Anda di halaman 1dari 10

1.

Induktansi

Induktansi (L) adalah efek dari medan magnet yang terbentuk disekitar
konduktor pembawa arus yang bersifat menahan perubahan arus. Arus listrik yang
melewati konduktor membuat medan magnet sebanding dengan besar arus.
Perubahan dalam arus menyebabkan perubahan medan magnet yang
mengakibatkan gaya elektromotif lawan melalui GGL induksi yang bersifat
menentang perubahan arus. Induktansi diukur berdasarkan jumlah gaya
elektromotif yang ditimbulkan untuk setiap perubahan arus terhadap waktu.
Secara matematis induktansi pada suatu induktor dengan jumlah lilitan sebanyak
N adalah akumulasi flux magnet untuk tiap arus yang melewatinya :
𝑁𝜙
𝐿=
𝑖
Satuan SI dari induktansi dapat dinamakan henry (H), untuk menghormati
fisikawan Amerika Joseph Henry (1797-1878), salah seorang dari penemu induksi
elektromagnetik. Satu henry (1 H) sama dengan satu weber per ampere (1 Wb/A)
Induktansi ada dua jenis yaitu :
a. induktansi bersama (mutual inductance)
b. induktansi diri (self inductance)

a. Induktansi mutual

Induktansi mutual adalah induktansi yang timbul pada suatu


kumparan karena perubahan fluks dari kumparan lain.
Bila salah satu kumparan digerakkan dari jarak tak hingga melewati
kumparan lain akan tercipta fluks magnet.
Φ12 = perubahan fluks pada kumparan ke-1 oleh kumparan ke-2
Φ21 = perubahan fluks pada kumparan ke-2 oleh kumparan ke-1
Kerja yang terjadi pada muatan karena perubahan fluks magnet :
𝑑𝜙
𝑤 = ∫ 𝜀 𝑑𝑞 = − ∫ 𝑑𝑞
𝑑𝑡
𝑑𝑞
𝑤 = −∫ 𝑑𝜙 = − ∫ 𝑖 𝑑𝜙
𝑑𝑡
kerja pada kumparan ke-1 :

𝑤1 = −𝑁 ∫ 𝜆1 𝑑𝜙12 = −𝑁1 𝑖1 𝑑𝜙12

kerja pada kumparan ke-2 :

𝑤2 = −𝑁 ∫ 𝜆2 𝑑𝜙21 = −𝑁2 𝑖2 𝑑𝜙21

pada akhir proses kerja yang dihasilkan adalah sama (karena saling
mempengaruhi)
𝑤1 = 𝑤2
−𝑁1 𝑖1 𝑑𝜙12 = −𝑁2 𝑖2 𝑑𝜙21
𝑁1 𝑑𝜙12 −𝑁2 𝑑𝜙21
− =
𝑖2 𝑖1
Induktansi mutual (M) perubahan fluks yang terjadi pada suatu
kumparan disebabkan karena arus dari kumparan lain
𝑁1 𝑑𝜙12 𝑁2 𝑑𝜙21
𝑀 = 𝑀1 = 𝑀2 = − = −
𝑖2 𝑖1
Ggl yang timbul pada kumparan 1:
𝑑𝜙12
𝜀1 = −𝑁1 volt
𝑑𝑡

dimana
𝑀 𝑀
𝜙12 = 𝑁 𝑖2  𝜙12 = 𝑁 𝑑𝑖2
1 1

Sehingga
𝑑𝑖2
𝜀1 = −𝑀 Volt
𝑑𝑡

Ggl yang timbul pada kumparan 1:


𝑑𝜙21
𝜀2 = −𝑁2 volt
𝑑𝑡

dimana
𝑀 𝑀
𝜙21 = 𝑁 𝑖1  𝜙21 = 𝑁 𝑑𝑖1
2 2

Sehingga
𝑑𝑖1
𝜀2 = −𝑀 Volt
𝑑𝑡

Induktansi bersama dapat merupakan sebuah gangguan dalam


rangkaian listrik karena perubahan arus dalam satu rangkaian dapat
menginduksi tegangan yang tidak diingikan oleh rangkaian lainnya yang
berada didekatnya. Untuk meminimalkan efek ini, maka sistem rangkaian
ganda harus dirancang dengan M adalah sekecil-kecilnya; misalnya, dua
koil akan ditempatkan jauh terpisah terhadap satu sama lain atau dengan
menempatkan bidang-bidang kedua koil itu tegak lurus satu sama lain.
Induktansi bersama juga mempunyai banyak pemakaian, contohnya
transformator, yang dapat digunakan dalam rangkaian arus bolak-balik
untuk menaikan atau menurunkan tegangan. Sebuah arus bolak-balik yang
berubah terhadap waktu dalam satu koil pada transformator itu
menghasilkan arus bolak-balik dalam koil lainnya; nilai M, yang
tergantung pada geometri koil-koil, menentukan amplitudo dari tge
induksi dalam koil kedua dan karena itu maka akan menginduksi
amplitudo tegangan keluaran tersebut.

b. Induktansi diri (self inductance)

Merupakan induktansi dimana GGL induksi diri yang terjadi di


dalam suatu penghantar bila kuat arusnya berubah-ubah dengan satuan
kuat arus tiap detik. Arus induktansi diri yang timbul pada sebuah trafo
atau kumparan yang dapat menimbulkan GGL induksi yang besarnya
berbanding lurus dengan cepat perubahan kuat arusnya.

𝑁𝜙
𝐿=
𝑖
𝑑𝑖
𝜀 = −𝐿
𝑑𝑡
2. Sumber yang Menyebabkan Induktansi

Induktansi akan muncul pada sebuah penghantar atau konduktor yang


dililiti oleh kawat. Apabila kawat tersebut dicatu dengan sumber bolak – balik (
AC ) maka pada kawat tersebut akan muncul GGL induksi :
𝑑𝑖
𝑣=𝐿 volt
𝑑𝑡
Jika tegangan antara kawat tersebut diketahui dan arusnya merupakan besaran
yang dicari, maka persamaan diatas menjadi :
1
𝑖 = ∫ 𝑣𝑑𝑡 ampere
𝐿
Persamaan di atas menunjukkan bahwa arus dalam kawat tersebut tidak
bergantung pada nilai sesaat tegangannya, melainkan pada nilai sejak awal hingga
saat tegangan diamati, yaitu integral atau jumlah hasilkali volt-detik untuk seluruh
waktu hingga saat diamati.
Jika kawat tersebut dicatu dengan sumber searah ( DC ), maka yang akan
terjadi nilai tegangan pada kawat tersebut akan = 0, sehingga rangkaian akan
terhubung singkat ( short circuit ).
𝑑𝑖
𝑣=𝐿
𝑑𝑡
𝑑𝑖
Jika dicatu sumber DC = 0, sehingga persamaannya menjadi
𝑑𝑡

𝑣 = 𝐿0
𝑣 = 0 volt
Karena nilai v = 0, maka rangkaian akan terhubung singkat ( short circuit ).

V L

Rangkaian saat kawat dicatu sumber AC


R

Rangkaian saat kawat dicatu sumber DC

3. Efek dari Induktansi pada Transformator

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan


mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik
yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik

Prinsip dasar suatu transformator adalah induksi bersama (mutual


induction) antara dua rangkaian yang dihubungkan oleh fluks magnet. Dalam
bentuk yang sederhana, transformator terdiri dari dua buah kumparan induksi
yang secara listrik terpisah tetapi secara magnet dihubungkan oleh suatu path
yang mempunyai relaktansi yang rendah.
Prinsip kerja suatu transformator adalah induksi bersama (mutual
induction) antara dua rangkaian yang dihubungkan oleh fluks magnet. Dalam
bentuk yang sederhana, transformator terdiri dari dua buah kumparan yang secara
listrik terpisah tetapi secara magnet dihubungkan oleh suatu alur induksi. Kedua
kumparan tersebut mempunyai mutual induction yang tinggi. Jika kumparan
primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, maka akan muncul
fluks di kumparan primer. Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di
kumparan primer terjadi induksi (self induction) dan terjadi pula induksi di
kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan primer atau disebut
sebagai induksi bersama (mutual induction) yang menyebabkan timbulnya fluks
magnet di kumparan sekunder. Sehingga menimbulkan ggl (gaya gerak listrik)
induksi ( sesuai dengan induksi elektromagnet) pada kumparan sekunder sesuai
dari hukum faraday.

Berdasarkan hukum Faraday yang menyatakan magnitude dari


electromotive force(emf) proporsional terhadap perubahan fluks terhubung dan
hukum Lenz yang menyatakan arah dari emf berlawanan dengan arah fluks
sebagai reaksi perlawanan dari perubahan fluks tersebut didapatkan persaman :
𝑑Φ
𝑒 = −𝑁
𝑑𝑡
Jika F = Fmax sin ωt, maka :
𝑑(Φmax sin ωt)
𝑒 = −𝑁
𝑑𝑡
Untuk kumparan primer :
𝑒1 (𝑡) = −𝑁1 𝜔Φ𝑚𝑎𝑥 𝑐𝑜𝑠𝜔𝑡  -N1ωΦmax = E1max
𝐸1𝑚𝑎𝑥 𝑁1 𝜔Φmax
𝐸1 = =
√2 √2
2𝜋𝑓𝑁1 Φmax
𝐸1 =
√2
𝐸1 = 4,44𝑓𝑁1 Φmax
Untuk kumparan sekunder :
𝑒2 (𝑡) = −𝑁2 𝜔Φ𝑚𝑎𝑥 𝑐𝑜𝑠𝜔𝑡  -N2ωΦmax = E2max
𝐸2𝑚𝑎𝑥 𝑁2 𝜔Φmax
𝐸2 = =
√2 √2
2𝜋𝑓𝑁2 Φmax
𝐸2 =
√2
𝐸2 = 4,44𝑓𝑁2 Φmax
𝐸1 4,44𝑓𝑁1 Φmax
=
𝐸2 4,44𝑓𝑁2 Φmax
𝐸1 𝑁1
= =𝑎
𝐸2 𝑁2
Dimana :
E1 = ggl induksi di sisi primer (Volt)
E2 = ggl induksi di sisi sekunder (Volt)
N1 = jumlah belitan sisi primer
N2 = jumlah belitan sisi sekunder
a = angka Transformasi

Fluks yang dihasilkan oleh arus pemagnetan Im tidak seluruhnya


merupakan Fluks Bersama (ФM), sebagian darinya hanya mencakup kumparan
pimer (Ф1) atau mencakup kumparan sekunder (Ф2) saja dalam model rangkaian
ekivalen yang dipakai untuk menganalisis kerja suatu transformator. Fluksi ini
bertindak sebagai rugi yang nyata pada sistem karena menggunakan sejumlah
energi masukan akan tetapi bertindak tanpa tujuan yang berguna.
Adanya fluks bocor Ф1 dengan mengalami proses transformasi dapat
ditunjukan sebagai reaktansi X1 dan fluks bocor Ф2 dengan mengalami proses
transformasi dapat ditunjukan sebagai reaktansi X2 sedang rugi tahanan
ditunjukan dengan R1 dan R2, dengan demikian model rangkaian dapat dituliskan
seperti gambar

Gambar di atas merupakan rangkaian ekivalen dari sebuah trafo.


Hambatan R1 dan R2 masing – masing merupakan resistansi pada sisi primer trafo
dan sisi sekunder trafo.
Hambatan Rc merupakan rugi histerisis dan rugi arus eddy di dalam inti
besi sedangkan induktansi Xm adalah induktansi yang berhubungan dengan
pemagnetisasian inti.
V1 = I1R1+I1X1+E1
E1 = aE2
E2 = I2R2+I2X2+V2
I2 = aI’2
V1 = I1R1+I1X1+a(I2R2+I2X2+V2)
V1 = I1R1+I1X1+aI2R2+aI2X2+aV2
V1 = I1R1+I1X1+a(aI’2R2)+a(aI’2X2)+aV2
V1 = I1R1+I1X1+a2I’2R2+a2I’2X2+aV2
V1 = I1R1+I1X1+I’2(a2R2+a2X2)+aV2
Apabila semua parameter sekunder dinyatakan dalam harga rangkaian
primer, harganya perlu dikalikan dengan faktor a2, dimana a = E1/E2. Sekarang
model rangkaian menjadi sebagai terlihat pada gambar berikut.
Jika rangkaian ekivalen trafo direferensikan ke sisi primer trafo, maka
hambatan dan reaktansi induktif total ditentukan oleh :
𝑅𝑒𝑘 = 𝑅1 + 𝑎2 𝑅2 (Ω)
𝑋𝑒𝑘 = 𝑋1 + 𝑎2 𝑋2 (Ω)
Sehingga rangkaian di atas dapat diubah seperti gambar di bawah ini :

Parameter transformator yang terdapat pada model rangkaian (rangkaian


ekivalen) Rc, Xm, Rek dan Xek dapat ditentukan besarnya dengan dua macam
pengukuran yaitu pengukuran beban nol dan pengukuran hubungan singkat.

Anda mungkin juga menyukai