Utari Arullya PDF
Utari Arullya PDF
PAJAK
TAHUN 2014-2016
PROPOSA
L
Oleh
UTARI
ARULLYA
1410531063
JURUSAN
AKUNTANSI
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
ANDALAS
2017
KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN DAN
PAJAK
TAHUN 2014-2016
LATAR BELAKANG
Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus yang penting dalam rangka
memperbaiki kesejahteraan kehidupan masyarakat disuatu daerah. Dalam hal ini pemerintah
melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah. Agar pemerintahan berjalan dengan
efektif, maka perlu terwujudnya pelaksanaan otonomi daerah. Pemerintah merubah sistem
kekuasaan dari yang bersifat sentralistik menjadi desentralistik dengan memberikan otonomi
yang seluas-luasnya kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengelola berbagai
kepentingan daerah, sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah adalah sebagai berikut:
1. Pajak Daerah;
2. Retribusi Daerah;
Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah agar mampu
Pemerintah Pusat semakin berkurang dan pada akhirnya daerah dapat mandiri. Salah satu upaya
pemerintah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah dengan cara
memperbaiki sistem dari Pajak Daerah, karena Pajak Daerah merupakan sumber penerimaan
terbesar bagi PAD. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Daerah, yang
selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-
Beberapa jenis Pajak Daerah yang dipungut oleh Kota Padang adalah pajak hotel, pajak
restoran, dan pajak hiburan. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.
Pajak Hotel dipungut pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel termasuk jasa penunjang
sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk
fasilitas olahraga dan hiburan. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh
restoran. Untuk Pajak Restoran dipungut pajak atas pelayanan yang disediakan restoran meliputi
pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik
dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain. Sedangkan Pajak Hiburan adalah pajak
atas penyelenggaraan hiburan. Dengan nama Pajak Hiburan dipungut pajak atas
penyelenggaraan, dalam semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang
yang cukup besar sebagai sumber pendapatan daerah di Kota Padang. Hal ini tentu saja beralasan
karena seiring dengan berkembangnya daerah dan seharusnya Pemerintah Kota Padang dapat
diuntungkan karena semakin banyaknya hotel, restoran, dan tempat-tempat hiburan yang
mempengaruhi pendapatan daerah. Apalagi rentang tahun 2014 sampai tahun 2016 semakin
banyaknya pengusaha yang mendirikan hotel, restoran maupun tempat hiburan di Kota Padang
yang diiringi dengan semakin majunya masyarakat khususnya remaja yang sering mengunjung
restoran dan tempat hiburan serta seringnya kunjungan masyarakat luar kota yang menginap di
hotel. Akan tetapi dilihat dari segi kontribusi pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan
masih saja mengalami kendala dalam menggali PAD Kota Padang, hal ini timbul karena masih
adanya Wajib Pajak yang belum memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak. Masalah lain
juga timbul akibat terjadinya kesenjangan antara penetapan anggaran dengan realisasi
penerimaan pajak hotel, pajak restoran, dan pajak daerah, sehingga kecilnya kontribusi
penerimaan pajak daerah tersebut terhadap PAD. Agar pemungutan pajak daerah dapat berjalan
dengan efektif, perlunya sosialisasi kepada masyarakat umum bahwa pemungutan pajak daerah
yang tidak untuk masyarakat saja tetapi juga untuk petugas pajak dan setiap pihak yang terkait
dengan pemungutannya harus sesuai dengan ketentuan yang mengatur tentang pajak daerah dan
Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Kontribusi Penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan Kota Padang
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penerimaan pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan di Kota Padang
selama tahun 2014 sampai
2016?
2. Bagaimana kontribusi penerimaan pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Padang selama tahun 2014 sampai 2016?
TUJUAN
PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Penerimaan pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan di Kota Padang selama tahun
2. Kontribusi penerimaan pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Padang selama tahun 2014 sampai 2016.
MANFAAT
PENELITIAN
1. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kota Padang dalam evaluasi untuk
mengembangkan penerimaan pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan di Kota
Padang, sehingga realisasi penerimaan dari pajak daerah bias mencapai target.
2. Menambah wawasan keilmuan tentang pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan.
3. Sebagai bahan referensi dan tolak ukur bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian
mengenai pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan.
LANDASAN
TEORITIS
Pada landasan teori ini akan dibahas mengenai teori-teori yang melandasi penelitian dan
menjadi dasar acuan untuk menganalisis dalam penelitian serta menggambarkan kerangka teori
dari penelitian.
tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah :
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besar
kemakmuran rakyat.”
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung
2. S.I. Djajadiningrat
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara
ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari
3. Dr. N. J. Feldmann
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa
umum.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, pajak memiliki unsur-unsur pokok sebagai berikut
:
Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Iuran
2. Berdasarkan undang-undang.
Salah satu karakteristik pokok dari pajak adalah pemungutannya harus berdasarkan
undang-undang. Hal ini disebabkan karena pada hakekatnya pajak adalah beban yang
harus dipikul oleh rakyat banyak, sehingga dalam perumusan macam, jenis dan berat
ringannya tarif pajak itu, harus ikut serta menentukan dan menyetujuinya.
3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk.
Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh
pemerintah.
bermanfaat bagi masyarakat luas. Bila dari pemasukannya masih terdapat surplus,
1. Stelsel Nyata
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga
pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah
Pengenaan pajak didasarkan pada anggapan bahwa penghasilan wajib pajak dianggap
sama besarnya dengan penghasilan sesungguhnya diperoleh dalam tahun yang lalu,
dengan sama sekali tidak terpengaruh oleh besarnya penghasilan yang sesungguhnya
3. Stelsel campuran
Pengenaan pajak didasarkan ada kombinasi stelsel nyata dan stelsel fiktif, Dimana
dalam tahun berjalan, wajib pajak diwajibkan membayar pajak yang pengenaan
pajaknya berdasarkan atas suatu anggapan bahwa penghasilan wajib pajak dianggap
sama besarnya dengan penghasilan sesungguhnya diperoleh dalam tahun lalu, setelah
tahun pajak berakhir, wajib pajak harus menghitung kembali besarnya pajak yang
tersebut.
Di Indonesia berlaku stelsel campuran, dimana wajib pajak melakukan angsuran pajak
tahun berjalan melalui anggapan dari pajak terutang tahun sebelumnya yang di atur dalam
mekanisme PPh Pasal 25, serta menghitung pajak terutang di akhir tahun. Pada akhir tahun, PPh
terutang yang telah dihitung berdasarkan penghasilan nyata pada tahun tersebut. Apabila pajak
terutang ternyata lebih besar daripada angsuran pajak terutang, kekurangan tersebut harus
dilunasi sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan. Jika pajak
terutang lebih kecil daripada angsuran pajak, setelah adanya pemeriksaan, kelebihan pembayaran
pajak dikembalikan.
Asas Pemungutan
Pajak
1. Asas Domisili
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat
tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
2. Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa
memperhatikan tempat tinggal Wajib
Pajak.
3. Asas Kebangsaan
Teknik Pemungutan
Pajak
Yaitu fiskus berperan aktif dalam menghitung dan menetapkan besarnya pajak
yang terutang, berdasarkan Surat Ketetapan yang diterbitkan fiskus, Wajb Pajak
melaporkan pajak yang terutang, dalam sistem ini fiskus hanya berperan untuk
3. Withholding system
Yaitu system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga
(bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya
Perlakuan self assessment, wajib pajak baik orang pribadi dan badan di Indonesia
melakukan penghitungan pajak terutang sendiri di akhir tahun pajak, dan melaporkan
pada pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan potong dan pemungutan, dimana
Klasifikasi Pajak
1. Menurut Golongan
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak
dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak
Penghasilan.
b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika
pajak. Misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa. Contoh : Pajak Pertambahan
Nilai.
2. Menurut Sifat
a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan pribadi
Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya. Contoh :
Pajak Penghasilan.
b. Pajak objektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan objeknya, baik berupa
benda, keadaan, perbuatan, maupun peristiwa yang mengakibatkan timbulnya
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, serta Pajak
a. Pajak Negara (Pajak Pusat), yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya. Contoh : Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri atas Pajak Provinsi dan
Pajak
Kabupaten/Kota.
sesungguhnya yang menjadi sumber PAD dengan cara meneliti dan mengusahakan serta
mengelola sumber PAD dengan cara meneliti dan mengusahakan serta mengelola sumber
pendapatan tersebut dengan benar, sehingga memberikan hasil yang maksimal. Sedangkan PAD
adalah pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan daerah yang dikelola snediri
Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut
a. Pajak Daerah;
b. Retribusi Daerah;
(2) Lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi :
b. jasa giro;
c. pendapatan bunga;
d. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan
e. komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau
Pemerintahan Daerah, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan
pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk menunjang tujuan otonomi daerah tersebut yaitu
dengan memaksimalkan Penerimaan Asli Daerah yang ada pada masing-masing daerah, pajak
1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang
2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 32 Tahun
Jenis Pajak
Daerah
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka
pajak daerah dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
g. Pajak Parkir
Di Kota Padang, pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan merupakan pajak daerah
yang dipungut sendiri oleh pemerintah Kota Padang.
Pajak
Hotel
Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Hotel adalah bangunan yang khusus
fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola
dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.
Pengenaan pajak hotel mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di
Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten
atau kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten.kota.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, subjek
pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada hotel.
Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan hotel dengan pembayaran, yang
termasuk
:
1. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek. Dalam pengertian rumah
penginapan termasuk rumah kos dengan jumlah kamar sepuluh atau lebih yang
tinggal jangka pendek antara lain : gubuk pariwisata (cottage) , motel, wisma pariwisata,
pesanggrahan (hostel), losmen, dan rumah penginapan.
antara lain : telepon, faksimile, teleks, fotokopi, pelayanan cuci, setrika, taksi dan
3. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel, bukan untuk
umum. Fasilitas olahraga dan hiburan antara lain : pusat kebugaran (fitness center),
kolam renang, tenis, golf, karaoke, pub, diskotik, yang disediakan atau dikelola hotel.
Sedangkan yang tidak termasuk objek pajak hotel atau tidak dikenakan pajak atas
1. Penyewaan rumah atau kamar, apartemen, dan/atau fasilitas tempat tinggal lainnya yang
3. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan di hotel yang digunakan oleh bukan tamu
5. Pelayanan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel dan dapat dimanfaatkan
oleh umum.
Pembayaran adalah jumlah uang yang diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas
Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi 10% (sepuluh persen) dan ditetapkan dengan
peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
keleluasaan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk menetapkan tarif pajak yang dipandang
Untuk mengetahui besarnya pokok Pajak Hotel yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif pajak hotel setinggi-tingginya sebesar 10% dengan dasar pengenaan pajak yaitu
jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang dan/atau
jasa sebagai pembayaran kepada pemilik hotel. Berikut rumus perhitungan pajak hotel :
Pajak
Restoran
Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan restoran. Restoran adalah tempat menyantap
makanan dan/atau minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha
Pengenaan pajak restoran tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten/kota yang ada
di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah
kabupaten/kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, subjek
pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada restoran.
Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan restoran dengan pembayaran.
Yang termasuk dalam objek pajak restoran adalah rumah makan, café, bar, dan sejenisnya.
2. Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang peredarannya tidak
Dasar pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada
restoran. Pembayaran adalah jumlah uang yang diterima atau seharusnya diterima sebagai
imbalan atas penyerahan barang dan/jasa sebagai pembayaran kepada pemilik restoran.
Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi 10% (sepuluh persen) dan ditetapkan
dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan keleluasaan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk menetapkan tarif pajak yang
Untuk mengetahui besarnya pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif pajak restoran paling tinggi sebesar 10% dengan dasar pengenaan pajak yaitu
jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang dan/atau
jasa sebagai pembayaran kepada pemilik restoran. Berikut rumus perhitungan pajak restoran :
Pajak Hiburan
Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis
pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan, dan/atau keramaian dengan nama dan bentuk
apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk
Pengenaan pajak hiburan tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten/kota yang ada
di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah
kabupaten/kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota.
Mengingat kondisi kabupaten/kota di Indonesia tidak sama, termasuk dalam jenis hiburan yang
diselenggarakan, maka untuk dapat diterapkan pada suatu daerah kabupaten/kota, pemerintah
daerah stempat harus mengeluarkan peraturan daerah tentang pajak hiburan yang akan menjadi
landasan hokum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak hiburan
pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menonton dan/atau menikmati hiburan.
Sedangkan wajib pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan
Restoran
Objek Pajak Hiburan adalah penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran, yang
meliputi :
1. Pertunjukan film.
2. Pertunjukan kesenian.
3. Pertunjukan pagelaran.
4. Penyelenggaraan diskotik, music hidup, karaoke, klab malam, ruang music (music room) ,
balai gita (singing hall) , pub, ruang selesa music (music long), klub eksekutif (executive
8. Pertandingan olahraga.
9. Penyelenggaraan tempat-tempat wisata, taman rekreasi, seluncur (ice skate) , kolam
pemancingan, pasar malam, sirkus, komedi putar yang digerakkan dengan peralatan
tidak dipungut bayaran, seperti hiburan yang diselenggarakan dalam rangka pernikahan, upacara
Dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah pembayaran yang dilakukan atau yang
seharusnya dibayar untuk menonton dan/atau menikmati hiburan. Pengertian yang seharusnya
Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi 35% (tiga puluh lima persen) dan ditetapkan
dengan peraturan daerah. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan kepada
pemerintah kabupaten/kota untuk menetapkan tarif pajak yang dipandang sesuai dengan kondisi
kewenangan unutk menetapkan besarnya tariff pajak yang mungkin berbeda dengan
kota/kabupaten lainnya, asalkan tidak lebih dari 35%. Untuk mendukung pengembangan
kesenian tradisional, hiburan berupa kesenian tradisional umumnya dikenakan tarif pajak yang
lebih rendah dari hiburan lainnya. Oleh karena objek pajak hiburan meliputi berbagai jenis
hiburan, pemerintah kabupaten/kota juga harus menetapkan tarif pajak untuk masing-masing
jenis hiburan, yang biasanya berbeda antar jenis hiburan.
Untuk mengetahui besarnya pokok Pajak Hiburan yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif pajak hiburan paling tinggi sebesar 35% dengan dasar pengenaan pajak yaitu
jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk menonton dan/atau menikmati hiburan.
1. Membetulkan SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah), SKPDKB (Surat Ketetapan Pajak
Daerah Kurang Bayar), SKPDKBT (Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
Tambahan), atau STPD (Surat Tagihan Pajak Daerah) yang dalam penerbitannya terdapat
kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan kekeliruan dalam penerapan peraturan perundang-
undangan perpajakan
daerah.
kenaikan pajak yang terutang jika sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan dan bukan
karena kesalahannya.
PENELITIAN TERDAHULU
dapat membandingkan hasil penelitian. Penelitian terdahulu disajikan pada table berikut :
Penelitia
Nam n
a
Rahma
(Tahun d
)
Sollin
g
Hami
d
Variabe
l Saha
Variabe r
l
(2011)
Penelitia
n
Penelitia
n
Hasi
l
Hasi
l
Hasi ndependen:
l ndependen:
Penelitia
n
Penelitia
n
Variabel Dependen:
Variabel Dependen:
Pendapatan Asli
Pendapatan Asli Sit
i
Daerah Kota
Palopo. ndependen:
Dinas Pendapatan Pengelolaan ndependen:
Dinas Pendapatan Pengelolaan Kontribusi pajak daerah dan
Dinas Pendapatan Pengelolaan Kontribusi pajak daerah dan
Kontribusi pajak daerah dan
Keuangan dan Aset Daerah
Keuangan dan Aset Daerah Rahmawati
Keuangan dan Aset Daerah
Hidaya
Kota Palopo harus h
Kota Palopo harus
Kota Palopo harus (2012)
memperhatikan pengelolaan
memperhatikan pengelolaan
memperhatikan pengelolaan
Pendapatan dan
Kabupaten
Grobogan. el, Pajak
25%. Hal ini dapat dilihat dari el, Pajak
Restoran, Pajak
Parkir
Restoran, Pajak
Parkir
intensifikasi pemungutan pajak
intensifikasi pemungutan pajak
intensifikasi pemungutan pajak
terhadap Pendapatan
Pendapatan Asli
Zor
Asli Daerah Kota y
Daerah Kota
Surakarta ndependen:
. ndependen:
Surakarta Gambaran penerimaan pajak
. Gambaran penerimaan pajak
yang selama ini masih Gambaran penerimaan pajak
yang selama ini masih
Alfuad
dianggap terlalu tinggi. y
dianggap terlalu tinggi.
(2014)
DPPKAD Kota Surakarta
DPPKAD Kota Surakarta
Terhada
p
Pendapatan
Asli
Daera
h
Kabupaten/Kota
di Provinsi Sumatera
Daera
h
Kabupaten/Kota di
meningkatkan potensi dan
Agriani meningkatkan potensi dan
meningkatkan potensi dan
Variabel Dependen:
Variabel Dependen:
Pendapatan Asli
membayar
pajak.
Kerangka
Berfikir
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan melalui bagan alur berikut :
Keterangan
:
penerimaan Pajak Daerah yang cukup besar di Kota Padang diantaranya yaitu pajak hotel, pajak
restoran, dan pajak hiburan. Untuk memaksimalkan realisasi dari anggaran penerimaan
pajak
daerah yang langsung berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah, maka pemerintah
daerah
harus mengetahui seberapa besar kontribusi pajak hotel, pajak restoran, dan pajak
hiburan
terhadap PAD. Serta untuk menghindari Wajib Pajak yang tidak taat dalam membayarkan
pajaknya.
METODOLOGI
PENELITIAN
Jenis
Penelitian
Paja
k
Pajak
Daerah
Pemerintah Kota
Padang
Suharsimi Arikunto (2006), pada dasarnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan dari
tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 sebagai variabel bebas (independent variable) dengan
indikator pengukuran penerimaan pajak yang terdiri atas laju pertumbuhan (growth) dan
efektivitas (effectivity), dan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah .Sedangkan yang
menjadi varibel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yang bisa diperoleh dari buku-buku, artikel,
undang-undang dan peraturan daerah (Perda) yang berlaku. Selain itu data sekunder juga
diperoleh dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), data Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah, dan data yang dipublikasi oleh Badan Pusat Statistika (BPS).
1. Pendapatan Asli Daerah di Kota Padang dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016.
2. Penerimaan pajak daerah terutama pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan di Kota
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Metode Penelitian Kepustakaan dan
Dokumentasi. Dengan mengumpulkan dan menelaah segala literatur yang berhubungan dengan
penelitian termasuk peraturan dan UU pajak yang berlaku, jurnal-jurnal terkait, serta data-data
Kegiatan analisis data untuk mengetahui tentang kontribusi penerimaan pajak hotel, pajak
restoran, dan pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Dalam penelitian ini dilakukan
1. Membuat tabel target dan realisasi penerimaan pajak daerah tahun 2014-2016 untuk
2. Membuat tabel target dan realisasi penerimaan pajak hotel tahun 2014-2016 untuk
3. Membuat tabel target dan realisasi penerimaan pajak hotel tahun 2014-2016 untuk
4. Membuat tabel target dan realisasi penerimaan pajak hotel tahun 2014-2016 untuk
5. Membuat tabel realisasi Penerimaan Asli Daerah tahun 2014-2016 untuk melihat
gambaran
PAD.
6. Menganalisa data yaitu proses pengolahan data dan menghitung rata-rata dengan
Laju pertumbuhan pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan menunjukkan kemampuan
Keterangan
:
sebelumnya.
Efektivitas (Effectivity)
Efektivitas adalah hubungan antara realisasi penerimaan pajak hotel, pajak restoran,
dan pajak hiburan terhadap target penerimaan hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan yang
memungkinkan apakah besarnya pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan sesuai dengan
target yang ada. Besarnya efektifitas pajak dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBD)
Lombogia, Agriani. 2016. Analisis Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah
Prakosa, Kesit Bambang. 2003. Pajak dan Retribusi Daerah. Yogyakarta: UII Press.
Resmi, Siti. 2016. Perpajakan : Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Rostika. 2011. Kontribusi Penerimaan Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Di
Sahar, Rahmad Solling Hamid. 2011. Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kota
Palopo.
Sari, Dewi Nirmala. 2014. Analisis Kontribusi Pajak Hotel, Restoran, Reklame, dan Pajak
Parkir
Siahaan, Marihot P. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.