Anda di halaman 1dari 29

Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................

An An Nurmeidiansyah

DAMPAK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KECUBUNG


(Datura metel. Linn) SEBAGAI BAHAN ANTISTRES DALAM PROSES
TRANSPORTASI TERHADAP PERFORMA DOMBA GARUT
JANTAN

An An Nurmeidiansyah
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung – Sumedang KM 21
e-mail :nurmeidiansyah@gmail.com

ABSTRAK

Proses transportasi ternak merupakan salah satu hal yang penting dalam tata niaga
ternak. Domba Garut merupakan salah satu komoditas yang mempunyai nilai ekonomis tinggi
di Jawa Barat. Proses distribusi Domba Garut dari sentra produsen ke sentra konsumen dapat
menimbulkan kerugian ekonomi yang besar akibat dampak negatif dalam proses transportasi.
Ekstrak Daun Kecubung (EDK) dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi
kerugian ekonomi tersebut. Penelitian mengenai dampak pemberian EDK (Datura metel.
Linn) sebagai bahan antistres dalam proses transportasi terhadap performa Domba Garut
jantan dilaksanakan pada Tanggal 7 sampai dengan 29 Maret 2014, di Kampus Universitas
Padjadjaran Jatinangor. Tujuan penelitian ini mengetahui adanya interaksi antara dosis EDK
dan lama transportasi terhadap performa Domba Garut jantan yang ditransportasikan. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial
3x4, yang menjadi faktor A yaitu dosis EDK yang terdiri dari empat level perlakuan,
sedangkan faktor B yaitu lama transportasi yang terdiri dari tiga level perlakuan. Parameter
yang digunakan dalam penelitian, antara lain: denyut jantung, respirasi, suhu tubuh, jumlah
eritrosit, nilai hematokrit, kadar hemoglobin, rasio N : L, dan susut tubuh domba selama
proses transportasi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat interaksi antara dosis EDK dan
lama transportasi terhadap susut tubuh serta nilai hematologi Domba Garut jantan yang
ditransportasikan. Namun tidak terdapat interaksi antara dosis EDK dan lama transportasi
terhadap status faali. Pemberian dosis EDK berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap penurunan
denyut jantung, respirasi, rasio N : L, dan susut tubuh Domba Garut jantan, sedangkan lama
transportasi berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap penurunan jumlah eritrosit, kadar
hemoglobin, dan nilai hematokrit, tetapi akan meningkatkan frekuensi respirasi dan
memperbesar persentase susut tubuh Domba Garut jantan yang ditransportasikan.

Kata kunci : EDK, Lama Transportasi, Domba Garut Jantan, Susut Tubuh

EFFECT OF KECUBUNG LEAF EXTRACT (Datura metel. Linn) TREATMENT


AS ANTISTRESS SUBSTANCE IN TRANSPORTATION PROCESS
ON GARUT’S MALE SHEEP PERFORMANCE

An An Nurmeidiansyah

ABSTRACT

Transportation process is an important element in sheep distribution. Garut’s sheep is


concerned as high economical commodity in West Java. Distribution process of Garut’s sheep
from production source to the consumer could make a high economic disadvantage due to
negative impact of transportation process. Kecubung leaf extract (KLE) is predicted as
alternative problem solving to minimize negative economic effect of that. Research of
kecubung leaf extract (Datura metel. Linn) treatment effect as antistress substance in
transportation process on Garut’s male sheep performance was conducted on 7 to 29 March
2014 at Padjadjaran University, Jatinangor. The aim of the research is defining the interaction
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
of dosage of KLE and time travel on transported Garut’s male sheep. Completely Randomized
Design was used as an experimental design with 3x4 factorial method, the first factor (A) was
dosage of KLE which was divided to four levels of treatment, and the second factor (B) was a
length of transportation time (time travel) which was divided to three levels of treatment.
Dependent variable of measurements consisted of pulses, respiration rate, body temperature,
amount of eritrosit, hematocrit value, amount of hemoglobin, N:L ratio, shrinkage body of
sheep while transportation process. Result of the research showed the existance of interaction
between KLE dosage and time travel on body shrinkage and hematology value of transported
Garut’s male sheep. However there is no interaction between KLE dosage and time travel on
faali status. KLE treatment gave significant effect (P>0,05) on heart beat frequency,
respiration rate, N:L ratio and body shrinkage of Garut’s male sheep, and transportation time
gave significant effect (P>0,05) on respiration rate, amount of eritrosit, amount of
hemoglobin, hematocrit value, and body shrinkage of Garut’s male sheep.

Keywords : KLE, Transportation time, Garut’s male sheep, Weight loss

PENDAHULUAN

Domba merupakan salah satu ruminansia kecil yang dibudidayakan di Indonesia,


khususnya di Jawa Barat. Budaya beternak domba sudah menjadi hal yang tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan sosial masyarakat Jawa Barat. Jenis domba yang ada di Jawa Barat
sangat beragam, contohnya mulai dari Domba Lokal, Domba Komposit serta Domba Garut.
Populasi yang cukup besar yaitu total sebanyak 6.275.299 ekor yang terbagi menjadi
2.396.446 ekor untuk domba jantan, dan 3.878.853 ekor domba betina (Statistik Peternakan,
2011).
Domba Garut jantan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan di Jawa Barat,
karena merupakan salah satu Sumber Daya Genetik Ternak (SDGT) khas Jawa Barat yang
dapat dijadikan sebagai ternak penghasil daging serta sebagai ternak fancy (domba tangkas).
Kebutuhan Domba Garut jantan yang cukup besar saat ini baik untuk ternak potong, atau pun
untuk pasar spesifik lainnya (hewan qurban dan aqiqah) membuat distribusi ternak ini menjadi
meningkat. Perubahan sistem jual beli domba dari sistem taksir menjadi sistem timbang hidup
yang mulai dipakai oleh konsumen pasar spesifik, menuntut perbaikan proses distribusi yang
baik agar peternak tidak mengalami kerugian yang cukup besar akibat susut tubuh pada saat
proses transportasi.
Proses distribusi domba tidak dapat dipisahkan dengan transportasi, baik cara maupun
alat yang digunakan untuk proses transportasi tersebut. Proses transportasi harus dilakukan
secara optimum, hal ini dikarenakan dalam proses tersebut, domba akan mengalami stres yang
akan mengakibatkan berbagai macam kerugian bagi pelaku bisnis di bidang peternakan.
Domba Garut merupakan salah satu komoditas ternak yang menjadi sumber ekonomi
kerakyatan di Jawa Barat. Pengiriman Domba Garut dari sentra produksi ke sentra konsumen
yang tersebar di wilayah Jawa Barat, akan menimbulkan kerugian yang besar. Faktor jarak
serta lama transportasi dalam proses distribusi Domba Garut, akan mengakibatkan terjadinya
stres transportasi yang pada akhirnya akan berdampak terhadap susut tubuh domba.
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
Upaya yang dilakukan untuk meminimumkan tingkat stres di perjalanan dalam proses
transportasi dapat dilakukan dengan memodifikasi alat transportasi dengan berbagai cara agar
membuat ternak lebih nyaman. Pembuatan sekat kayu pada setiap sarana transportasi domba
dinilai dapat membuat domba lebih nyaman dalam proses transportasi, namun hal tersebut
cenderung akan membutuhkan biaya yang besar, sehingga dikhawatirkan akan menambah
biaya produksi yang cukup besar yang akan mengakibatkan kenaikan harga jual domba
tersebut.
Cara lainnya dapat dilakukan pula dengan cara menyuntikkan berbagai obat penenang
pada domba, seperti PCP (Phencyclidine) dan Amphetamin, namun metode ini mendapat
kendala karena obat penenang untuk domba belum dijual bebas sehingga sulit untuk
mendapatkannya terutama untuk peternak-peternak skala kecil yang hidup di pedesaan, di
samping itu diperlukan keahlian khusus untuk menyuntikkan obat penenang dan membuat
dosis obat dalam metode ini, sehingga diperlukan obat penenang alternatif tradisional (herbal).
Tanaman kecubung telah dikenal sejak dahulu digunakan sebagai obat penenang
tradisional, tanaman ini dapat hidup di dataran rendah hingga dataran tinggi terutama pada
ketinggian 800 dpl, dengan cara penanaman secara terbuka maupun sedikit terlindung pada
tanah yang subur dan gembur. Sering tumbuh liar sebagai semak di hutan kecil atau bekas
kebun. Untuk pengembangbiakannya cukup mudah yaitu dengan cara buah yang sudah tua
dipetik dan bijinya dikeringkan. Biji ini selanjutnya disemai lalu ditanam. Tumbuhan ini
mengandung beberapa zat aktif yaitu alkaloid, scopolamine, hyoscymine, dan antropin.
(Dalimartha, 2011)
Potensi stressor sangat erat kaitannya dengan kerja saraf pada domba, salah satu cara
untuk meminimumkan tingkat stres pada domba adalah dengan memberikan zat penenang
salah satunya dengan memberikan daun kecubung. Ketinggian daerah Jawa Barat dan kondisi
tanah yang subur membuat kecenderungan ketersediaan kecubung cukup banyak, sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai obat penenang domba yang murah dan mudah didapatkan.
Kemudahan dalam pembudidayaannya diharapkan dapat menjadi jaminan untuk
ketersediaannya di masa mendatang sebagai salah satu alternatif obat penenang herbal yang
dapat meminimumkan tingkat stres pada domba dalam proses transportasi.
Berdasarkan informasi yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung (Datura metel. Linn) Sebagai Bahan
Antistres dalam Proses Transportasi terhadap Performa Domba Garut Jantan”.

OBJEK DAN METODE PENELITIAN


1. Objek Penelitian
Domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah Domba Garut jantan yang berumur di
bawah 1 tahun, atau yang belum mengalami pergantian gigi seri. Jumlah domba yang
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
dijadikan sampel dalam penelitian sebanyak 36 ekor, dengan bobot badan berkisar antara 20 -
25 kg.

