Anda di halaman 1dari 22

Tugas Individu

Mata Kuliah : Promosi K3


Dosen : Yahya Thamrin, SKM. M.Kes.,MOHS, Ph.D

MAKALAH
APLIKASI PROGRAM K3 DALAM PEMERIKSAAN
KESEHATAN TERATUR

A.Rifkah Fauziah A
K012171041

KONSENTRASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan
kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Aplikasi
Program K3 dalam Pemeriksaan Kesehatan Teratur”
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Psikologi Industri
untuk menjadi sumber nilai dalam mata kuliah tersebut. Dalam menyelesaikan
makalah ini banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu penulis
meminta maaf kepada penilai maupun pembaca. Saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan guna perbaikan dikemudian hari. Akhir kata kami
berharap semoga makalah tentang aplikasi program k3 dalam pemeriksaan
kesehatan Teratur dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Makassar, 25 April 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ..............................................................................................1
B.Rumusan Masalah .........................................................................................4
C.Tujuan Penulisan ...........................................................................................4
D.Manfaat Penulisan .........................................................................................4
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Pemeriksaan Kesehatan Teratur sebagai Program Promosi K3.....................5
B. Jenis dan tujuan Pemeriksaan Kesehatan Teratur di Tempat Kerja..............6
C. Tahapan Pemeriksaan Kesehatan Teratur....................................................13
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan..................................................................................................18
B.Saran ............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Data World Health Statistics (2017) memaparkan bahwa pada 2015,

diperkirakan 40 juta kematian terjadi karena Non-communicable disease,

terhitung 70% dari total keseluruhan 56 juta kematian, mayoritas kematian

tersebut disebabkan oleh empat NCD utama, yaitu: penyakit kardiovaskular,

17,7 juta, kematian (terhitung 45% dari semua kematian NCD); kanker,8,8 juta

kematian (22%); penyakit pernafasan kronis, 3,9 juta kematian (10%); dan

diabetes, 1,6 juta kematian (4%).

Dalam dunia kerja 160 juta yang terkena penyakit akibat kerja. Biaya

yang harus dikeluarkan untuk bahaya- bahaya akibat kerja ini amat besar. ILO

memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaan-kecelakaan

dan penyakitpenyakit akibat kerja setiap tahun lebih dari US$1.25 triliun atau

sama dengan 4% dari produk domestik bruto (ILO, 2014).

Untuk mencegah risiko kejadian penyakit di tempat kerja, maka perlu

diadakan pemeriksaan kesehatan secara Teratur, baik saat perekrutan, berkala,

khusus dan lainnya. Pemeriksaan kesehatan berkala dijadwalkan secara

sistematis dan dilakukan untuk lebih dari satu faktor risiko atau penyakit di

lebih dari satu sistem organ. Korea menerapkan sistem pemeriksaan kesehatan

periodik untuk mendeteksi target penyakit pada tahap awal dengan skrining

asimtomatik populasi umum dan akhirnya mengurangi tingkat kematian

penyakit target (Lee et.al, 2010).

1
Pemeriksaan Kesehatan Umum Pekerja atau Workers’ General Health

Examination (WGHE) bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pekerja

dan perlindungan kesehatan pekerja dengan menemukan penyakit biasa atau

pekerjaan di tahap awal dan menawarkan peserta yang sesuai tindakan tindak

lanjut (Kim et.al, 1993). Status kesehatan pekerja adalah a faktor utama yang

mempengaruhi produktivitas perusahaan. Karena itu, itu penting untuk

melakukan WGHE secara efektif, tidak hanya untuk keuntungan perusahaan

dan status kesehatan pekerja tetapi juga untuk kesehatan nasional (Han et.al,

1995 dan Kim et.al, 1990).

Pemeriksaan kesehatan berkala dapat menurunkan risiko kematian

akibat penyakit kronik baik PAK (Penyakit Akibat Kerja) ataupun PAHK

(Penyakit Akibat Hubungan Kerja) (Eom, et.al, 2017). Tujuan pemeriksaan

mampu mendukung program WHO (2004) dalam mewujudkan kondisi kerja

yang memberikan kenyamanan pada pekerja dan menurunkan risiko kejadian

penyakit dan kecelakaan kerja.

Indonesia telah berlaku beberapa regulasi yang mengatur mengenai

pemeriksaan kesehatan rutin pada pekerja yaitu UU No 1 tahun 1970 hingga

UU No 13 tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan dimana disebutkan bahwa

pekerja dijamin kesejahteraan, kenyamanan dan kesehatannya secara fisik dan

mental. Tak hanya itu, saat ini pihak pemerintah memasukkan pemeriksaan

kesehatan rutin sebagai salah satu nagian dari Gerakan Masyarakat yang

disingkat Germas.

2
Kesehatan yang sebenarnya berawal dari langkah pencegahan.

Kemudian fokus pada peningkatan kesehatan dan kualitas hidup perorangan

yang akan berdampak pada peningkatan kompetensi produktivitas pada pekerja

dan masyarakat umum (Anderko, et.al, 2012).

Berdasarkan uraian di atas menujukkan betapa pentingnya membahas

Pemeriksaan rutin sebagai program K3 secara lebih detail dan mendalam.

Maka dari itu saya sebagai penulis akan membahas lebih lanjut dan secara

lebih rinci dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah berasarkan latar belakang yang telah

dipaparkan adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Pemeriksaan Kesehatan Teratur sebagai

Program Promosi K3?

2. Apa jenis dan tujuan Pemeriksaan Kesehatan Teratur di tempat kerja?

3. Bagaimana tahapan Pemeriksaan Kesehatan Teratur ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan berdasarkan rumusan masalah adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui Pemeriksaan Kesehatan Teratur sebagai Program

Promosi K3;

2. Untuk mengetahui jenis dan tujuan Pemeriksaan Kesehatan Teratur di

tempat kerja;

3. Untuk mengetahui tahapan Pemeriksaan Kesehatan Teratur;

3
D. Manfaat Penulisan

1. UntukMahasiswa

Adapun manfaat penulisan makalah ini diharapkan mampu

meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai Pemeriksaan Kesehatan

Teratur sebagai Program Promosi K3.

2. UntukPekerja

Bagi pekerjadiharapkan mampu mengenali dampak faktor risiko

terhadap kejadian PAK danPAHK di tempat kerja.

3. Untuk Perusahaan

Bagi pihak perusahaan diharapkan mampu meningkatkan

kesadaran dan pemahaman owner dalam penerapan Pemeriksaan

Kesehatan Teratur sebagai Program Promosi K3.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemeriksaan Kesehatan Teratur sebagai Program Promosi K3

Pada masyarakat umum, pemeriksaan/ skrining kesehatan secara rutin

merupakan upaya promotif preventif yang diamanatkan untuk dilaksanakan

oleh bupati/walikota sesuai Permendagri no 18/ tahun 2016 dengan tujuan

untuk: mendorong masyarakat mengenali faktor risiko PTM terkait perilaku

dan melakukan upaya pengendalian segera ditingkat individu, keluarga dan

masyarakat; mendorong penemuan faktor risiko fisiologis berpotensi PTM

yaitu kelebihan berat badan dan obesitas, tensi darah tinggi, gula darah tinggi,

gangguan indera dan gangguan mental; mendorong percepatan rujukan kasus

berpotensi ke FKTP dan sistem rujukan lanjut (Kemenkes, 2015). Hal ini pun

berlaku sama pada pekerja sehinga diharapkan pekerja lebih terkontrol

kesehatannya dan berproduktif sebagaimana mestinya.

Menjaga kesehtaan pekerja sebagai sumber daya manusia untuk

mengupayakan tercapainya tingkat produktifitas yang setinggi tingginya. Di

Indonesia terdapat beberapa regulasi yang terkait pemeriksaan kesehatan

yaitu UU No 1 tahun 1970 pasal 8, Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No 2 tahun 1980, Peraturan Kemenakertrans No 3 tahun 1982,

dan UU No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Sumber daya manusia merupakan elemen penting dari lingkungan

dalam dan merupakan aset penting dari organisasi dibandingkan dengan

elemen lingkungan dalam lainnya. Secara sederhana dapat dinyatakan, bahwa

5
sumber daya manusialah yang membuat sumber- sumber lain dari suatu

organisasi bekerja. Manusia menjadi motor penggerak aktivitas manajerial.

Sehingga memprioritaskan kesehatan pekerja adalah program yang harus

diupayakan.

B. Tujuan dan Jenis Pemeriksaan Kesehatan Teratur

1. Tujuan Pemeriksaan Kesehatan Teratur

Menurut Setiawan (2015) Ditjen Binwasnaker –

KEMENAKERTRANS bertujuan untuk:

a. Menilai kemampuan Tenaga Kerja melaksanakan pekerjaan tertentu,

ditinjau dari aspek kesehatannya;

b. Mendeteksi gangguan kesehatan yang berkaitan dengan pekerjaan dan

lingkungan kerja;

c. Identifikasi/deteksi dini penyakit akibat kerja.

Adapun tujuan berdasarkan jenis pemeriksaan kesehatan adalah

sebagai berikut:

a. Rikes awal (sebelum kerja) :

1) Tenaga Kerja yang diterima sehat

2) Tidak mempunyai penyakit menular

3) Cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukan

b. Rikes berkala (periodik) :

1) Mempertahankan derajat kesehatan Tenaga Kerja

2) Menilai kemungkinan pengaruh dari pekerjaan

3) Untuk pengendalian Lingkungan kerja

6
c. Rikes khusus :

1) Menilai adanya pengaruh dari pekerjaan tertentu.

2) Menilai terhadap Tenaga Kerja atau golongan Tenaga Kerja

tertentu

Menurut Kementerian Kesehatan RI dalam Pedoman Germas

menyebutkan beberapa tujuan Pemeriksaan Kesehatan secara Teratur di

antaranya sebagai berikut:

a. Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan mendeteksi faktor

risikobersama yang menjadi penyebab terjadinya Penyakit Tidak

Menular terutama Jantung, Kanker, Diabetes dan Penyakit Paru kronis

yaitu Diet tidak sehat (kurangmengkonsumsi sayur dan buah,

mengkonsumsi makanan tinggi garam, gula, lemak dan diet gizi tidak

seimbang), kurang beraktifitas fisik 30 menit setiap hari, menggunakan

tembakau/rokok serta mengkonsumsi alkohol

b. Mendorong dan menggerakkan masyarakat untuk melakukan

modifikasi perilaku berisiko tersebut diatas menjadi perilaku hidup

sehat mulai dari individu, keluarga dan masyarakat sebagai upaya

pencegahan PTM.

c. Mendeteksi masyarakat yang mempunyai risiko hipertensi dan diabetes

mellitus serta mendorong rujukan ke Fasilitas Kesehatan Tingkat

Pertama untuk ditatalaksana lebih lanjut sesuai standar

d. Mengurangi terjadinya komplikasi, kecacatan dan kematian prematur

akibat penyakit tidak menular karena ketidaktahuan/keterlambatan

7
untuk mendeteksi PTM utamanya Hipertensi dan Diabetes Mellitus

pada tahap dini.

e. Mendorong dan menggerakkan masyarakat khususnya para ibu untuk

memeriksakan diri agar terhindar dari kanker leher rahim dan kanker

payudara dengan deteksi dini tes IVA/SADANIS.

2. Jenis Pemeriksaan Kesehatan Teratur

Menurut OSHA (1985) ada beberapa jenis pemeriksaan kesehatan

yang dapat dilakukan di te mpat kerja, di antaranya sebagai berikut:

a. Pra-Employment

Pemeriksaan kesehatan pra-employment merupakan salah

satu kegiatan ditahapan perekrutan dengan melihat riwayat kesehatan,

riwayat pekerjaan, pemeriksaan fisik, penentuan kebugaran untuk

bekerja, penyesuaian pemakaian alat pelindung, pemantauan dasar

untuk spesifik keterpaparan. Langkah selanjutnya adalah dengan

mengarsipkan hasil spesimen untuk pengujian nanti (terbatas pada

situasi tertentu).

b. Pemeriksaan Kesehatan Periode (Berkala)

Pemeriksaan kesehatan berkala diadakan sekali dalam

setahun meliputi riwayat pekerjaan, pemeriksaan fisik tahunan,

pengujian berdasarkan hasil pemeriksaan, eksposur, jenis pekerjaaan,

dimana pengujian lebih sering berdasarkan pad eksposur spesifik.

8
c. Pemeriksaan Khusus Keadaan darurat

Pemberian pemeriksaan khusus dan darurat dikembangkan

berhubungan dengan rumah sakit lokal dan pihak spesialis medis

dalam penanganan dekontaminasi, atur terlebih dahulu untuk

transportasi korban, transfer catatan medis. berikan detail, insiden dan

riwayat medis ke berikutnya, penyedia perawatan.

d. Pemeriksaan Non-Darurat berupa pengambangan pemeriksaan pada

kondisi kesehatan pekerja yang tidak dalam keadaan darurat.

e. Pencatatan dan review

Dengan upaya mempertahankan dan menyediakan akses ke

rekam medis sesuai dengan OSHA dan peraturan negara. Maka perlu

dilakukan sistem pencatatan dan pelaporan cedera dan penyakit.

Meninjau Rencana Keselamatan Situs secara teratur sangat dibutuhkan

dibutuhkan. Tinjau ulang program secara berkala. Fokustentang

bahaya situs saat ini, eksposur, dan standar kebersihan industri.

Menurut Permenakertrans No. 02. Tahun 1980 membagi atas tiga

bagian yaitu sebagai berikut:

a. Pemeriksaan Kesehatan Awal Sebelum Bekerja

Kompetensi tenaga kesehatan yang bertugas untuk

pemeriksaan fisik pada calon pegawai belum memenuhi syarat sesuai

dengan yang telah ditetapkan oleh Kompetensi tenaga kesehatan yang

bertugas untuk pemeriksaan fisik pada calon pegawai belum

9
memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Permenakertrans No. 02.

Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan dan Pedoman Pelayanan

Medik di Klinik Departemen dan Perusahaan Kemenkes RI Tahun

2008. Permenakertrans No. 02. Tahun 1980 tentang Pemeriksaan

Kesehatan dan Pedoman Pelayanan Medik di Klinik Departemen dan

Perusahaan Kemenkes RI Tahun 2008 (Santoso dan Andriyani, 2016).

Menurut Pemeriksaan Permenakertrans No. 02. Tahun 1980

Kesehatan sebelum kerja adalah pemeriksaan kesehatan yang

dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk

melakukan pekerjaan. Pemeriksaan Kesehatan sebelum bekerja

ditujukan agar tenaga kerja yang diterima berada dalam kondisi

kesehatan yang setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit

menular yang akan mengenai tenaga kerja lainnya, dan cocok untuk

pekerjaan yang akan dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan

tenaga kerja yang bersangkutan dan tenaga kerja yang lain-lainnya

dapat dijamin.

Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja meliputi pemeriksaan

fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana

mungkin) dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang

dianggap perlu. Pedoman Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja

dibina dan dikembangkan mengikuti kemampuan perusahaan dan

kemajuan kedokteran dalam keselamatan kerja

10
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala

Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan

pada waktu-waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh

dokter. Pemeriksaan Kesehatan Berkala dimaksudkan untuk

mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah berada dalam

pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh

dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-

usaha pencegahan.

Pemeriksaan Kesehatan Berkala meliputi pemeriksaan fisik

lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin)

dan laboratoriuin rutin serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu.

Pedoman Pemeriksaan kesehatan berkala dikembangkan mengikuti

kemampuan perusahaan dan kemajuan kedokteran dalam keselamatan

kerja.Dalam hal ditemukan kelainan-kelainan atau gangguan-gangguan

kesehatan ada tenaga kerja pada pemeriksaan berkala, pengurus wajib

mengadakan tindak lanjut untuk memperbaiki kelainan-kelainan

tersebut dan sebab-sebabnya untuk menjamin terselenggaranya

keselamatan dan kesehatan kerja.

c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus

Pemeriksaan Kesehatan khusus dimaksudkan untuk menilai

adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga

kerja atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu. (2) Pemeriksaan

Kesehatan Khusus dilakukan pula terhadap:

11
1) Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang

memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua minggu).

2) Tenaga kerja yang berusia diatas 40 (empat puluh) tahun atau

tenaga kerja wanita dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja

muda yang melakukan pekerjaan tertentu.

3) Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai

gangguan-gangguan kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan

khusus sesuai dengan kebutuhan.

Pemeriksaan Kesehatan Khusus diadakan pula apabila

terdapat keluhan-keluhan diantara tenaga kerja, atau atas pengamatan

pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja, atau atas

penilaian Pusat Bina Hyperkes dan Keselamatan dan Balaibalainya

atau atas pendapat umum dimasyarakat.

Terhadap kelainan-kelainan dan gangguan-gangguan kesehatan

yang disebabkan akibat pekerjaan khusus ini berlaku ketentuan-

ketentuan Asuransi Sosial Tenaga Kerja sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

C. Tahapan Pemeriksaan Kesehatan

Bentuk perencanan dan Pelaksanaan Rikes menurut Perhimpunan

Dokter Kesehatan Kerja Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan dan Informasi

a. Informasi Kebutuhan Rikes Tenaga Kerja

12
Adapun informasi yang dimaksud menyangkut informasi

umum tentang jumlah unit kerja, jumlah pekerja, faktor risiko unit

kerja, waktu lerka dan tindakan pengendalian. Informasi berupa data

juga dibutuhkan yaitu data administrasi tenaga kerja dan data hasil

penilaian lapangan yang akurat. Tak hanya itu, sangat perlu juga

untuk mempersiapkan tempat, formulir dan perangkat pendukung

lainnya.

b. Informasi Waktu Kerja perunit Kerja

Pada sistem kerja shift perlu untuk mengetahui data mengenai

waktu kerja dan jadwal kerja shift dan jumlah tenaga kerja yang

bekerja. Hal ini berguna untuk pengaturan jadwal dan jumlah tenaga

kerja yang akan dilakukan pemeriksaan kesehatan sehingga tidak

mengganggu proses produksi.

c. Kapasitas Pemeriksaan Kesehatan Perhari

Untuk mendapatkan informasi kapasitas pemeriksaan kesehatan

perhari berupa hal-ha yang perlu diketahui yaitu jumlah unit kerja,

jumlah pekerja masing-masing unit, jadwal waktu kerja dan shift

kerja, ketersediaan ruangan dan peralatan serta ketersediaan

personil pemeriksa kesehatan.

d. Informasi Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan

Informasi harus diberikan kepada masing-masing pekerja

yang akan diperiksa di unit kerja berisi tentang nama pekerja, waktu

pelaksanaan dan tempat. Bila perlu dibuatkan daftar nama dan

13
tanggal pemeriksaan satu bulan sebelumnya dan dikirimkan

dilengkapi dengan undangan tertulis.

2. Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan

a. Prosedur Pemeriksaan Kesehatan

1) Persiapan tenaga kerja sesuai dengan rencana pemeriksaan seperti

puasa 12 jam, tidak terpajan kebisingan selama 12 jam, dan

sebagainya.

2) Tenaga kerja mengambil formulir, mengisinya dengan lengkap

dan menyerahkan kembai di meja pendaftaran.

