Anda di halaman 1dari 4

A.

PENGERTIAN

Osteomilitis adalah infeksi pada tulang dan medulla tulang baik karena infeksi
piogenik atau non piogenik misalnya mikobakterium tuberkolosa (chairuddin). Infeksi ini
dapat bersifat akut maupun kronis. Pada anak-anak infeksi tulang sering kali timbul
sebagai komplikasi dari infeksi pada tempat-tempat lain seperti infeksi faring (faringitis),
telinga otitis media), dan kulit (impetigo). (price dan Sylvia,2006).

Osteomilitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit di sembuhkan daripada
infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap
inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang
baru disekeliling jaringan tulang mati). Osteomilitis dapat menjadi masalah kronis yang
akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakobatkan kehilangan ekstremitas.

Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari focus
infeksi di tempat lain (mis.saluran nafas atas). Osteomilitis akibat penyebaran
hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat trauma atau dimana terdapat
resistensi renndah, kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).

Osteomilitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (mis.


Ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vesikuler) atau kontaminasi langsung tulang
(mis. Fraktur terbuka, cedra traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang)

Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomilitis adalah mereka yang nutrisinya
buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita
atritis rheumatoid, telah dirawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid
jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang
mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama,
mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau
dehisensi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoprasi .

B. PENCEGAHAN
Pencegahan osteomilitis adalah sasaran utamanya. Penanganan infeksi fokal dapat
menurunkan angka penyebaran hematogen. Penaganan infeksi jaringan lunak dapat
mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan prhatian terhadap
lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomilitis
pascaoprasi.

Antibiotic profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat
pembedahan dan selama 24 jam sampai 28 jam setelah operasi akan sangat
membantu. Teknik perawatan luka pascaoprasi aseptic akan menurunkan insiden infeksi
superficial dan potensil terjadinya osteomilitis.

C. PATOFISIOLOGI
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% samapi 80% infeksi tulang.
Organisme patogenetik lainnya yang sering di jumpai pada osteomilitis meliputi proteus,
pseudomonas,dan escerichia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten
penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobic.

Awitan osteomilitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan


peratama (akut fulminan stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan
hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4
sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomilitis awitan lama (stadium 3) biasanya
akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.

Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, thrombosis pada pembuluh darah
terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang
sehubungan dengan peningkatan tekanan jaringan dan medulla. Infeksi kemudian
berkembang ke kavitas medularis dan kebawah periosteum dan dapat smenyebar ke
jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat di control awal,
kemudian akan terbentuk abses tulang.

Pada perjalana alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih sering
harus di lakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada
umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar
rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan
lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengeliling squestrum. Jadi
mekipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun squestrum infeksius kronis yang
tetap ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien
dinamakan osteomilitis tipe kronik.

D. MANIFESTASI KLINIS
Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi
dengan manifestasi klinis septikema (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat,
dan malaise umum). Gejala sistemik pada awalnya menutupi gejala lokal secara
lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan
mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri,
bengkak, dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang
semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang
terkumpul.

Bila osteomilitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi
langsung, tidak akan ada gejala septikema. Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri
dan nyeri tekan.

Pasien dengan osteomilitis kronik di tandai dengan pus yang selalu mengalir keluar
dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan,dan
pengeluaran pus, infeksi derajat rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat
kurangnya asupan darah.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Osteomilitis akut
a) Pemeriksaan sinar-X awalnya menunjukan pembengkakan jaringan lunak,
dan setelah dua minggu terdapat daerah deklasifikasi ireguler, nekrosisi
tulang, pengangkatan periosteum, dan pembentukan tulang baru.
b) Pemeriksaan MRI
c) Pemeriksaan darah : leukosit meningkat laju endap darah.
d) Kultur darah dan kultur abses untuk menentukan jenis antibiotic yang sesuai
2. Osteomilitis kronik
a) Pemeriksaan sinar-X, besar,kavitas ireguler, peningkatan periosteum
sequestra, atau pembentukan tulang padat
b) Anemia biasanya dikaitkan dengan infeksi kroniksssssssssssss
c) Pemeriksaan laju sedimentasi dan jumlah sel darah putih (biasanya normal)s
F. PENATALAKSANAAN (Reeves 2001)
Osteomilitis kronik lebih sukar di terapi, terapi umum meliputi pemberian antibiotic
dan debridement. Tergantung tipe osteomilitis kronik, pasien mungkin diterapi dengan
antibiotic parenteral selama 2 sampai 6 minggu. Meskipun, tanpa debridement yang
adekuat, osteomilitis kronik tidak berespon terhadap kebanyakan regimen antibiotic,
berapa lama pun terapi dilakukan.
Pada osteomilitis kronik di lakukan sekuestrasi dan debridement serta pemberian
antibiotik

Anda mungkin juga menyukai