Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kemudahan dalam menyelesaikan Modul Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap Tingkat II. Modul ini disusun sebagai penunjang kegiatan
diklat agar peserta diklat dapat mempelajari dan memahami materi-materi yang
diberikan.
Pada kesempatan ini pula, kami menyampaikan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam penyusunan modul ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
membalas semua kebaikan dan jerih payah Saudara-saudara sekalian.
Semoga modul ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan yang lebih luas
kepada pembaca, khususnya peserta diklat. Akhir kata dengan segala
kerendahan hati, tim penyusun mengharapkan masukan dan kritikan demi
perbaikan penyusunan modul di masa akan datang.
Terima kasih.
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ...................................................................................................... 1
B. DESKRIPSI SINGKAT .................................................................................................. 3
C. MANFAAT MODUL BAGI PESERTA ........................................................................... 3
D. TUJUAN PEMBELAJARAN .......................................................................................... 3
E. MATERI POKOK DAN SUB POKOK BAHASAN ......................................................... 4
BAB II DASAR HUKUM PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP ................................. 5
A. PERATURAN DARI PENDAFTARAN TANAH ............................................................. 5
B. PERATURAN PERUNDANGAN MENGENAI PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS
LENGKAP ..................................................................................................................... 5
C. PETUNJUK TEKNIS PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP ................... 6
BAB III RUANG LINGKUP PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP ............................. 7
A. PENDAFTARAN TANAH .............................................................................................. 7
B. PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP ................................................... 12
RANGKUMAN ...................................................................................................................... 15
LATIHAN .............................................................................................................................. 17
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT ................................................................................ 21
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................................... 22
KUNCI JAWABAN .......................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 24
GLOSARIUM .................................................................................................................................. 26
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tanah mempunyai arti penting bagi kehidupan bangsa Indonesia. Hal ini
dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga setiap
kegiatan yang dilakukan oleh sebagian besar rakyat Indonesia senantiasa
membutuhkan dan melibatkan soal tanah. Bahkan pada sebagian masyarakat, tanah
dianggap sebagai sesuatu yang sakral, karena di sana terdapat simbol status sosial
yang dimilikinya.
Pembangunan yang dilaksanakan oleh Negara Indonesia saat ini diharapkan
pada masalah penyediaan tanah. Tanah dibutuhkan oleh banyak orang sedangkan
jumlahnya tidak bertambah atau tetap, sehingga tanah yang tersedia tidak mampu
lagi memenuhi kebutuhan yang terus meningkat terutama kebutuhan akan tanah
untuk membangun perumahan sebagai tempat tinggal, untuk pertanian, serta untuk
membangun berbagai fasilitas umum dalam rangka memenuhi tuntutan terhadap
kemajuan di berbagai bidang kehidupan.
Mengingat arti pentingnya tanah bagi kelangsungan hidup masyarakat maka
diperlukan pengaturan yang lengkap dalam hal penggunaan, pemanfaatan,
pemilikan dan pembuatan hukum yang berkaitan dengan hal tersebut. Semua ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya persengketaan tanah naik yang menyangkut
pemilikan maupun perbuatan- perbuatan hukum yang dilakukan oleh pemiliknya.
Untuk memperoleh kepastian hukum dan kepastian akan hak atas tanah
Undang-Undang Agraria No. 5 Tahun 1960 telah meletakkan kewajiban kepada
Pemerintah untuk melaksanakan pendaftaran tanah yang ada di seluruh Indonesia,
disamping bagi pemegang hak untuk mendaftarkan hak atas tanah yang ada
padanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.1
1
Djoko Prakosa dan Budiman Adi Purwanto, Eksistensi Prona Sebagai Pelaksana Mekanisme
2
Fungsi Agraria, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985, Hal. 19. Pasal 19 ayat (1) UUPA
Jaminan kepastian hukum ini tercantum dalaam ketentuan Pasal 19 ayat (1)
Undang – Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960, yang berbunyi
sebagai berikut :
”Untuk menjamin kepastian hukum hak dan tanah oleh Pemerintah diadakan
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan yang
diatur dengan Peraturan Pemerintah ”2
Ketetapan diatas mengandung pengertian bahwa hal – hal yang menyangkut
kepemilikan, penguasaan, dan penggunaan tanah harus diikuti dengan kegiatan
pendaftaran tanah baik yang dimiliki oleh masyarakat maupun oleh Badan Hukum ke
Kantor Pertanahan guna mendapatkan kepastian hukum hak atas tanah yang
dikuasainya atau yang dimilikinya.
