Anda di halaman 1dari 7

NASKAH PUBLIKASI

MODUL : ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

EVALUASI PROMOSI KESEHATAN TERHADAP KASUS STUNTING DI


WILAYAH PUCANGSAWIT

Disusun oleh :

ERA KARINA J530165038


HILMI YAHYA J530165037

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
EVALUASI PROMOSI KESEHATAN TERHADAP KASUS STUNTING DI
WILAYAH PUCANGSAWIT

Era Karina*, Hilmi Yahya**, Morita Sari***


*Mahasiswa pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Indonesia
**Mahasiswa pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Indonesia
***Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Masyarakat, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Indonesia

ABSTRAK
Stunting merupakan salah satu permasalahan terkait pertumbuhan anak yang tercermin dari
tinggi badan kurang dari normal pada anak saat usia balita. Stunting dapat berdampak pada
peningkatan resiko masalah kesehatan dan kognitif sehingga dapat dikatakan bahwa anak
stunting merupakan sumber daya manusia berkualitas rendah yang akan berdampak pada
pendapatan negara. Stunting dapat dipicu oleh bayi berat lahir rendah (BBLR) akibat
kekurangan energi kronis pada ibu hamil. Pencegahan stunting salah satunya dapat dilakukan
dengan pemberian asupan gizi yang baik pada ibu hamil. Promosi kesehatan yang dilakukan
di puskesmas diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai asupan gizi
yang baik sehingga ibu hamil tidak mengalami kekurangan gizi kronis. Tingginya prevalensi
stunting di Indonesia disertai kenaikan angka prevalensi setiap tahunnya menunjukkan bahwa
upaya promosi kesehatan yang dilakukan pada kesehatan ibu dan anak belum maksimal,
salah satunya yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Pucangsawit dimana target pencapaian
di tahun 2017 sebesar 3,52% namun realisasinya sebesar 5,46%. Hal tersebut menunjukkan
perlunya dilakukan evaluasi dan inovasi pada sistem promosi kesehatan yang ada.

Kata kunci : stunting, gizi, kehamilan, balita, promosi kesehatan

ABSTRACT
Stunting is one of the growth problems in children depicted from under height in toddler.
Stunting can have an increased risk of health and cognitive problems so it can be said that
stunting children are low-quality human resources that will have an impact on the state's
income. Stunting can be triggered by low birth weight babies due to chronic energy shortages
in pregnant women. Prevention of stunting one can be done by providing good nutrition
intake in pregnant women. Health promotion conducted at puskesmas is expected to increase
the knowledge of pregnant mother about good nutrition intake so that pregnant mother does
not experience chronic malnutrition.High prevalence of stunting in Indonesia anually showed
us that health promotion to maternal and children has not run effectively. Community health
clinic in Pucangsawit area reported that the prevalence of stunting on that region was higer
(5,46%) than expectation (3,52 %) in 2017. Therefore their health promotion strategy should
be evaluated well so they could hit the target.

Keywords: stunting, nutrition, pregnancy, toddler, health promotion

2
PENDAHULUAN meraih target tersebut adalah dengan
Stunting merupakan kondisi kurang melakukan penguatan masyarakat. [5]
gizi kronis pada anak usia 0-59 bulan yang
terjadi selama masa kritis pertumbuhan di TINJAUAN PUSTAKA
awal kehidupan. Kondisi ini digambarakan 1. Stunting
dari kurangnya tinggi atau panjang badan Stunting merupakan kondisi kurang
(<-2) dari standar deviasi garis gizi kronis pada anak usia 0-59 bulan yang
pertumbuhan WHO untuk anak pada usia terjadi selama masa kritis pertumbuhan di
dan jenis kelamin yang sama.[1][2][3] awal kehidupan. Kondisi ini digambarakan
Beberapa faktor yang menyebabkan dari kurangnya tinggi atau panjang badan
stunting diantaranya kurangnya asupan (<-2) dari standar deviasi garis
gizi ibu dan anak, adanya penyakit infeksi, pertumbuhan WHO untuk anak pada usia
rendahnya pendidikan dan pengetahuan dan jenis kelamin yang sama, selain itu
ibu dan pengasuh, penggunaan air yang jika nilai yang diperoleh lebih dari -2 maka
tidak sehat, sanitasi lingkungan yang dikategorikan kedalam severe stunting.
[1][2] [3]
buruk, rendahnya akses terhadap makanan
dan rendahnya pemasukan. [4] Di Indonesia, prevalensi stunting
Hasil penelitian menunjukkan pada anak balita sekitar 37%, semakin
bahwa anak yang mengalami stunting bertambah usia, prevalensi stunting
cendrung tumbuh menjadi anak dengan semakin meningkat. Prevalensi paling
kemampuan kognitif rendah, miskin, tidak tinggi terjadi pada usia 24-35 bulan yakni
sehat, lebih mudah mengalami penyakit sebesar 42,0% dan menurun pada usia 36-
sehingga dapat dikatakan bahwa anak 47 bulan. Berdasarkan jenis kelamin,
stunting merupakan sumber daya manusia stunting lebih banyak terjadi pada anak
berkualitas rendah yang akan berdampak laki-laki yakni sebesar 38,1%
[4][5]
pada pendapatan negara. Oleh sebab dibandingkan dengan anak perempuan
itu, pemerintah menetapkan kebijakan sebesar 36,2%, sedangkan berdasarkan
berupa program Gerakan Nasional tempat tinggal, daerah perdesaan (42,1%)
Percepatan Perbaikan Gizi dengan fokus mempunyai prevalensi stunting lebih
pada 1000 hari pertama kehidupan sebagai tinggi (42,1%) dibandingkan daerah
bentuk komitmen untuk menurunkan perkotaan (32,5%) dan prevalensi kasus
angka prevalensi stunting sebesar 40% stunting lebih tinggi dibandingkan kasus
pada tahun 2025. Salah satu strategi untuk
3
gizi lainnya seperti gizi kurang (19,6%), badan kurang dari 145 cm, indeks massa
kurus (6,8%) dan kegemukan (11,9%). [6] tubuh (IMT) kurang dari 17 serta lingkar
Ironisnya sebagian besar masyarakat lengan atas kurang dari 23,5 cm[8]. KEK
masih menganggap bahwa anak pendek rentan dialami oleh ibu hamil karena
bukanlah suatu masalah sebab anak adanya peningkatan kebutuhan energi dan
pendek di masyarakat terlihat sebagai gizi selama kehamilan[11]. Peningkatan
anak-anak normal dengan aktivitas yang energi dan zat gizi tersebut diperlukan
normal, tidak seperti anak kurus yang untuk pertumbuhan dan perkembangan
harus segera ditanggulangi. Demikian janin, pertambahan besarnya organ
pula, masyarakat belum menyadari kandungan, persiapan ibu untuk menyusui,
pentingnya gizi selama kehamilan perubahan komposisi dan metabolisme
berkontribusi terhadap keadaan gizi bayi tubuh ibu. Kekurangan zat gizi tertentu
yang akan dilahirkannya. [7] yang diperlukan saat hamil dapat
mengakibatkan janin tumbuh tidak
sempurna sehingga meningkatkan resiko
2. Kekurangan Energi Kronis (KEK) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan
Kekurangan energi kronis merupakan dapat meningkatkan resiko stunting pada
suatu keadaan yang dialami seseorang anak usia balita sebagai dampak
yang kekurangan makanan yang lanjutan.[12]
berlangsung menahun (kronis) dan
menimbulkan gejala berupa badan lemah 3. Promosi Kesehatan
dan wajah pucat[8]. Kekurangan energi Promosi kesehatan adalah upaya untuk
kronik merupakan salah satu dari empat meningkatkan kemampuan masyarakat
permasalahan gizi utama di indonesia[9]. melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan
Lebih dari 50% ibu hamil baik di bersama masyarakat, agar mereka dapat
perkotaan maupun di perdesaan menolong diri sendiri, serta
mendapatkan asupan energi kurang dari mengembangkan kegiatan yang bersumber
70% Angka Kecukupan Energi (sangat daya masyarakat, sesuai sosial budaya
[10]
kurang) . Ibu hamil yang mengalami setempat dan didukung kebijakan publik
KEK memiliki salah satu atau beberapa yang berwawasan kesehatan[13]. Promosi
ciri berikut: berat badan sebelum hamil kesehatan sangat penting dilakukan untuk
kurang dari 42 kg, berat badan saat hamil menanamkan pengetahuan dan kesadaran
trimester pertama kurang dari 40 kg, tinggi masyarakat terhadap kesehatan. Adapun
4
tujuan utama promosi kesehatan sebagai sehingga dapat mengurangi resiko
berikut[14]: terjadinya stunting pada anak sebagai
1. Mengorientasi kembali kesehatan dan manifestasi BBLR.
pelayanan publik lainnya
2. Menciptakan lingkungan yang PEMBAHASAN
mendukung kesehatan Wilayah kerja Puskesmas
3. Mengurangi ketidaksetaraan kesehatan Pucangsawit merupakan salah satu area
4. Memperbaiki derajat kesehatan yang mengalami peningkatan angka
5. Mencegah dan mengurangi penyakit stunting. Pada bulan Desember 2017
6. Mengurangi biaya perawatan tercatat sebanyak 57 anak yang mengalami
kesehatan. stunting dari 3 kelurahan, yakni
Promosi kesehatan pada ibu hamil Pucangsawit, Jagalan, dan Sewu
penting dilakukan untuk meningkatkan sedangkan pada bulan Januari 2018 sudah
pengetahuan dan kesadaran ibu hamil. tercatat sebayak 162 anak yang mengalami
Pengetahuan atau kognitif merupakan stunting, yakni dari kelurahan
faktor domain yang sangat penting untuk Pucangsawit.
terbentuknya tindakan seseorang (Over Menurunkan angka prevalensi
Behavior), dari beberapa hasil penelitian stunting dan ibu hamil yang mengalami
menunjukkan bahwa perilaku yang KEK merupakan salah satu prioritas kerja
didasari oleh pengetahuan akan lebih Puskesmas Pucangsawit pada tahun 2018,
langgeng dari pada perilaku yang tidak salah satu strategi yang dilakukan yakni
didasari oleh pengetahuan, sebelum orang dengan melakukan promosi kesehatan di
mengadopsi perilaku baru (berperilaku kelas ibu hamil maupun promosi kesehatan
baru) didalam diri seseorang. Kurangnya secara personal.
pengetahuan ibu hamil terkait makanan Berdasarkan data internal tahun 2017
bergizi dan status gizi ibu selama tercatat bahwa prevalensi stunting di
kehamilan merupakan salah satu faktor wilayah kerja Pucangsawit sebesar 5,46%
yang mempengaruhi terjadinya BBLR. sementara target yang ingin dicapai
Melalui kegiatan promosi kesehatan sebesar 3,52% sehingga masuk kedalam
diharapkan dapat meningkatkan kategori belum mencapai target kinerja.
pengetahuan ibu hamil yang berakibat Hal tersebut selaras dengan prevalensi ibu
tahu dan mampu menjalankan perilaku hamil yang mengalami KEK dengan angka
konsumsi makanan sehat dan bergizi,[15]
5
target sebesar 2,71% namun realisasinya pelatihan, kurang efektifnya penyampaian
