Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIPERTESI


DI RUANG IGD RSUD SALATIGA

DIsusun Oleh :
Sutanto
NIM 1.1.20509

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMARANG
2005
HIPERTENSI

A. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolic 90 mmHg. (Bruner dan Suddarth, 2002: 896)
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah baik sistole dan diastole karena adanya gangguan peredaran
darah tepi dengan tanda dan gejala yang khas.

Hipertensi dapat dikelompokkan menjadi :


a. Hipertensi Ringan
Tekanan sistole 140-150 mmHg dan diastole 90-100 mmHg
b. Hipertensi Sedang
Keadaan tekanan darah systole 160-180 mmHg dan diastole 100-110
mmHg
c. Hipertensi Berat
Tekanan systole lebih dari 185 mmHg dan diastole lebih 110 mmHg

B. Etiologi
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan gagal
ginjal. Disebut juga sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan
hipertensi sering tidak menampakkan gejala, penyakit ini lebih banyak
menyerang wanita dari pada pria Penyebab hipertensi yaitu gangguan emosi,
obesitas, konsumsi alcohol yang berlebihan dan rangsangan kopi serta obat-
obatan yang merangsang dapat berperan disini, tetapi penyakit ini sangat
dipengaruhi factor keturunan.
C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula dari saraf simpatis, yang berkelanjutan ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis
yang mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dangan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

D. Manifestasi klinis
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala
sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan kerusakan
vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan. penyakit arteri
koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.
Hipertofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja
ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang
meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban
kerja maka terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat
bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan
azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan kretinin). Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik trasien
yang termanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia)
atau gangguan ketajaman penglihatan.
Gejala dan tanda yang biasa timbul pada penyakit hipertensi adalah
 Nyeri kepala yang menjalar sampai kekuduk
 Pandangan kabur
 Terjadi peningkatan tekanan darah yang nyata
 Mata berkunang-kunang
 Jantung berdebar-debar
 Badan terasa lemah
 Perubahan emosi (mudah marah)
 Telinga sering berdenging
 Rasa pegel di bahu hingga tengkuk

E. Pemeriksaan Diagnostik
Riwayat dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh sangat penting.
Retina harus diperiksa dan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk
mengkaji kemungkinan adanya kerusakan organ, seperti ginjal atau jantung
yang dapat disebabkan oleh tingginya tekanan darah. Hipertrofi ventrikel kiri
dapat dikaji dengan elektrokardiografi, protein dalam urin dapat dideteksi
dengan urinalisa. Dapat terjadi ketidakmampuan untuk mengkonsentrasi urin
dan peningkatan nitrogen urea darah. Pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan
penentuan kadar uruine dapat juga dilakukan untuk mengidentifikasi pasien
dengan penyakit renovaskuler. Adanya factor resiko lainnya juga harus dikaji
dan dievaluasi.
F. Pathways
Umur, Jenis kelamin, Gaya hidup, Obesitas

HIPERTENSI

Otak Ginjal Retina Pemblh darah

Resistensi pemb. Suplai O2 otak Vasokonstriksi Spasmus Sistemik


drh otak pemblh. darah arteriole
ginjal
Kesadaran Vasokontriksi
Tek. pemblh drh Diplopia
otak Blood flow
afterload Koroner jantung
Resiko Resiko
Nyeri kepala injuri Respon KAA injuri
invark miokard
COP

Gx. rasa Vasokonstriksi


nyaman ; CVA Intoleransi Nyeri dada
nyeri aktivitas
Rangsang
aldosteron

Retensi Na

Gx.Oedema
Keseimbangan
cairan

G. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan sakit kepala
2. Resiko injuri berhubungan dengan kesadaran menurun
3. Gangguan kenyamanan diri berhubungan dengan gejala sulit tidur
4. Gangguan keseimbangan cairan berubungan dengan oedema dari
retensi Na
5. Gangguan intolerensi aktivitas berhubungan dengan Coping menurun

H. Intervensi

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Gangguan nyeri Rasa nyeri berkurang setelah - Teliti keluhan Mengidentifikasi
berhubungan dilakukan tindakan keperawatan nyeri, catat karakteristik nyeri
dengan nyeri kepala selama 1 jam dengan KH : intensitasnya, merupakan faktor yang
- pasien mengatakan nyeri lokasinya dan penting untuk menentukan
berkurang. lamanya. terapi yang cocok serta
- Ekspresi wajah klien rileks. mengevaluasi keefektifan
dari terapi.

Resiko injuri Resiko injuri berkurang setelah - Lakukan Mengurangi resiko injuri
berhubungan dilakukan tindakan keperawatan pengawasan
dengan kesadaran selama 1 jam dengan KH : pada pasien
menurun - Atur posisi
- Pasien merasa tenang dan pasien agar
tidak takut jatuh tidak merasa
jatuh

Gangguan Gangguan kenyamanan diri - Anjurkan pasien Agar pasien mengerti


kenyamanan diri berkurang setelah dilakukan untuk istirahat bahwa istirahat sangat
berhubungan tindakan keperawatan selama 1 minimal 8 jam penting untuk kesehatan
dengan gejala sulit jam dengan KH : sehari
tidur - Pasien mengerti tentang - Berikan
pentingnya istirahat pendkes tentang
- Pasien merasa nyaman pentingnya
beristirahat
Anjurkan pasien
untuk tidak
melakukan
aktivitas yang
berlebihan

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. (1996). Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC.


Jakarta.
Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans.
Guidelines for planing and documenting patient care. Alih
bahasa : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta.
Prince A Sylvia. (1995). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter
Anugrah EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai