Anda di halaman 1dari 5

EVIDENCE BASED MEDICINE

Evidence Based Medicine (EBM) merupakan penggunaan bukti terbaik


dalam membuat keputusan mengenai perawatan pasien individual dengan berhati
– hati, tegas, dan bijaksana. EBM mengaplikasikan bukti atau evidence terbaik
yang dapat ditemukan dalam literatur medis kepada pasien dengan masalah medis
sehingga menghasilkan perawatan terbaik yang memungkinkan untuk setiap
pasien. EBM merupakan sebuah pendekatan pada praktik kedokteran dimana
klinisi mampu mengevaluasi kekuatan sebuah bukti (evidence) dan
menggunakannya dalam praktik klinik kepada pasien (Mayer, 2010).

EBM membutuhkan ketrampilan khusus, termasuk didalamnya


kemampuan untuk melakukan penelusuran literatur secara efisien dan melakukan
telaah kritis terhadap literatur tersebut menurut aturan-aturan yang telah
ditentukan (Tumbelaka, 2002). Langkah dalam proses EBM adalah sebagai
berikut :
1. Diawali dengan identifikasi masalah dari pasien atau yang timbul selama
proses tatalaksana penyakit pasien
2. Dilanjutkan dengan membuat formulasi pertanyaan
dari masalah klinis tersebut
3. Pilihlah sumber yang tepat untuk mencari
jawaban yang benar bagi pertanyaan tersebut dari
literatur ilmiah
4. Lakukan telaah kritis terhadap literatur yang
didapatkan untuk menilai validitas (mendekati
kebenaran), pentingnya hasil penelitian itu serta
kemungkinan penerapannya pada pasien
5. Setelah mendapatkan hasil telaah kritis, integrasikan
bukti tersebut dengan kemampuan klinis anda dan
preferensi pasien yang seharusnya mendapatkan
probabilitas pemecahan masalah pelayanan pasienyang lebih baik.
6. Evaluasi proses penatalaksanaan penyakit / masalah pasien anda .. Apakah
berhasil atau masih memerlukan tindakan lain?
Menurut Leen et al, 2014, terdapat 5 langkah dalam EBM yaitu:
1. bertanya (Ask) mengenai pertanyaan terfokus mengenai perawatan
individual, komunitas atau populasi.
2. Mendapatkan (acquire) bukti terbaik yang ada dan sesuai dengan
pertanyaan anda.

3. Menilai (Appraise) validitas dan seberapa mungkin bukti tersebut


digunakan dalam masalah yang ada.

4. Mengaplikasikan (Apply) bukti dengan pembuatan keputusan yang


kolaboratif dengan pasien atau kelompok.
5. Memantau (Assess) hasil akhir dan menyebarluaskannya.

Proses EBM menginformasikan pertanyaan dan praktik di masa yang akan


datang, sangat berguna untuk menggambarkannya dalam siklus seperti diatas
(Leen et al, 2014).
Pertanyaan sering hanya sebagian yang dirumuskan, yang membuat pencarian
jawaban di literatur menjadi susah. Memecah pertanyaan menjadi komponen
komponennya dan menyusunnya kembali sehingga menjadi lebih mudah mencari
jawaban merupakan langkah awal yang penting di EBM, sebagian besar
pertanyaan klinis dapat dibagi menjadi empat komponen,sering disingkat PICO.
(Leen et al, 2014).

Pertanyaan EBM

Tipe Pertanyaan dalam EBM (Leen et al, 2014)


Tipe pertanyaan yang berbeda memerlukan desain studi yang berbeda.
Setelah mengidentifikasi tipe pertanyaan, dapat menyesuaikan penelitian yang
spesifik yang paling baik menjawab pertanyaan. Langkah selanjutnya setelah
memformulasikan pertanyaan adalah mencari bukti dengan kualitas yang terbaik
yang dapat menjawab pertanyaan tersebut (Leen et al, 2014).

Desain penelitian sesuai dengan tipe pertanyaan menurut Leen et al, 2014.

Setelah memperoleh bukti yang sesuai dengan pertanyaan, sangatlah perlu untuk
menilai kualitasnya, desainnya serta kemampuan bukti tersebut untuk diaplikasikan,
penilaian ini dinamakan Critical appraisal yaitu proses memeriksa hasil penelitian
secara hati – hati dan sistematis apakah penelitian tersebut dapat dipercaya, baik nilainya
maupun relevansinya dengan konteks tertentu (Leen et al,2014),
Langkah berikutnya yaitu mengimplementasikan bukti yang telah diperoleh dan
ditelaah. EBM merupakan standar yang diterima di pelayanan kesehatan modern dan
semakin dikenal sebagai inti kompetensi klisis. Secara internasional, beberapa lembaga
telah menekankan pentingnya menggunakan bukti ilmiah untuk memandu keputusan
klinis sebagaimana meningkatkan hasil akhir pasien. Profesional di bidang pelayanan
kesehatan perlu untuk melakukan lebih dari sekadar mendapatkan dan menilai bukti
ilmiah, tetapi mengimplementasikannya juga diperlukan (Leen et al,2014),.

Mayer D,2010,Essential Evidence-Based Medicine: second edition,Inggris:


Cambridge University Press

Tumbelaka A R,2002, Evidence-Based Medicine (EBM),Sari Pediatri, Vol. 3 No.


4, Maret 2002: 247-248
Leen B, Bell M, McQuillan, 2014, Evidence-Based Practice: a Practice Manual,
Irlandia : Health Service Executive (HSE)

Anda mungkin juga menyukai