sebesar 3,13%. materi yang dilakukan dan lain-lain.
Tingginya prevalensi stunting Oleh sebab itu perlu dilakukan
merupakan salah satu manifestasi ibu evaluasi lebih lanjut pada sistem promosi
hamil yang mengalami KEK.[12] Beberapa kesehatan sehingga target untuk
upaya telah dilakukan untuk memenuhi menurunkan angka stunting di wilayah
target tersebut diantaranya dengan kerja Puskesmas Pucangsawit dapat
melakukan promosi kesehatan dikelas ibu tercapai.
hamil dan konseling personal. Saat ini
evaluasi efektivitas upaya hanya KESIMPULAN
berdasarkan nilai output dari variabel- Stunting merupakan kondisi kurang
variabel pengukuran yang diperlukan yang gizi kronis yang dapat menyebabkan
dikumpulkan secara berkala, seperti tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia
badan dan berat badan. dimasa yang akan datang. Penguatan
Namun berdasarkan data yang ada masayarakat melalui program promosi
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kesehatan merupakan salah satu strategi
status stunting di wilayah kerja Puskesmas untuk menurunkan prevalensi stunting di
Pucangsawit dimana pada bulan Desember Indonesia pada umumnya dan di wilayah
2017 terdapat 57 anak yang mengalami kerja Puskesmas Pucangsawit pada
stunting dari 3 kelurahan, dan pada bulan khususnya.
Januari 2018 tercatat sebanyak 162 anak
mengalami stunting dari 1 kelurahan. SARAN
Berdasarkan data tersebut Berdasarkan pembahasan di atas,
menunjukkan bahwa upaya promosi perlu dilakukan evaluasi dan inovasi pada
kesehatan dan konseling yang telah sistem promosi kesehatan yang telah
dilakukan belum efektif. Hal tersebut dapat dilakukan sehingga target untuk
terjadi karena berbagai faktor, seperti menurunkan prevalensi stunting dapat
kesibukan ibu hamil sehingga tidak bisa tercapai.
hadir ketika promkes dilakukan, kondisi
fisik dan psikologis ibu hamil, kemampuan DAFTAR PUSTAKA
finansial, belum adanya sistem evaluasi [1] SDG Baseline Report on Children
in Indonesia n.d.
proses promkes misalnya dengan
[2] Stunting | UNICEF n.d.
melakukan pretest dan postest saat http://unicef.in/Whatwedo/10/Stunti
6
ng (accessed March 6, 2018). [12] Mar'atussalehah A. 2011.
[3] Stunting and the Future of Prevalensi Anak Berisko Stunting
Indonesia. Basic Heal Res 2013. dan Faktor-faktor yang
[4] Unicef Indonesia. Maternal and Berhubungan : Studi Cross
Child Nutrition n.d. Sectional pada anak usia 3-9 tahun
[5] Anonim. Gambaran Umum Proyek di Pondok Pesantren Tapak Sunan
Kesehatan Gizi Berbasis Condet pada tahun 2011.
Masyarakat (PKGBM) untuk Universitas Indonesia
Mencegah Stunting. n.d.:1–40. [13] Daerah DI, Kesehatan B. Promosi
[6] Penelitian B, Pengembangan Dan. kesehatan.
Riset Kesehatan Dasar 2013. [14] Promoting H, Service H. The Health
[7] Unicef. Improving Child Nutrition Promotion Strategic Framework.
The Achievable Imperative For [15] Azrimaidaliza, Asri R, Handesti M,
Global Progress 2013. Lisnayenti Y. 2017. Promosi
[8] Departemen Kesehatan RI. 1996. Makanan Sehat Dan Bergizi Dalam
Penanggulangan Ibu Hamil Upaya Peningkatan Status Gizi Ibu
Kekurangan Energi Kronis. Depkes Hamil, Logista-Jurnal Ilmiah
RI. Jakarta Pengabdian kepada Masyarakat
[9] Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi ,1(2):67–74.
Untuk Kesehatan Ibu dan Anak.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
[10] Kemenkes RI. 2017. infodatin-gizi
2016.pdf.
[11] Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2004. Profil Kesehatan
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai