baru. Larutan DPPH 600 μl ditambah dengan 400 μl etanol.
Setelah 30 menit dibiarkan di tempat gelap, larutan diukur dengan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 400- 800 nm dengan
blanko metanol. Operating time ditentukan berdasarkan waktu yang
dibutuhkan antara ekstrak dan DPPH bereaksi secara optimal. Delapan
tabung reaksi, masing-masing berisi 600 μl larutan DPPH 0,14 mM.
Ditambahkan 2 ml ekstrak air herba sambiloto dengan konsentrasi 400
ppm.
Setiap tabung reaksi diinkubasi di tempat gelap dengan waktu yang
berbeda dalam waktu 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit, 30
menit, 35 menit, dan 40 menit, kemudian absorbansi sampel diukur pada
panjang gelombang 516 nm dengan blanko metanol. Ekstrak air herba
sambiloto dibuat dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 20, 30, 40 dan 50
ppm. Setiap konsentrasi sampel diambil 2 ml dan ditambahkan 3 ml
larutan DPPH. Sampel dihomogenkan, kemudian didiamkan selama 35
menit di tempat gelap, lalu absorbansi diukur. Pengukuran peredaman
radikal bebas pada fraksi kloroform, etil asetat dan residu dilakukan
dengan cara yang sama. Persen peredaman diperoleh dari rata-rata nilai
absorbansi masing-masing sampel, kemudian dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
d. Identifikasi senyawa dalam ekstrak sambiloto
Identifikasi kandungan kimia sambiloto dilakukan dengan menggunakan
metode kromatografi lapis tipis (KLT). Identifikasi dilakukan pada
senyawa golongan flavonoid. KLT dilakukan dengan menggunakan fase
diam silika gel dan selulosa. Fase gerak dipilih berdasarkan hasil
kromatogram dengan pemisahan yang terbaik.
DAFTAR PUSTAKA

(Prasasti, Rachmani, & Suhesti, n.d.)Higea, J. F. (2014). PEMBUATAN DAN


KARAKTERISASI EKSTRAK KERING HERBA SAMBILOTO ( Andrographis
paniculata Nees.) Harrizul Rivai 1) , Gusmi Febrikesari 2) , Humaira
Fadhilah 2) 1), 6(1).
Prasasti, E., Rachmani, N., & Suhesti, S. (n.d.). Aktivitas Antioksidan Ekstrak
dan Fraksi Herba Sambiloto ( Andrographis paniculata ), 1(2).
(Higea, 2014)Higea, J. F. (2014). PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI
EKSTRAK KERING HERBA SAMBILOTO ( Andrographis paniculata Nees.)
Harrizul Rivai 1) , Gusmi Febrikesari 2) , Humaira Fadhilah 2) 1), 6(1).

Anda mungkin juga menyukai