Anda di halaman 1dari 5

VISUM ET REPERTUM

A. Definisi
Visum et repertum (VeR) adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan
penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau
mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di
bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan. Sebagaimana tertulis dalam pasal 184 KUHAP, VeR
turut berperan sebagai alat bukti yang sah dalam suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa
manusia.

B. Perbedaan VeR dan Surat Keterangan Lainnya


Selain VeR, di dunia kedokteran, dikenal berbagai surat keterangan lainnya, seperti catatan
medik dan surat keterangan medik. Catatan medik adalah catatan tentang seluruh hasil
pemeriksaan medik beserta tindakan pengobatan/perawatannya, yang merupakan milik pasien,
meskipun dipegang oleh dokter/institusi kesehatan. Catatan medik ini terikat pada rahasia
pekerjaan dokter yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No 10 tahun 1966 dengan sanksi hukum
seperti dalam pasal 322 KUHP. Dokter boleh membuka isi catatan medik kepada pihak ketiga,
misalnya dalam bentuk keterangan medik, hanya setelah memperoleh izin dari pasien, baik berupa
izin langsung maupun berupa perjanjian yang dibuat sebelumnya antara pasien dengan pihak
ketiga tertentu (misalnya perusahaan asuransi).
Namun pada VeR dikarenakan dibuat atas kehendak undang-undang, maka dokter tidak
dapat dituntut karena membuka rahasia pekerjaan sebagaimana diatur dalam pasal 322 KUHP,
meskipun dokter membuatnya tanpa seizin pasien. Pasal 50 KUHP menyatakan bahwa
barangsiapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undangundang, tidak dipidana,
sepanjang VeR tersebut hanya diberikan kepada instansi penyidik yang memintanya, untuk
selanjutnya dipergunakan dalam proses peradilan.

C. Jenis Dan Bentuk Visum Et Repertum


Terdapat beberapa jenis visum et repertum, antara lain yakni :
a. Visum et repertum perlukaan (termasuk keracunan)
b. Visum et repertum kejahatan susila
c. Visum et repertum jenasah
d. Visum et repertum psikiatrik
Jenis a, b dan c adalah VeR mengenai tubuh/ raga manusia yang dalam hal ini berstatus
sebagai korban tindak pidana, sedangkan jenis d adalah mengenai jiwa/mental tersangka atau
terdakwa tindak pidana.

D. Tata Cara Pembuatan Visum et Repertum


VeR dibuat secara tertulis, sebaiknya dengan mesin ketik, di atas sebuah kertas putih dengan
kepala surat institusi kesehatan yang melakukan pemeriksaan, dalam Bahasa Indonesia, tanpa
memuat singkatan, dan sedapat mungkin tanpa istilah asing, bila terpaksa digunakan agar diberi
penjelasan bahasa Indonesia.
Apabila penulisan sesuatu kalimat dalam VeR berakhir tidak pada tepi kanan format, maka
sesudah tanda titik harus diberi garis hingga ke tepi kanan format. Apabila diperlukan gambar atau
foto untuk lebih memperjelas uraian tertulis dalam VeR maka gambar atau foto tersebut diberi kan
dalam bentuk lampiran.
Visum et repertum terdiri dari 5 bagian yang tetap, yaitu :
l. Kata Pro justitia yang diletakkan di bagian atas. Kata ini menjelaskan bahwa VeR khusus
dibuat untuk tujuan peradilan. VeR tidak membutuhkan materai untuk dapat dijadikan
sebagai alat bukti di depan sidang pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum.
2. Bagian Pendahuluan. Kata "Pendahuluan" sendiri tidak ditulis di dalam VeR, melainkan
langsung dituliskan berupa kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian ini menerangkan nama
dokter pembuat VeR dan institusi kesehatannya, instansi penyidik pemintanya berikut nomor
dan tanggal surat permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan, serta identitas korban yang
diperiksa. Dokter tidak dibebani pemastian identitas korban, maka uraian identitas korban
adalah sesuai dengan uraian identitas yang ditulis dalam surat VeR. Bila Terdapat ketidak-
sesuaian identitas korban antara surat permintaan dengan catatan medik atau pasien yang
diperiksa, dokter dapat meminta kejelasannya dari penyidik.
3. Bagian Pemberitaan. Bagian ini berjudul "Hasil pemeriksaan" dan berisi hasil pemeriksaan
medik tentang keadaan kesehatan atau sakit atau luka korban yang berkaitan dengan
perkaranya, tindakan medik yang dilakukan serta keadaannya selesai pengobatan/perawatan.
Bila korban meninggal dan dilakukan autopsi, maka diuraikan keadaan seluruh alat-dalam
yang berkaitan dengan perkara dan matinya orang tersebut. Yang diuraikan dalam bagian ini
merupakan pengganti barang bukti, berupa perlukaan/keadaan kesehatan/sebab kematian
yang berkaitan dengan perkaranya. Di dalam bagian ini biasanya disebutkan keadaan umum
korban sewaktu datang, luka-luka atau cedera atau penyakit yang ditemukan pada
pemeriksaan fisik berikut uraian tentang letak, jenis dan sifat luka serta ukurannya,
pemeriksaan khusus/penunjang, tindakan medik yang dilakukan, riwayat perjalanan
penyakit selama perawatan, dan keadaan akhir saat pengobatan/perawatan selesai.
Gejala/keluhan yang dapat dibuktikan secara obyektif dapat dimasukkan ke dalam bagian
Pemberitaan, misalnya sesak nafas, nyeri tekan, nyeri lepas, nyeri sumbu, dan sebagainya.
Sedangkan keluhan subyektif yang tidak dapat dibuktikan tidak dimasukkan dalam VeR,
misalnya keluhan sakit kepala, pusing, mual dan sebagainya. Selain itu, temuan hasil
pemeriksaan medik yang bersifat rahasia dan tidak berhubungan dengan perkaranya tidak
dituangkan ke dalam bagian pemberitaan dan dianggap tetap sebagai rahasia kedokteran.

4. Bagian Kesimpulan. Bagian ini berjudul "Kesimpulan" dan berisi pendapat dokter
berdasarkan keilmuannya, mengenai jenis perlukaan/cedera yang ditemukan dan jenis
kekerasan atau zat penyebabnya, serta derajat perlukaan atau sebab kematiannya. Pada
kejahatan susila, diterangkan juga apakah telah terjadi persetubuhan dan kapan perkiraan
kejadiannya, serta usia korban atau kepantasan korban untuk dikawin.
5. Bagian Penutup. Bagian ini tidak berjudul dan berisikan kalimat baku "Demikianlah visum
et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan
mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana."

E. Visum et Repertum Pada Kasus Perlukaan


Tujuan pemeriksaan kedokteran forensik pada korban hidup adalah untuk mengetahui
penyebab luka/sakit dan derajat parahnya luka atau sakitnya tersebut, bukan ditujukan untuk
pengobatan.
Terhadap setiap pasien, dokter harus membuat catatan medik atas semua hasil pemeriksaan
mediknya. Pada korban yang diduga korban tindak pidana, pencatatan harus lengkap dan jelas
sehingga dapat digunakan untuk pembuatan VeR. Catatan medik yang tidak lengkap dapat
mengakibatkan hilangnya sebagian barang bukti di dalam bagian Pemberitaan VeR.
Umumnya, korban dengan luka ringan datang ke dokter setelah melapor ke penyidik/pejabat
kepolisian, sehingga mereka datang dengan membawa serta surat permintaan VeR. Sedangkan
para korban dengan luka sedang dan berat akan datang ke dokter atau rumah sakit sebelum melapor
ke penyidik, sehingga surat permintaan visum et repertumnya akan datang terlambat.
Keterlambatan surat permintaan visum et repertum ini dapat diperkecil dengan diadakannya
kerjasama yang baik antara dokter/institusi kesehatan dengan penyidik/instansi kepolisian.
Baik terhadap Surat Permintaan VeR yang datang bersamaan dengan korban, maupun yang
datang terlambat, harus dibuatkan VeR. VeR ini dibuat setelah perawatan/pengobatan selesai,
kecuali pada visum et repertum sementara, dan perlu pemeriksaan ulang pada korban bila surat
permintaan pemeriksaan datang terlambat.
Berdasarkan ketentuan dalam KUHP terapat 3 macam derajat luka. Penganiayaan ringan
adalah penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan jabatan
atau pekerjaan, sebagaimana bunyi pasal 352 KUHP. Umumnya, yang dianggap sebagai hasil dari
penganiayaan ringan adalah korban dengan "tanpa luka" atau dengan luka lecet atau memar kecil
di lokasi yang tidak berbahaya/yang tidak menurunkan fungsi alat tubuh tertentu. Luka-luka
tersebut dimasukkan ke dalam kategori luka ringan atau luka derajat satu. Dan semua keadaan
yang "lebih berat" dari luka ringan dimasukkan ke dalam batasan sakit atau luka selanjutnya yaitu
termasuk kategori luka sedang (luka derajat dua) dan luka berat (luka derajat tiga).
KUHP pasal 90 telah memberikan batasan tentang iuka berat, yaitu: jatuh sakit atau
mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan
bahaya maut ; yang menyebabkan seseorang terus menerus tidak mampu untuk menjalankan tugas,
jabatan atau pekerjaan pencaharian; yang menyebabkan kehilangan salah satu panca indera; yang
menimbulkan cacat berat; yang mengakibatkan terjadinya keadaan lumpuh; terganggunya daya
pikir selama empat minggu atau lebih; serta terjadinya gugur atau matinya kandungan seorang
perempuan. Sehingga keadaan yang terletak di antara luka ringan dan luka berat adalah keadaan
yang dimaksud dengan luka sedang.
Namun perlu diingat bahwa pada saat pemeriksaan pertama kali, dokter sering tidak dapat
menentukan apakah sesuatu perlukaan yang sedang diperiksanya adalah luka sedang atau luka
berat. Hal ini diakibatkan masih belum berhentinya perkembangan derajat sesuatu perlukaan
sebelum selesainya pengobatan/perawatan. Kadang-kadang ketidakpastian derajat luka tersebut
terjadi berkepanjangan, sehingga pada saat penyidik membutuhkan VeR, dokter hanya bisa
memberikan VeR sementara. VeR sementara ini tidak berisikan kesimpulan derajat luka,
melainkan hanya keterangan bahwa hingga saat VeR dibuat korban masih dalam perawatan di
institusi kesehatan tersebut. VeR lengkap baru dibuat kelak setelah perawatan selesai dan derajat
lukanya dapat ditentukan.
Berikut contoh penulisan VeR dalam kasus perlukaan. Pada bagian Pemberitaan dapat
dituliskan “Korban datang dalam keadaan sadar, agak pucat dan tampak sesak nafas. Pada dada
sisi kanan setinggi sela iga ke tiga terdapat luka terbuka dengan tepi rata berbentuk garis mendatar
sepanjang tiga sentimeter, kedua sudut luka lancip, luka menembus dinding dada.......dst.”.
Kalimat tersebut di atas berasal dari catatan medik yang sederhana : "CM, anemis, dispnoe, BP
90/60, RR 32/menit. Pada i.c. III dext terdapat v. scissum penetrans 3 cm horizontal, ke-2 sudut
lancip.....dst".
Sedangkan pada bagian Kesimpulan, derajat luka dituliskan dalam kalimat yang mengarah
ke rumusan delik dalam KUHP. Contoh kesimpulan pada kasus dengan luka ringan yakni “Pada
korban laki-laki ini ditemukan memar pada pipi kiri akibat kekerasan tumpul yang tidak
mengakibatkan penyakit atau halangan dalam melakukan pekerjaan.” Atau pada luka sedang
misalnya “Pada korban wanita ini ditemukan patah tulang tertutup pada tulang paha kanan akibat
kekerasan tumpul, yang mengakibatkanpenyakit dan halangan dalam melakukan pekerjaannya
selama....” atau pada kasus lain seperti “Pada korban wanita ini ditemukan luka terbuka di tungkai
bawah kiri akibat kekerasan tumpul, sehingga mengakibatkan penyakit yang memerlukan
pengobatan jalan selama ....”. Dan contoh kasus dengan luka berat adalah “Pada korban laki-laki
ini ditemukan luka terbuka di dada sisi kanan yang mengenai baga tengah paru kanan akibat
kekerasan tajam, yang telah mendatangkan bahaya maut baginya", atau pada kasus lain yaitu “Pada
korban laki-laki ini ditemukan luka terbuka dan memar pada mata kanan akibat kekerasan tumpul,
yang mengakibatkan hilangnya indera penglihatan sebelah kanan untuk selamanya".

Anda mungkin juga menyukai