Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Audit memiliki banyak manfaat bagi perusahaan. Manfaat audit (Jusup dalam
Pradipto, 2010) Secara ekonomis, antara lain : (1) Akses ke pasar modal, (2)
Biaya modal menjadi lebih rendah. (3) Pencegah terjadinya ketidakefisienan dan
kecurangan, dan (4) Perbaikan dalam pengendalian dan operasional. Selain itu
audit laporan keuangan juga diharapkan dapat menjembatani pertentangan
kepentingan antara pihak internal perusahaan, yaitu manajemen dengan pihak
external perusahaan yaitu, investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat.

Agar audit dapat bermanfaat bagi para pemakainya, auditor independen


memiliki tanggungjawab untuk menghasilkan pendapat yang benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan dan memiliki obyektivitas yang tinggi. Oleh karena itu
sebelum menjalankan proses audit, tentu saja proses audit harus direncakan
terlebih dahulu. Perencanaan audit adalah suatu tahapan yang terperinci, yang
menyangkut prosedur dan rencana auditor yang akan digunakan dalam
pelaksanaan suatu audit. Tujuan audit, jadwal kerja audit, dan staf yang akan
diikutsertakan dalam proses audit, harus diterangkan secara jelas dalam
perencanaan audit.

Perencanaan audit yang cukup dapat membantu auditor untuk memastikan


bahwa perhatian yang sesuai diberikan kepada area audit yang penting, sehingga
permasalahan dapat dikenali dengan baik, dan pekerjaan dapat diselesaikan secara
efektif. Bekerja secara efektif berarti tercapainya tujuan untuk prosedur audit yang
dilaksanakan sesuai dengan target yang diharapkan. Auditor harus merencanakan
audit dengan sikap skeptis professional (SA Seksi 230) tentang berbagai hal
seperti integritas (Mulyadi, dalam Pradipto, 2010) manajemen, kekeliruan dan
ketidakberesan, dan tindakan melawan hukum. Sehingga pada akhirnya pendapat

1
yang diberikan oleh auditorpun dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
harapan publik.

Perencanaan audit yang memadai tercantum dalam standar pekerjaan lapangan


pertama pada Standar Auditing seksi 311 tentang perencanaan dan supervisi yang
mengharuskan bahwa “Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan
jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.” Seksi ini berisi
panduan bagi auditor untuk melaksanakan audit berdasarkan standar auditing di
dalam mempertimbangkan dan menerapkan prosedur perencanaan dan supervisi,
termasuk penyiapan program audit, pengumpulan informasi tentang bisnis entitas,
dan penyelesaian pendapat di antara personel KAP.

Dalam makalah ini kami akan mencoba membahas tentang perencanaan audit
dan bagaimana hubungannya dengan internal control dan resiko.

B. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah

1. Apakah perencanaan audit itu?


2. Apakah internal control itu dan hubungannya dengan perencanaan audit?
3. Apakah resiko dan hubungannya dengan perencanaan audit?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa itu perencanaan audit.
2. Untuk mengetahui apa itu internal control dan kaitannya dengan
perencanaan audit.
3. Untuk mengetahui resiko dan kaitannya dengan perencanaan audit.

2
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari tulisan ini adalah:
1. Bagi penulis, tulisan ini bermanfaat dalam memperdalam pengetahuan
penulis tentang perencanaan audit dan hubungannya dengan internal
control dan resiko.
2. Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi rekan-rekan pembaca.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perencanaan Audit

Prosedur pelaksanaan audit laporan keuangan menurut Mulyadi (dalam


Pradipto, 2010), dibagi menjadi empat tahap:

a. Penerimaan perikatan audit


b. Perencanaan Audit
c. Pelaksanaan pengujian audit
d. Pelaporan audit

Dalam makalah ini kita akan memfokuskan pada perencanaan audit. Dalam
pelaksanaan proses audit, audit dibagi menjadi empat tahapan kegiatan penting.
Salah satu tahapan kegiatan penting dalam audit laporan keuangan adalah
perencanaan. Perencanaan meliputi pengembangan strategi menyeluruh
pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Auditor harus merencanakan
audit dengan sikap skeptis profesional tentang berbagai hal seperti integritas
manajemen, kekeliruan dan ketidakberesan, dan tindakan melawan hukum (Jusup
dalam Pradipto, 2010). Oleh karena itu, dalam perencanaan audit diperlukan
penyusunan suatu kerangka kerja yang menyeluruh tentang pelaksanaan yangakan
dilakukan, waktu, luas, tempat, tujuan, personal, dan sifat dari audit yang
dilakukan.

Perencanaan audit adalah suatu tahapan yang terperinci, yang menyangkut


prosedur dan rencana auditor yang akan digunakan dalam pelaksanaan suatu audit.
Dalam mengaudit laporan keuangan, auditor harus benar-benar merencanakan
audit agar audit berjalan efektif dan efisien. Perencanaan audit yang memadai,
tercantum dalam standar pekerjaan lapangan pertama pada standar auditing seksi
311 tentang perencanaan dan supervisi, yang mengharuskan bahwa “Pekerjaan
harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.”

4
Supervisi mencakup pengarahan asisten yang tergabung dalam tim audit yang
berhubungan dengan pencapaian tujuan audit dan penentuan apakah tujuan
tersebut telah tercapai (Jusup dalam Pradipto, 2010).

Menurut SA seksi 311 paragraf 3 (dalam Pradipto, 2010), dalam perencanaan


audit, auditor harus mempertimbangkan antara lain :

a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi
tempat usaha entitas tersebut.
b. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
c. Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi
akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar
untuk mengelola informasi akuntansi pokok perusahaan.
d. Tingkat resiko pengendalian yang direncanakan
e. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.
f. Pos laporan keungan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment).
g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian
audit, seperti risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya
transaksi antarpihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

5
B. Tahapan Perencanaan Audit

Tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam perencanaan auditing agar auditing


yang dilakukan mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan yaitu :

Mendapatka Melak Menetapkan


n sanaka pertimbanga
pemahaman n n awal
tentang prosed tentang
bisnis dan ur dan tingkat
bidang analiti materialitas
usaha klien s

Mendapatka Menetapkan Mempe


n strategi rtimban
pemahaman audit awal gkan
tentang untuk resiko
struktur asersi-asersi audit
pengendalia
n intern
Penjelasan :
klien

Seperti yang terlihat dalam urutan diatas, tahapan-tahapan yang harus dilakukan
dalam perencanaan auditing yaitu :

1. Mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien


Untuk dapat membuat perencanaan audit secara memadai, auditor harus
memiliki pengetahuan tentang bisnis kliennya agar memahami kejadian,
transaksi, dan praktik yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap laporan
keuangan. Dalam hal ini yang perlu dilakukan adalah :
a. Mereview kertas kerja tahun lalu
Dalam penugasan audit ulangan, auditor bisa memperoleh pengetahuan
tentang klien dengan cara mereview kertas kerja tahun yang lalu.Kertas
kerja juga bisa menunjukkan masalah-masalah yang muncul dalam audit
pada tahun lalu yang mungikin masih akan berlanjut pada audit tahun-
tahun selanjutnya.

6
b. Mereview data industry dan bisnis klien
Informasi mengenai industri yang di dalamnya klien beroperasi dapat
diperoleh dengan membaca data industri yang dikumpulkan oleh kantor
akuntan dan berbagai publikasi (misalnya majalah) yang diterbitkan
industri yang bersangkutan.
c. Melakukan peninjauan ke tempat operasi klien
Kegiatan ini dilakukan untuk melihat langsung fasilitas operasi dan
perkantoran. Hal ini dikarenakan :
1. Dengan Peninjauan langsung ke pabrik, auditor akan mengetahui tata
letak pabrik, proses operasi, dll
2. Auditor juga mendapat pengetahuan tentang jenis dan lokasi catatan
akuntansi dan fasilitas PDE, dan kebiasaan para karyawan.
d. Mengajukan pertanyaaan ke komite audit
Komite audit dari dewan komisaris bisa memberi penjelasan penting
kepada auditor mengenai bisnis dan industri klien. Komite audit juga bisa
memberi informasi kepada auditor tentang perubahan-perubahan penting
dalam manajemen perusahaan dan struktur organisasi.
e. Mengajukan pertayaan ke manajemen
Baik bagi klien baru maupun klien ulangan, diskusi dengan manajemen
akan berguna bagi auditor untuk dapat mengetahui perkembangan terakhir
perusahaan yang mungkin berpengaruh signifikan pada audit yang akan
dilakukan auditor.
f. Menentukan adanya hubungan istimewa
Prinsip akuntansi yang berlaku umum mencakup keharusan untuk
membuat pengungkapan khusus dan dalam hal tertentu menetapkan
perlakuan akuntansi khusus, untuk transaksi transaksi dengan pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa. Pihak-pihak yang memiliki
hubungan istimewa yang telah teridentifikasi hendahknya diberitahukan
kepada semua anggota.