2. Metode Penelitian
a. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga minggu, dimulai pada Tanggal 7 Maret sampai
dengan 29 Maret 2014. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama
adalah persiapan. Pada tahap ini, domba yang dijadikan sampel dipelihara selama dua
minggu di kandang domba Fapet Unpad dan diberikan pakan yang seragam berupa
rumput lapangan. Tahap kedua adalah pengangkutan (proses transportasi).
Pengangkutan menggunakan mobil bak terbuka dengan lama perjalanan yang bervariasi,
yaitu dua, empat, dan enam jam. Rute yang diambil dalam penelitian ini yaitu di sekitar
lingkungan kampus Universitas Padjadjaran Jatinangor dengan pertimbangan bahwa
kondisi jalan yang dilalui sudah cukup mewakili kondisi riil di lapangan, karena rute ini
memiliki jalan lurus, tikungan tajam, tanjakan, turunan, dan jalan rusak yang cukup
ekstrim.
3. Peubah yang diamati
1) Susut Tubuh (%)
Dilakukan dengan menghitung selisih antara bobot badan akhir dan bobot awal
(dinyatakan dalam satuan %) menggunakan rumus :
Susut tubuh (%) X 100 %
Keterangan :
B1 : Bobot badan awal (kg)
B2: Bobot badan akhir (kg)
2) Denyut Jantung (X/menit)
Denyut jantung diukur dengan menggunakan stetoskop. Ujung stetoskop diletakkan pada
daerah rongga dada sebelah kiri, kemudian dihitung banyaknya detak jantung untuk setiap
menit. Pengukuran denyut jantung pratransportasi dilakukan pada Pukul 06.00 – 07.00
WIB, sedangkan pengukuran pascatransportasi dilakukan segera setelah tiba dari
perjalanan.
3) Frekuensi Pernapasan (X/menit)
Menghitung frekuensi pernapasan dilakukan dengan menggunakan stetoskop yang
diletakan pada bagian thorax. Kemudian dihitung berapa gerakan atau frekuensi pernafasan
selama 1 menit.
4) Suhu Tubuh (oC)
Pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer laser merk IR 36 dengan cara
mengarahkan titik laser ke bagian paha, abdomen dan leher, secara otomatis nilai suhu
tubuh langsung akan terbaca pada LCD termometer dan kemudian dirata-ratakan.
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
Selain itu juga dengan menggunakan termometer tubuh yang telah bersih dan kering serta
telah distandarisasi pada temperatur 36oC, dengan mengangkat ekor ternak secara hati-hati
ke atas kemudian masukkan ujung termometer (1 per 3 bagian) ke dalam rektum selama 1
menit, kemudian amati berapa temperatur tubuh domba.
5) Jumlah Sel Darah Merah/Eritrosit (jumlah sel/ml)
Sampel darah diaduk secara perlahan-lahan selama 6 menit kemudian diambil dengan pipet
sebanyak 20 microliter. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi larutan
hayem sebanyak 4 ml. Kemudian diaduk secara perlahan-lahan, didiamkan selama ± 10
menit. Cairan diambil dengan pipet, diteteskan di atas gelas Hemocytometer yang telah
ditutup dengan cover glass. Penghitungan jumlah sel darah merah dilakukan di bawah
mikroskop, dinyatakan dalam satuan juta sel per ml.
6) Nilai Hemaktokrit Darah (%)
Nilai hematokrit diukur dengan menggunakan hematokrit capiler yang disentrifuge pada
kecepatan 3000 rpm selama 10 menit dan hasilnya dibaca pada hematocrit reader. Kadar
hematokrit merupakan rasio antara tinggi sel darah (warna merah pada tabung) (mm)
dengan tinggi seluruh darah (mm), hasilnya dinyatakan dalam satuan % (persen).
7) Kadar Hemoglobin (g/100ml)
Kadar hemoglobin diukur menggunakan metode Sahli berprinsip pada pelarutan hematin.
Warna darah akan berubah sesuai standar Sahli karena hemoglobin akan berubah menjadi
asam hematin karena pengaruh asam hipokrat, hasilnya dinyatakan dalam satuan gram per
100 ml darah.
8) Jumlah Leukosit/ Rasio N : L (jumlah sel/100ml)
Sampel darah dikocok perlahan-lahan selama 6 menit, lalu diambil sebanyak 20 microliter.
Sampel dimasukkan ke dalam tabung yang telah mengandung 0,38 ml cairan Turk.
Campuran dikocok secara perlahan-lahan dan didiamkan selama ± 10 menit. Cairan
tersebut diambil dengan pipet, lalu diteteskan di atas kamar hitung yang telah ditutup
terlebih dahulu dengan cover glass. Penghitungan jumlah sel darah putih dilakukan di
bawah mikroskop. Jumlah leukosit dinyatakan dalam satuan ribu sel per 100 ml.
4. Rancangan Percobaan
Rancangan dasar yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap
pola faktorial 3 x 4 dengan tiga kali ulangan. Faktor perlakuan yang diberikan adalah:
1. Faktor A adalah dosis EDKyang terdiri atas empat level :
A0 = tanpa pemberian EDK
A1 = pemberian EDK dengan konsentrasi 5%
A2 = pemberian EDK dengan konsentrasi 10%
A3 = pemberian EDK dengan konsentrasi 20%
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
2. Faktor B adalah lama perjalanan yang terdiri atas tiga level :
B1 = lama perjalanan 2 jam
B2 = lama perjalanan 4 jam
B3 = lama perjalanan 6 jam
Berdasarkan perlakuan tersebut, maka diperoleh 12 perlakuan, dan setiap perlakuan
dilakukan sebanyak tiga kali ulangan, sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Domba Garut
yang berjumlah 36 ekor kemudian diacak untuk menentukan dosis EDK yang akan diberikan
pada saat proses transportasi, namun sebelum dilakukan pengacakan domba tersebut diberikan
nomor dari nomor 1 sampai dengan 36.
5. Analisis Statistik
a. Analisis Deskriptif
Model statistik untuk percobaan faktorial yang terdiri atas dua faktor (lama perjalanan
dan konsentrasi EDK) menggunakan rancangan dasar RAL dengan model statistik sebagai
berikut Gasperz (1991) :
Yijk = µ+ i + βj +(β)ij + ϵijk
Keterangan :
Yijk = Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi
perlakuan ij (taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B
µ = Nilai tengah populasi (rata-rata sesungguhnya)
i = Pengaruh faktor lama perjalanan pada taraf ke-i
βj = Pengaruh faktor pemberian EDK pada taraf ke-j
(β)ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B
єijk = Pengaruh galat dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi
perlakuan ij
i = 1, 2, 3
j = 1, 2, 3, 4
k = 1, 2, 3, 4

Prosedur analisisnya melalui beberapa tahap sesuai petunjuk Gaspersz, (1991) adalah
sebagai berikut :
(1) Menghitung FK, JKT, JKP dan JKG seperti pada prosedur RAL, jika r, a dan b masing-
masing adalah banyaknya ulangan, banyaknya taraf faktor A dan banyaknya taraf faktor
B maka :
𝑦2 (𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙)2
FK = = 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑟𝑎𝑏
2
JKT = ∑𝑖𝑗𝑘 𝑌𝑖𝑗𝑘 - FK = Jumlah kuadrat nilai pengamatan - FK

∑𝑖𝑗 𝑌𝑖𝑗2 (Total Perlakuan)2


JKP = ------------- - FK = ∑ -------------------------- - FK
r r
JKG = JKT - JKP
(2) Menentukan derajat bebas masing – masing perlakuan :
db perlakuan = ab – 1.
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
db galat = ab ( r - 1 ).
db total = r a b - 1.
(3) Menghitung besarnya pengaruh utama perlakuan dan interaksi dengan cara sebagai
berikut :
∑𝑖(𝑎𝑖 )2
𝐽𝐾 (𝐴) = − 𝐹𝐾
𝑟𝑏
(𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑎𝑟𝑎𝑓 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐴)2
=∑ − 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖
𝑟𝑏
∑𝑗 𝑏𝑗2
𝐽𝐾 (𝐵) = − 𝐹𝐾
𝑟𝑎
(𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑎𝑟𝑎𝑓 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐵)2
= ∑ − 𝐹𝐾
𝑟𝑎
JK (AB) = JKP - JK (A) - JK (B).
(4) Menentukan derajat bebas dari pengaruh utama serta interaksi adalah sebagai berikut :

db faktor A = a – 1.
db faktor B = b - 1.
db interaksi ( AB ) = ( a - 1 ) ( b - 1 ).
(5) Menentukan nilai tengah dari masing – masing faktor dengan jalan :
KT (A ) = JK (A ) ( a - 1 ).
KT (B ) = JK (B ) ( b - 1 ).
KT (AB ) = JK (AB) ( a - 1) ( b - 1 ).
(6) Menganalisis ragam faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu dengan menggunakan
analisis sidik ragam
Tabel 3. Analisis Sidik Ragam Untuk RAL Faktorial
Sumber Keragaman DB JK KT
Perlakuan ab - 1 JKP KTP
A a - 1 JK ( A ) KT ( A )
B b - 1 JK ( B ) KT ( B )
AB (a - 1) ( b - 1) JK ( AB ) KT ( AB )
Galat ab ( r - 1 ) JKG KTG
Total rab - 1 JKT -
Keterangan :
t = Perlakuan (1, 2, 3, 4).
r = Ulangan (1, 2, 3, 4, 5, 6).
db = Derajat Bebas.
JK = Jumlah Kuadrat.
KT = Kuadrat Tengah.
JKP = Jumlah Kuadrat Perlakuan
JKG = Jumlah Kuadrat Galat
JKT = Jumlah Kuadrat Total
KTP = Kuadrat Tengah Perlakuan
KTG = Kuadrat Tengah Galat
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
Kaidah keputusan :

Bila, Fhitung ≤ F0,05  terima H0, berarti setiap perlakuan tidak berbeda nyata (non significant).
Fhitung > F0,05  tolak H0, berarti paling sedikit ada satu perlakuan yang berbeda nyata
(significant).
Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji Duncan dengan rumus
sebagai berikut :
LSR = SSR.Sx
𝐾𝑇𝐺
𝑆𝑥 = √
𝑟

Keterangan :
LSR = Least Significant Range
SSR = Student Significant Range
Sx = Galat Baku
KTG = Kuadrat Tengah Galat
r = Ulangan

Beda selisih antar perlakuan (d) dibandingkan dengan LSR, kaidah keputusannya sebagai
berikut :
Kaidah Keputusan :
1. Bila d ≤ LSR, tidak berbeda nyata
2. Bila d > LSR, berbeda nyata

Keterangan :
d = Selisih antara rata-rata dua perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengaruh Pemberian EDK dan Lama Perjalanan Terhadap Status Faali Domba
Garut Jantan yang Ditransportasikan

Denyut jantung
Pengaruh pemberian EDK dan lama perjalanan terhadap denyut jantung domba yang
ditransportasikan, pada tingkat dosis EDK 0%, 5%, 10%, serta 20% dengan lama perjalanan
dua, empat, dan enam jam dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini :
Tabel 4. Rata–rata Selisih Denyut Jantung Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan

Lama Perjalanan (Jam)


Dosis EDK Rerata
2 4 6
.............................. kali / menit ............................
0 18,33 10,67 12,33 13,78
5 9,67 12,33 10,00 10,67
10 5,67 4,33 10,00 6,67
20 -6,67 -2,00 -2,67 -3,78
Rerata 6,75 6,33 7,41
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa rerata selisih denyut jantung Domba Garut jantan
yang tidak diberikan EDK mengalami peningkatan sebanyak 13,78 kali/menit, sedangkan
rerata selisih denyut jantung pada domba yang diberikan dosis EDK 5 dan 10% mengalami
peningkatan sebanyak 10,67 dan 6,67 kali/menit. Peningkatan denyut jantung tidak terjadi
pada Domba Garut jantan yang diberikan dosis EDK 20%, bahkan pada domba yang
diberikan perlakuan ini terjadi penurunan denyut jantung rata-rata sebanyak 3,78 kali/menit.
Hal ini sejalan dengan pendapat Das et al., (2001) yang disitir dalam Ambore (2009)
bahwa selama transportasi, perubahan fisiologis menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit
tubuh, peningkatan frekuensi respirasi, denyut jantung, dehidrasi serta kekurangan energi.
Penurunan denyut jantung pada domba yang diberikan dosis EDK 20%, membuktikan bahwa
dengan diberikannya EDK pada domba yang melakukan proses transportasi dapat mencegah
peningkatan denyut jantung sehingga efek perubahan fisiologis ternak dapat diminimumkan.
Rerata selisih denyut jantung pada faktor lama perjalanan menunjukkan bahwa dalam
semua perlakuan tidak berbeda nyata (P > 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama
perjalanan dua jam dapat meningkatkan rerata selisih denyut jantung domba yang
ditransportasikan sebanyak 6,75 kali/menit, sedangkan pada lama perjalanan empat jam
jumlah peningkatan rerata selisih denyut jantung sebesar 6,33 kali/menit. Peningkatan rerata
selisih denyut jantung yang terbesar terjadi pada lama perjalanan enam jam yaitu sebesar 7,41
kali/menit.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa tidak adanya pengaruh lama perjalanan terhadap
peningkatan denyut jantung. Berdasarkan pendapat Chambers dan Grandin (2001), waktu
yang dibutuhkan dalam perjalanan merupakan faktor yang mempengaruhi proses transportasi
ternak. Lama perjalanan lebih dari 6 jam dapat menyebabkan gangguan pada ternak karena
perubahan lingkungan dan dapat menyebabkan efek lingkungan seperti panas dan dingin.
Tidak adanya perbedaan dalam rerata selisih denyut jantung pada lama perjalanan dua, empat,
dan enam jam membuktikan pendapat tersebut sejalan dengan hasil penelitian penulis.
Hasil analisis sidik ragam perbedaan denyut jantung Domba Garut jantan yang
ditransportasikan, dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Analisis Sidik Ragam Perbedaan Denyut Jantung Domba Garut Jantan
yang Ditransportasikan

SK DB JK KT F hitung F tabel
Perlakuan 11 1579,89 137,18 7,76
A (Dosis EDK) 3 1579,89 526,63 18,92* 3,01
B (Lama Perjalanan) 2 7,17 3,58 0,13 ns 3,40
Interaksi (A+B) 6 193,94 32,32 1,16 ns 2,51
Galat 24 668 27,83
Total 35 2449
ns
Keterangan : : tidak berbeda nyata ; *)berbeda nyata
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
Hasil analisis sidik ragam perbedaan denyut jantung Domba Garut jantan yang
ditransportasikan menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara dosis EDK dengan lama
perjalanan.
Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa dosis EDK mempengaruhi denyut jantung domba
yang ditransportasikan, sedangkan lama perjalanan tidak berpengaruh terhadap perubahan
denyut jantung domba yang ditransportasikan.
Domba yang diberikan dosis EDK 20% tidak mengalami peningkatan denyut jantung.
Hal ini sejalan dengan pendapat Mutschler (1991) yang menyatakan efek perifer dari
kandungan alkaloid dalam kecubung terutama antropin dapat mempengaruhi frekuensi
jantung, namun meskipun dapat menurunkan denyut jantung domba, dosis pemberian EDK
tetap harus diperhatikan secara seksama. Hal ini dikarenakan zat aktif yang terkandung dalam
kecubung dapat menimbulkan efek halusinasi bagi pemakainya, dan bila dipergunakan secara
berlebihan dapat menimbulkan efek samping negatif yang pada akhirnya bisa menimbulkan
kematian (Dalimartha, 2011).
Respirasi

Pengaruh pemberian EDK dan lama perjalanan terhadap respirasi domba yang
ditransportasikan, pada tingkat dosis EDK 0%, 5%, 10%, serta 20% dengan lama perjalanan
dua, empat, dan enam jam dapat dilihat pada Tabel 6 :
Tabel 6.Rata-rata Selisih Respirasi Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan

Lama Perjalanan (Jam)


Dosis EDK Rerata
2 4 6
.............................. kali / menit .............................
0 11,67 10,33 13 11,67
5 6,33 12,67 11 10
10 2,33 3,33 11,33 5,67
20 -7 0,67 -3,33 -3,22
R 3,33 6,75 8

Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa rerata selisih respirasi pada Domba Garut yang
tidak diberikan EDK meningkat sebanyak 11.67 kali/menit. Dosis EDK 5% yang diberikan
pada Domba Garut yang ditransportasikan, menghasilkan peningkatan rerata selisih respirasi
sebanyak 10 kali/menit. Peningkatan rerata selisih respirasi terkecil terjadi pada Domba Garut
yang diberikan dosis EDK 10% yaitu hanya meningkat sebanyak 6,67 kali/menit. Dosis EDK
20% tidak menyebabkan peningkatan rerata selisih respirasi, justru dosis ini dapat
menurunkan rerata selisih respirasi sebanyak 3,22 kali/menit. Hasil ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi dosis EDK akan menurunkan rerata selisih respirasi Domba Garut jantan yang
ditransportasikan.
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
Peningkatan rerata selisih respirasi terkecil pada faktor lama perjalanan, terjadi pada
lama transportasi dua jam. Domba Garut jantan yang ditransportasikan selama dua jam
mengalami peningkatan rerata selisih respirasi sebanyak 3,33 kali/menit. Rerata selisih
respirasi kemudian meningkat pada lama perjalanan empat dan enam jam. Lama perjalanan
empat jam menyebabkan kenaikan rerata selisih respirasi sebanyak 6,7 kali/menit, sedangkan
lama perjalanan enam jam menyebabkan rerata selisih respirasi meningkat sebanyak 8
kali/menit.
Peningkatan nilai rerata selisih respirasi pada lama perjalanan empat dan enam jam,
kemungkinan besar disebabkan oleh adanya perubahan kenaikan suhu lingkungan yang
menyebabkan adanya respon fisiologis terhadap panas. Respon fisiologis terhadap panas
melibatkan perubahan pada respirasi dan pH darah, konsentrasi ion plasma, fungsi
kardiovaskuler dan perubahan hormonal (Silinakove, 2000 dalam Marai, 2007).
Hasil analisis sidik ragam perbedaan frekuensi respirasi Domba Garut jantan yang
ditransportasikan, dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Analisis Sidik Ragam Perbedaan Respirasi Domba Garut Jantan yang
Ditransportasikan

SK DB JK KT F hitung F tabel
Perlakuan 11 1579,89 137,18 7,76
A (Dosis EDK) 3 1579,89 526,63 18,92* 3,01
B (Lama Perjalanan) 2 7,17 3,58 0,13 ns 3,40
Interaksi (A+B) 6 193,94 32,32 1,16 ns 2,51
Galat 24 668 27,83
Total 35 2449
ns
Keterangan : : tidak berbeda nyata ; *)berbeda nyata

Hasil analisis sidik ragam perbedaan respirasi Domba Garut jantan yang
ditransportasikan menunjukkan tidak terdapat interaksi antara dosis EDK dengan lama
perjalanan.
Berdasarkan Tabel 7, terlihat bahwa dosis EDK dan lama perjalanan dapat mempengaruhi
denyut jantung domba yang ditransportasikan. Semakin banyak dosis EDK yang diberikan
maka dapat menurunkan frekuensi respirasi, sedangkan pada faktor lama perjalanan semakin
lama perjalanan akan menyebabkan semakin tingginya respirasi pada domba yang
ditransportasikan. Hal ini menunjukkan bahwa efek mandiri dari Dosis EDK terhadap
respirasi berbanding terbalik dengan efek mandiri dari lama perjalanan.

Suhu Tubuh
Pengaruh pemberian EDK dan lama perjalanan terhadap suhu tubuh domba yang
ditransportasikan, pada tingkat dosis EDK 0%, 5%, 10%, serta 20% dengan lama perjalanan
dua, empat, dan enam jam dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini :
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
Tabel 8.Rata-rata Selisih Suhu Tubuh Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan

Lama Perjalanan (Jam)


Dosis EDK Rerata
2 4 6
0
.................................... C ....................................
0 0,83 1,33 1,17 1,11
5 0,5 1,33 1,17 1
10 1 1 1,33 1,11
20 0,83 0,67 1,17 0,89
Rerata 0,79 1,08 1,21

Berdasarkan Tabel 8, terlihat bahwa semua rerata selisih suhu tubuh Domba Garut
jantan, baik yang diberikan perlakuan dosis EDK maupun yang tidak diberikan perlakuan,
mengalami peningkatan suhu tubuh. Pada domba yang tidak diberikan perlakuan EDK dan
domba yang diberikan dosis EDK sebesar 10% mempunyai rerata selisih peningkatan suhu
tubuh yang sama setelah ditransportasikan yaitu sebesar 1,110C. Rerata nilai selisih suhu
tubuh pada domba yang diberikan dosis EDK 5% mengalami peningkatan sebesar 10C,
sedangkan rerata nilai selisih peningkatan suhu tubuh yang terendah terjadi pada domba yang
diberikan dosis EDK 20% yaitu 0,890C.
Perlakuan transportasi Domba Garut selama dua jam mempunyai rerata peningkatan suhu tubuh
yang paling kecil yaitu sebesar 0,790C, kemudian diikuti oleh rerata peningkatan suhu tubuh dengan
lama perjalanan empat jam yang mengalami peningkatan menjadi 1,080C. Rerata selisih suhu tubuh
tertinggi terdapat pada lama transportasi enam jam, yaitu sebesar 1,210C.
Kenaikan suhu tersebut diperkirakan karena proses homeostasis tubuh yang berusaha
beradaptasi. Stres adalah tanggapan tubuh terhadap rangsangan asing yang mengganggu
keseimbangan fisiologis atau homeostasis (Khansari, 1998 dalam Adenkola dan Ayo, 2010).
Faktor yang menyebabkan stres pada ternak sehingga menggangu keadaan fisik dan produksi
ternak adalah faktor iklim, terutama suhu lingkungan setempat (Adenkola dan Ayo, 2010).
Proses transportasi domba pada penelitian ini dilakukan pada Pukul 8.00 s/d 14.00 WIB, ini
mengakibatkan adanya perbedaan suhu lingkungan setempat yang tidak bisa dihindari.
Kenaikan suhu lingkungan setempat diyakini menyebabkan terjadinya adanya perbedaan
rerata selisih suhu tubuh pada lama perjalanan dua, empat, dan enam jam.
Menurut Santosa (1995) faktor yang perlu diperhatikan dalam mengangkut ternak agar
dapat mengurangi stres dan penyusutan bobot badan yakni : Saat pengangkutan dilakukan
pada musim kemarau, serta perjalanan dilakukan pada waktu subuh atau sore hari,
pengangkutan pada musim hujan harus diusahakan agar tubuh ternak tidak basah, jangan
mencampurkan dengan ternak asing dalam satu alat angkut dan jarak pengangkutan jangan
lebih dari 24 jam perjalanan, jika jarak angkut lebih dari 24 jam ternak terlebih dahulu
diistirahatkan selama 5 jam. Kaidah-kaidah tersebut dapat diminimumkan efeknya dengan
dipeliharanya domba selama dua minggu di kandang yang sama sehingga diharapkan ternak
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
tersebut tidak merasa asing satu sama lain. Lama pengangkutan yang dilakukan tidak lebih
dari 24 jam, sehingga ternak tidak perlu diistirahatkan terlebih dahulu.
Pertimbangan waktu pengangkutan dua, empat, dan enam jam yang dimulai pada Pukul
08.00 s/d 14.00 WIB, disesuaikan dengan kondisi faktual di lapangan terutama proses
distribusi domba dari pasar hewan. Berdasarkan kondisi di lapangan, distribusi Domba Garut
mayoritas dilakukan hanya di sekitar wilayah Jawa Barat dan Banten, yang hanya
memerlukan waktu kurang dari enam jam bila perjalanan berjalan normal tanpa ada hambatan
yang berarti. Namun perubahan suhu lingkungan tidak dapat dihindari, oleh karena itu pada
lama perjalanan terlihat masih adanya kenaikan suhu tubuh pada domba yang
ditransportasikan.
Stres panas terjadi apabila temperatur lingkungan berubah menjadi lebih tinggi di atas
zona temperatur netral, pada kondisi ini toleransi ternak terhadap lingkungan menjadi rendah
atau menurun, sehingga ternak mengalami cekaman. (Yousef, 1984 dalam Kannan, 2000).
Besar kecilnya tingkat pengaruh stres pada ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :
bangsa ternak, jenis kelamin dan umur ternak. Pada beberapa spesies hewan, penyebab utama
stres adalah perubahan suhu lingkungan yang mungkin terjadi secara bersamaan dengan tinggi
atau rendahnya kelembaban (Rajesh, 2003 dalam Adenkola dan Ayo, 2010).
Hasil analisis sidik ragam perbedaan suhu tubuh Domba Garut jantan yang
ditransportasikan, dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Analisis Sidik Ragam Perbedaan Suhu Tubuh Domba Garut Jantan yang
Ditransportasikan
SK DB JK KT F hitung F tabel
Perlakuan 11 2,47 0,22 1,08
A (Dosis EDK) 3 0,30 0,20 0,49ns 3,01
B (Lama Perjalanan) 2 1,09 0,55 2,60ns 3,40
Interaksi (A+B) 6 1,06 178 0,87ns 2,51
Galat 24 5,00 208
Total 35 0,45
ns
Keterangan : : tidak berbeda nyata ; *)berbeda nyata

Hasil analisis sidik ragam perbedaan suhu tubuh Domba Garut jantan yang
ditransportasikan menunjukkan tidak terdapat interaksi antara dosis EDK dengan lama
perjalanan.
Berdasarkan Tabel 9, efek mandiri dari dosis EDK dan lama perjalanan tidak
mempengaruhi denyut jantung domba yang ditransportasikan. Pada faktor lama perjalanan
menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh secara nyata pada suhu tubuh domba yang
ditransportasikan, walaupun pada lama perjalanan suhu tubuh domba semakin meningkat
seiring dengan bertambahnya lama perjalanan. Suhu tubuh domba yang ditransportasikan
masih dalam kisaran normal.
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
2. Pengaruh Pemberian EDK dan Lama Perjalanan Terhadap Hematologi Domba
Garut Jantan yang Ditransportasikan

Eritrosit
Pengaruh pemberian EDK dan lama perjalanan terhadap eritrosit domba yang
ditransportasikan, pada tingkat dosis EDK 0%, 5%, 10 %, serta 20% dengan lama perjalanan
dua, empat, dan enam jam dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata-rata Selisih Jumlah Eritrosit Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan

Lama Perjalanan (jam)


Dosis EDK Rerata
2 4 6
3
.............................. juta / mm ...............................
0 0,84 -0,86 -0,53 -0,18
5 - 0,58 0,76 -0,67 -0,16
10 -0,32 -0,44 -0,33 -0,36
20 -0.36 -0,31 -0,54 -0,40
Rerata -0,10 -0,21 -0,52

Berdasarkan Tabel 10, terlihat bahwa rerata selisih jumlah eritrosit pada Domba Garut
yang ditransportasikan secara umum mengalami penurunan, walaupun terlihat adanya variasi
data di dalam nilai rata-rata selisih jumlah eritrosit domba yang ditransportasikan. Terdapat
peningkatan rerata selisih jumlah eritrosit sebanyak 0,84% pada domba yang tidak diberikan
EDK dengan lama perjalanan dua jam, namun kembali menurun setelah melakukan perjalanan
selama empat jam. Peningkatan nilai rata-rata selisih jumlah eritrosit juga terjadi pada domba
yang diberikan Dosis EDK 5% dengan lama perjalanan empat jam, yang kembali menurun
setelah melakukan lama perjalanan enam jam. Penurunan nilai rerata selisih jumlah eritrosit
domba yang terendah terjadi pada domba yang diberikan EDK dengan dosis 5% yaitu sebesar
– 0,16 juta/mm3.
Nilai rerata selisih jumlah eritrosit Domba Garut jantan yang ditransportasikan selama dua jam
mengalami penurunan jumlah eritrosit sebesar - 0,10 juta/mm3, hasil ini lebih kecil bila dibandingkan
dengan domba yang ditransportasikan selama empat jam. Penurunan rerata selisih jumlah eritrosit
terbesar terjadi pada domba yang melakukan lama perjalanan enam jam yaitu - 0,52 juta/mm3.
Penurunan nilai rerata selisih jumlah eritrosit pada Domba Garut jantan yang ditransportasikan
berbanding lurus dengan lama perjalanan yang ditempuh.
Pada Tabel 10, terlihat bahwa ada beberapa rata-rata eritrosit yang mengalami kenaikan,
yaitu pada perlakuan pemberian dosis EDK 0% dengan lama perjalanan 2 jam dan pada
perlakuan pemberian dosis EDK 5% dengan lama perjalanan 4 jam. Hal ini menunjukkan
adanya kemungkinan ternak tersebut mengalami stres karena menurut Swenson (1984), ketika
hewan ketakutan maka epinefrin meningkatkan kontraksi limpa, sehingga sel darah merah
pada sirkulasi darah menjadi sangat kuat dan akhirnya meningkatkan nilai hematokrit. Nilai
hematokrit akan meningkat bila nilai eritrosit juga meningkat.
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
Hasil analisis sidik ragam perbedaan eritrosit Domba Garut jantan yang
ditransportasikan, dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Analisis Sidik Ragam Perbedaan Jumlah Eritrosit Domba Garut Jantan
yang Ditransportasikan
SK DB JK KT F hitung F tabel
Perlakuan 11 9,21 0,84 8,03
A (Dosis EDK) 3 0,40 2,79 1,28ns 3,01
B (Lama Perjalanan) 2 1,10 0,13 5,25* 3,40
Interaksi (A+B) 6 7,72 0,55 12,33* 2,51
Galat 24 2,50 1,29
Total 35 14,51
ns
Keterangan : : tidak berbeda nyata ; *)berbeda nyata

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam perbedaan jumlah eritrosit Domba Garut jantan
yang ditransportasikan menunjukkan terdapat interaksi antara dosis EDK dengan lama
perjalanan. Hasil yang optimum terdapat pada perlakuan pemberian dosis EDK 20% dengan
lama perjalanan empat jam. Pengujian lebih lanjut dilakukan terhadap efek mandiri dosis
EDK dan lama perjalanan dengan uji jarak berganda Duncan untuk mengetahui pengaruh efek
mandiri dosis EDK dan lama perjalanan terhadap jumlah eritrosit Domba Garut Jantan yang
ditransportasikan.
Tabel 12. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Untuk Pengaruh Perlakuan Dosis EDK
Terhadap Jumlah Eritrosit Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan
Lama Perjalanan (Jam) Rerata Eritrosit (juta/mm3) Signifikansi (0,05)
5 -0,16 A
0 -0,18 A
10 -0,36 A
20 -0,40 A
Keterangan : huruf yang sama ke arah baris menunjukkan tidak berbeda nyata

Pada Tabel 12, terlihat bahwa dosis EDK tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan
bahwa besaran dosis pemberian EDK tidak berpengaruh secara nyata (P > 0,05) terhadap
jumlah eritrosit domba yang ditransportasikan. Hasil uji jarak berganda Duncan untuk
pengaruh lama perjalanan terhadap jumlah eritrosit Domba Garut Jantan yang
ditransportasikan dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Untuk Pengaruh Perlakuan Lama
Perjalanan Terhadap Jumlah Eritrosit Domba Garut Jantan yang
Ditransportasikan
Lama Perjalanan (Jam) Rerata Eritrosit (juta/mm3) Signifikansi (0,05)
2 -0,10 B
4 -0,21 B
6 -0,52 A
Keterangan : huruf yang berbeda ke arah baris menunjukkan berbeda nyata
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
Berdasarkan Tabel 13, terlihat bahwa lama perjalanan dua jam mempunyai rerata
penurunan eritrosit terendah yaitu sebesar -0,10 juta/mm3 dan berbeda nyata (P < 0,05)
dibandingkan dengan lama perjalanan enam jam. Rerata eritrosit pada lama perjalanan empat
jam mengalami penurunan sebesar -0,21 juta/mm3 dan tidak berbeda nyata (P > 0,05)
dibandingkan dengan domba yang mengalami lama perjalanan dua jam.
Hal ini membuktikan bahwa adanya perbedaan jumlah eritrosit dalam faktor lama
perjalanan, semakin lama perjalanan maka semakin menurun jumlah eritrositnya. Penurunan
jumlah eritrosit tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu diantaranya adalah
faktor perubahan suhu lingkungan sekitar. Menurut Swenson (1984), bahwa penurunan
jumlah eritrosit pada temperatur lingkungan yang lebih tinggi dari sebelumnya akan
menurunkan nilai hematokrit bila volume darah tetap, sebaliknya bila temperatur lingkungan
yang lebih rendah daripada sebelumnya akan menaikkan nilai hematokrit sebagai akibat dari
bertambahnya eritrosit (Swenson, 1984). Berdasarkan pendapat tersebut maka penurunan
jumlah eritrosit terbesar akan terjadi pada lama perjalanan enam jam, karena temperatur
lingkungan yang tertinggi terdapat pada lama perjalanan enam jam.
Hemoglobin
Pengaruh pemberian EDK dan lama perjalanan terhadap kadar hemoglobin domba yang
ditransportasikan, pada tingkat dosis EDK 0%, 5%, 10%, serta 20% dengan lama perjalanan dua,
empat, dan enam jam dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14.Rata-rata Selisih Kadar Hemoglobin Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan

Lama Perjalanan (Jam)


Dosis EDK Rerata
2 4 6
....................... gr/ mm3......................
0 1,07 -0,73 -0,87 -0,18
5 -0,53 0,97 -0,8 -0,12
10 -0,43 -0,47 -0,18 -0,36
20 -0,40 -0,23 -0,67 -0,43
Rerata -0,07 -0,11 -0,63
Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa nilai rerata selisih kadar hemoglobin pada Domba
Garut yang ditransportasikan mengalami penurunan secara umum. Penurunan selisih nilai
rerata kadar hemoglobin domba yang terendah terjadi pada domba yang diberikan dosis EDK
5% yaitu sebesar -0,12 gr/mm3, sedangkan penurunan selisih kadar hemoglobin yang tertinggi
terdapat pada domba yang diberikan dosis EDK 20% yaitu sebesar -0,43 gr/mm3. Penurunan
nilai rerata selisih kadar hemoglobin domba yang tidak diberikan EDK menunjukkan hasil
yang lebih kecil, bila dibandingkan dengan hasil penurunan nilai rerata selisih kadar
hemoglobin domba yang diberikan EDK dosis 10% yaitu sebesar -0,18 gr/mm3.
Kondisi ini sejalan dengan pendapat Guyton dan Hall (1997), yang menyatakan bahwa
pada hewan normal kadar hemoglobin sebanding dengan jumlah eritrosit. Pada Tabel 10,
terlihat bahwa terdapat beberapa perubahan jumlah eritrosit, hal ini sejalan dengan perubahan
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
kadar hemoglobin yang terdapat pada Tabel 14. Ketika jumlah eritrosit mengalami kenaikan,
maka kadar hemoglobin juga bertambah, begitu pula sebaliknya ketika jumlah eritrosit
menurun maka kadar hemoglobin pun mengalami penurunan.
Hasil analisis sidik ragam perbedaan kadar hemoglobin Domba Garut jantan yang
ditransportasikan, dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Analisis Sidik Ragam Perbedaan Kadar Hemoglobin Domba Garut Jantan
yang Ditransportasikan
SK DB JK KT F hitung F table
Perlakuan 11 13,46 1,22 17,05
A (Dosis EDK) 3 0,59 2,69 2,73 ns 3,01
B (Lama Perjalanan) 2 2,29 0,20 15,93* 3,40
Interaksi (A+B) 6 10,58 1,14 24,59* 2,51
Galat 24 1,72 1,76
Total 35 17,872
Keterangan : ns : tidak berbeda nyata ; *)berbeda nyata
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam perbedaan kadar hemoglobin Domba Garut
jantan yang ditransportasikan menunjukkan terdapat interaksi antara dosis EDK dengan lama
perjalanan. Hasil yang optimum terdapat pada perlakuan pemberian Dosis EDK 10% dengan
lama perjalanan enam jam. Pengujian lebih lanjut dilakukan terhadap efek mandiri dosis EDK
dan lama perjalanan dengan uji berganda Duncan untuk mengetahui pengaruh efek mandiri
dosis EDK dan lama perjalanan terhadap eritrosit Domba Garut Jantan yang ditransportasikan.
Tabel 16. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Untuk Pengaruh Perlakuan Dosis EDK
Terhadap Kadar Hemoglobin Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan
Dosis EDK (%) Rerata Hemoglobin (gr/ mm3) Signifikansi (0,05)
5 -0,12 B
0 -0,18 Ab
10 -0,36 Ab
20 -0,43 A
Keterangan : huruf yang berbeda ke arah baris menunjukkan berbeda nyata

Berdasarkan Tabel 16, terlihat bahwa pemberian dosis EDK 5% mempunyai rerata
selisih penurunan kadar hemoglobin terendah yaitu sebesar -0,12 gr/mm3 dan berbeda nyata
(P < 0,05) dibandingkan dengan pemberian dosis EDK 20%. Rerata selisih hemoglobin pada
dosis EDK 10% dengan lama perjalanan empat jam mengalami penurunan sebesar -0,36%
gr/mm3 dan tidak berbeda nyata (P > 0,05) dibandingkan dengan domba yang diberikan tidak
diberikan dosis EDK.
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
Tabel 17. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Untuk Pengaruh Perlakuan Lama
Perjalanan Terhadap Kadar Hemoglobin Domba Garut Jantan yang
Ditransportasikan
Lama Perjalanan (Jam) Rerata Hemoglobin (gr/ mm3) Signifikansi (0,05)
2 -0,07 B
4 -0,11 B
6 -0,63 A
Keterangan : huruf yang berbeda ke arah baris menunjukkan berbeda nyata

Berdasarkan Tabel 17, terlihat bahwa lama perjalanan dua jam mempunyai rerata selisih
penurunan kadar hemoglobin terendah yaitu sebesar -0,07 gr/mm3 dan berbeda nyata (P <
0,05) dibandingkan dengan lama perjalanan enam jam. Rerata selisih kadar hemoglobin pada
lama perjalanan empat jam mengalami penurunan sebesar -0,11 gr/mm3 dan tidak berbeda
nyata (P > 0,05) dibandingkan dengan domba yang mengalami lama perjalanan dua jam.
Hematokrit
Pengaruh pemberian EDK dan lama perjalanan terhadap nilai hematokrit domba yang
ditransportasikan, pada tingkat dosis EDK 0%, 5%, 10%, serta 20% dengan lama perjalanan
dua, empat, dan enam jam dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Rata-rata Selisih Nilai Hematokrit Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan
Lama Perjalanan (Jam)
Dosis EDK Rerata
2 4 6
................................... % ....................................
0 2,03 -0,83 -0,97 0,08
5 -0,60 1,27 -0,77 -0,03
10 -0,40 -0,47 -0,27 -0,38
20 -0,37 -0,33 -0,47 -0,39
Rerata 0,17 -0,09 -0,62