Dengan diselenggarakannya pendaftaran tanah, maka pihak-pihak yang
bersangkutan dengan mudah dapat mengetahui status atau kedudukan hukum
daripada tanah tertentu yang dihadapinya, letak, luas dan batas-batasnya, siapa
yang punya dan beban apa yang ada diatasnya.2
Dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum
Hak atas Tanah masyarakat secara adil dan merata, serta mendorong pertumbuhan
ekonomi negara pada umumnya dan ekonomi rakyat khususnya, perlu dilakukan
percepatan pendaftaran tanah lengkap di seluruh wilayah Republik Indonesia
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, perlu dilaksanakan pendaftaran
tanah secara menyeluruh dan lengkap di seluruh Indonesia.
Untuk dapat terlaksananya pendaftaran tanah secara menyeluruh dan lengkap,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional telah menetapkan
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 35 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Agraria
dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2017 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
2
Effendi Perangin, Hukum Agraria Indonesia, Jakarta: CV. Rajawali. 1991, Hal. 95.
B. DESKRIPSI SINGKAT
Mata Diklat ini membekali peserta memahami tentang peraturan perundangan
terkait dengan pendaftaran tanah sistematis, peraturan perundangan terkait dengan
PTSL, petunjuk teknis terkait dengan PTSL, pengertian, tujuan, objek dan
permasalahan dalam pelaksanaan PTSL.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Hasil belajar
Setelah pembelajaran ini peserta mampu menjelaskan peraturan
perundangan terkait dengan pendaftaran tanah sistematis, peraturan
perundangan terkait dengan PTSL, petunjuk teknis terkait dengan PTSL,
pengertian, tujuan, objek dan permasalahan dalam pelaksanaan PTSL.
BAB II
DASAR HUKUM PENDAFTARAN
TANAH SISTEMATIS LENGKAP
Indikator keberhasilan : Setelah mempelajari bab ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan
dasar hukum pendaftaran tanah sistematis lengkap.
dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 35 Tahun 2016
BAB III
RUANG LINGKUP PENDAFTARAN
TANAH SISTEMATIS LENGKAP
Indikator keberhasilan : Setelah mempelajari bab ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan
ruang lingkup Pendaftaramn tanah dan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
A. PENDAFTARAN TANAH
1. Pengertian Pendaftaran Tanah
Pendaftaran tanah dalam buku Hukum Agraria Indonesia, Boedi Harsono
mengatakan bahwa:
Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi
pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data
fisik dan yuridis dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidangbidang tanah dan
satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian sertipikat sebagai surat tanda
bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas
satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.3
Kata-kata "rangkaian kegiatan" menunjuk adanya berbagai kegiatan dalam
penyelenggaraan pendaftaran tanah. Kata-kata "terus menerus" menunjuk kepada
pelaksanaan kegiatan, bahwa sekali dimulai tidak akan ada akhirnya. Kata
"teratur" menunjukkan, bahwa semua kegiatan harus berlandaskan kepada
peraturan perundang-undangan yang sesuai.
Pendaftaran tanah adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah untuk mengumpulkan data fisik dan data yuridis dari bidang-bidang
tanah yang akan didaftar. Sehingga dikatakan, bahwa pendaftaran tanah
3
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Edisi Revisi, Djambatan, Jakarta, 2005, hal.
474.
(sertipikat) berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat, seperti dinyatakan dalam
Pasal 19 ayat (2) huruf c, Pasal 23 ayat (2), Pasal 32 ayat (2) dan Pasal 38 ayat
(2) UUPA. Artinya, bahwa selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya, data fisik
dan data yuridis yang tercantum di dalam sertipikat harus diterima sebagai data
yang benar, baik melakukan perbuatan hukum sehari-hari maupun dalam perkara
di Pengadilan.
Pendaftaran Tanah diselenggarakan untuk menjamin kepastian hukum,
pendaftaran tanah ini diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
dan pemerintah. 5
Dalam memenuhi kebutuhan ini pemerintah melakukan data penguasaan
tanah terutama yang melibatkan para pemilik tanah. Pendaftaran tanah semula
dilaksanakan untuk tujuan fiscal (fiscal kadaster) dan dalam hal menjamin
kepastian hukum seperti diuraikan di atas maka pendaftaran tanah menjadi Recht
Kadaster.6
Indonesia mempunyai suatu lembaga pendaftaran tanah untuk pertama
7
kalinya dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961, yang
kemudian disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997, dan
baru berlaku 8 Oktober 1997.8 Sebelum berlaku Peraturan Pemerintah No. 10
Tahun 1961 tersebut, dikenal Kantor Kadaster sebagai Kantor Pendaftaran untuk
hak-hak atas tanah yang tunduk kepada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Barat.
Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 tersebut merupakan perintah dari
Pasal 19 UUPA No. 5 Tahun 1960 yang berbunyi sebagai berikut.
a. Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah dilakukan pendaftaran tanah
di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
b. Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) pasal ini meliputi:
1) pengukuran, penetapan, dan pembukuan tanah;
5
Badan Pertanahan Nasional, Himpunan Karya Tulis Pendaftaran Tanah, Jakarta, Maret
1989, hal. 3.
6
Ibid, hal. 5.
7
A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Cet. 2, Bandung, Mandar Maju,
1994, hal. 1.
8
Ibid
terkait tanah. Informasi tersebut dapat bersifat terbuka untuk umum, artinya
dapat diberikan informasi apa saja yang diperlukan atas sebidang tanah dan
bangunan yang ada.
c) Untuk itu perlulah tertib administrasi pertanahan dijadikan suatu hal wajar. 9
Sebagai kebijakan publik pendaftaran tanah merupakan program pemerintah
untuk mencapai tujuan yaitu terwujudnya catur tertib pertanahan, menjamin
kepastian hukum, dan penerbitan sertipikat sebagai bukti hak atas tanah.
9
A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, (Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 1997) Dilengkapi dengan Peraturan Jabatan Pembuat Akta Tanah
15
(Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1998), Cet. 1, Bandung, Mandar Maju, 1999), hal. 2. Inu
Kencana Syafie, Op. Cit, hal. 47.
2. Tujuan PTSL
Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sitematik Lengkap bertujuan untuk
percepatan pemberian kepastian hukum dan perlindungan hukum Hak atas Tanah
masyarakat secara pasti, sederhana, cepat, lancar, aman, adil, merata dan
terbuka serta akuntabel, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat dan ekonomi negara, serta mengurangi dan mencegah
sengketa dan konflik pertanahan.
3. Objek PTSL
Obyek PTSL meliputi seluruh bidang tanah tanpa terkecuali, baik bidang
tanah yang belum ada hak atas tanahnya maupun bidang tanah hak, baik
merupakan tanah aset pemerintah pusat/pemerintah daerah, tanah Milik Badan
Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, Tanah Desa, Tanah Negara,
Tanah Masyarakat Hukum Adat, Tanah Objek Landreform, dan bidang tanah
lainnya.
Pelaksanaan PTSL pada suatu lokasi dilaksanakan melalui anggaran DIPA
PTSL dan/atau gabungan dari kegiatan PTSL dengan kegiatan antara lain
Kegiatan massal swadaya masyarakat, Kegiatan Lintas Sektor, Kegiatan
Landreform, Konsolidasi Tanah atau gabungan dari beberapa kegiatan,
mekanisme pelaksanaan dan pembiayaannya sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Apabila lokasi yang ditetapkan sebagai obyek PTSL terdapat Tanah Obyek
Landreform yang tidak lagi memenuhi persyaratan, maka dengan sendirinya tanah
tersebut dikeluarkan dari obyek landreform dan pelaksanaan pendaftaran
tanahnya dilakukan melalui mekanisme PTSL.
RANGKUMAN
6. Obyek PTSL meliputi seluruh bidang tanah tanpa terkecuali, baik bidang tanah
yang belum ada hak atas tanahnya maupun bidang tanah hak, baik merupakan
tanah aset pemerintah pusat/pemerintah daerah, tanah Milik Badan Usaha Milik
Negara/Badan Usaha Milik Daerah, Tanah Desa, Tanah Negara, Tanah
Masyarakat Hukum Adat, Tanah Objek Landreform, dan bidang tanah lainnya.
7. Pembiayaan kegiatan PTSL berasala dari DIPA PTSL dan/atau gabungan dari
kegiatan PTSL dengan kegiatan antara lain Kegiatan massal swadaya
masyarakat, Kegiatan Lintas Sektor, Kegiatan Landreform, Konsolidasi Tanah
atau gabungan dari beberapa kegiatan, mekanisme pelaksanaan dan
pembiayaannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
8. Permasalahan dalam pelaksanaan PTSL disebabkan karena kurangnya
pengetahuan dan kepatuhan terhadap ketentuan pelaksanaan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap, kurangnya perencanaan dalam penunjukan lokasi, sehingga
tidak mendukung pelaksanaan pendaftaran tanah sistematis, lokasi kegiatan yang
berpencar berpengaruh pada banyaknya jumlah tim yang harus dibentuk, di sisi
lain jumlah SDM sangat terbatas. beberapa lokasi, pengumpulan data yuridis
dilakukan oleh kelompok masyarakat (pokmas) bukan oleh Satgas Pengumpul
Data Yuridis, Satgas Fisik dan Yuridis yang tidak bekerja berdasar peta kerja
yang sama, menyebabkan kesulitan saat integrasi data. Serta ditemukan banyak
bidang tanah dengan penguasaan yang terindikasi absente.
LATIHAN
a. Redistribusi
b. Pendaftaran tanah
c. PTSL
d. IP4T
2. Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak
yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah
atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan.
a. Landreform
b. Pendaftaran tanah Sistematik
c. PTSL
d. Pemberian hak
4. kegiatan Pendaftaran Tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak
bagi semua obyek Pendaftaran Tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia
dalam satu wilayah desa/kelurahan atau nama lainnya yang setingkat dengan itu,
yang meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data yuridis
mengenai satu atau beberapa obyek Pendaftaran Tanah untuk keperluan
pendaftarannya.:
a. NIB
b. NIS
c. IP4T
d. PTSL
8. Seluruh bidang tanah tanpa terkecuali, baik bidang tanah yang belum ada hak
atas tanahnya maupun bidang tanah hak, baik merupakan tanah aset pemerintah
pusat/pemerintah daerah, tanah Milik Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha
Milik Daerah, Tanah Desa, Tanah Negara, Tanah Masyarakat Hukum Adat, Tanah
Objek Landreform, dan bidang tanah lainnya. Disebut :
a. Tujuan PTSL
b. Target PTSL
c. Ruang lingkup PTSL
d. Objek PTSL
Lihat kembali materi yang ditanyakan di dalam bab ini. Periksa jawaban anda apakah
sudah benar atau belum. Apabila jawaban anda benar semua berarti sudah
memenuhi kompetensi yang diharapkan dalam bab ini. Sebaliknya apabila jawaban
anda ada yang salah, berarti anda harus mempelajari secara seksama materi pada
bab ini. Setelah itu kembali anda jawab dan bandingkan dengan materi pada bab ini.
BAB IV
PENUTUP
KUNCI JAWABAN
1. b
2. b
3. b
4. d
5. a
6. d
7. b
8. d
9. c
10. a
DAFTAR PUSTAKA
Djoko Prakosa dan Budiman Adi Purwanto, Eksistensi Prona Sebagai Pelaksana
Mekanisme Fungsi Agraria, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985,
Effendi Perangin, Hukum Agraria Indonesia, Jakarta: CV. Rajawali. 1991 .
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Edisi Revisi, Djambatan, Jakarta, 2005,
Ana Silviana, Penerapan Pasal 32 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun
1997 Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah di Indonesia, Masalah-
Masalah Hukum, Majalah Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Vo.
33 N0. 3 Juli-September 2004,
Badan Pertanahan Nasional, Himpunan Karya Tulis Pendaftaran Tanah, Jakarta,
Maret 1989,
A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Cet. 2, Bandung, Mandar
Maju, 1994,
A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, (Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 1997) Dilengkapi dengan Peraturan Jabatan
Pembuat Akta Tanah (Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1998), Cet. 1,
Bandung, Mandar Maju, 1999), hal. 2. 15 Inu Kencana Syafie, Op. Cit,
Undang- undang Undang No.5 Tahun 1960 Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
Pasal 19;
Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1961 jo. Peraturan Pemerintah no.24 Tahun
1997 Pendaftaran Tanah.
Peraturan Menteri Negara Agraria No.3 Tahun 1997 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 35 tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah
Sistematik sebagaimana telah beberapa kali diubah
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 1 Tahun 2017 Perubahan atas Peraturan Menteri Agraria dan Tata
GLOSARIUM
d. Tanah Negara adalah Tanah yang tidak dilekati dengan suatu Hak atas Tanah,
bukan merupakan tanah ulayat Masyarakat Hukum Adat, bukan merupakan tanah
wakaf, dan/atau bukan merupakan Barang Milik
Negara/Daerah/BUMN/BUMD/Desa.
e. Data Fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah dan
satuan rumah susun yang didaftar, termasuk keterangan mengenai adanya
bangunan atau bagian bangunan di atasnya.
f. Data Yuridis adalah keterangan mengenai status hukum atau status penguasaan
bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, pemegang hak atau pihak
yang menguasai, dan hak pihak lain serta beban-beban lain yang membebaninya.
g. Peta Dasar Pendaftaran adalah peta yang memuat titiktitik dasar teknik dan
unsur geografis, seperti sungai, jalan, bangunan dan batas fisik bidang-bidang
tanah.
i. Peta Bidang Tanah adalah gambar hasil pemetaan satu bidang tanah atau lebih
pada lembaran kertas dengan suatu skala tertentu yang batas-batasnya telah
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan digunakan untuk pengumuman data
fisik.
k. Surat Ukur adalah dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam
bentuk peta dan uraian.
l. Daftar Tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat identitas bidang
tanah dengan suatu sistem penomoran.
m. Buku Tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan
data fisik suatu obyek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya.
n. Sertipikat Hak atas Tanah adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria untuk Hak atas Tanah, hak pengelolaan,
tanah wakaf, yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang
bersangkutan.
q. Surveyor Kadaster Berlisensi adalah mitra kerja Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional, yang terdiri dari
Surveyor Kadaster dan Asisten Surveyor Kadaster.