7
g. Mempertimbangkan dampak dari pernyataan akuntansi dan auditing
tertentu yang relevan
Dampak dari sejumlah pernyataan yang dibuat oleh instansi berwenang
tertentu seperti Bapepam atau pedoman yang diterbitkan oleh IAI auditor
harus memperimbangkan khusus atas penyataan-pernyataan akuntansi dan
penyataan standar auditing terbaru
2. Melaksanakan prosedur dan analitis

Evaluasi informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang


masuk antara data keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya, atau
antara data keuangan dan data non keuangan. Prosedur analitis mencakup
perbandingan yang paling sederhana hingga model yang rumit yang
mematikan berbagai hubungan dan unsur data.

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam melaksanakan prosedur dan analitis yaitu

a. Mengidentifikasi perhitungan/perbandingan yang akan dibuat


Jenis perhitungan dan perbandingan yang umum digunakan meliputi:
1) Perbandingan data absolut
2) Analisis Vertikal
3) Analisa Rasio
4) Analisa Trend
b. Mengembangkan ekspektasi dan harapan
Dasar pikiran yang melandasi penggunaan prosedur analitis dalam
auditing ialah bahwa hubungan antar data bisa diperikrakan akan berlanjut
seandainya tidak terjadi hal2 atau kondisi berbeda yang tidak diketahui.
Dalam mengembangkan ekspektasi selain menggunakan data keuangan
juga digunakan data non-keuangan.
c. Melakukan perhitungan perbandingan
Tahap ini menyangkut penumpulan data yang akan digunakan untuk
menghitung jumlah-jumlah absolut dan selisih persentase antara jumlah
tahun ini dengan jumlah tahun yang lalu, menghitung data common-size ,
dan rasio-rasio.

8
d. Analisis data dan identifikasi perbedaan signifikan
Analisis hasil perhitungan dan perbandingan akan dapat menambah
pengetahuan auditor tentang bisnis klien.Bagian penitng dari analisis
adalah mengidentifikasi fluktuasi dalam data yang tidak diharapkan(
unxpected) atau tidak adanay fluktuasi ayng diharapkan yang bisa
memberi petunjuk meningkatnya risiko terjadinya salah saji.
e. Menyelidiki selisih tak diharapkan yang signifikan
Selisih tak diharapkan yang signifikan harus diselidiki. Hal ini biasanya
menyangkut peninjauan kembali metoda dan faktor2 yang digunakan
dalam mengembangkan ekspektasi dan mengajukan pertanyaan kepada
manajemen
f. Menentukan pengaruh atas perencanaan audit
Selisih signifikan yang tidak dapat dijelaskan alasan terjadinya, harus
dipandang sebagai incikasi kenaikan resiko salah saji dalam rekening atau
rekening-rekening yang tercakup dalam perhitungan atau perbandingan.
3. Menentapkan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas
4. Mempertimbangkan resiko audit
5. Menetapkan strategi audit awal untuk asersi-asersi
6. Mendapatkan pemahaman tentang struktur pengendalian intern klien

C. Prosedur Perencanaan Auditing

Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan dan


supervisi biasanyamencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan
dengan entitas dan pembahasandengan personel lain dalam kantor akuntan dan
personel entitas tersebut. Contoh prosedur tersebutmeliputi:

1. Me-review arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanen, laporan


keuangan, dan laporan auditortahun lalu.
2. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit dengan personel
kantor akuntanyang bertanggung jawab atas jasa nonaudit bagi entitas.
3. Meminta keterangan tentang perkembangan bisnis saat ini yang berdampak
terhadap entitas.

9
4. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan.
5. Membahas tipe, lingkup, dan waktu audit dengan manajemen, dewan
komisaris, atau komiteaudit.
6. Mempertimbangkan dampak diterapkannya pernyataan standar akuntansi dan
standar auditingyang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, terutama yang
baru.
7. Mengkoordinasi bantuan dari personel entitas dalam penyiapan data.
8. Menentukan luasnya keterlibatan, jika ada, konsultan, spesialis, dan auditor
intern.
9. Membuat jadwal pekerjaan audit.
10. Menentukan dan mengkoordinasi kebutuhan staff audit.
11. Melaksanakan diskusi dengan pihak pemberi tugas untuk memperoleh
tambahan informasi tentangtujuan audit yang akan dilaksanakan sehingga
auditor dapat mengantisipasi dan memberikanperhatian terhadap hal-hal yang
berkaitan yang dipandang perlu.

D. Elemen-Elemen Perencanaan Audit

Ruang lingkup dari perencanaan pemeriksaan ini adalah bervariasi sesuai


dengan besarnya dan kompleksitas permasalahan objek yang diperiksa dan
pengetahuan mengenai jenis usaha objek yang diperiksa. Adapun elemen-elemen
perencanaan audit menurut Arens and Loebbecke(dalam Hanggaryudha, 2012)
adalah :

1. Perencanaan Awal (Pra Plan)


Beberapa hal penting yang terdapat dalam perencanaan awal ini adalah
menyangkut informasi mengenai alasan klien untuk diaudit, menerima atau
menolak klien baru maupun klien lama, mengidentifikasi alasan klien untuk
diaudit, menentukan staf untuk penugasan dan memperoleh surat penugasan.
Perencanaan awal itu terdiri dari hal-hal berikut ini :
a. Menyelidiki klien baru
Menyelidiki klien baru adalah hal yang penting bagi auditor sebelum
mereka memutuskan untuk menerima atau menolak klien tersebut. Hal itu

10
dilakukan dengan cara mengevaluasi prospek klien dalam lingkungan
usaha, stabilitas keuangan dan hubungan klien dengan kantor akuntan
terdahulu. Auditor pengganti diwajibkan untuk berhubungan dengan
auditor sebelumnya dan harus mendapatkan izin dari klien sebelum
komunikasi dilakukan.
b. Melanjutkan klien lama
Untuk melanjutkan klien lama juga harus di evaluasi untuk memutuskan
apakah diterima atau tidak dapat dilanjutkan, penyebab tidak bisa
dilanjutkannya pemeriksaan karena perselisihan sebelumnya, jika terjadi
tuntutan hukum terhadap Kantor Akuntan Publik oleh klien.
c. Mengidentifikasi alasan klien untuk diaudit
Dua faktor utama yang mempengaruhi bahan bukti audit yang akan
dikumpulkan adalah siapa pemakai laporan dan maksud penggunaan
laporan. Auditor mungkin akan mengumpulkan lebih banyak bahan bukti
audit jika laporan digunakan secara luas.
d. Staf untuk penugasan
Menentukan staf yang pantas untuk penugasan adalah penting untuk
memenuhi standar auditing yang telah ditetapkan dan meningkatkan
efisiensi audit. Pertimbangan yang mempengaruhi penyusunan staf adalah
orang-orang yang diserahi tugas harus akrab dengan bidang usaha klien
e. Memperoleh surat penugasan
Tujuan dibuatnya surat penugasan adalah untuk mengurangi
salahpengertian sehingga harus dibuat secara tertulis. Surat penugasan
adalahkesepakatan antara KAP dengan klien, isi dari surat tersebut adalah
menyatakan batasan dari penugasan, batas waktu, bantuan akandiberikan
atau daftar rincian yang perlu disiapkan untuk auditor, serta honorarium.
2. Memperoleh latar belakang informasi
Auditor harus memiliki tentang ciri-ciri lingkungan kegiatan perusahaanklien
yang akan diaudit yang berguna sebagai acuan dalam menentukansurat
penugasan atau perlu tidaknya prosedur-prosedur audit khusus. Hal-halyang
harus dilakukan untuk memperoleh informasi sehingga dapatmemahami latar
belakang klien adalah dengan cara :

11
a. meninjau lokasi pabrikdan kantor
b. menelaah kebijakan-kebijakan penting perusahaan
c. mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
d. sertamengevaluasi kebutuhan akan spesialis dari luar.

3. Memperoleh informasi tentang kewajiban sah/tentang undang-undang klien


Faktor-faktor yang menyangkut lingkungan hukum industri klienmempunyai
dampak besar terhadap hasil audit. Pengetahuan auditor untukmenafsirkan
fakta yang berkaitan selama pekerjaan berlangsung akanmeyakinkan bahwa
pengungkapan yang semestinya telah dilaksanakandalam laporan keuangan.
Dalam hal ini dokumen-dokumen hukum yangpenting untuk diperiksa oleh
auditor adalah Akta Pendirian Perusahaan,anggaran dasar perusahaan, masalah
rapat dewan komisaris, para pemegang saham, komite audit dan para pejabat
eksekutif termasukdidalamnya adalah ringkasan pokok mengenai keputusan
yang dibuat olehdireksi dan pemegang saham serta dokumen mengenai
kontrak penjualanmaupun pembelian.
4. Melaksanakan prosedur menurut penelitian persiapan
Melakukan analisis ini sangat penting artinya karena dengan demikian
keseluruhan kegiatan pemeiksaan dapat tergambar didalamnya.
Prosedur analitis ini diantaranya :
a. Memahami bidang usaha klien
b. Penetapan kemampuan satuan usaha untuk menjaga kelangsungan
hidupnya
c. Indikasi adanya kemungkinan kekeliruan dalam laporan keuangan dan
d. Mengurangi pengujian yang terinci
5. Menetapkan materialistis dan menetapkan resiko audit yang dapat diterima
Besarnya salah saji dalam informasi akuntansi dapat membuat pertimbangan
pengambilan keputusan terpengaruh. Tanggung jawab auditor adalah
menetapkan apakah suatu laporan keuangan terdapat salah saji material,
apabila auditor berpendapat adanya salah saji yang material ia harus
memberitahukan hal ini pada klien, sehingga koreksi dapat dilakukan. Jika

12
klien menolak untuk mengoreksi laporan keuangan tersebut maka auditor
dapat memberikan pendapat dengan pengecualian.
Ada lima langkah dalam menetapkan materialitas, dua langkah pertama
diperlukan untuk merencanakan luas pengujian, sedangkan tigal angkah
berikutnya untuk mengevaluasi hasil atau melaksanakan pengujian audit,
langkah-langkah tersebut adalah:
a. Menentukan pertimbangan awal mengenai materialitas
b. Mengalokasikan pertimbangan awal mengenai materialitas kedalam
segmen
c. Mengestimasikan total salah saji dalam segmen
d. Mengestimasikan salah saji gabungan
e. Membandingkan estimasi gabungan dengan pertimbangan
awalmengenai materialitas.
6. Memahami struktur pengawasan intern dan menilai risiko kendali
7. Mengembangkan program audit dan rencana audit
Untuk melaporkan serta memberikan pendapat yang tepat maka auditor harus
melakukan wawancara, melakukan pemeriksaan dan meneliti keaslian bukti-
bukti. Guna mempermudah pelaksanaan maka auditor harus menyusun
program yang direncanakansecara logis untuk prosedur-prosedur audit bagi
setiap pemeriksaan. Program pemeriksaan juga merupakan suatu alat
pengendalian dimana pemeriksa dapat menyesuaikan pemeriksaannya dengan
anggaran dan jadwal yang telah ditetapkan dalam Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) dalam hal ini Ikatan Akuntansi Indonesia
(2001:311.3) menyatakan bahwa:
“ Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat, luas,
dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan dan harus membuat suatu program
audit secara tertulis. Program audit membantu auditor dalam memberikan
perintah kepada asisten mengenai pekerjaan yang harus dilakukan. Bentuk
program auditdan tingkat kerinciannya sangat bervariasi”

13
E. Pengendalian Internal

Pengendalian intern merupakan bagian dari manajemen resiko yang


harusdilaksanakan oleh setiap lembaga untuk mencapai tujuan lembaga.
Demikianperlunya pengendalian intern dalam sebuah lembaga sehingga hal ini
harusdilaksanakan secara konsisten untuk menjamin kesinambungan dan
kepercayaanpihak donor maupun masyarakat.

Boynton dkk (dalam Amanina, 2011) mendefenisikan pengendalian intern


sebagai berikut:Pengendalian intern adalah suatu proses yang dilaksanakan oleh
dewan direksi,manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas yang
dirancang untukmemberikan keyakinan memadai berkenaan dengan pencapaian
tujuan berikut iniyaitu:

a. Keandalan pelaporan keuangan,


b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku,
c. Efektivitas dan efisiensi operasi.

Pengertian Pengendalian Intern menurut Alvin A.Arens-James K.Loebbecke


(dalam Amanina, 2011) adalah Sistem pengendalian intern terdiri dari beberapa
kebijaksanaan danprosedur spesifikasi yang dirancang untuk memberikan
manajemen kepastian yangwajar bahwa sasaran dan tujuan penting bagi
perusahaan untuk dipenuhi.Kebijaksanaan dan prosedur ini sering kali disebut
pengendalian dan secara kolektifdisebut pengendalian internal perusahaan.

Berdasarkan defnisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengendalian


internmerupakan proses kebijaksanaan atau prosedur yang dijalankan dewan
direksi,manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas yang dirancang
untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang:

a. Keandalan pelaporan keuangan

b. Kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku

c. Efektivitas dan efesiensi operasional

14
1. Lima Unsur Pengendalian Internal

Pengendalian internal terdiri atas beberapa unsur-unsur, namun


hendaknyatetap diingat bahwa unsur-unsur tersebut saling berhubungan dalam
suatu sistem.Menurut Committee of Sponsoring Organizations of the Tradeway
atau COSO (Baidaie dalam Amanina, 2011) yang meliputi unsur-unsur pokok
pengendalian intern adalah:

a. Lingkungan pengendalian (control environment), suasana organisasi yang


mempengaruhi kesadaran penguasaan (control consciousness) dari seluruh
pegawainya. Lingkungan pengendalian ini merupakan dasar dari
komponenlain karena menyangkut kedisiplinan dan struktur.
b. Penaksiran resiko (risk assestment), adalah proses mengidentifikasi dan
menilai resiko-resiko yang dihadapi dalam mencapai tujuan. Setelah
teridentifikasi, manajemen harus menentukan bagaimana
mengelola/mengendalikannya.
c. Aktivitas pengendalian (control activities), adalah kebijakan dan prosedur
yang harus ditetapkan untuk meyakinkan manajemen bahwa semua arahan
telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian ini diterapkan pada semua
tingkatorganisasi dan pengolahan data.
d. Informasi dan komunikasi (information and communication), dua elemen
yang dapat membantu manajemen melaksanakan tanggung jawabnya.
Manajemen harus membangun sistem informasi yang efektif dan tepat
waktu. Hal tersebut antara lain menyangkut sistem akuntansi yang terdiri
dari cara-cara dan perekaman (records) guna mengidentifikasi,
menggabungkan, menganalisa, mengelompokkan, mencatat dan
melaporkan transaksi yang timbul serta dalam rangka membuat
pertanggung jawaban (akuntabilitas) assetdan utang-utang perusahaan.
e. Pengawasan adalah penilaian berkala atau berkelanjutan dari mutu
penampilan/prestasi pengendalian internal oleh manajemen. Hal yang
penting yang harus diketahui auditor tentang pengawasan adalah jenis
utama aktivitas pengawasan yang digunakan sebuah perusahaan dan

15
bagaimana aktivitas ini digunakan untuk memodifikasi pengendalian
internal saat diperlukan
2. Tujuan Pengendalian Internal

Pengendalian intern yang diciptakan dalam suatu perusahaan harusmempunyai


beberapa tujuan. Tujuan dari pengendalian intern (Zaki, dalam Amanina, 2011)
yaitu:

a. Menjaga keamanan harta milik perusahaan.


b. Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi.
c. Memajukan efisiensi operasi perusahaan.
d. Membantu menjaga kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan
lebihdahulu untuk dipatuhi.

Hall (dalam Amanina, 2011) menyebutkan tujuan utama dari pengendalian


intern adalah:

a. Untuk menjaga aktiva perusahaan


b. Untuk memastikan akurasi dan dapat diandalkannya catatan dan
informasiakuntansi
c. Untuk mempromosikan efisiensi operasi perusahaan
d. Untuk mengukur kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur yang
telahditetapkan oleh manajemen.

3. Hubungan Perencanaan Audit dengan Pengendalian Internal

Dalam kegiatan audit, auditor harus memperoleh pemahaman tentang


pengendalian intern yang memadai untuk merencanakan audit dengan
melaksanakan prosedur untuk memahami desain pengendalian yang relevan
dengan audit atas laporan keuangan, dan apakah pengendalian intern tersebut
dioperasikan.

Setelah memperoleh pemahaman tersebut, auditor menaksir risiko


pengendalian untuk asersi yang terdapat dalam saldo akun, golongan transaksi,

16
dan komponen pengungkapan dalam laporan keuangan.Auditor dapat menaksir
risiko pengendalian pada tingkat maksimum (probabilitas tertinggi bahwa salah
saji material dapat terjadi dalam suatu asersi, tidak mungkin efektif, atau karena
evaluasi terhadap efektivitasnya tidak akan efisien. Sebagai alternatifnya, auditor
dapat memperoleh bukti audit tentang efektivitas baik desain maupun operasi
suatu pengendalian yang mendukung risiko pengendalian taksiran rendah.Bukti
audit semacam itu dapat diperoleh dari pengujian pengendalian yang direncanakan
atau dilaksanakan bersamaan dengan pemerolehan atau dari prosedur yang
dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman yang tidak secara khusus
direncanakan sebagai pengujian pengendalian.

F. Resiko Audit

Laporan audit standar menjelaskan bahwa audit dirancang untuk memperoleh


keyakinan yang memadai-bukan absolute- bahwa laporan keuangan telah bebas
dari salah saji yang material. Karena audit tidak menjamin bahwa laporan
keuangan telah bebas dari salah saji material, maka terdapat beberapa derajat
risiko bahwa laporan keuangan mengandung salah saji yang tidak terdeteksi oleh
auditor. Dengan demikian dalam perencanaan pekerjaannya, auditor harus
mempertimbangkan risiko audit tersebut. Menurut SA seksi 312 (PSA No. 25)
yang dikutip oleh Soekrisno Agoes (2004), risiko audit adalah risiko yang timbul
karena auditor, tanpa disadari tidak memodifikasikan pendapatnya sebagaimana
mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.

Dalam praktik, seorang auditor tidak hanya harus mempertimbangkan risiko


audit untuk setiap saldo akun dan golongan transaksi saja, tetapi juga setiap asersi
yang relevan dengan saldoakun dan golongan transaksi yang material. Faktor
risiko yang relevan dengan suatu asersi biasanya berbeda dengan faktor risiko
yang relevan dengan asersi lainnya untuk saldo akun atau golongan transaksi yang
sama.

17
SAS NO. 47 (AU 312.20) menyatakan bahwa risiko audit terdiri dari 3
komponen:

1. Risiko bawaan (Inherent risk) merupakan kerentanan asersi terhadap salah


saji (misstatement) yang material, dengan mengasumsikan bahwa tidak
ada pengendalian yang berhubungan. Risiko salah saji (misstatement)
seperti itu lebih besar dalam beberapa asersi laporan keuangan dan saldo-
saldo atau pengelompokan yang berhubungan daripada yang lainnya.
Risiko ini dipertimbangkan pada tahap perencanaan audit. Sebagai contoh,
perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika dibandingkan
dengan perhitungan yang sederhana. Akun yang terdiri dari jumlah yang
berasal estimasi akuntansi cenderung mengandung risiko lebih besar
dibandingkan dengan akun yang sifatnya relatif rutin dan berisi data
berupa fakta.
2. Risiko Pengendalian (Control Risk) merupakan risiko bahwa suatu salah
saji yang material yang akan terjadi dalam asersi tidak dapat dicegah atau
dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian perusahaan. Risiko ini
merupakan fungsi keefektifan perancangan dan operasi pengendalian
internal dalam mencapai tujuan entitas yang relevan untuk menyusun
laporan keuangan entitas. Beberapa risiko pengendalian akan selalu ada
karena keterbatasan yang melekat pada pengendalian internal.
3. Risiko Deteksi (Detection Risk) merupakan risiko bahwa auditor tidak
dapat mendeteksi salah saji yang material dalam suatu perusahaan. Risiko
ini merupakan fungsi keefektifan prosedur audit dan aplikasinya oleh
auditor. Hal ini sebagian muncul dari ketidakpastian yang ada ketika
auditor tidak memeriksa semua saldo akun atau kelompok transaksi untuk
mengumpulkan bukti tentang asersi lainnya.

18
1. Hubungan Perencanaan Audit dengan Resiko

PSA seksi 311,01 menyatakan bahwa pekerjaan audit harus direrncanakan dengan
matang dan jika dipergunakan asisten maka harus dilakukan supervisi yang
memadai. Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh
pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat lingkup, dan saat
perencanaan bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman
mengenai entitas, dan pengetahuan tentang bisnis entitas.

