PENDAHULUAN
hubungan yang erat dengan status gizi anak dan konsumsi makanan
merupakan salah satu faktor utama penentu status gizi seseorang. Status gizi
yang baik terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi yang cukup dan
Permasalahan gizi akan timbul pada saat anak memasuki usia sekolah
yang berusia sekitar 5 sampai 12 tahun. Pada tahap ini, anak – anak
dan media massa. Anak-anak usia sekolah dengan sangat mudah dapat
bagi anak sekolah merupakan fenomena yang menarik untuk ditelaah karena
aktivitas fisik di sekolah yang tinggi (apalagi bagi anak yang tidak sarapan
bagi anak – anak yaitu sebagai pengganti sarapan pagi dan pengenalan
berbagai jenis ragam pangan jajanan, kini jajan juga mempunyai dampak
negatif bagi anak – anak. Jajan akan memiliki dampak positif jika bahan –
bahan dan cara pengolahan dilakukan dengan baik. Tetapi jajan yang dijual di
sekolah merupakan jajan-jajan yang telah tercemar zat-zat aditif. Zat-zat aditif
makanan atau bahan tambahan makanan merupakan semua bahan kimia yang
(Monosodium Glutamat), tartazin, gom arab, garam alginat. Bahan – bahan tersebut
tidak akan berbahaya jika di gunakan sesuai dengan batasannya. Akan tetapi
makanan jajanan akan menjadi beracun bagi tubuh anak jika dicampurkan
penelitian THP FTP Unibraw bahwa makanan yang pada umumnya terdapat
adalah rhodamin B dan amarant serta Na Benzoat > 1000 ppm terdapat pada
saos tomat, kerupuk, dan minuman rasa buah, pemanis sakarin terdapat pada
minuman rasa buah, dan boraks terdapat pada cilok, bakso, dan kerupuk.
3
Pada makanan jajanan yang mengandung BTP legal seperti MSG juga
MSG dan BTP legal lainnya jika dikonsumsi akan menimbulkan rasa
secara terus menerus maka anak akan lebih menyukai makanan yang
menjadi over weigth atau obesitas. Selain itu anak juga menjadi pilih- pilih
makanan, sehingga anak hanya akan makan makanan yang dia sukai saja. Jika
makanan yang dipih dan disukai anak tidak memenuhi standar pemenuhan
gizi, maka anak akan menjadi kurus karena kebutuhan gizinya tidak tercukupi.
memakai bahan kimia bukan untuk makanan masih banyak beredar. Hal ini
Padang. Hasil uji menunjukkan 39,95 persen (344 sampel dari 861 sampel)
tidak memenuhi syarat keamanan pangan. Es sirup atau buah (48,19 persen)
dan minuman ringan (62,50 persen) juga mengandung bahan berbahaya dan
tercemar bakteri patogen. Jenis lain yang tidak memenuhi syarat adalah saus
dan sambal (61,54 persen) serta kerupuk (56,25 persen). Sebesar 10,45 persen
dari total sampel tersebut mengandung pewarna yang dilarang, yakni rhodamin
4
batagor, bakso, berbagai jenis snack yang tidak memiliki ijin dari Badan POM.
Observasi yang dilakukan peneliti adalah dengan melihat dan mengamati serta
(71,42%) orang tua diantaranya mengatakan bahwa ragam jenis jajanan yang
orang tua lainnya (28,57%) mengatakan bahwa tidak perlu khawatir terhadap
jajan yang di beli anak di sekolah, sebab meskipun suka membeli jajan anak
mereka tetap sehat – sehat saja dan mereka juga menganggap bahwa anak
yang gemuk memiliki badan yang sehat. Padahal, kegemukan dan obesitas
merupakan hal berbahaya bagi kesehatan anak yang menjadi faktor resiko
Dasar Swasta. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari Dinas Pendidikan
inilah yang nantinya akan diukur status gizinya dengan alat ukur antropometri.
mengkonsumsi jajanan yang dijual oleh penjaja makanan diluar pagar sekolah.
Sehingga, diharapkan dengan adanya penelitian tentang status gizi pada siswa
ini dapat menjadi masukan bagi Sekolah Dasar di kota Malang untuk lebih
penulisan yang hendak dicapai, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian
ini adalah :
yang dijual diluar sekolah memenuhi standar gizi anak usia sekolah.
konsumsi jajanan disekolah terhadap status gizi siswa SD. Selain itu,
dengan judul Kebiasaan Jajan Siswa Sekolah Dasar (Studi Kasus di SDN
8
sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2009. Sampel
orang siswa.
berarti terhadap konsumsi sehari dan kecukupan gizi siswa. Kebiasaan jajan
meliputi jumlah jenis makanan jajanan dan frekuensi jajanan. Sebanyak 50,0%
kali/minggu) sebesar 44,0%. Sebesar 66,0% siswa memiliki frekuensi jajan >
siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam katergori defisit tingkat berat
badan normal. Sedangkan tingkat kecukupan protein dan lemak berada dalam
hasil uji korelasi Pearson, terdapat hubungan positif dan signifikan (p<0,01)
antara alokasi uang saku dengan kebiasaan jajan. Variabel independen yang
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2011 yang merupakan penelitian
9
observasional dengan desain cross sectional atau belah lintang. Subjek diambil
kadang. Pengetahuan anak mengenai gizi dan makanan jajanan yang masuk
kategori baik hanya sebesar 24,7%, sebagian besar masuk dalam kategori
± 1789,136. Besar uang jajan di rumah sebagian besar berkisar antara Rp 500
– Rp 2500. Frekuensi sarapan pagi setiap hari terdapat pada sebagian besar