BATU URETER
Di RUANG DIGESTIF RSUD dr.DORIS SYLVANUS PALANGKARAYA
OLEH
SARWANTO
PO.62.20.17.345
1.3 ETIOLOGI
Berikut ini beberapa teori pembentukan batu ginjal:
a. Teori Pembentukan Inti Teori ini mengatakan bahwa pemebentukan batu
berasal dari kristal atau benda asing yang berada dalam urin yang pekat.
Teori ini ditentang oleh beberapa argumen, dimana dikatakan bahwa batu
tidak selalu terbentuk pada pasien dengan hipereksresi atau mereka
dengan resiko dehidrasi. Teori inti matrik dimana pembentukan batu
saluran kemih membutuhkan adanya substansi organik terutama muko
protein A mukopolisakarida yang akan mempermudah kristalisasi dan
agregasi substansi pembentuk batu.
b. Teori Supersaturasi Peningkatan dan kejenuhan substansi pembentukan
batu dalam urin seperti sistin, xastin, asam urat, kalsium oksalat
mempermudah terbentuknya batu. Kejenuhan ini juga sangat dipengaruhi
oelh pH dan kekuatan ion.
c. Teori Presipitasi-kristalisasi Perubahan pH urin akan mempengaruhi
solubilitas susbstansi dalam urin. Di dalam urin yang asam akan
mengendap sistin, zastin, asam urat, sedangkan didalam urin yang basa
akan mengendap garam-garam fosfat.
d. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat Tidak adanya atau berkurangnya
substansi penghambat pembentukan batu seperti fosfopeptida, pirofosfat,
polifosfat, asam mukopolisakarida dalam urin akan mempermudah
pembentukan batu urin. Akan tetapi teori ini tidaklah benar secara
absolut, karena banyak orang yang kekurangan zat penghambat tak
pernah menderita batu, dan sebaliknya mereka yang memiliki faktor
penghambat malah membentuk batu.
e. Teori Lain Berkurangnya volume urin. Dimana kekurangan cairan akan
menyebabkan peningkatan konsentrasi zat terlarut (misal kalsium,
natrium, oksalat dan protein) yang mana ini dapat menimbulkan
pembentukan kristal urin.
Selain itu juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan batu
ureter, yaitu:
a. Genetik Anggota keluarga penderita batu urin lebih banyak kemungkinan
menderita penyakit yang sama dibanding dengan keluarga bukan
penderita batu urin. Lebih kurang 30% sampai 40% penderita batu kalsium
oksalat mempunyai riwayat famili yang positif menderita batu.
b. Jenis Kelamin Pria lebih banyak menderita batu saluran kemih dibanding
wanita (3-4:1). Disebabkan oleh anatomis saluran kemih pada laki-laki
lebih panjang dibandingkan perempuan, secara alamiah didalam air kemih
laki-laki kadar kalsium lebih tinggi dibanding perempuan. Dan pada air
kemih perempuan kadar sitrat (inhibitor) lebih tinggi, laki-laki memiliki
hormon testosteron yang dapat meningkatkan produksi oksalat endogen di
hati, serta adanya hormon estrogen pada perempuan mampu mencegah
agregasi garam kalsium.
c. Pekerjaan Kejadian batu kemih lebih banyak terjadi pada orang-orang
yang banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya.
d. Air Banyak minum air meningkatkan diuresis sehingga mencegah
pembentukan batu. Kurang minum dapat mengurangi diuresis, kadar
substansi dalam urin meningkat, mempermudah pembentukan batu.
e. Diet Konsumsi makanan tinggi protein yang akan meningkatkan resiko
terjadinya batu. Konsumsi makanan tinggi protein yang berlebihan dan
garam atau antasida yang mengandung kalsium, produk susu, makananan
yang mengandung oksalat (misalnya teh, kopi instan, coklat, kacang-
kacang, bayam), vitamin C, atau vitamin D akan meningkatkan
pembentukan batu kalsium. Pemakaian vitamin D akan meningkatkan
absobsi kalsium diusus dan tubulus ginjal sehingga dapat menyebabkan
hiperkalsemia dan penumpukan kalsium di ginjal dan untuk konsumsi
vitamin D ini harus digunakan dengan perawatan. Makan makanan dan
minuman yang mengandung purin yang berlebihan (kerangkerangan,
anggur) akan menyebabkan pembentukan batu asam urat Makanan
makanan yang banyak mengandung serat dan protein nabati mengurangi
resiko batu urin, sebaliknya makanan yang mengandung lemak dan protein
hewani akan meningkatkan resiko batu urin.
f. Infeksi Hampir terbentuknya batu jenis struvit didahului oleh infeksi
saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri pemecah urea, namun jenis
batu lain tidak jelas apakah batu sebagai penyebab infeksi atau infeksi
sebagai penyebab batu.
g. Obat-obatan Penggunaan obat anti hipertensi (Dyazide) berhubungan
dengan peningkatan frekuensi batu urin, begitu juga penggunaan antasida
yang mengandung silica berhubungan dengan perkembangan batu silica.
1.6 PATOFISIOLOGI
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah dari jenis urat,
asam urat, oksalat, fosfat, sistin, dan xantin. Batu oksalat kalsium
kebanyakan merupakan batu idiopatik. Batu campuran oksalat kalsium dan
fosfat biasanya juga idiopatik; di antaranya berkaitan dengan sindrom alkali
atau kelebihan vitamin D. Batu fosfat dan kalsium (hidroksiapatit) kadang
disebabkan hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia). Batu fosfat amonium
magnesium didapatkan pada infeksi kronik yang disebabkan bakteria yang
menghasilkan urease sehingga urin menjadi alkali karena pemecahan ureum.
Batu asam urin disebabkan hiperuremia pada artritis urika. Batu urat pada
anak terbentuk karena pH urin rendah (R. Sjamsuhidajat, 1998 Hal. 1027).
Pada kebanyakan penderita batu kemih tidak ditemukan penyebab yang
jelas. Faktor predisposisi berupa stasis, infeksi, dan benda asing. Infeksi,
stasis, dan litiasis merupakan faktor yang saling memperkuat sehingga
terbentuk lingkaran setan atau sirkulus visiosus. Jaringan abnormal atau
mati seperti pada nekrosis papila di ginjal dan benda asing mudah menjadi
nidus dan inti batu. Demikian pula telor sistosoma kadang berupa nidus batu
(R. Sjamsuhidajat, 1998 Hal. 1027). Pathway terampir
1.7 PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm, karena
batu diharapkan dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan
mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian
diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar.
b. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi) Alat ESWL adalah
pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun
1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau
batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif atau pembiusan. Batu
dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil dengan menggunakan
gelombang kejut sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.
Terdapat 3 teknik yang digunakan untuk membangkitkan gelombang
kejut, yaitu elektrohidrolik, pizoelektrik dan energi elektromagnetik.
Sjamsuhidajat, R. & Jong, Wim de. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Susanne, C Smelzer. 2002.
Keperawatan Medikal Bedah (Brunner &Suddart) , Edisi VIII, Volume 2, Jakarta, EGC,
Pramod PR, Barrieras DJ, Bagli DJ, et al. 2005.