Dengan demikian auditor harus merencanakan pekerjaan auditnya sebaik-baiknya,


sehingga kemungkinan menanggung Risiko yang besar dapat dihindari, sehingga
pertimbangan yang diambil untuk menyatakan opini yang sesuai dapat
dipertanggungjawabkan.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam melakukan audit, auditor memiliki tanggung jawab menghasilkan


pendapat yang ojektif dan benar-benar wajar sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. Untuk itu auditor harus merencanakan audit dengan matang berkaitan
dengan risiko dari kegiatan audit itu sendiri. Dalam perencanaan audit, penilaian
terhadap pengendalian internal sangatlah diperlukan untuk mengetahui di titik
mana yang memerlukan perhatian yang lebih.

B. Saran

Penulis menyarankan agar tulisan ini dapat menambah wawasan mengenai


perencanaan audit dan bagaimana hubungannya dengan pengendalian internal dan
resiko.

20
DAFTAR PUSTAKA

Wahyu, Arif. 2009.Hubungan antara Manajemen Laba, Good Corporate


Governance dan Struktur Pengendalian Intern Terhadap Perencanaan
Audit .Skripsi : Universitas Timbul Nusantara

Soekrisno Agoes, 2004. “Auditing (Pemeriksaan Akuntan) Oleh KAP”. Edisi


Tiga. LPFEUI Jakarta.

Pradipto, Agustinus Adhi Yudho. 2010. Analisis Perencanaan Audit Laporan


Keuangan pada Kantor Akuntan Publik (KAP) Joachim Sulistyo &
Rekan. Skripsi.Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Amanina, Nurzanna. 2011. Evaluasi Terhadap Sistem Pengendalian Intern pada


Proses Pemberian Kredit Mikro. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro Semarang

Hanggaryudha. 2012. Perencanaan Auditting. http://hanggaryudha.wordpress.com


/2012/11/06/ perencanaan-auditing/. November, 06, 2012

21
DAFTAR ISI

PRAKATA ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang.......................................................................... 1

B Rumusan Masalah .................................................................... 2

C Tujuan ....................................................................................... 2

D Manfaat ..................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A Perencanaan Audit .................................................................... 4

B Tahapan Perencanaan Audit ..................................................... 6

C Prosedur Perencanaan Audit..................................................... 9

D Elemen Perencanaan Audit....................................................... 10

E Pengendalian Internal ............................................................... 14

F Resiko Audit ............................................................................. 17

BAB III PENUTUP

A Simpulan ................................................................................... 20

B Saran ......................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA

ii

22

ii
PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis aturkan kehadirat Allah SWT, yang mana


atas berkat rahmat dan hidayah-Nya tugas seminar Audit tentang Audit Planning
dan Hubungannya dengan Internal Control dan Riskyang sederhana ini dapat
diselesaikan. Salawat berangkaikan salam tak lupa pula kita panjatkan kepada
Allah agar disampaikan kepada junjungan umat islam, Nabi Muhammad SAW.
Yangmana beliau telah membimbing umatnya dari alam jahiliyah sampai kepada
alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat ini.

Makalah ini ditulis dalam rangka memenuhi tugas Seminar


Audit.Disamping itu penulisan ini juga bertujuan untuk menanbah ilmu
pengetahuan.

Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa tulisan ini sangat jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
dapat memberikan efek terhadap kemajuan penulis. Akhirnya kepada Allah kami
serahkan segala sesuatunya. Mudah-mudahan Allah selalu melimpahkan rahmat-
Nya kepada kita. Amin.

Pekanbaru, 14 November 2014

Penulis

i
23
T U G A S B E R S T R U K T U R D O S E N P E M B I M B I N G
S E M I N A R A U D I T Dr. Rita Anugerah, Ak MAFI S

AUDIT PLANNING DAN HUBUNGANNYA DENGAN


INTERNAL CONTROL DAN RISK

Disusun Oleh:

KELOMPOK 8

1. ANNISA ANGELINA (1102135165)


2. SILVIA HELLENA (1102113054)
3. SUNDARI OKTAVIA (1102120540)
4. URVAN MAULANA MUFQI (1102112807)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS RIAU
2014

24

Anda mungkin juga menyukai