Anda di halaman 1dari 10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Kelembaban Relatif dan Proses Pengeringan

Kelembaban relatif (RH) didefinisikan sebagai perbandingan tekanan

parsial aktual uap air yang terkandung dalam udara terhadap tekanan jenuhnya.

Umumnya pada proses pengeringan konveksi, udara harus mempunyai RH cukup

rendah untuk menyerap kebasahan dari bahan yang dikeringkan.

Suatu cara sederhana untuk menurunkan RH udara adalah dengan

pemanasan. Penambahan temperatur udara dengan 11 0C akan mengurangi RH

menjadi lebih kurang setengah dari harga aslinya (Dante B. de Padua, 1979). Bila

disentuhkan dengan bahan basah (wet material), udara yang dipanaskan akan

turun. Pemanasan mempercepat pemindahan air dari bahan ke udara yang

dipanaskan.

Pada hakekatnya laju pengeringan dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

1. Temperatur udara pengering

2. Kelembaban relatif udara pengering

3. Ukuran material

4. Jenis material dan strukturnya

5. Kecepatan udara yang bergerak melalui massa bahan.

1
2.2. Kadar Air

Pada umumnya hasil pertanian bersifat higroskopik sehingga selalu akan

mengandung air di dalam jaringan sel-selnya. Ini berarti bahwa material menjadi

basah atau kering tergantung pada temperatur dan kelembaban relatif dari udara

sekitar. Kadar air bahan biasanya dinyatakan sebagai perbandingan massa air yang

dikandungnya terhadap massa bahan kering atau basah.

Perbandingan massa air yang terkandung di dalam bahan terhadap massa

bahan basah disebut kadar air basis basah. Secara matematik dapat ditulis sebagai

berikut:

m = 100 Wm/(Wm+Wd) ……..……………………………(2.1)

dimana:

m = kadar air bahan, basis basah

Wm = massa unsur air di dalam bahan

Wd = massa unsur kering dari bahan.

Sedangkan perbaingan massa air yang terkandung di dalam bahan terhadap

bahan kering disebut kadar air basis kering, dan dapat ditulis sebagi berkut:

M = 100 (Wm/Wd) = 100 m /(100-m) ……………………(2.2)

Dimana:

M = kadar air bahan, baisi kering, (%)

2.3. Kadar Air Keseimbangan

Besarnya kandungan air bahan akan selalu berubah untuk mencapai

keseimbangan dengan uap air pada udara sekitarnya. Oleh karena itu untuk

2
temperatur dan kelembaban relatif udara tertentu, terdapat kadar air bahan yang

tertentu pula pada saat kesetimbangannya. Besarnya kadar air bahan pada saat

mencapai kesetimbangan dengan lingkungan sekitarnya disebut kadar air

kesetimbangan (Equilibrium Mousture Contents).

2.4. Mekanisme Proses Pengeringan

Proses pengeringan pada dasarnya dapat dibagi kedalam dua periode:

1. Periode laju pengeringan constant (Constant drying – rate period), dan

2. Periode laju pengeringan menurun (Falling drying rate period).

2.4.1 Periode Laju Pengeringan Menurun

Periode laju pengeringan constant adalah periode pengeringan

dimana selama proses ini berlangsung laju perpindahan air per satuan luas

permukaan pengeringan mempunya harga konstan.

Pada periode ini pengeringan berlangsung melaui proses difusi uap

dari permukaan jenuh material melewati suatu lapisan tipis udara –

stagnasi (Stagnant – air film) kelingkungan sekitarnya. Kebasahan

bergerak di dalam benda cukup cepat untuk menjaga suatu kondisi jenuh

pada permukaan, dan laju pengeringan terkontrol oleh laju perpindahan

massa seimbang dengan laju perpindahan panas, dan temperatur

permukaan jenuh tetap konstan.

Periode ini biasanya berlangsung sangat singkat bila dibandingkan

terhadap proses pengeringan secara keseuruhan, seperti telihat pada

3
gambar 2.1 yang digambarkan dengan garis mendatar BC oleh karena itu,

periode pengeringan ini dapat diabaikan di dalam perhitungan (Henderson,

1976), dan tidak dibahas lebih lanjut dalam tulisan ini.

Gambar 2.1 Grafik laju pengeringan terhadap waktu

2.4.2 Periode Laju Pengeringan Konstan

Periode laju pengeringan menurun adalah suatu periode

pengeringan selama laju pengeringan sesaat berkurang secara kontinyu.

Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.1 yang digambarkan dengan kurva CD.

Periode ini dimulai bila periode laju konstan berakhir, pada kadar air kritis

(critical moisture contents). Jika kadar air akhir ada diatas kadar air kritis,

proses pengeringan akan terjadi pada kondisi laju konstan. Sebaliknya,

apabila kadar air awal ada dibawah kadar air kritis, seluruh proses

pengeringan akan terjadi pada periode lau menurun. Sedangkan porsi AB

menggambarkan periode pemanasan (warming – up period).

4
Secara praktis hampir semua hasil pertanian yang baru dipanen,

terutama pada material yang diuji pada penelitian ini kadar airnya berada

di atas kadar air kritis. Pada bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa

periode laju konstan berlangsung lebih singkat dibandingkan terhadap

proses pengeringan secara keseluruhan, maka periode laju menurun adalah

yang sangat dominan ada proses pengeringan yang dilakukan.

Pengeringan pada periode laju menurun melingkupi dua proses, (1)

gerakan air di dalam material ke permukaan dan (2) perpindahan air dari

permukaan ke lingkungan sekitar.

Gerakan air dalah dengan difusi jika kadar air berada di bawah titik

jenuh atau di dalam daerah air kesetimbangan. Gerakan tersebut analog

dengan konduksi panas di dalam benda padat, dan persamaan yang berikut

ini dapat digunakan dalam menganalisa hal tersebut di atas (Henderson,

1976):

Di dalam benda

1 ∂Q _ Dө γ ∂M
= 100 (2.3)
A ∂ө ∂X

Pada permukaan benda

_ ∂Q _ _
Dө γ = S Mө - Mө γ (2.4)
∂ө

∂M ∂2 M
= Dө (2.5)
∂ө ∂X2

5
Dimana:

A = luas permukaan dimana perpindahan air berlangsung, m2.

Q = kuantitas air, kg

Dθ = difusifitas cairan

γ = densitas material – kering kg.m-3

M = kadar air, basis kering, %

Ms = kadar air pada permukaan, basis kering, %

Mθ = kadar air keseimbangan pada kelembaban relatif udara

pengering, basis kering, %

S = konduktansi permukaan, m.s-1

X = jarak dari pusat massa yang dikeringkan, m

Bila difusi cairan terkontrol pada periode laju menurun persamaan

konduksi-panas Fourier tersebut di atas dapat digunakan untuk

menggambarkan laju gerakan air.

Dengan menganggap bahwa objek yang dikeringkan adalah

berbentuk pipih tak berhingga (infinite slab), permukaannya kering atau

pada kadar air keseimbangannya. Distribusi air awal seragam dan

difusifitas (Dθ) air konstan, maka persamaan (2.5) dapat diturunkan

menjadi seperti persamaan di bawah.

Mt - Me Exp (- Dө .Ө .Π 2 /4a2) + (1/9) 2


γ Exp (-9 Dө .Ө .Π + (2/25)
2
= (8/π Dө γ (2.4)
Mo - Me ) 2/ a
Exp (- 25 .Dө.Ө .Π 4 2) ………..…………......... (2.6)

6
Dimana:

Mt = kadar air, basis kering, setelah suatu periode waktu θ.

Mo = kadar air, basis kering, pada waktu permulaan periode

pengeringan, pada waktu nol.

Me = kadar air keseimbangan, ditentukan dari kelembaban relatif

udara pengering.