Berdasarkan Tabel 18, menunjukkan bahwa rata-rata selisih nilai hematokrit mengalami
variasi pada beberapa perlakuan. Terdapat penurunan dan kenaikan rata-rata selisih nilai
hematokrit dalam beberapa perlakuan, namun secara umum rerata selisih nilai hematokrit
domba yang ditransportasikan mengalami penurunan. Penurunan rerata selisih nilai
hematokrit terkecil terdapat pada domba yang diberikan dosis EDK 5% yaitu sebesar -0,03 %.
Rerata selisih nilai hematokrit domba yang diberikan dosis EDK 10% dan 20%, menunjukkan
penurunan selisih nilai hematokrit yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan
domba yang diberikan dosis EDK 5%. Pada domba yang diberikan dosis EDK 10%
perubahan rerata selisih nilai hematokritnya sebesar -0,38%, penurunan rerata selisih nilai
hematokrit domba yang terendah terjadi pada domba yang diberikan dosis EDK 20% yaitu
sebesar - 0,39 %. Kenaikan rerata selisih nilai hematokrit terjadi pada domba yang tidak
diberikan EDK, yaitu naik sebesar 0,08%.
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
Penurunan rerata selisih nilai hematokrit yang terkecil terjadi pada lama perjalanan
empat jam yaitu sebesar -0,09%, sedangkan pada domba dengan lama perjalanan enam jam
penurunan rerata selisih nilai hematokrit sebesar -0,62 %. Domba yang ditransportasikan
selama dua jam justru tidak mengalami mengalami penurunan rerata selisih nilai hematokrit,
pada Domba Garut jantan yang ditransportasikan selama dua jam terlihat bahwa rerata selisih
nilai hematokrit meningkat sebesar 0,17%.
Kenaikan selisih nilai hematokrit yang terjadi pada Domba Garut jantan yang tidak
diberikan EDK serta Domba Garut jantan yang ditransportasikan selama dua jam, merupakan
salah satu tanda stres akibat transportasi yang dapat diakibatkan oleh berbagai faktor. Ketika
hewan ketakutan, maka epinefrin meningkatkan kontraksi limpa, sehingga sel darah merah
pada sirkulasi darah menjadi sangat kuat dan akhirnya meningkatkan nilai hematokrit
(Swenson, 1984). Pada domba yang tidak diberikan EDK diduga kenaikan nilai hematokrit
terjadi akibat stres pada awal dari proses perjalanan.
Hal yang sama diungkapkan pula oleh Kannan (2000), yang menyatakan bahwa
ruminansia kecil menunjukkan bahwa respon stres karena transportasi mulai menurun dalam
waktu 3 jam setelah transportasi. Pada rerata selisih nilai hematokrit domba yang diberikan
dosis EDK 5% tidak terlihat adanya peningkatan rerata selisih nilai hematokrit pada lama
perjalanan dua jam, hal ini dimungkinkan karena masih bekerjanya zat aktif dari EDK
tersebut, namun setelah mengalami perjalanan selama empat jam terlihat adanya kenaikan
rerata selisih hematokrit pada domba yang diberikan dosis EDK 5%, ini menunjukkan
kemungkinan bahwa dosis EDK dengan konsentrasi 5% hanya bertahan untuk lama
perjalanan dua jam. Hasil analisis sidik ragam perbedaan hematokrit Domba Garut jantan
yang ditransportasikan, dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Analisis Sidik Ragam Perbedaan Nilai Hematokrit Domba Garut Jantan yang
Ditransportasikan
SK DB JK KT F hitung F tabel
Perlakuan 11 26,51 2,4 7,69
A (Dosis EDK) 3 1,54 0,51 1,63 ns 3,01
B (Lama Perjalanan) 2 3,82 1,91 6,10* 3,40
Interaksi (A+B) 6 21,15 3,53 11,24* 2,51
Galat 24 7,53 0,31
Total 35 35,210
Keterangan : ns : tidak berbeda nyata ; *)berbeda nyata

Berdasarkan Tabel 19, terlihat bahwa terdapat interaksi antara dosis EDK dengan lama
perjalanan terhadap nilai hematokrit Domba Garut jantan yang ditransportasikan. Hasil
optimum terdapat pada perlakuan pemberian dosis EDK 10% dengan lama perjalanan enam
jam. Hal ini seiring dengan hasil optimum pada parameter hemoglobin. Pengujian lebih lanjut
dilakukan terhadap efek mandiri dosis EDK dan lama perjalanan terhadap hematokrit Domba
Garut Jantan yang ditransportasikan.
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
Tabel 20. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Untuk Pengaruh Perlakuan Dosis EDK
Terhadap Nilai Hematokrit Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan
Dosis EDK (%) Rerata Hematokrit (%) Signifikansi (0,05)
0 0,08 A
5 -0,03 A
10 -0,38 A
20 -0,39 A
Keterangan : huruf yang sama ke arah baris menunjukkan tidak berbeda nyata

Berdasarkan Tabel 20, terlihat bahwa penurunan rerata selisih nilai hematokrit terendah
terdapat pada dosis EDK 5% dan tidak berbeda nyata (P > 0,05) dibandingkan dengan seluruh
dosis EDK yang lain.
Tabel 21. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Untuk Pengaruh Perlakuan Lama
Perjalanan Terhadap Nilai Hematokrit Domba Garut Jantan yang
Ditransportasikan
Lama Perjalanan (Jam) Rerata Hematokrit (%) Signifikansi (0,05)
2 0,17 B
4 -0,09 B
6 -0,62 A
Keterangan : huruf yang berbeda ke arah baris menunjukkan berbeda nyata
Berdasarkan Tabel 21, terlihat bahwa lama perjalanan dua jam meningkatkan rerata
selisih nilai hematokrit sebesar 0,17 % dan berbeda nyata (P < 0,05) dibandingkan dengan
lama perjalanan enam jam. Rerata kadar hematokrit pada lama perjalanan empat jam
mengalami penurunan sebesar -0,09% dan tidak berbeda nyata (P > 0,05) dibandingkan
dengan domba yang mengalami lama perjalanan dua jam.
Rasio Neutrofil : Limfosit (N : L)
Pengaruh pemberian EDK dan lama perjalanan terhadap rasio N : L domba yang
ditransportasikan, pada tingkat dosis EDK 0%, 5%, 10%, serta 20% dengan lama perjalanan
dua, empat, dan enam jam dapat dilihat pada Tabel 22.
Rerata selisih rasio N : L pada Tabel 22 menunjukkan bahwa seluruh selisih rasio N : L
pada semua perlakuan mengalami kenaikan. Pada Domba Garut jantan yang tidak diberikan
EDK, selisih rasio N:L menunjukkan hasil yang terbesar yaitu 0,29%, sedangkan rerata pada
domba yang diberikan dosis EDK 5% dan 10% memperlihatkan hasil yang lebih kecil. Rerata
selisih rasio N : L terendah terdapat pada pada Domba Garut jantan yang diberikan dosis EDK
20%, yaitu sebesar 0,05%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar dosis EDK yang
diberikan maka semakin kecil rasio N : L yang dihasilkan.
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
Tabel 22. Rata-rata Selisih Rasio N:L Domba Garut yang Ditransportasikan

Lama Perjalanan (Jam)


Dosis EDK Rerata
2 4 6
.............................. % ............................
0 0,34 0,29 0,23 0,29
5 0,06 0,40 0,16 0,21
10 0,07 0,11 0,31 0,16
20 0,04 0,06 0,04 0,05
Rerata 0,13 0,21 0,18

Rerata selisih Rasio N : L pada lama perjalanan menunjukkan hasil yang bervariasi.
Pada lama perjalanan dua jam menunjukkan hasil yang terkecil yaitu 0,13%, kemudian diikuti
oleh lama perjalanan enam jam yaitu sebesar 0,18%. Rerata selisih rasio N : L terbesar terjadi
pada lama perjalanan empat jam, dengan rerata selisih rasio N : L sebesar 0,21%.
Pada domba yang tidak diberikan dosis EDK terlihat bahwa rata-rata selisih rasio N : L
tertinggi terjadi pada lama perjalanan dua jam, sedangkan pada domba yang diberikan dosis
EDK 5% terlihat bahwa rata-rata selisih rasio N : L tertinggi terjadi pada lama perjalanan
empat jam. Rata-rata rasio N : L tertinggi untuk dosis EDK 10% justru terjadi pada lama
perjalanan enam jam, hal ini dimungkinkan oleh adanya pengaruh dari zat aktif yang
terkandung dalam EDK karena ketika memasuki lama perjalanan empat jam efek dari
kandungan zat aktif dari EDK dengan konsentrasi 5% telah berangsur-angsur hilang sehingga
ternak mengalami stres yang ditandai oleh tingginya rasio N : L. Asumsi yang sama juga
terjadi pada domba yang diberikan EDK dengan konsentrasi 10%, yang baru merasakan stres
pada lama perjalanan enam jam. Pemberian dosis EDK 20% menunjukkan respon yang cukup
baik, ini bisa terlihat dari rendahnya rasio N : L bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kannan et al. (2000),
yang melaporkan bahwa indeks stres dapat ditentukan dari perbandingan antara persentase
neutrofil dan persentase limfosit (N : L ratio). Hewan yang mengalami stres transportasi selalu
mempunyai Rasio N : L lebih tinggi jika dibandingkan dengan hewan normal, selain itu ada
pendapat yang menyatakan bahwa transportasi menyebabkan peningkatan secara dramatis
rasio neutrofil limfosit dan konsentrasi glukosa plasma (Rajion et al. 2001).
Hasil analisis sidik ragam perbedaan rasio N : L tubuh Domba Garut jantan yang
ditransportasikan, dapat dilihat pada Tabel 23.
Berdasarkan Tabel 23, terlihat bahwa terdapat interaksi antara dosis EDK dengan lama
perjalanan terhadap rasio N : L Domba Garut jantan yang ditransportasikan. Hasil optimum
terdapat pada dua perlakuan sekaligus, yaitu pada domba yang diberikan dosis EDK 20%
dengan lama perjalanan dua dan enam jam. Pengujian lebih lanjut dilakukan terhadap efek
mandiri dosis EDK dan lama perjalanan terhadap rasio N : L Domba Garut Jantan yang
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
ditransportasikan dengan menggunakan uji jarak berganda Duncan.
Tabel 23. Analisis Sidik Ragam Perbedaan Rasio N : L Domba Garut Jantan yang
Ditransportasikan
SK DB JK KT F hitung F tabel
Perlakuan 11 0,57 2,4 5,56
A (Dosis EDK) 3 0,27 0,51 9,66* 3,01
B (Lama Perjalanan) 2 0,04 1,91 2,34 ns 3,40
Interaksi (A+B) 6 0,25 3,53 4,58* 2,51
Galat 24 0,22 0,31
Total 35 35,210
Keterangan : ns : tidak berbeda nyata ; *)berbeda nyata

Berdasarkan Tabel 24, terlihat bahwa pemberian dosis EDK 5% mempunyai rerata rasio
N : L terendah yaitu sebesar 0,05 % dan berbeda nyata (P < 0,05) dibandingkan dengan
domba yang tidak diberikan dosis EDK. Nilai rerata rasio N : L pada dosis EDK 5% adalah
sebesar 0,21 dan tidak berbeda nyata (P < 0,05) dibandingkan dengan domba yang diberikan
dosis EDK 10 dan 20%. Berdasarkan hasil uji jarak berganda Duncan, dapat diketahui bahwa
domba yang diberikan dosis EDK 0%, 10%, dan 20% berbeda nyata (P < 0,05) satu sama lain,
sedangkan domba yang diberikan dosis EDK 5% hanya berbeda nyata (P < 0,05)
dibandingkan dengan domba yang tidak diberikan dosis EDK.
Tabel 24. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Untuk Pengaruh Perlakuan Dosis EDK
Terhadap Rasio N : L Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan

Dosis EDK (%) Rerata Rasio N:L (%) Signifikansi (0,05)


0 0,29 C
5 0,21 Ab
10 0,16 B
20 0,05 A
Keterangan : huruf yang berbeda ke arah baris menunjukkan berbeda nyata

Berdasarkan Tabel 25, hasil uji jarak berganda Duncan memperlihatkan bahwa dari
ketiga jenis lama perjalanan tidak berbeda secara nyata (P < 0,05) terhadap Rasio N : L.
Tabel 25. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Untuk Pengaruh Perlakuan Lama Perjalanan
Terhadap Rasio N : L Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan

Lama Perjalanan (Jam) Rerata Rasio N : L (%) Signifikansi (0,05)


2 0,22 A
4 0,19 A
6 0,13 A
Keterangan : huruf yang sama ke arah baris menunjukkan tidak berbeda nyata
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
3. Pengaruh Pemberian EDK dan Lama Perjalanan Terhadap Susut Tubuh Domba
Garut Jantan yang Ditransportasikan

Pengaruh pemberian EDK dan lama perjalanan terhadap susut tubuh domba yang
ditransportasikan, pada tingkat dosis EDK 0%, 5%, 10%, serta 20% dengan lama perjalanan
dua, empat, dan enam jam, disajikan dalam Tabel 26.
Tabel 26. Rata–rata Susut Tubuh Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan
Lama Perjalanan (jam)
Dosis EDK Rerata
2 4 6
................................%.............................
0 4,65 4,47 5,49 4,87
5 2,29 5,26 4,67 4,07
10 1,54 3,09 5,35 3,25
20 1,26 1,36 2,78 1,89
Rerata 2,44 3,55 4,57

Tabel 26 menunjukkan bahwa rata-rata susut tubuh Domba Garut jantan pada domba
yang tidak diberikan perlakuan EDK mengalami penyusutan terbesar yaitu sebesar 4,87%.
Pada domba yang diberikan dosis EDK 5%, bobot badan menyusut sebesar 4,07%, diikuti
oleh susut tubuh pada domba yang diberikan dosis EDK 10% mengalami susut tubuh
sebanyak 3,25%. Susut Tubuh terkecil terdapat pada Domba Garut jantan yang diberikan
dosis EDK 20%, yaitu sebesar 1,89%.
Berdasarkan Tabel 26, bahwa domba yang diberikan perlakuan dosis EDK 20%
menunjukkan hasil yang sangat baik, hal ini terlihat dari nilai persentase susut tubuh yang
sangat kecil bila dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Menurut Kadim (2007), bahwa
rata-rata penyusutan bobot hidup pada domba berkisar antara 0,09 - 0,34% per jam
perjalanan. Kehilangan bobot badan selama transportasi yang paling mungkin karena
kehilangan air (dehidrasi) dan kekurangan pakan. Suhu tinggi (37,5°C) selama transportasi
kemungkinan besar dapat menyebabkan penurunan bobot badan melalui hilangnya
kelembaban dari saluran pernapasan (Warris,1993 dalam Kadim, 2007).
Knowles (1999) dalam Kannan et al (2000) melaporkan bahwa transportasi selama 2
jam, yang dikombinasikan dengan 18 jam pemuasaan, mengakibatkan sekitar 10% penyusutan
bobot badan. Pada semua Domba Garut jantan yang ditransportasikan selama dua jam, susut
tubuh yang diperoleh masih di bawah hasil penelitian sebelumnya, hal ini mungkin
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah : domba telah dipelihara terlebih dahulu
selama dua minggu di dalam satu lokasi kandang sehingga kemungkinan adanya stres akibat
pencampuran dengan ternak asing dalam satu alat angkut dapat dihindari, cuaca dan
kelembaban tidak terlalu ekstrim selama proses transportasi, jarak pengangkutan tidak lebih
dari 24 jam, pada alat angkut (mobil bak terbuka) digunakan alas berupa karpet karet agar
ternak lebih nyaman, mobil bak terbuka disekat dengan luas 0,28 m2/sekat sehingga
meminimumkan kontak fisik antara ternak satu dengan yang lainnya, pengemudi kendaraan
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
(sopir) merupakan orang yang telah terbiasa melakukan transportasi ternak, proses penaikan
dan penurunan domba (loading) dilakukan secara hati-hati dan tidak kasar.
Pada domba yang tidak diberikan perlakuan EDK terlihat bahwa penyusutan pada lama
perjalanan dua dan empat jam lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil penelitian
sebelumnya. Pada lama perjalanan dua jam dan empat jam, ternak mengalami penyusutan
bobot badan berturut-turut sebesar sebesar 4,65 % dan 4,47%, hal ini lebih besar bila
dibandingkan dengan pendapat Santosa (2002), yang menyatakan bahwa ternak mengalami
penyusutan bobot badan 1% per jam selama 3 sampai dengan 4 jam pertama transportasi,
tetapi berkurang sebesar 0,1% per jam setelah 10 jam atau lebih. Berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan, tingkah laku domba yang tidak diberikan EDK pada saat transportasi
cenderung lebih aktif bila dibandingkan dengan domba yang diberikan EDK, hal ini dapat
menyebabkan susut tubuh yang lebih besar karena energi yang dipakai oleh domba yang lebih
aktif akan jauh lebih besar daripada domba yang relatif lebih tenang.
Pemberian dosis EDK 20% dengan lama perjalanan dua jam dapat menekan persentase
susut tubuh domba hingga 1,26%. Knowles (1999) dalam Kannan et al (2000) menyatakan
bahwa proses transportasi selama dua jam dapat menyebabkan susut tubuh sebesar 10%, maka
selisih susut tubuh yang diperoleh dengan pemberian EDK 20% dengan lama transportasi
yang sama adalah sebesar 8,74% atau setara dengan 2,19 kg (bobot hidup domba 25 kg).
Bila diasumsikan harga bobot hidup Domba Garut jantan sebesar Rp. 70.000 per kg, maka
dengan pemberian dosis EDK 20% dalam untuk domba yang akan ditransportasikan selama
dua jam dapat mengurangi kerugian hingga sebesar Rp. 153.300,-/per ekor. Berdasarkan
uraian tersebut, dapat dibayangkan besarnya kerugian yang dapat dihindari dalam proses
distribusi Domba Garut dalam kurun waktu satu tahun di wilayah Jawa Barat.
Hasil analisis sidik ragam susut tubuh Domba Garut jantan yang ditransportasikan,
dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Analisis Sidik Ragam Susut Tubuh Domba Garut Jantan yang
Ditransportasikan
SK DB JK KT F hitung F tabel
Perlakuan 11 8,66 7,87 10,87 2,18
A (Dosis EDK) 3 43,74 14,58 20,15* 3,01
B (Lama Perjalanan) 2 27,35 13,67 18,89* 3.40
Interaksi (A+B) 6 15,47 2,58 3,56* 2.51
Galat 24 17,37 0,72
Total 35 550,12
Keterangan : ns : tidak berbeda nyata ; *)berbeda nyata

Berdasarkan Tabel 27, terlihat bahwa terdapat interaksi antara dosis EDK dengan lama
perjalanan terhadap susut tubuh Domba Garut jantan yang ditransportasikan. Hasil optimum
terdapat pada domba yang diberikan Dosis EDK 20% dengan lama perjalanan dua jam.
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
Pengujian lebih lanjut dilakukan terhadap efek mandiri dosis EDK dan lama perjalanan
terhadap susut tubuh Domba Garut Jantan yang ditransportasikan dengan menggunakan uji
jarak berganda Duncan.
Tabel 28. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Untuk Pengaruh Perlakuan Dosis EDK
Terhadap Susut Tubuh Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan

Dosis EDK (%) Rerata Susut Tubuh (%) Signifikansi (0,05)


0 4,87 c
5 4,07 bc
10 3,25 b
20 1,89 a
Keterangan : huruf yang berbeda ke arah baris menunjukkan berbeda nyata
Berdasarkan Tabel 28, terlihat bahwa pemberian dosis EDK 20% mempunyai rerata
susut tubuh terkecil yaitu sebesar 1,89 % dan berbeda nyata (P < 0,05) dibandingkan dengan
domba yang tidak diberikan dosis EDK. Nilai rerata susut tubuh pada dosis EDK 5% adalah
sebesar 4,07% dan tidak berbeda nyata (P > 0,05) dibandingkan dengan domba yang tidak
diberikan EDK, selanjutnya nilai rerata susut tubuh pada dosis 10% adalah sebesar 3,25% dan
berbeda nyata (P < 0,05) dibandingkan dengan domba yang diberikan dosis EDK 20%.
Berdasarkan hasil uji jarak berganda Duncan, dapat diketahui bahwa domba yang diberikan
dosis EDK 0%, 5%, dan 10% tidak berbeda nyata (P > 0,05) dibandingkan dengan domba
yang dosis EDK 20%.
Tabel 29. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Untuk Pengaruh Perlakuan Lama
Perjalanan Terhadap Susut Tubuh Domba Garut Jantan yang
Ditransportasikan
Dosis EDK (%) Rerata Susut Tubuh (%) Signifikansi (0,05)
0 4,87 c
5 4,07 bc
10 3,25 b
20 1,89 a
Keterangan : huruf yang berbeda ke arah baris menunjukkan berbeda nyata
Hasil uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa ketiga jenis perlakuan untuk
faktor lama perjalanan berbeda nyata (P < 0,05) dibandingkan antara satu perlakuan dengan
perlakuan lainnya. Semakin lama perjalanan maka akan menyebabkan semakin besar susut
tubuh yang dialaminya.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan, bahwa terdapat interaksi antara dosis EDK
dan lama perjalanan terhadap susut tubuh serta nilai hematologi Domba Garut jantan yang
ditransportasikan. Namun tidak terdapat interaksi antara dosis EDK dan lama perjalanan
terhadap status faali. Hal ini diperkuat oleh hasil-hasil sebagai berikut :
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
1. Pemberian dosis EDK 20% berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap penurunan denyut
jantung, respirasi, rasio N : L, dan susut tubuh Domba Garut jantan yang ditransportasikan.
2. Semakin lama perjalanan maka akan berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap penurunan
jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin, namun akan meningkatkan frekuensi respirasi dan
susut tubuh Domba Garut jantan yang ditransportasikan.
SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan tersebut, maka dapat di sarankan :
1. Dosis EDK 20% dapat diberikan pada domba yang akan ditransportasikan selama dua
jam untuk mendapatkan hasil optimum pada penyusutan bobot badan
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai dampak pemberian EDK dan lama
perjalanan terhadap kualitas karkas Domba Garut yang ditransportasikan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dekan Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran, Ketua Program Studi Magister Ilmu Peternakan Fakultas Peternakan, serta
Sahri Fihananto, S.Pt., Rizky Prasetiady, S.Pt., Riexi Maulana, S.Pt., dan Mochamad Indra
Kurniawan, S.Pt., atas bantuan dan kerjasamanya sehingga penelitian ini dapat berjalan
lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Adenkola, A.Y., & Ayo, J.O.2010. Review Physiological and behavioural responses of
Livestock to road transportation stress. Department of Physiology and Pharmacology,
College of Veterinary Medicine, University of Agriculture, Makurdi,Nigeria African
Journal of Biotechnology Vol. 9 (31), pp.4845-4856

Ambore B, Ravikanth K., Maini S., & Rekhe D.S. 2009. Haematological Profile and
Growth Performance of Goats under Transportation Stress. Department of Veterinary
Medicine, KNP College of Veterinary & Animal Sciences, Dist. Satara, Maharashtra,
India. Veterinary World Vol.2, No.5, May 2009.

Borrel, E.H. 2001. The Biology of Stress and Its Application to Livestock Housing and
Transportation. Assesment. Journal of Animal Science.
http://www.jas.fass.org. Tanggal akses 29 Juli 2014.

Broom, D.M. 2003. Causes of Poor Welfare in Large Animal During Transport. Veterinary
Res. Comm. 27:515-518.

Canadian Agri-Food Research Council. 2001. Transportation, Recommended Code of


Practice for the Care and Handling of Farm Animal. Canadian Agri-Food Research
Council (CARC). Canadian Federation of Human Societies.Ontario.
http://www.carccrac.ca/common/code%20of%20Practice%20Transport%20/%20Code
%204%20English.PDF. Tanggal akses 5 Juli 2014.

Chastain, C.B. dan V.K. Ganjam. 1986. Clinical Endocrinology of Companion Animals. Lea
& Febigen. Philadelpia
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
Chambers, P.G. & Grandin, T. 2001. Guidelines for Human Handling, Transport and
Slaughter of Livestock. Chapter 6. Food and Agriculture Organization of The United
Nation Regional Office for Asia and the Pacific.
http://www.fao.org/DOCREP/003/X6909e/x6909e08.htm. Tanggal akses 5 Juli 2014.

Dalimartha, S. 2001. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Trubus Agriwidya. Jakarta

De Padua, L.S., & Bunyapraphatsara, N. 1999. Plant Resources of South East Asia. Medical
and Poisonous Plants. 1 : 229-233. Prosea No.12 (1). Bogor.

Dharma, A.P. 1985. Tanaman Obat Tradisional Indonesia. Balai Pustaka.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Statistik Peternakan dan
Kesehatan Hewan 2011. CV. Karya Cemerlang. Jakarta

Duke. J. A., & Ayensu. E. S. 1985. Details of over 1,200 medicinal plants of China and
brief details of their uses. Often includes an analysis, or at least a list of constituents.
Heavy going if you are not into the subject. Medicinal Plants of China Reference
Publications, Inc. ISBN 0-917256-20-4

Emboden. W. 1979. A lot of details about the history, chemistry and use of narcotic plants,
including hallucinogens, stimulants, inebriants and hypnotics. Narcotic Plants Studio
Vista ISBN 0-289-70864-8.

Fernandez, X., G Monim, J. Cuholi, L Isabele., & Quilichini. 1996. Effect of Duration of
Feed with Drawl and Transportation Time on Muscle Characteristic and Quality in
Friesian Holstein Calves. J. Anim. Sci. 74:1576-1583.

Foster. S., & Duke. J. A. 1990. A Concise Book Dealing with Almost 500 species. A Line
Drawing of Each Plant is Included Plus Colour Photographs of about 100 species. A
Field Guide to Medicinal Plants. Eastern and Central N. America. Houghton Mifflin
Co. ISBN 0395467225

Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu-ilmu Pertanian, Ilmu-Ilmu


Teknik, Biologi. Armico. Bandung

Gortel, K, AL. Schaefer, BA Young., & SC Kawamoto. 1992. Effects of Transport and
Electrolyte Supplementattion on Body Fluids and Weights of Bulls. Canadian-Journals
of Animal Science. 72 (3):547-553.

Greenwood, P.L., May, T.J. & Finn J.A. 1993. Pre-Slaughter Management of Goat.
Development of Objective Method for Marketting and Promotion of Goat Meat
(MRC/NSW Agriculture Final Report for Meat Research Corporation.
http://acga.org.au//goatnotes/H004.php. Tanggal akses 28 Mei 2014.

Guyton AC & Hall JE. 1997. Textbook of Medical Physiology. Edisi ke-9. Alih bahasa ;
Irawati Setiawan dkk. Jakarta: EGC.

Hariyanto, S.E., F. Sinung Pranata., Yuniarti Aida., 2008. Pemanfaatan Ekstrak Daun
Kecubung (Datura metel L.) Sebagai Pembius Ikan Koi (Cyprinus carpio L.) Pada Saat
Pengangkutan. J. Biota Vol. 13 (1): 24-30, Februari 2008 ISSN 0853-8670.

Heriyadi, D., D.C. Budinuryanto., M. H. Hadiana., 2002. Standarisasi Mutu Bibit Domba
Garut. Kerjasama Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan Lembaga Penelitian
Universitas Padjadjaran. Bandung.
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah
Hernaman, I. 2010. Potensi Kecubung (Datura metel.Linn) sebagai Obat Penenang Alami
untukMengurangi Stress Transportasi pada Ternak. Laporan PKMP. Lembaga
Penelitian Universitas Padjadjaran. Bandung.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid 3. Departemen Kehutanan. Jakarta

Johnson, et. al. 1992. Mechanism of Stress: A Dynamic Overview of Hormonal and
Behavioral Homeostatis. Neurosci. Biobehav

Kadim I.T, Mahgoub O., AlKindi A. Y., Al-Marzooqi1 W.N.M., Al-Saqri1, Almaney, M.,&
Mahmoud, I. Y.2007. Effect of Transportation at High Ambient Temperatures on
Physiological Responses, Carcass and Meat Quality Characteristics in Two Age
Groups of Omani Sheep.Asian-Aust. J. Anim. Sci.Vol. 20, No. 3 : 424 – 431

Kannan, G.T., H. Terrill., B. Kouakou., O. S. Gazal., S. Gelaye., E. A. Amoah., & S.


Samake. 2000. Transportation of Goats: Effects on Physiological Stress Responses and
Live Weight Loss 1. Journal of Animal Science 2000. 78:1450–1457
http://www.jas.fass.org. Tanggal akses 29 Juli 2014.

Kartasapoetra, A.G. 1988. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan. Bina Aksara. Jakarta.

Knowles, T. G. & Warris. 2000. Stress Physiology of Animals During Transport. In :


Livestock Handling and Transport. 2nd edition. Wallingford, UK.

Marai, I.F.M., A.A. EL-Darawany., A. Fadiel.,& M.A.M. Abdel-Hafez, 2007. Physiological


traits as affected by heat stress in sheep-A review. Small Rumin. Res., 71: 1–12

Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat Farmakologi dan Toksologi. Institut Teknologi


Bandung. Bandung

Piper, R.G. 1982. Fish Hatchery Management. US Dept. of The Interior Fish and Wildlife
Service. Washington. P : 517.

Preissel, H.G. 2002.Brugmansia and Datura: Angel's Trumpets and Thorn Apples. Buffalo,
New York: Firefly Books. pp. 120–123. ISBN 1-55209-598-3.

Revino. 2005. Manajemen Material. Panduan Praktis Bagi Industri Manufaktur. Penerbit
Djambatan, Jakarta.

Richardson C. 2002. Lowering Stress in Transported Goats. Animal Care Specialist


Canadian Agri-Food Research Council September, 2002 Recommended code of
practice for the care and handling of farm animals, Transportation.

Robergs, R. 1997. Exercise Physiology. Missouri, USA: Mosby Year Book, Inc.

Robert, A.R. dan S.O. Roberts. 1996. Exercise Physiology : Exercise, Performance and
Clinical Applicaton. Mosby. Missouri

Rumetor S.D. 2003.Stres Panas Pada Sapi Perah Laktasi.Makalah Falsafah Sains (PPs 702)
ProgramPascaSarjana/S3 Institut Pertanian Bogor.

Santosa, U. 1995. Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Sapi. PT. Penebar Swadaya Jakarta.

. 2002. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. PT. Penebar Swadaya. Jakarta

Schalm, O.W. 1975. Vetenary Hematology. Edisi ke-3. Lea & Febigen. Philadelpia
Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung.........................................An An Nurmeidiansyah

Sastrapradja, S. 1978. Tumbuhan Obat. Proyek Sumber Daya Ekonomi Lembaga Biologi
Nasional LIPI. Bogor.
th
Seiverd CE. 1964. Hematology For Medical Technologists. 3 Ed. Philadelphia, USA: Lea
and Febiger.

Sudyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian. Penerbit Universitas Muhammadyah Malang.

Sugeng, H.R. 1989. Bercocok Tanam Padi. Rineka Ilmu. Semarang

Suryadi, U., Santosa, U., Tanuwiria H U. 2011. Strategi Eliminasi Stres Transportasi pada
Sapi Potong Menggunakan Kromium Organik. Unpad Press.

Swenson, M.J. 1984. Dukes Physiology of Domestic Animals. 10th edition. Comstosk
Publishing Associates a Division of Cornell University Press. Ithaca. London.

Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Gajah Mada University Press.


Yogyakarta

Van Steenis, C.G. 1997. Flora untuk Sekolah di Indonesia. PT. Pradya Paramitha. Jakarta

Wijayakusuma, Hembing, dkk. 1992. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Pustaka


Kartini. Jakarta

Yusdja, Y. & N. Ilham. 2004. Tinjauan Kebijakan Pengembangan Agribisnis Sapi Potong.
Analisis Kebijakan Pertanian Volume 2 (2). Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial
Ekonomi Pertanian. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai