Anda di halaman 1dari 8

Submitted : 12 Agustus 2015

Accepted : 31 Agustus 2015 p-ISSN: 2088-8139


Published : 30 September 2015 e-ISSN: 2443-2946
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRI RAWAT


INAP
EVALUATION OF ANTIBIOTICS PEDIATRIC PATIENTS WARD
Avianti Eka Dewi Aditya Purwaningsih, Fita Rahmawati, Djoko Wahyono
Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ABSTRAK

Meluasnya penggunaan antibiotik yang tidak tepat merupakan isu besar dalam kesehatan masyarakat dan keamanan
pasien. Masalah utama pemakaian antibiotik pada anak adalah penentuan jenis antibiotik, dosis, interval, dan rute pemberian.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui persentase antibiotik yang rasional (kategori 0) dan apa saja jenis ketidakrasionalan
(kategori II-V), serta untuk mengetahui hubungan rasionalitas penggunaan antibiotik dengan luaran terapi yang di capai. Penelitian
merupakan penelitian observasional menggunakan metode cohort. Pengambilan data pada penelitian dilakukan secara retrospektif
dan prospektif selama periode November 2014 sampai Februari 2015. Sampel penelitian adalah pasien pediatri di bangsal rawat
inap Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, yang memenuhi kriteria inklusi. Evaluasi rasionalitas antibiotik menggunakan
metode Van der Meer dan Gyssens kemudian dianalisis secara deskriptif. Hubungan antara rasionalitas antibiotik dengan luaran
terapi dianalisis menggunakan Chi-square dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil evaluasi terhadap penggunaan antibiotik pada 385
regimen menunjukkan 23,9% penggunaan antibiotik rasional. Jenis ketidakrasionalan, yaitu kategori V (8,6%); kategori IV A
(22,3%); kategori IV C (20%); kategori IV D (1,6%); kategori II A (44,4%); kategori IV B (37,7%). Hasil analisis hubungan
rasionalitas dengan luaran terapi menunjukkan tidak ada hubungan antara rasionalitas penggunaan antibiotik dengan luaran terapi
(p>0,05).

Kata kunci: antibiotik, pediatri, rasionalitas, Gyssens

ABSTRACT

Widely used of inappropriate antibiotics is a major issue in public health and patient safety. Main problem of the use of
antibiotics in children include determining the type of antibiotic, dose, interval, and route of administration. This study aimed to
determine the percentage of rational antibiotics (category 0), and what kind of irrational antibiotic uses (category II-V), as well as to
determine the relation of the rational antibiotic use and therapeutic outcomes achieved. This study an observational study using the
cohort method. Data collected both retrospectively and prospectively during the period November 2014 until Februari 2015.
Samples were pediatric patients in inpatient wards Sultan Agung Islamic Hospital Semarang, who met the inclusion criteria.
Evaluation the rational antibiotic of using the Van der Meer and Gyssens method then analyzed descriptively. In addition, the
relationship between the rational antibiotic use and therapeutic outcomes were analyzed using Chi-square with 95% confidence
level. In conclusion, the result showed there 385 antibiotic regimen for 23.9% classified as rational. The type irrational antibiotic use
was the category V (8.6%); category IV A (22.3%); category IV C (20.0%); category IV D (1.6%); category II A (44.4%); and category
II B (37.7%). There was no relation between the rational antibiotic use and the therapeutic outcome (p>0,05)

Keywords: antibiotics, paediatric, rasionality, Gyssens

PENDAHULUAN Pada penelitian tentang kualitas


Sebuah penelitian di Kosta Rika penggunaan antibiotik di berbagai bagian
menunjukkan 40% dari 500 pasien anak di suatu rumah sakit ditemukan 30-80% tidak didasarkan
rumah sakit mendapatkan antibiotik yang tidak pada indikasi yang tepat (Kemenkes RI, 2011a).
rasional (Mora et al., 2002). Secara umum, Penelitian tim AMRIN (Antimicrobial
peresepan antibiotik sering suboptimal, tidak Resistance in Indonesia Prevalence and Prevention)
hanya di negara berkembang, namun juga di digunakan sebagai standar untuk mengevaluasi
negara maju (Van der Meer dan Gyssens, 2001; penggunaan antibiotik secara kualitatif dan
Mettler et al., 2007; Kristiansson et al., 2009; kuantitatif pada program pencegahan kejadian
Sahoo et al., 2010). resistensi antibiotik (Ciptaningtyas et al., 2014).
Evaluasi kualitas antibiotik pada studi AMRIN
Korespondensi menggunakan metode Van der Meer dan
Avianti Eka Dewi Aditya Purwaningsih, S. Farm., Apt. Gyssens (Kategori 0-V) (Gyssens, 2005). Evaluasi
Magister Farmasi Klinik, Universitas Gadjah Mada
Jl. Sekip Utara Yogyakarta di dua rumah sakit pendidikan di Indonesia
Email : avianti.ekaaa@gmail.com menunjukkan hanya 21% peresepan antibiotik
yang tergolong rasional (Hadi et al., 2008).
Penggunaan antibiotik yang rasional diharapkan

211
Volume 5 Nomor 3 – September 2015

dapat meningkatkan luaran terapi dan Penelitian ini sesuai dengan data jumlah
membatasi laju resistensi (ASHP, 1998). penduduk Indonesia menurut jenis kelamin
tahun 2010 – 2013 (Kemenkes RI, 2014), dan dari
METODE penelitian sebelumnya yang dilakukan Febiana
Penelitian ini dilakukan di bangsal et al. (2012).
pediatric RSI Sultan Agung Semarang. Anak yang memiliki kekurangan gizi
Pengumpulan data penelitian dilakukan dari pada usia 2 tahun pertama, pertumbuhan serta
November 2014 sampai Februari 2015. Penelitian perkembangan fisik dan mentalnya akan lambat,
merupakan penelitian observasional dengan selain itu dapat melemahkan daya tahan tubuh
desain cohort. Sampel penelitian adalah sampel terhadap penyakit (Kemenkes RI, 2014). Hasil
yang memenuhi kriteria inkusi, yaitu pasien dari Rikesdas tahun 2013, terdapat 19,6% balita
yang dirawat di bangsal rawat inap pediatri, yang kekurangan gizi (Kemenkes RI, 2013). Pada
pasien yang mendapat antibiotik lebih dari 48 penelitian ini, sebagian besar anak yang
jam sebagai terapi empiris dan definitif, dan menerima antibiotik memiliki gizi baik sebesar
pasien berusia 0-18 tahun. Kriteria eksklusi, 342 pasien (93,2%). Pasien yang dirawat di RSI
yaitu pasien dengan data rekam medis tidak Sultan Agung mayoritas menggunakan jaminan
lengkap, pasien kanker dan HIV yang kesehatan JKN NON PBI sebesar 46,6%.
mendapatkan antibiotik sebagai pengobatannya, Pola penyebaran penyakit infeksi
pasien yang menjalani operasi (bedah), pasien bakteri pada pasien rawat inap periode
yang menerima antibiotik selain sediaan November 2014 sampai Februari 2015 dapat
parenteral dan peroral, pasien yang menginap dilihat pada Tabel II. Penyakit infeksi paling
kurang dari 48 jam baik karena pasien pulang banyak yang menyebabkan anak dirawat adalah
paksa (atas permintaan sendiri), pasien demam tifoid (57,2%), diikuti dengan diare
meninggal, dan pasien pindah rumah sakit. (24,8%) dan Infeksi Saluran Pernafasan Atas
Analisis data dilakukan secara (ISPA) (7,6%). Hasil penelitian ini sesuai dengan
deskriptif. Identifikasi data demografi pasien profil kesehatan kota Semarang tahun 2013
(jenis kelamin dan usia), serta pola dan jenis dimana demam tifoid dan diare menjadi dua
penggunaan antibiotik dianalisis secara penyebab paling banyak pada pasien rawat inap
deskriptif dalam bentuk tabel dan uraian (Dinas Kesehatan, 2014).
penjelasan. Identifikasi rasionalitas antibiotik Demam tifoid disebabkan oleh
menggunakan metode Van der Meer dan Salmonella typhi, bakteri gram negatif. Sebuah
Gyssens. Pustaka yang digunakan adalah penyakit yang sangat mirip tetapi kurang parah
Standar Pelayanan Medik Rumah Sakit Islam disebabkan oleh Salmonella paratyphi serotipe A,
Sultan Agung Semarang, Pedoman Pelayanan dan kurang umum Salmonella paratyphi serotipe
Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia (Ikatan B dan C (Bhutta, 2006; WHO, 2011). Di Indonesia
Dokter Anak Indonesia, 2009), Pelayanan demam tifoid bersifat endemik dan merupakan
Kesehatan Anak di Rumah Sakit (WHO, 2008) masalah kesehatan masyarakat. Dari telaah
dan Drug Information Handbook edisi 20 (Lacy kasus di beberapa rumah sakit besar, kasus
et al., 2011). Analisis hubungan rasionalitas demam tifoid menunjukkan kecenderungan
dengan luaran terapi menggunakan Chi-square yang meningkat dari tahun ke tahun (Depkes,
dengan taraf kepercayaan 95%. 2003).
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang
HASIL DAN PEMBAHASAN buang air besar dengan konsistensi lembek atau
Dari 367 pasien yang masuk kriteria cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensi
inklusi didapatkan 385 regimen antibiotik. lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam
Karakteristik pasien anak berdasarkan jenis satu hari. Penyebab yang sering ditemukan
kelamin, kelompok usia, status gizi, dan jenis dilapangan adalah diare yang disebabkan oleh
jaminan kesehatan dapat dilihat pada Tabel I.

212
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

Tabel I. Karakteristik Pasien Anak yang Mendapatkan Terapi Antibiotik


Frekuensi Pasien (Persentase)
Karakteristik Pasien
N=365
Jenis Kelamin
Perempuan 154 (42)
Laki – Laki 213 (58)
Usia (Tahun)
0 bulan – 12 bulan 62 (16,9)
1-4 172 (46,9)
5 - 11 115 (31,3)
12 – 18 18 (4,9)
Status Gizi
Gizi Baik 342 (93,2)
Gizi Kurang 18 (4,9)
Gizi Buruk 7 (1,9)
Jenis Jaminan Kesehatan
JKN NON PBI 171 (46,6)
JKN PBI 29 (7,9)
JAMKESMASKOT 9 (2,5)
Mandiri 126 (34,3)
Asuransi Swasta 21 (5,7)
JKN Karyawan 1 (0,3)
Ikatan Kerjasama RS 10 (2,7)

Tabel II. Pola Penyakit Infeksi Bakteri Pasien Anak yang Mendapatkan Terapi Antibiotik
Frekuensi Pasien
Penyakit Infeksi
(Persentase)
Demam Tifoid 210 (57.2)
Diare Persisten 91 (24.8)
Infeksi Saluran Pernafasan Atas 43 (11.7)
Demam Tidak Spesifik 28 (7.6)
Leukositosis 22 (5.9)
Bronkitis 19 (5.2)
Gastroduodenitis 11 (2.9)
Bronkopneumonia 10 (2.7)
Sepsis 6 (1.6)
Tuberkulosis 5 (1.4)
Infeksi Lainnya 29 (7.9)

infeksi dan keracunan (Depkes, 2011; Rathaur et adalah sefotaksim dan seftriakson. Sefotaksim
al., 2014). Bakteri sebagai penyebab diare yaitu memiliki aktivitas serupa dengan seftriakson,
Escherichia coli (E. coli), Salmonella, Shigella, namun memiliki waktu paruh (t ½ ) yang lebih
Campylobacter jejuni, dan Clostridium difficile pendek (Lacy et al., 2011). Sefotaksim
(Guerrant et al., 2001; Talan et al., 2001; Koletzko merupakan antibiotik golongan sefalosporin
dan Osterrieder, 2009; Ali et al., 2014; Rathaur et generasi ketiga yang dipilih untuk anak – anak
al., 2014). Karakteristik penggunaan antibiotik terutama neonatus daripada seftriakson karena
pasien anak di bangsal anak RSI Sultan Agung sefotaksim tidak mempengaruhi metabolisme
Semarang dapat dilihat pada Tabel III. bilirubin seperti halnya seftriakson (Reese dan
Mayoritas jenis antibiotik tunggal dan Betts, 1993). Seftriakson merupakan antibiotik
kombinasi yang digunakan berturut-turut yang mengandung cincin beta laktam dan
adalah sefotaksim (27,3) dan sefotaksim– memiliki spektrum aktivitas luas (broad
tiamfenikol (9,1%). Antibiotik golongan spectrum), efektif melawan bakteri gram positif
sefalosporin generasi 3 yang sering digunakan

213
Volume 5 Nomor 3 – September 2015

maupun negatif dengan toksisitas yang rendah (2011), memberikan hasil bahwa penggunaan
(Gonçalves-Pereira dan Póvoa, 2011). antibiotik yang rasional sebanyak 76,38%
Pemberian antibiotik sebaiknya menunjukkan gejala infeksi yang membaik.
dilakukan secara tepat sesuai dengan indikasi, Rasionalitas penggunaan antibiotik memiliki
dimana disesuaikan dengan bakteri penyebab hubungan positif dengan luaran terapi. Tetapi,
infeksi agar tujuan penggunaan antibiotik sesuai pada penelitian ini dari hasil analisis
hasil terapi yang diharapkan. Keberhasilan menggunakan Chi-square dengan taraf
penggunaan antibiotik ditentukan oleh beberapa kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada
faktor seperti: ketepatan dosis, cara pemberian, hubungan antara rasionalitas penggunaan
frekuensi pemakaian, dan lama pemberian antibiotik dengan luaran terapi (p > 0,05). Hal ini
dalam menggunakan obatnya (Dwiprahasto, disebabkan kerasionalan antibiotik tidak hanya
1995; Kemenkes RI, 2011b). Evaluasi sebatas sesuai pada satu kategori, ditunjukkan
penggunaan antibiotik serupa yang telah pada Tabel VI. Selain itu, luaran terapi juga
dilakukan sebelumnya menyatakan hasil dipengaruhi oleh jenis penyakit, penyakit
antibiotik yang digunakan secara rasional (21%) penyerta dan status gizi pasien.
(Hadi et al., 2008). Penelitian lainnya Pada kategori V, tidak ada indikasi penggunaan
menyebutkan antibiotik rasional yang sesuai antibiotik maka dengan atau tanpa pemberian
kategori 0 berkisar 3,7%-53% (Yuniftiadi et al., antibiotik pasien akan sembuh.
2010; Tampi dan Nugroho, 2011; Soegijanto, Ketidakrasionalan penggunaan antibiotik
2013; Yuniar et al., 2013). Pada penelitian ini, kategori IV A (terdapat antibiotik yang lebih
hasil evaluasi penggunaan antibiotik efektif (sesuai dengan guidelines)), IV C (lebih
menggunakan metode Van der Meer dan murah), dan IV D (spektrum yang lebih sempit)
Gyssens, 23,9% antibiotik rasional (kategori 0) memberikan luaran terapi sembuh yang lebih
dan 76,1% antibiotik tidak rasional (kategori II – banyak. Hal ini karena antibiotik yang
V). Kategori rasionalitas penggunaan antibiotik seharusnya didapatkan oleh pasien hanya
menurut kategori Van der Meer dan Gyssens antibiotik tunggal, tetapi pasien menerima
ditunjukkan pada Tabel IV. antibiotik kombinasi atau antibiotik dengan
Permasalahan antibiotik tidak rasional spektrum yang lebih luas, sehingga pasien
yang paling banyak terjadi adalah kategori II a memberikan luaran terapi yang positif
dan b berturut–turut sebesar 171 (44,4%) dan 145 meskipun tidak rasional.
(37,7%) regimen antibiotik. Secara umum, klinisi Antibiotik yang tidak rasional pada
telah melakukan penyesuaian dosis dengan kategori II A (dosis tidak tepat) dan II B (interval
berat badan anak, namun masih saja terdapat tidak tepat) memberikan luaran terapi yang
kasus tidak rasional dilihat dari dosis dan mayoritas sembuh. Pada kategori II A, dosis
interval. Antibiotik yang tidak sesuai interval yang tidak tepat dibagi menjadi dosis berlebih
pemberian obat paling banyak adalah antibiotik dan dosis kurang. Pada dosis berlebih sebanyak
kloramfenikol. Pada regimen antibiotik, 7 regimen dan dosis kurang sebanyak 141
kloramfenikol yang diresepkan terbagi menjadi memberikan luaran terapi sembuh. Pada dosis
3 dosis, sedangkan di pustaka dianjurkan kurang dapat memberikan luaran terapi sembuh
penggunaan kloramfenikol terbagi dalam 4 karena regimen antibiotik tidak hanya tidak
dosis. Hal ini berhubungan dengan t½ rasional pada kategori II A tetapi juga pada
kloramfenikol yang singkat yaitu 4 – 6 jam (Lacy kategori lain seperti kategori IV A, IV C, IV D,
et al., 2011). dan II B, sedangkan pada kategori II B sebanyak
Analisa hubungan luaran terapi dengan 131 regimen antibiotik memberikan luaran
rasionalitas ditunjukkan pada Tabel V. terapi sembuh. Interval ini dipengaruhi sifat
Penggunaan antibiotik yang rasional diharapkan farmakokinetika antibiotik, yaitu time dependent
memberikan luaran terapi yang positif. killing dan concentration dependent. Pada
Penelitian mengenai hubungan rasionalitas penelitian ini antibiotik yang tidak sesuai
dengan luaran terapi yang dilakukan Pamela interval tergolong dalam kelompok time

214
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

Tabel III. Karakteristik Penggunaan Antibiotik di Bangsal Pediatri RSI Sultan Agung Semarang
Regimen Antibiotik (Persentase)
Karakteristik
n = 385
Penggunaan Antibiotik
Monoterapi 306 (79,5)
Kombinasi 79 (20,5)
Jumlah Penggunaan Antibiotik
Antibiotik Tunggal 306 (79,5)
Kombinasi 2 Antibiotik 59 (15,3)
Kombinasi > 2 Antibiotik 20 (5,2)
Jenis Antibiotik
Sefuroksim 33 (8,6)
Seftriakson 96 (24,9)
Sefotaksim 105 (27,3)
Amoksisilin 5 (1,3)
Kloramfenikol 54 (14)
Tiamfenikol 4 (1,0)
Meropenem 3 (0,8)
Gentamisin 2 (0,5)
Sefadroksil 1 (0,3)
Sefiksim 2 (0,5)
Sefotiam 1 (0,3)
Seftriakson – Metronidazol 4 (1,0)
Sefotaksim – Kloramfenikol 1 (0,3)
Sefotaksim - Tiamfenikol 35 (9,1)
Amoksisilin – Kotrimoksazol 1 (0,3)
Kloramfenikol – OAT 1 (0,3)
Sefuroksim – OAT 1 (0,3)
Seftriakson – Amikasin 2 (0,5)
Kloramfenikol – Metronidazol 1 (0,3)
Sefotaksim – Amoksisilin 3 (0,8)
Amoksisilin – Metronidazol – Kotrimoksazol 1 (0,3)
Sefotaksim – Kotrimoksazol 3 (0,8)
Sefotaksim – Amikasin 1 (0,3)
Gentamisin - Sefadroksil 3 (0,8)
Sefotaksim – Amoksisilin – Kotrimoksazol 17 (4,4)
Sefotaksim – Sefadroksil 4 (1,0)
Gentamisin – Amoksisilin 1 (0,3)
Lama Pemberian (hari)
2–3 85 (22,1)
4-7 295 (76,6)
>7 5 (1,3)
Rute Pemberian
Intravena 310 (80,5)
Peroral 7 (1,8)
Intravena + Peroral 68 (17,7)

interval tergolong dalam kelompok time menggunakan metode Van der Meer dan
dependent killing yang pemakaiannya melebihi Gyssens, menunjukkan terdapat 23,9%
aturannya sehingga meskipun tidak rasional penggunaan antibiotik rasional (0), 8,6% tidak
memberikan luaran terapi sembuh. rasional karena tidak ada indikasi penggunaan
antibiotik (V), 22,3% karena ada antibiotik lain
KESIMPULAN yang lebih efektif (IVA), 20% karena ada
Hasil evaluasi penggunaan antibiotik antibiotik lain yang lebih murah (IVC); 1,6%

215
Volume 5 Nomor 3 – September 2015

Tabel IV. Kategori Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Menurut Kategori Van der Meer dan Gyssens
Regimen Antibiotik (Persentase)
Rasionalitas
n = 385
Rasional 92 (23,9%)
Tidak Rasional 293 (76,1%)
Kategori V (Tidak ada indikasi penggunaan antibiotik) 33 (8,6 %)
Kategori IV a (Ada antibiotik lain yang lebih efektif) 86 (22,3)
Kategori IV b (Ada antibiotik lain yang kurang toksik) 0
Kategori IV c (Ada antibiotik lain yang lebih murah) 77 (20,0%)
Kategori IV d (Ada antibiotik lain yang spektrum sempit) 6 (1,6%)
Kategori III a (Pemberian antibiotik terlalu lama) 0
Kategori III b (Pemberian antibiotik terlalu singkat) 0
Kategori II a (Dosis tidak tepat) 171 (44,4%)
Kategori II b (Interval tidak tepat) 145 (37,7%)
Kategori II c (Rute tidak tepat) 0

Tabel V. Hasil Analisis Hubungan Luaran Terapi dengan Rasionalitas


Luaran Terapi
Rasionalitas Tidak Sembuh Sembuh p
n (%) n (%)
Tidak Rasional 35 (11,9) 258 (88,1) 0,141
Rasional 6 (6,5) 86 (93,5)
*Chi-square test with odds ratio, signifikansi 95%
Tabel VI. Sebaran Rasionalitas Antibiotik dengan Luaran Terapi
Luaran Terapi
Rasionalitas Tidak Sembuh Sembuh
n (%) n (%)
Rasional 6 (6,5) 86 (93,5)
Tidak Rasional
Kategori V (Tidak ada indikasi penggunaan antibiotik) 4 (12,1) 29 (87,9)
Kategori IV a (Ada antibiotik lain yang lebih efektif) 11 (12,8) 75 (87,2)
Kategori IV c (Ada antibiotik lain yang lebih murah) 9 (11,7) 68 (88,3)
Kategori IV d (Ada antibiotik lain yang spektrum sempit) 0 (0) 6 (100)
Kategori II a (Dosis tidak tepat) 23 (13,5) 148 (86,5)
Kategori II b (Interval tidak tepat) 14 (9,7) 131 (90,3)

karena ada antibiotik lain yang lebih spesifik rasionalitas penggunaan antibiotik dengan
(IVD); 44,4% karena dosis tidak tepat (IIA); dan luaran terapi (p > 0,05).
37,7% karena tidak tepat interval pemberian
dosis (IIB). Tidak ada hubungan antara

DAFTAR PUSTAKA
Ali, M.M.M., Ahmed, S.F., Klena, J.D., Bhutta, Z.A., 2006, Current Concepts in the
Mohamed, Z.K., Moussa, T.A., Ghenghesh, Diagnosis and Treatment of Typhoid
K.S., 2014, Enteroaggregative Escherichia Fever, BMJ, 333: 78–82.
Coli in Diarrheic Children in Egypt: Ciptaningtyas, V.R., Sri-Lestari, E., dan
Molecular Characterization and Wahyono, H., 2014, The Quality and
Antimicrobial Susceptibility, The Journal of Quantity Study of Antibiotic Usage at
Infection in Developing Countries, 8: 589–596. Intensive Care Unit DR. Kariadi Hospital
ASHP, 1998, Statement on the Pharmacist's Role Semarang, Journal of Clinical Microbiology
in Infection Control, AJHP, 55: 1724–1726. and Infectious Disease, 1: 21–26.

216
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

Depkes RI, 2003, Pedoman Pengendalian Demam Kemenkes RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar 2013,
Tifoid Bagi Tenaga Kesehatan, Direktorat Badan Penelitian dan Pengembangan
Jenderal Pengendalian Infeksi dan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI,
Penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan Jakarta.
RI, Jakarta. Kemenkes RI, 2014, Profil Kesehatan Indonesia
Depkes RI, 2011, Buku Saku Petugas Kesehatan Tahun 2013, Kementerian Kesehatan
Lintas Diare: Lima Langkah, Direktorat Republik Indonesia, Jakarta.
Jenderal Pengendalian Infeksi dan Koletzko, S., Osterrieder, S., 2009, Acute
Penenyehatan Lingkungan, Jakarta. Infectious Diarrhea in Children, Deutsches
Dinas Kesehatan, 2014, Profil Kesehatan Kota Ärzteblatt International, 106: 539–548.
Semarang 2013, Dinas Kesehatan Kota, Kristiansson, C., Grape, M., Gotuzzo, E.,
Semarang. Samalvides, F., Chauca, J., Larsson, M.,
Dwiprahasto, I., 1995, Masalah Penggunaan dkk., 2009, Socioeconomic Factors and
Antibiotika, dalam: Penggunaan Antibiotika Antibiotic Use in Relation to Antimicrobial
Rasional, Laboratorium Farmakologi Resistance in the Amazonian Area of Peru,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Scandinavian Journal of Infectious Diseases,
Febiana, T., Hapsari, M.M., Hapsari, R., 2012, 41: 303–312.
Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Lance, L.L.,
Di Bangsal Anak RSUP Dr. Kariadi Goldman, M.P., 2011, Drug Information
Semarang Periode Agustus - Desember Handbook with International Trade Names
2011, Jurnal Media Medika Muda, 1–12. Index, Lexi-Comp.
Gonçalves-Pereira, J., Póvoa, P., 2011, Antibiotics Mettler, J., Simcock, M., Sendi, P., Widmer, A.F.,
in Critically Ill Patients: a Systematic Bingisser, R., Battegay, M., et al., 2007,
Review of the Pharmacokinetics of β- Empirical Use of Antibiotics and
lactams, Critical Care, 15: 2–17. Adjustment of Empirical Antibiotic
Guerrant, R.L., Gilder, T.V., Steiner, T.S., Therapies in a University Hospital: A
Thielman, N.M., Slutsker, L., Tauxe, R.V., Prospective Observational Study, BMC
et al., 2001, Practice Guidelines for the Infectious Diseases, 7: 21.
Management of Infectious Diarrhea, Mora, Y., Avila-Agüero, M.L., Umaña, M.A.,
Clinical Infectious Diseases, 32: 331–351. Jiménez, A.L., París, M.M., Faingezicht, I.,
Gyssens, I.C., 2005, Audits for Monitoring the 2002, Epidemiological Observations of The
Quality of Antimicrobial Prescriptions, in Judicious Use of Antibiotics in a Pediatric
Gould, I.M., Meer, J.W.M. van der (Eds.), Teaching Hospital, International Journal of
Antibiotic Policies, Springer US, 197–226. Infectious Diseases, 6: 74–77.
Hadi, U., Duerink, D.O., Lestari, E.S., Pamela, D.S., 2011, Evaluasi Kualitatif
Nagelkerke, N.J., Keuter, M., Huis in’t Penggunaan Antibiotika Dengan Metode
Veld, D., et al., 2008, Audit of Antibiotic Gyssens Di Ruang Kelas 3 Infeksi
Prescribing in Two Governmental Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM
Teaching Hospitals in Indonesia, Clinical Secara Prospektif, Tesis, Fakultas MIPA
Microbiology and Infection, 14: 698–707. Prodi Studi Ilmu Farmasi, Universitas
IDAI, 2009, Pedoman Pelayanan Medis, Ikatan Indonesia, Jakarta.
Dokter Anak Indonesia, Jakarta. Rathaur, V.K., Pathania, M., Jayara, A., Yadav,
Kemenkes RI, 2011a, Peraturan Menteri N., 2014, Clinical Study of Acute
Kesehatan Republik Indonesia Nomor Childhood Diarrhoea Caused by Bacterial
2406 Tahun 2011, Jakarta. Enteropathogens, Journal of Clinical and
Kemenkes RI, 2011b, Pedoman Pelayanan Diagnostic Research, 8: PC01–PC05.
Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik, Reese, R.E., M. D., Betts, R.F., M. D., 1993,
Kementerian Kesehatan Republik Handbook of Antibiotics, 2nd edition, Little
Indonesia, Jakarta. Brown & Co, Boston.

217
Volume 5 Nomor 3 – September 2015

Sahoo, K.C., Tamhankar, A.J., Johansson, E.,


Lundborg, C.S., 2010, Antibiotic Use,
Resistance Development and
Environmental Factors: A Qualitative
Study Among Healthcare Professionals in
Orissa, India, BMC Public Health, 10: 629–
638.
Soegijanto, W.M., 2013, Perbedaan Kualitas
Penggunaan Antibiotik pada Anak dengan
Demam Tifoid di Kelas III dan Non Kelas
III, Jurnal Media Medika Muda.
Talan, D.A., Moran, G.J., Newdow, M., Ong, S.,
Mower, W.R., Nakase, J.Y., et al., 2001,
Etiology of Bloody Diarrhea among
Patients Presenting to United States
Emergency Departments: Prevalence of
Escherichia Coli O157:H7 and Other
Enteropathogens, Clinical Infectious
Diseases, 32: 573–580.
Tampi, G.G., Nugroho, T., 2011, Rasionalitas
Penggunaan Antibiotika dalam
Penatalaksanaan Konjungtivitis di Bagian
Mata RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun
2010, Karya Tulis Ilmiah, Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro,
Semarang.
Van der Meer, J.W., Gyssens, I.C., 2001, Quality
of Antimicrobial Drug Prescription in
Hospital, Clinical Microbiology and Infection,
7 Suppl 6: 12–15.
WHO, 2008, Pocket Book of Hospital Care for
Children, Guidelines for the Management of
Common Illnesses with Limited Resources,
2005, World Health Organization (WHO),
Indonesia.
WHO, 2011, Guidelines for the Management of
Thypoid Fever, World Health Organization,
Geneva.
Yuniar, I., Karyanti, M.R., Tambunan, T., dan
Rizkyani, N.A., 2013, Evaluasi
Penggunaan Antibiotik dengan Kartu
Monitoring Antibiotik Gyssens, Sari
Pediatri, 14: 384–390.
Yuniftiadi, F., Pujo, J.L., Lestari, E.S., 2010,
Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik
di Intensiv Care Unit RSUP Dr. Kariadi
Semarang Periode Juli - Desember 2009,
Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro, Semarang.

218

Anda mungkin juga menyukai