Anda di halaman 1dari 2

Telah diperiksa pasien Tn H berusia 32 tahun, agama Islam, suku bangsa Minangkabau,

pendidikan terakhir SMA, sudah menikah, dan berkerja sebagai pedagang. Pasien datang ke IGD
RSJ Prof. HB Saanin pada tanggal 11 Juni 2018. Pasien datang ke IGD dengan keadaan gelisah,
bicara ngawur, tertawa sendiri kemudian menangis. Keluarga pasien mengatakan bahwa 1 hari
sebelum pasien dibawa ke RSJ, pasien mengalami demam tinggi yang tidak kunjung turun
walaupun sudah diberikan obat parasetamol, kemudian pasien mengalami kejang sebanyak kurang
lebih 4 x dengan durasi selama kurang lebih 1 menit, kejang bersifat seluruh tubuh, pasien tidak
sadar saat maupun diantara kejang. Kemudian pasien dibawa ke IGD RSJ HB Saanin dan diberikan
injeksi antikejang, pasien di bawa pulang kembali oleh keluarga. Namun, di rumah pasien menjadi
gelisah, sering berbicara ngawur, tertawa sendiri kemudian menangis. Oleh karena itu pasien
dibawa kembali ke IGD RSJ.
Pada bulan September 2017 pasien juga sempat dirawat di RSJ selama 3 hari akibat gelisah
dan bicara ngawur. Gejala tersebut didahului dengan panas tinggi dan diikuti dengan kejang
seluruh tubuh. Pasien dirawat selama 3 hari kemudian pasien kontrol teratur ke poliklinik RSJ dan
tidak ada keluhan sampai episode saat ini muncul.
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan status mental
didapatkan penampilan cukup rapi, sikap kooperatif, psikomotor hiperaktif, arus pembicaraan
biasa, produktivitas pembicaraan banyak, volume pembicaraan biasa, isi pembicaraan tidak sesuai,
penekanan pembicaraan ada, terdapat loghorrea, kontak psikis dapat dilakukan, orientasi baik, afek
labil, mood hipertim, terdapat waham curiga, waham kebesaran, waham somatik, thought
insertion, terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi visual dan auditorik. Discriminative
insight pasien derajat II. Discriminative judgement pasien tidak terganggu. Pada pemeriksaan
MMSE didapatkan kesan tidak didapatkan kelainan kognitif (poin 27).

Anda mungkin juga menyukai