3) Pemeriksaan tinggi badan, berat badan dan tekanan darah

4) Pemeriksaan fisik oleh dokter yang berkompeten, meliputi:

a) Anamnesis lengkap termasuk keterkaitan keluhan dengan

faktor bahaya di tempat kerja

b) Pemeriksaan fisik secara menyeluruh

c) Menyimpulkan diagnosis sementara

d) Menyarankan pemeriksaan penunjang sesuai keluhan dan

faktor bahaya di tempat kerja bila diperlukan

e) Pemeriksaan Rontgen Toraks

f) Pemeriksaan mata (visual, ketajaman pengliatan)

g) Pemeriksaan EKG (bila diperlukan)

h) Pemeriksaan penunjang lainnya (bila diperlukan)

14
b. Tahapan Pemeriksaan Kesehatan

1) Anamnesis mencakup pada pemeriksaan calon tenaga kerja dapat

menilai kondisi kesehatan pekerja yang akan diterima dan pada

tenaga kerja secara berkaa untuk menilai sesuai keterpaparan

terhadap faktor risiko di tempat kerja. Tahapan ini harus mampu

menggali informasi mengenai riwayat penyakit, riwayat pekerjaa,

faktor-faktor yang berbahaya di tempat kerja sesuai keluhan

kesehatan, jenis-jenis penunjang riko dan mampu menganalisi

hubungan antar faktor dan keluhan.

2) Pemeriksaan Fisik dilakukan dari seluruh bagian badan dengan

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi, pengukuran tekanan

darah, nadi, pernafasan, tinggi badan, berat badan, pemeriksaan

ketajaman penglihatan, pendengaran, perabaan dan reflek serta

memenuhi seluruh isi formulir standar yang ditetapkan.

3) Pemeriksaan Penunjang dilakukan untuk melihat dan menilai

kondisi kesehatan tenaga kerja dikaitkan dengan jenis

pekerjaannya.

c. Hasil pemeriksaan berupa pengelompokan status kesehatan dimana

meliputi pengelompokan berdasarkan hasil MCU yang

dikombinasikan dengan kelayakan kerja yaitu:

1) Golongan 1 : normal dan fit untuk semua pekerjaan.

2) Golongan 2 : terdapat faktor risiko dan fit untuk pekerjaan semula

15
3) Golongan 3 : terdapat penyakit tetapi dapat dikendalikan dengan

tatalaksana yang baik dan fit untuk pekerjaan semula.

4) Golongan 4 : terdapat cacat atau penyakit yang tidak dapat

dikendalikan dan unfit untuk pekerjaan semula.

5) Golongan 5 : terdapat cacat atau penyakit yang tak dapat

dikendalikan, unfit untuk semua jenis pekerjaan.

Contoh pengelompokan yang berdasarkan pada kelayakan kerja yaitu

fit to the job, fit with caution, temporary unfit, dan unfit to the job.

3. Pelaporan Pemeriksaan Kesehatan

a. Pelaporan Perusahaan dan Tenaga Kerja

1) Laporan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja oleh dokter

pemeriksa dilaporkan kepada perusahaan dan bila ditemukan

faktor risiko/penyakit diberikan saran terapi kepada calon

karyawan.

2) Laporan pemeriksaan berkala tenaga kerja dilaporkan kepada

perusahaan berupa fit/unfit atau statistik dan pengelompokan status

kesehatan karyawan sebagai dasar program promotif dan preventif

dan kepada pekerja berhak atas hasil pemeriksaan bila terdapat

gangguan kesehatan dokter perusahaan wajib memberi bantuan

upaya promotif, preventif, kuratif kepa indivisu bila perlu dapat

diberikan resume hasil pemeriksaan.

b. Waktu dan Mekanisme Laporan Hasil Pemeriksaan Kesehatan Tenaga

Kerja kepada Dinas terkait berupa:

16
1) Pengusaha melaporkan kepada Disnaker Kabupaten/Kota

2) Kepala Disnaker Kabupaten melaporkan ke Propinsi

3) Selanjutnya kepada Disnaker Propinsi melaporkan kepada Dirjen

Binawas.

4) Pengurus wajib membuat laporan dan menyampaikan selambat-

lambatnya dua bulan setelah pemeriksaan kesehatan tenaga kerja

dilakukan.

5) Disnaker Kabupaten/kota dan Propinsi setelah menerima laporan

dari perusahaan selambat-lambatnya dalam waktu dua minggu

membuat rekapitulasi dan melaporkannya kepada Disnaker

Propinsi.

6) Disnaker propinsi setelah menerima laporan dari Disnaker

Kabupaten/Kota selambat-lambatnya dalam waktu dua minggu

membuat rekapitulasi dan melaporkannya kepada Dirjen Binawas.

17
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan

1. Pemeriksaan kesehatan teratur merupakan program di tempat kerja yang

telah diatur UU No 1 tahun 1970.

2. Pemeriksaan teratur di tempat kerja ada tiga yaitu sebeum bekerja, berkala

dan khusus. Tujuan dari pemeriksaan teratur adalah agar pekerja mampu

mengenali faktor risiko dan menidaklanjuti langkah pencegahan sedini

mungkin agar lebih produktif.

3. Tahapan program pemeriksaan kesehatan dimulai dari perencanaan,

pemeriksaan dan pelaporan

B. Saran

1. Bagi pemerintah agar meningkatkan penerapan promosi kesehatan di tempat

kerja.

2. Kepada para Ahli K3 agar kiranya menerapkan promosi kesehatan

khususnya pemeriksaan kesehatan teratur sesuai masalah yang dihadapi.

3. Pihak pemilik perusahaan mamfasilitasi penerapan promosi K3 berupa

pemeriksaan kesehatan teratur.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anderko L, Canova D, DeSantis C, Howard J, Goetzel R, Millard F, et al. 2012.


Healthier Workforce for a Healthier Economy. Washington (DC):
Georgetown University;
Eom, H., Myong, J.-P., Kim, E.-A., Choi, B., Park, S. W. & Kang, Y. J. 2017.
Effectiveness Of Workers’ General Health Examination In Korea By
health examination period and compliance. 대한직업환경의학회지, 29,
11-21.
Han C-H, Kam S, Park J-Y. 1995. Health care utilization and its determinants of
workers with non-occupational disease. Korean J Occup Med.;7: 282–94
(Korean).
Ismail, Nusye. 2010. Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.
Menteri Kesehatan. 2015. Panduan Germas. Kemenkkes: Jakarta.
Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi . 1980. Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Dan Transmigrasi No. Per.02/Men/1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja. Jakarta.
Kim SG, Park CY. 1993. Factors related to post-management performance of
workers with general disease in small and medium sized enterprises.
Korean J Occup Med.;5:274–82 (Korean).
Kim D, Jung KD, Park JH1990.. A study on improvement of health care in the
small-scale industries. Korean J Occup Med. 2:84–92 (Korean).
Lee W-C, Lee S-Y. National health screening program of Korea. J Korean Med
Assoc. 2010;53:363–70 (Korean).
OSHA. 1985. Occupational Safety and Health Guidance Manual for Hazardous
Waste Site Activities
Pangkey, F., Malingkas, G. Y. & Walangitan, D. 2012. Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Pada Proyek
Konstruksi di Indonesia (Studi Kasus: Pembangunan Jembatan Dr. Ir.
Soekarno-Manado). Jurnal Ilmiah Media Engineering, 2.
Santoso, S. S. & Andriyani, A. 2017. Analisis Pelaksanaan Medical Check Up
(Mcu) Pada Pegawai Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi Tahun
2016. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 13, 171-182
Setiawan, Indra. 2015. Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja. Kemenakertrans:
Jakarta.
WHO. 2017. World Health Statistics 2017. Geneva.
Yuarni, dkk. 2011. Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja. Himpunan Dokter
Kesehatan Kerja Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai