Anda di halaman 1dari 9

SEMINAR NASIONAL

TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)


ISSBN : 978-602-71928-1-2

PENERAPAN MODIFIED COMPRESSION FIELD THEORY PADA ANALISA


KEKUATAN GESER NOMINAL BETON MEMADAT SENDIRI
INyoman Merdana1, Suparjo1, Miko Eniarti1, Pathurahman1, Shofia Rawiana1
1
Jurusan Teknik Sipil, FakultasTeknik, Universitas Mataram
Jl. Majapahit 62 Matara, NTB
e-mail: nmerdana@unram.ac.id

ABSTRAK
Beton Memadat Sendiri merupakan beton yang ketika masih dalam keadaan segar mampu mengalir sendiri melalui
celah diantara tulangan dan memenuhi seluruh ruangan yang ada didalam cetakan tanpa adanya bantuan pemadatan
mekanis tanpa mengalami segregasi ataupun Bleeding. Beton memadat sendiri menghendaki kerikil berdiameter kecil
dan relatif bundar dengan porsi sekitar 28-35%. Kekuatan geser beton dipengaruhi oleh banyak faktor satu
diantaranya Agregat interlocking. Studi ini membahas penerapan Modified Compression Field Theory pada analisa
kekuatan geser beton memadat sendiri. Kajian ini telah dilakukan secara eksperimental di laboratorium dengan balok
beton memadat sendiri dan balok beton konvensional tampang persegi bertulangan rangkap yang dibebani secara
statis. Semua balok beton memadat sendiri memenuhi persyaratan Filling ability, Passing ability dan Segregation
resistance dari EFNARC. Dari kajian yang telah dilakukan diperoleh bahwa Modifid Copression Field Theory dapat
diterapkan pada Beton memadat Sendiri maupun beton konvensional. Kekuatan geser Beton Memadat Sendiri tidak
berbeda nyata dengan kekuatan geser beton konvensional.

Kata Kunci: Beton Memadat Sendiri, Beton Konvensional, Kuat Geser Nominal, Modified Compression Field Theory

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada pekerjaan beton konvensional selalu melalui proses pemadatan secara eksternal maupun internal dengan
tujuan untuk memperoleh beton yang padat yang mana pada akhirnya diharapkan menghasilkan beton yang
mempunyai kekuatan tinggi. Dari pengamatan diberbagai lokasi proyek konstruksi seringkali ditemukan hasil
pengecoran (Cast in place) yang keropos sebagai akibat dari pemadatan yang kurang sempurna. Pada saat pengecoran
beton seringkali alat pemadat mengalami kesulitan atau bahkan tidak dapat samasekali menjangkau bagian bagian
yang sempit. Bagian bagian yang sulit dicapai oleh pemadat tadi umumnya dijumpai pada begisting yang sempit dan
/ atau pada jarak tulangan yang rapat. Pemadatan yang kurang sempurna pada bagian bagian tersebut diatas akan
berdampak buruk terhadap pencapaian mutu beton yang ditargetkan. Untuk mengatasi kondisi tersebut diatas
digunakan Beton memadat sendiri (Self compacting concrete/SCC).
SCC dibuat dengan memanfaatkan pengaturan ukuran dan proporsi agregat disertai dengan penggunaan
Superplasticiser. SCC dibuat dengan agregat kasar yang berbutir kecil (16-20mm) dan relatif bundar serta
Superplasticiser yang banyak. SCC ini potensial untuk diterapkan pada dunia konstruksi karena banyak keunggulan
diantaranya harga tenaga kerja yang lebih rendah dan waktu pekerjaan yang lebih singkat karena tidak membutuhkan
pemadatan serta dapat menjamin kepadatan beton yang tinggi. Aplikasi dari SCC pada dunia konstruksi sudah mulai
diterima secara luas pada industri Precast concrete dan Ready mix concrete.
Studi tentang perilaku lentur balok SCC baik dengan tambahan serat ataupun tanpa tambahan serat telah cukup
banyak dilakukan diantaranya oleh Debs dan Filho (2007), Pereira et.al (2008), Ding et.al (2009), Safan (2011),
Pajak dan Ponikiewski (2013), Sravana et.al (2013), Jatale dan Mangulkar (2013), Abrishambaf et.al (2015),
Ning et.al (2015) dan juga Merdana dan Mahmud (2016). Dilain pihak riset tentang kekuatan geser SCC relatif
masih terbatas ditemukan. Beberapa studi tentang kekuatan geser SCC diantaranya yaitu Safan (2012), Rafeeqi dan
Ayub (2013), dan Cuenca (2015). Berdasarkan laporan ACI-ASCE committee 426 bahwa secara umum kekuatan
geser beton ditentukan oleh banyak faktor salah satu diantaranya berkaitan dengan karakteristik agregat penyusunnya,
yaitu Aggregate interlocking atau sering juga disebut Interface shear transfer.
Sampai saat ini terdapat setidaknya empat teori pendekatan yang populer digunakan untuk pemodelan struktur
beton yaitu Modified Compression field theory, Softened truss model, Compressive force path theory dan Strut and tie
model. (Chung dan Ahmad, 1994). Modified Compression field theory (MCFT) merupakan pendekatan yang relatif

SNT2BKL-ST-45 367
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2

sangat populer diantara semua teori pendekatan tersebut diatas untuk diterapkan pada beton konvensional, hal ini
setidaknya karena MCFT tersebut menggunakan prinsip kesetimbangan yang sangat sederhana dan relatif tidak sulit
untuk dikembangkan perangkat lunaknya dengan komputer. Untuk alasan dan pertimbangan tersebut tadi maka dalam
studi ini diterapkan MCFT tersebut pada SCC sebagai alat analisa.

1.2 Permasalahan
Dalam kondisi segar atau basah perbedaan utama antara beton konvensional dan SCC sebenarnya terletak pada
kemampuan SCC itu untuk mengalir dan menjadi padat dengan memanfaatkan beratnya sendiri. Inilah yang menjadi
ciri khas dari SCC dibandingkan dengan beton konvensional. Pada prinsipnya bahan baku SCC adalah sama dengan
bahan baku beton konvensional dengan beberapa penyesuaian terutama pada porsi agregat kasar dan diameter butiran
untuk memenuhi persyaratan SCC. Beton SCC terbuat dari agregat kasar dengan porsi yang relatif sedikit, ukuran
butir yang kecil, relatif bundar serta kandungan Superplasticiser dalam jumlah yang banyak. Penggunaan agregat
kasar berukuran kecil, yaitu maksimum 20mm dan porsinya sekitar 20-35% dari volume beton tentunya akan
mempengaruhi sifat dan kekuatan beton SCC yang mana pada khirnya akan mempengaruhi perilaku struktur beton
yang dibuat dari SCC. Kondisi ini berbeda dengan beton konvensional yang mana porsi agregat kasar yang lebih
dominan. Perilaku struktur yang banyak mengalami pengaruhi pada SCC adalah kekuatan geser beton Vc, hal ini
mengingat jumlah agregat kasar yang sedikit jumlahnya. Sebagai jenis beton yang relatif masih baru bila dibandingkan
dengan beton konvensional maka SCC ini masih tersimpan banyak hal yang perlu untuk dipelajari terkait dengan
perilaku struktur yang terbuat dari SCC. Dari uraian singkat diatas serta mengingat hal sebagaimana dipaparkan pada
Pendahuluan, bahwa beban yang bekerja pada konstruksi sipil selalu membentuk kombinasi maka penting kiranya
bagaimana perilaku kekuatan geser beton SCC, serta bagaimana penerapan MCFT pada beton SCC dibandingkan
dengan beton konvensioal.

1.3 Tujuan
Berpijak dari latar belakang dan beberapa riset tersebut diatas serta menyadari kenyataan bahwa beton SCC ini
sudah mulai diterima luas untuk diterapkan pada dunia konstruksi maka kiranya sangat mendesak untuk diteliti lebih
lanjut tentang SCC ini khususnya terkait dengan perilaku kekuatan geser dan kombinasinya dengan momen lentur.
Dengan adanya riset ini sebagai pendahuluan diharapkan dapat diketahui apakah teori beton konvensional yang ada
saat ini masih relevan untuk beton SCC, terutama aplikasi teori MCFT. Hal ini menjadi penting mengingat
karakteristik bahan penyusun beton SCC yang berbeda dibandingkan dengan bahan beton konvensional, sebagaimana
hal ini telah dijelaskan pada Pendahuluan. Melihat perkembangan studi yang ada serta mempertimbangkan prospek
SCC kiranya perlu dilakukan riset pada balok beton SCC yang mempelajari interaksi geser dan momen lentur pada
beton SCCdan mengkaji peluang penerapan teori MCFT pada analisa balok beton SCC

1.4 Tinjauan Pustaka


1.4.1 Beton Memadat Sendiri
Studi tentang kekuatan geser SCC ditemukan masih dalam jumlah yang terbatas, diantaranya yaitu oleh Safan
(2012), Rafeeqi dan Ayub (2013), dan Cuence et.al (2015). Kondisi ini agak berbeda dengan riset tentang kekuatan
lentur SCC yang relatif cukup banyak dilakukan.
Sebuah studi yang telah dilakukan menggunakan benda uji balok SCC beragregat kasar batu pecah dan batu kerikil
alam. Dari riset tersebut diperoleh fakta bahwa balok SCC dengan agregat kasar batu pecah memberikan kekuatan
geser ultimit yang lebih besar dibandingkan dengan balok SCC dengan agregat kasar berupa kerikil alam. (Safan,
2012). Disamping itu diketahui juga bahwa Kekakuan pra-retak (Pre-cracked stiffness) tidak dipengaruhi oleh jenis
agregat dan komposisi filler, namun Kekakuan paska retak (Post cracking stiffness) dari balok yang menggunakan
agregat batu alam lebih rendah daripada balok dengan agregak batu pecah. Dalam riset tersebut parameter pengujian
mencakup penggunaan batu pecah dan kerikil alam sebagai agregat kasar, jumlah tulangan memanjang serta
komposisi filler. Dari studi yang telah dilakukan ini nampak jelas bahwa agregat kasar terbukti mempunyai peran
yang besar pada kekuatan geser SCC. Semua balok yang diuji tersebut adalah balok tanpa tulangan geser.
Khaja dan Sherwood, (2013) telah melakukan studi tentang pengaruh rasio tulangan  dan rasio bentang geser -
tinggi efektif (a/d) terhadap kekuatan geser balok dan pelat beton konvensional tanpa tulangan geser. Disimpulkan
bahwa rasio a/d sangat mempengaruhi kekuatan geser beton. Riset tersebut dilakukan menggunakan balok beton
konvensional dengan rasio a/d=2-8 dan rasio =0,57-4,1.

SNT2BKL-ST-45 368
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2

Dari serangkaian penelitian terhadap balok SCC dengan tambahan serat baja diketahui bahwa serat terbukti secara
signifikan mempengaruhi perilaku kekuatan geser. (Cuenca et.al, 2015). Dari hasil riset tersebut juga
direkomendasikan untuk dilakukanya penyesuaian terhadap perumusan kekuatan geser yang telah ada, hal ini karena
mengingat bentuk geometri juga mutu serat secara signifikan mempengaruhi kekuatan geser SCC. Sampai saat ini
dari penelusuran pustaka tersebut nampak bahwa studi tentang kekuatan geser SCC jumlahnya ditemukan masih
terbatas.

1.4.2 Modified Compression Field Theory (MCFT)


Menurut teori dari Ritter bahwa aliran gaya (Flow of forces) pada suatu balok beton bertulang yang retak dapat
dijelaskan secara analogi dengan menggunakan model Rangka batang (Truss) diagonal bersudut 45º seperti
diperlihatkan pada Gambar 1. Pada model Truss tersebut diasumsikan bahwa Tegangan tekan diagonal, Tulangan
sengkang, Tulangan longitudinal, bagian/daerah tekan dari beton yang masing masing diwakili/direpresentasikan oleh
Batang diagonal, Batang vertikal, Batang tepi bawah dan Batang tepi atas dari Truss tersebut. Model analogi rangka
usulan dari Ritter tersebut selanjutnya disempurnakan oleh Morsch dan Kupfer dengan menggunakan model Truss
dengan sudut batang diagonal yang bervariasi.
Dengan memanfaatkan Analogi rangka yang disebutkan diatas dan menerapkan prinsip kesetimbangan pada
Gambar 2.1b maka diperoleh :
𝑉
𝐷= = 𝑓2 𝑏𝑤 𝑗𝑑 𝑐𝑜𝑠𝜃 (1)
sin 𝜃
𝑉 1 𝑉 1
𝑓2 = = (tan 𝜃 + ) (2)
𝑏𝑤 𝑗𝑑 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑐𝑜𝑠𝜃 𝑏𝑤 𝑗𝑑 tan 𝜃
𝑉
𝑁𝑉 = (3)
tan 𝜃
2 𝜀𝑥 −𝜀2
𝑡𝑎𝑛 𝜃 = (4)
𝜀𝑡 −𝜀2

Gambar 1 Model Analogi Rangka Bersudut 45º


Untuk Analisa Beton Bertulang

Dengan menerapkan kesetimbangan pada free body daerah sengkang dengan jarak retak s maka diperoleh
persamaan (5):
𝐴𝑣 𝑓𝑣 𝑉
= 𝑡𝑎𝑛𝜃 (5)
𝑠 𝑗𝑑
Penerapan persamaan (1)-(4) diatas untuk analisa kekuatan beton dengan prinsip kesetimbangan dan
kompatibilitas regangan disertai asumsi bahwa beton yang ada diantara bidang retak dapat menerima tegangan tarik,
dan tegangan geser ditahan oleh Daerah tarik diagonal memberikan pendekatan yang dikenal sebagai Modified
compression field theory. Dalam studi ini diasumsikan bahwa beton yang telah mengalami retak diagonal, maka
tegangan beton tidak hanya merupakan fungsi dari regangan tekan utama 2 tapi juga regangan tarik tambahan 1.

SNT2BKL-ST-45 369
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2

Untuk itu diasumsikan pula bahwa hubungan tegangan regangan beton memenuhi persamaan (6) sebagaimana usulan
Vechio dan Collins (1986).

𝜀 𝜀 2
𝑓2 = 𝑓2𝑚𝑎𝑥 [2 ( 2′ ) − ( 𝑥′ ) ] (6)
𝜀𝑐 𝜀𝑐
𝑓2𝑚𝑎𝑥 1
= 𝜀 ≤1 (7)
𝑓𝑐′ 0,8−0,34 1′
𝜀𝑐

Agar rumus (1)-(7) dapat digunakan sebagai alat analisa maka terdapat empat parameter yang diperlukan yaitu
Tegangan pada batang tulangan memanjang fx, Tegangan pada sengkang fv, Tegangan tekan diagonal f2 dan sudut
kemiringan retak θ. Dengan menggunakan prinsip prinsip kesetimbangan dan kompatibilitas dan menerapkan
beberapa asumsi untuk tujuan penyederhanaan perhitungan maka MCFT analisa kekuatan geser nominal beton SCC
yang menerima beban kombinasi dapat dilakukan. Prosedur analisa tersebut mengikuti alur logika dan perumusan
sebagaimana yang usulkan oleh Mitchell dan Colins (1974) disertai dengan beberapa penyederhanaan untuk
penyesuaian dengan karakteristik SCC. Langkah-langkah anbalisa kekuatan geser beton SCC dapat dilihat pada
Gambar4.

1.5 Metode Penelitian


Riset ini telah diselesaikan secara eksperimental di laboratorium dengan menyiapkan benda uji berupa balok beton
bertulang dari SCC dan balok Beton konvensional (BK). Sebelum benda uji balok di uji dengan pembebanan statis
maka dilakukan juga pengujian pendahuluan terhadap bahan bahan penyusun beton serta sifat reologi beton segar.
Untuk SCC dilakukan uji pendahuluan berupa Filling ability, Passing ability dan Segregation resistance. Semua benda
uji beton SCC telah yang digunakan memenuhi persyaratan beton memadat sendiri sebagaimana direkomendasikan
oleh EFNARC.
Studi ini dilakukan dengan menggunakan benda uji yang berupa balok beton bertulangan rangkap penampang
persegi. Saat pengujian pembebanan dilakukan dengan beban statis bertahap hingga terjadinya keruntuhan pada balok.
Adapun rancangan benda uji balok dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Rancangan benda uji balok SCC untuk pengujian


f’c,
No
Jenis dan Ukuran tampang balok
a/d
 fy,
Tul.
Ket. Kode
(mm) (%) geser
fys
1 Balok beton bertulang SCC, =0,01; 31,
Umur 28
SCC2
125x250 2 '=0,004 384, 6-100
hari
360
2 Balok beton bertulang =0,01; 31,
Umur 28
BK-2
Konvensional, 125x250 2 '=0,004 384, 6-100
hari
360
3 Balok beton bertulang SCC, =0,01; 31,
Umur 28
SCC2
125x250 3 '=0,004 384, 6-100
hari
360
4 Balok beton bertulang =0,01; 31,
Umur 28
BK-3
Konvensional, 125x250 3 '=0,004 384, 6-100
hari
360

Pada pelaksanaan riset ini semua data pengujian berupa beban yang berasal dari Load-cell, regangan pada tulangan
baja s dan regangan pada permukaan beton c serta displasemen balok  direkam secara otomatis dalam bentuk data
elektronik dengan memanfaatkan Data logger. Adapun setting-up pengujian yang diterapkan dalam riset ini dapat
dilihat pada Gambar 2. Untuk tujuan pengukuran regangan dipergunakan beberapa tipe Strain gage sebagaimana dapat
dilihat pada Tabel 2, dan displasemen diukur dengan LVDT.

SNT2BKL-ST-45 370
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2

2. PEMBAHASAN
2.1 Pengujian Pendahuluan
Sebelum pengujian terhadap balok terlebih dahulu dilakukan pengujian pendahuluan baik pengujian terhadap
bahan baku beton maupun pengujian sifat mekanis seperti kuat tekan beton f’c dan Kuat lentur fr, baik untuk beton
memadat sendiri (SCC) maupun beton konvensional (BK). Ringkasan hasil pengujian sifat mekanis dapat dilihat pada
Tabel 2. Semua data tersebut dipergunakan pada tahap analisa dengan MCFT.

Tabel 2 Kelengkapan instrumen utama pengukuran dan lokasi instalasi sesuai Gambar 2

No Instrumen Lokasi pemasangan / Instalasi Keterangan


1 Load cell Permukaan atas balok Model 41 (Precision low
profil pancake load cell),
Honeywell
2 Strain gage PL- Permukaan atas dan bawah balok Tokyo Sokki Kenkyujo
60-11
3 Strain gage Permukaan tulangan lentur atas Tokyo Sokki Kenkyujo
FLK10-11
4 Strain gage PFL- Permukaan tulangan lentur bawah Tokyo Sokki Kenkyujo
10-11
5 Strain gage Permukaan tulangan geser Tokyo Sokki Kenkyujo
UFLA-5-11
6 Displ. Transducer Tengah bentang, sisi bawah balok Seri SDP-100C, TML
LVDT Tokyo Sokki Kenkyujo

Pt
Sengkang 6-100
Load cell Tul Lentur 310

250
Strain Gage 125
Strain Gage
Rigid floor
LVDT
a 600 a
150 150
Data Logger
(TDS 630)

Kabel 4WP-011 koneksi ke


data logger

Gambar 2. Pengaturan Teknis Pengujian Balok Beton di Laboratorium


(di adopsi dari Merdana dkk., 2016)

Tabel 2. Hasil pengujian pendahuluan Sifat Mekanis

SNT2BKL-ST-45 371
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2

SCC2 BK2 SCC3 BK3


f’c (MPa) 30 35 30 34
’cu 0,0022 0,0039 0,0025 0,0032
fr (MPa) 2,94 4,17 3,68 3,65

Melalui pengujian pendahuluan semua bahan dan sifat sifat reologi beton seri SCC telah memenuhi persyaratan
sebagaimana rekomendasi EFNARC. Dari hasil pengujian terhadap beton SCC segar diperoleh rata-rata diameter
Slum-flow dan rata-rata waktu T50 untuk semua seri balok SCC3, yaitu balok beton SCC dengan rasio a/d=3 masing
masing adalah 675mm dan 2,1 detik. Sedangkan untuk balok beton SCC2 diperoleh nilai Slump flow dan T50 masing
masing sebesar 695mm dan 2,19 detik. Kedua balok beton seri SCC2 dan SCC3 juga diuji terhadap Segregation
resistance. Semua sifat reoligi tersebut memenuhi persyaratan ayng direkomendasikan EFNARC.
2.2 Pengujian Blok Seri SCC dan Seri BK
Semua balok beton baik seri SCC maupun seri BK diuji dengan pembebanan statis hingga mencapai keruntuhan
seperti diperlihatkan pada Gambar 2. Dengan menerapkan MCFT sebagaimana yang perumusan yang diusulkan
Mitchell dan Colins (1974) maka kekuatan geser nominal beton memadat sendiri dan beton konvensional dapat
dihitung.
Dari pengujian yang telah dilakukan beton seri SCC2 mencapai beban retak eksperimen sebesar 10kN dimana
beban retak teoritis sebesar 13,3kN sedangkan untuk balok seri BK2 diperoleh beban retak eksperimen 10kN dengan
beban retak perkiraan teoritis 10,6kN. Dilain pihak balok beton SCC3 dan balok beton BK3 mencapai beban retak
yang sama untuk kedua balok yaitu sebesar 10kN dengan beban retak teoritis masing masing 10,1kN dan 8,8kN.
Kedua seri balok beton tersebut mencapai beban retak yang sedikit berbeda diduga karena karakteristk agregat yang
berbeda pada beton seri SCC. Sedangkan dari aspek pola retak kedua seri balok mempunyai pola yang sama dengan
jarak rata-rata 100mm. Semua seri balok, baik SCC maupun seri BK mengalami keruntuhan mode Geser lentur
(Shearflexure mode) yang diawali retak-retak ditengah bentang dengan displasemen yang relatif kecil. Balok runtuh
diakhiri dengan retak diagonal ditumpuan.
Dengan menerapkan MCFT pada analisa kekuatan geser maka dapat diperoleh diagram interaksi Gaya geser-
Momen lentur untuk balok dengan rasio a/d=2 dan a/d= 3 sebagaimana nampak pada Gambar 3 dan Gambar 4. Pada
Gambar 3 tersebut juga di-plot Gaya geser dan Momen lentur hasil pengujian di Laboratorium. Berdasarkan prediksi
dengan MCFT dapat dilihat dari Gambar 3 dan Gambar 4 tersebut bahwa balok dengan rasio a/d=2 mempunyai
kekuatan yang lebih besar daripada dengan rasio a/d=3 baik untuk balok beton SCC maupun balok beton BK. Dari
hasil pengujian tercatat beban maksimum untuk balok SCC3 dan SCC2 masing masing 35 kN dan 40kN sedangkan
untuk balok BK3 dan BK2 masing masing 30kN dan 45kN.

80
Gaya Geser (kN)

60

40
40
35

MCFT3

20 SCC3
MCFT2
SCC2
0
0 5 10 15 20 25

Momen (kN.m)
Gambar 3 Grafik Interaksi Gaya Geser-Momen Hasil Pengujian

SNT2BKL-ST-45 372
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2

dan Prediksi Dengan MCFT Untuk Seri SCC2 dan SCC3

Dari serangkaian pengujian tersebut nampak bahwa MCFT dapat diterapkan pada balok konvensional maupun
balok SCC dengan beberapa penyesuaian serta penyederhanaan. Untuk balok seri SCC2 dan SCC3 terdapat perbedaan
antara kekuatan geser hasil pengujian dan kekuatan geser hasil prediksi teoritis dengan MCFT. Hal ini diduga sebagai
akibat dari porsi agregat kasar yang kurang daripada porsi agregat kasar beton seri BK. Kondisi ini belum terakomodir
dalam studi ini dan dapat menjadi studi lanjutan yang lebih mandalam terkait dengan beton SCC.

80
Gaya Geser (kN)

70

60

50
45
40
30
30 BK-2
BK-3
20
MCFT3
10
MCFT2
0
0 5 10 15 20 25

Momen (kNm)
Gambar 4 Grafik Interaksi Gaya Geser-Momen dari Hasil Pengujian
dan Prediksi Dengan MCFT Untuk Seri BK-2 dan BK-3

3. KESIMPULAN

Dari studi yang telah dilakukan dapat disimpulkan:


a. Kekuatan geser balok dengan a/d=2 lebih besar daripada balok dengan a/d=3 baik untuk balok beton konvensional
maupun balok beton memadat sendiri
b. Porsi agregat kasar pada balok beton SCC berpengaruh terhadap kekuatan geser nominal beton
c. Kekuatan geser nominal balok beton SCC tidak berbeda nyata dibandingkan dengan Kekuatan geser balok beton
konvensional
d. Prediksi kekuatan geser nominal dengan Modified Compression Field Theory dapat diterapkan pada Beton
memadat sendiri

Saran: Diperlukan riset lebih lanjut yang lebih komprehensif mengingat studi ini terbatas pada balok beton SCC
dengan rasio tulangan yang konstan dengan tanpa tambahan serat. Prediksi dengan MCFT masih perlu
untuk diperdalam mengingat studi ini menerapkan beberapa asumsi yang tidak sepenuhnya ideal untuk
beton SCC.

SNT2BKL-ST-45 373
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2

Ucapan Terimakasih: Riset ini terselenggara dari sumber dana DIPA BLU (PNBP) Universitas Mataram Tahun
Anggaran 2018 No kontrak 1378.T/UN18.L1/PP/2018; untuk itu disampaikan terimakasih.

PUSTAKA

ACI-ASCE Committee 426, 1974, The Shear Strength Of Reinforced Concrete Members, Proceedings, American
Society of Civil Engineers V.99, No. ST6 June 1973, pp 1091-1187; dan V.100 No. ST8, Aug 1974, pp 1543-
1591
Abrishambaf, A., Barros, J. A. O., & Cunha, V. M. C. F., 2015. Time-Dependent Flexural Behaviour Of Cracked Steel
Fibre Reinforced Self-Compacting Concrete Panels. Cement and Concrete Research,72,21+.Retrieved from
http://go.galegroup.com/ps/i.do?id=GALE%7CA406929771&v=2.1&u=ptn054&it=r&p=SPJ.SP05&sw=w&
asid=3cc35c279313c330591e33903b688ec3 ; diakses 1 Nopember 2016
Cuenca, E., Oviedo, J. E., Serna P., 2015, Influence of concrete matrix and type of fiber on the shear behavior of self-
compacting fiber reinforced concrete beams, Composites Part B: Engineering, Volume 75, 15 June 2015, Pages
135-147, ISSN 1359-8368, http://dx.doi.org/10.1016/j.compositesb.2015.01.037.
(http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1359836815000542); diakses 1 Nop 2016
Debs, A.L., Filho, F.M., 2007, Theoretical and Numerical Approach of the Bond Behavior in Beams Test Using Self
Compacting and Ordinary Concrete With the Same Compressive Strength, Ciência & Engenharia, v. 16, n°
1/2 p. 99 - 106, Jan.- Dez. 2007
Ding, Y., Zhang, Y., Thomas, A., 2009, The Investigation On Strength And Flexural Toughness Of Fibre Cocktail
Reinforced Self-Compacting High Performance Concrete, Construction and Building Materials, Vol. 23, Issue
1 Jan 2009, pp. 448-452, Elsevier.
EFNARC (2002). Specification and Guidelines for Self-Compacting Concrete. ISBN 0953973344
Jatale, V.B., Mangulkar, M.N., 2013, Flexural Behavior of Self Compacting High Strength Fiber Reinforced Concrete
(SCHSFRC), International Journal of Engineering Research and Applications (IJERA) Vol.3, issue 4 Aug
2013, pp 2503-2505.
Khaja, M.N., Sherwood, E.G., 2013, Does The Shear Strength of Reinforced Concrete Beams And Slabs Depend
Upon The Flexural Reinforcement Ratio Or The Reinforcement Strain?, Canadian Journal of Civil Eng., vol.40
pp. 1068-1081
Mitchell, D., Collins, M., 1974, Diagonal Compression Field Theory-A Rational Model for Structural Concrete in
Pure Torsion, Journal of the American concrete Institute, vol. 71 Pp. 396-408
Merdana, I.N., Mahmud, F., Suparjo, 2016, Perilaku Hubungan Beban-Displasemen Balok Beton Memadat Sendiri
dengan Berbagai Kelangsingan, Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Teknologi Terapan (SNTT) SV
UGM 2016, Nopember 2016; Hal. 184-187. ISBN:978-602-1159-18-7
Ning, Xiliang; Ding, Yining; Zhang, Fasheng and Zhang, Yulin; , 2015, "Experimental Study and Prediction Model
for Flexural Behavior of Reinforced SCC Beam Containing Steel Fibers." Construction and Building Materials
15 Sept. 2015: 644+. Gale Economic Education Humanities Social-Science Arts 1. Web. 19 Jan. 2016.
http://go.galegroup.com/ps/i.do?id=GALE%7CA428751190&v=2.1&u=ptn054&it=r&p=GPS&sw=w&asid
=9e586de6c18ffcd524fed0c67732b905
Pereira, E.N.B, Barros, J.A.O., and Camões, A. 2008. "Steel Fiber-Reinforced Self-Compacting Concrete:
Experimental Research and Numerical Simulation." J. Struct. Eng., 10.1061/(ASCE)0733-
9445(2008)134:8(1310), 1310-1321.
Pajak, M., and T. Ponikiewski., 2013, "Flexural Behavior Of Self-Compacting Concrete Reinforced With Different
Types Of Steel Fibers." Construction and Building Materials Oct. 2013: 397-408. Gale Economic Education
Humanities Social-Science Arts 1. Web. Diakses 19 Jan. 2016.
http://go.galegroup.com/ps/i.do?id=GALE%7CA348785922&v=2.1&u=ptn054&it=r&p=GPS&sw=w&asid
=277fe118c77792847c38aff7263fef54
Rafeeqi, S.F.A., Ayub, T., 2013, "Behaviour of Reinforced Concrete Beams Detailed for Shear in Compliance With
Compressive Force Path Method." NED University Journal of Research 10.1 (2013): 13+. PowerSearch. Web.
Diakses 19 Jan. 2016.
http://go.galegroup.com/ps/i.do?id=GALE%7CA345073138&v=2.1&u=ptn054&it=r&p=GPS&sw=w&asid
=bd40292ab05d57544401879ffa1f14d8. Gale Document Number: GALE|A345073138

SNT2BKL-ST-45 374
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2

Safan, M.A., 2011, Performance of Beams Made of Low Cost SCC in an Aggressive Environment, Acta Polytechnica
Vol. 51 No.5. Menoufia University, Egypt
Safan, M.A., 2012, Shear Strength of Concrete Beams Cast With Self Compacting Concrete Containing Different
Fillers and Coarse Aggregates, Canadian Journal of civil Eng. vol. 38 pp. 760-770 (published at
www.nrcresearchpress.com/cjce on June 2012, ) Diakses 19 Jan 2016
Sravana, P., Rao, P.S., Sekhar T.S., 2013, Flexural Behaviour of Glass Fibre Reinforced Self Compacting Concrete
Slab, 35th Conference on Our world in concrete & structures 25-27 Aug 2010, Singapore (on-line version
article on: cipremier.com/100035051)
Vechio, F.J., and Collins, M.P., 1986, The Modified Compression Field Theory for Reinforced Concrete Elements
Subjected to Shear, Journal of American Concrete Institute Vol 83 No.2 April 1986, Pp. 219-231

SNT2BKL-ST-45 375

Anda mungkin juga menyukai