Dθ = difusifitas air, m2.s-1

a = setengah ketebalan objek, m

Bila objek berbentuk balok (brick) 8/π2 menjadi (8/Π2)3 dan a2

diganti dengan;

1/ 1/x2 + 1/y2 + 1/z2

Dimana:

K = Dө.П2/4a2 untuk objek berbentuk ppih tak berhingga ………… (2.7)

K = Dө.П2/4 (1/x2 + 1/y2 + 1/z2) untuk objek berbentuk balok ……. (2.8)

C adalah Konstanta yang merupakan suatu indikasi bentuk dari

material. Material yang diuji bentuknya tidak tepat benar seperti bentuk

diatas. Maka pada perhitungan akan dilakukan cara terhadap bentuk

tersebut. Akibatnya harga C yang diperoleh dari hasil perhitungan akan

tidak benar sebagai mana harga C dari ketiga bentuk diatas. Perbedaan

harga C disebabkan karena ukuran material yang tidak sama.

7
2.5. Difusifitas

Laju perpindahan massa dengan difusi secara umum diberikan oleh hukum

Fick tentang difusi, yang mengatakan bahwa fluks massa dari suatu unsur per

satuan luas berbanding lurus dengan gradient suhu maka secara matematis,

persamaan bentuk lain dapat ditulis:

MA ∂ CA ……………………………(2.9)
= - Dө
A ∂X

Daimana:

Dө = koefisien difusi, m2 s-1

MA = fluks massa persatuan waktu, kg.s-1

CA = konsentrasi massa komponen A persatuan volume, kg.m-3

Persamaan (2.8) analog dengan persaman konduksi kalor yang diberikan

oleh Fourier yaitu:

q ∂T
= - k
A x ∂X

Jadi, pada persamaan konduksi kalor menyatakan perpindahan kalor, sedangkan

hukum difusi menyatakan perpindahan massa. Namun pada tulisan ini, koefisien

difusi (Dө) tidak ditentukan secara teoritik dengan mengun akan persamaan (2.10),

tetapi ditentukan secara empirik dengan menggunakan data hasil pengujian

dengan persamaan

Mt - Mө = C . Exp (- K . Ө) ………..…………........ (2.10)


γ Dө γ
Mo - Mө

Harga Mt pada persamaan (2.10) untuk setiap waktu yang ditetapkan dapat

dihitung langsung dari data pengujian pengeringan, setelah harga Mo dan Mө

8
dihitung terlebih dahulu, kemudian dengan mentransformasikan persamaan (2.10)

ke bentuk linear, dan selanjutnya dilakukan analisis regresi, harga-harga Konstana

C dan K dapat diperoleh. Dengan diperolehnya harga K, harga difusifitas (Dө) air

untuk material yang diuji dapat dihitung dengan persamaan (2.7) dan (2.8).

2.6. Koefisien Perpindahan Massa

Koefisien perpindahan massa dapat didefinisikan seperti halnya dengan

koefisien perpindahan kalor. Jadi,

MA = - km .A (CA1 – CA2) ……...………………………………. (2.11)

Dimana:

km = koefisien perpindaahan massa, m.s -1

Apabila persamaan (2.9) diturunkan, diperoleh

- Dө A (CA2 – CA1)
MA = ………………………………(2.12)
ΔX

Dapat dilihat bahwa persamaan (2.11) sama dengan persamaan (2.12), dan dari

kedua persamaan tersebut di atas harga koefisien perpindahan mass dapat ditulis,


km = ………….……………………………(2.13)
ΔX

Dimana:

Δx = jarak lintasan massa yang berdifusi, m.

9
DAFTAR PUSTAKA

Crank, J., The Mathematics of Diffusion, 2nd. Ed., Oxford University Press,

Inc., New York, 1975

de Padua, Dante B., “Drying” in M.Sc. course IPB, Grain Post-Harvest

Processing Technology, Pustaka IPB, Bogor, 1979

Henderson, S.M., and Perry, R.L., Agricultural Process Engineering, Thrid

Edition, The Avi Publishing Company, Inc., Westport,

Connecticut, 1976.

Holman, J.p., dan Jasjfi, E., Perpindahan kalor, edisi ke lima, terjemahan,

Erlangga, Jkarta, 1984.

Kreyzig, Erwin, Advenced Engineering Mathematics, sixth Editionon,

Singapore, 1988.

Kreith, Frank, Principles of Heat Transfer, Third Edition, Harper & Row

Publisher, Now York, 1973.

10

Anda mungkin juga menyukai