SKRIPSI
Oleh:
Herman Felani
(05530030)
FAKULTAS USHULUDDIN
YOGYAKARTA
2009
Motto
v
PERSEMBAHAN
Keluarga Besarku
vi
ABSTRAK
vii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, tidak ada ucapan yang paling pantas dan layak
kecuali puja dan puji yang penuh keikhlasan, ketulusan dan penuh dengan
harapan kepada Allah swt, Tuhan semesta alam. Hanya kepada-Nya lah kita
sebagai makhluk yang lemah dan penuh kekurangan memohon petunjuk dan
meminta pertolongan serta berserah diri. Shalawat serta salam semoga tetap
Suatu keniscayaan dan sebuah realitas objektif, bahwa tidak ada manusia
yang sempurna. Oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati, penulis pribadi
dengan terbuka membuka ruang dan wilayah saran dan kritik bagi segenap
pembaca. Secara optimis karya ini tidak akan mencapai harapan ideal dan
mengucapkan syukur dan terima kasih kepad berbagai pihak yang berjasa atas
1. Dr. Sekar Ayu Aryani, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
2. Dr. Suryadi, M.Ag, selaku Ketua Jurusan dan DR. Ahmad Baidowi, M. Ag
viii
4. Drs. H. M. Yusron, MA selaku Pembimbing I yang selalu membimbing
6. Seluruh dosen Tafsir dan Hadis yang telah yang sudah memberikan ilmu
8. Kedua orang tua saya, Ayahanda Wasin dan Ibunda Tuti Umarni yang
tercinta, kalian yang tidak pernah merasa lelah dalam memeberikan kasih dan
sayang serta doa untuk kesuksesan anakmu ini. Kalian yang selalu hadir
dalam hati ini yang menjelma sebagai kekuatan untuk melangkah mengarungi
kehidupan. Betapa besar jasa-jasa kalian hingga tidak dapat dinilai dengan
9. Saudara-saudaraku, Kak Novi Awalul Putra dan Dik Thalhah Reza Pahlevi.
10. Teman-teman satu Angkatan TH-A 2005, (Arif Nuh Safri, