83
Arto Yuwono Soeroto, Hendarsyah Suryadinata
Combined COPD Assessment sakit akibat eksaserbasi, serta hasil penilaian CAT
Combined COPD Assessment melakukan penilaian score ≥10 atau mMRC grade ≥2.1
efek PPOK terhadap masing-masing penderitanya
berdasarkan assessment terhadap gejala yang dialami, COPD ASSESSMENT TEST (CAT)
klasifikasi spirometri berdasarkan GOLD dan kejadian Saya tdak pernah batuk Saya selalu batuk
eksaserbasi.1 Tidak ada dahak (riak) Dada saya penuh
sama sekali dengan dahak (riak)
Tidak ada rasa berat Dada saya terasa berat
(tertekan) di dada (tertekan) sekali
Ketka saya jalan mendaki/ Ketka saya jalan
naik tangga, saya tdak mendaki/naik tangga,
sesak saya sangat sesak
Aktfitas sehari-hari saya di Aktfitas sehari-hari
rumah tdak terbatas saya di rumah sangat
terbatas
Saya tdak khawatr keluar Saya sangat khawatr
rumah meskipun saya keluar rumah karena
menderita penyakit paru kondisi paru saya
Saya dapat tdur dengan Saya tdak dapat
nyenyak tdur nyenyak karena
kondisi paru saya
Saya sangat bertenaga Saya tdak punya
tenaga sama sekali
Skor Total
Berilah tanda cek pada kotak yang sesuai dengan kondisi anda
1 (hanya 1 kotak)
Gambar 1. Combined COPD Assessment.
mMRC Level 0. Saya merasa sesak ketka melakukan
olahraga berat.
Klasifikasi pasien berdasarkan Combined COPD mMRC Level 1. Nafas saya menjadi pendek-pendek ketka
Assessment: berjalana tergesa-gesa menggunakan tongkat atau
berjalan mendaki bukit yang landai.
1. Kelompok A - Rendah Risiko, Sedikit Gejala
mMRC Level 2. Saya berjalan lebih lambat dari orang
Pasien dengan klasifikasi GOLD 1 atau 2, seusia karena nafas saya menjadi sesak, atau saya
mengalami eksaserbasi paling banyak 1 kali harus berhent sejenak untuk mengambil nafas ketka
berjalan menaik.
dalam setahun dan tidak pernah mengalami mMRC Level 3. Saya berhent untuk mengambil nafas
perawatan rumah sakit akibat eksaserbasi, serta setelah berjalan kurang lebih 100 meter atau setelah
hasil penilaian CAT score<10 atau mMRC grade beberapa menit dengan menggunakan menaik
mMRC Level 4. Saya terlalu sesak untuk pergi keluar
0-1.1 rumah atau saya merasa sesak ketka memakai atau
2. Kelompok B - Rendah Risiko, Banyak Gejala melepaskan baju.
Pasien dengan klasifikasi GOLD 1 atau 2,
mengalami eksaserbasi paling banyak 1 kali
dalam setahun dan tidak pernah mengalami TATALAKSANA
perawatan rumah sakit akibat eksaserbasi, serta
hasil penilaian CAT score ≥10 atau mMRC grade Prinsip penatalaksanaan PPOK diantaranya
≥2.1 adalah sebagai berikut :
3. Kelompok C - Tinggi Risiko, Sedikit Gejala •• Berhenti Merokok
Pasien dengan klasifikasi GOLD 3 atau 4, dan/ •• Terapi farmakologis dapat mengurangi gejala,
atau mengalami eksaserbasi sebanyak ≥2 kali per mengurangi frekuensi dan beratnya eksaserbasi
tahun atau ≥1 kali mengalami perawatan rumah dan memperbaiki status kesehatan dan toleransi
sakit akibat eksaserbasi, serta hasil penilaian CAT aktivitas.
score<10 atau mMRC grade 0-1.1 •• Regimen terapi farmakologis sesuai dengan
4. Kelompok D - Tinggi Risiko, Banyak Gejala pasien spesifik, tergantung beratnya gejala, risiko
Pasien dengan klasifikasi GOLD 3 atau 4, dan/ eksaserbasi, availabilitas obat dan respon pasien.
atau mengalami eksaserbasi sebanyak ≥2 kali per •• Vaksinasi Influenza dan Pneumococcal
tahun atau ≥1 kali mengalami perawatan rumah •• Semua pasien dengan napas pendek ketika
Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 2 | June - August 2014 85
Arto Yuwono Soeroto, Hendarsyah Suryadinata
berjalan harus diberikan rehabilitasi yang akan status kesehatan (Evidence A), serta memperbaiki
memperbaiki gejala, kualitas hidup, kualitas efektivitas rehabilitasi pulmonal (Evidence B).
fisik dan emosional pasien dalam kehidupannya Efek samping yang bisa timbul akibat penggunaan
sehari-hari. antikolinergik adalah mulut kering. Meskipun bisa
menimbulkan gejala pada prostat tapi tidak ada data
Terapi farmakologi yang dapat membuktikan hubungan kausatif antara
gejala prostat dan penggunaan obat tersebut.
A. Bronkodilator
Bronkodilator adalah pengobatan yang berguna B. Methylxanthine
untuk meningkatkan FEV1 atau mengubah variable Contoh obat yang tergolong methylxanthine
spirometri dengan cara mempengaruhi tonus otot adalah teofilin. Obat ini dilaporkan berperan dalam
polos pada jalan napas. perubahan otot-otot inspirasi. Namun obat ini tidak
•• β2Agonist (short-acting dan long-acting) direkomendasikan jika obat lain tersedia.25
Prinsip kerja dari β2 agonis adalah relaksasi
otot polos jalan napas dengan menstimulasi reseptor C. Kortikosteroid
β2 adrenergik dengan meningkatkan C-AMP dan Kortikosteroid inhalasi yang diberikan secara
menghasilkan antagonisme fungsional terhadap regular dapat memperbaiki gejala, fungsi paru, kualitas
bronkokontriksi. Efek bronkodilator dari short acting hidup serta mengurangi frekuensi eksaserbasi pada
β2 agonist biasanya dalam waktu 4-6 jam. Penggunaan pasien dengan FEV1<60% prediksi.25
β2 agonis secara reguler akan memperbaiki FEV1
dan gejala (Evidence B). Penggunaan dosis tinggi D. Phosphodiesterase-4 inhibitor
short acting β2 agonist pro renata pada pasien yang Mekanisme dari obat ini adalah untuk
telah diterapi dengan long acting broncodilator tidak mengurangi inflamasi dengan menghambat pemecahan
didukung bukti dan tidak direkomendasikan. intraselular C-AMP. Tetapi, penggunaan obat ini
Long acting β2 agonist inhalasi memiliki waktu memiliki efek samping seperti mual, menurunnya nafsu
kerja 12 jam atau lebih. Formoterol dan salmeterol makan, sakit perut, diare, gangguan tidur dan sakit
memperbaiki FEV1 dan volume paru, sesak napas, kepala.
health related quality of life dan frekuensi eksaserbasi
secara signifikan (Evidence A), tapi tidak mempunyai Terapi Farmakologis Lain
efek dalam penurunan mortalitas dan fungsi paru. •• Vaksin :vaksin pneumococcus direkomendasikan
Salmeterol mengurangi kemungkinan perawatan di untuk pada pasien PPOK usia > 65 tahun
rumah sakit (Evidence B). Indacaterol merupakan •• Alpha-1 Augmentation therapy: Terapi ini
Long acting β2 agonist baru dengan waktu kerja 24 ditujukan bagi pasien usia muda dengan defisiensi
jam dan bekerja secara signifikan memperbaiki FEV 1, alpha-1 antitripsin herediter berat. Terapi ini
sesak dan kualitas hidup pasien (Evidence A). Efek sangat mahal, dan tidak tersedia di hampir
samping adanya stimulasi reseptor β2 adrenergik semua negara dan tidak direkomendasikan
dapat menimbulkan sinus takikardia saat istirahat untuk pasien PPOK yang tidak ada hubungannya
dan mempunyai potensi untuk mencetuskan aritmia. dengan defisiensi alpha-1 antitripsin.
Tremor somatic merupakan masalah pada pasien •• Antibiotik: Penggunaannya untuk mengobati
lansia yang diobati obat golongan ini. infeksi bakterial yang mencetuskan eksaserbasi
•• Antikolinergik •• Mukolitik (mukokinetik, mukoregulator)
Obat yang termasuk pada golongan ini adalah dan antioksidan: Ambroksol, erdostein,
ipratropium, oxitropium dan tiopropium bromide. carbocysteine, ionated glycerol dan
Efek N-acetylcystein dapat mengurangi gejala
utamanya adalah memblokade efek asetilkolin pada eksaserbasi.
reseptor muskarinik. Efek bronkodilator dari short •• Immunoregulators (immunostimulators, im-
acing anticholinergic inhalasi lebih lama dibanding munomodulator)
short acting β 2 agonist. Tiopropium memiliki waktu •• Antitusif: Golongan obat ini tidak direkomen-
kerja lebih dari 24 jam. Aksi kerjanya dapat dasikan.
mengurangi •• Vasodilator
eksaserbasi dan hospitalisasi, memperbaiki gejala dan
86 Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 2 | June - August 2014
Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 2 | June - August 2014 87
Arto Yuwono Soeroto, Hendarsyah Suryadinata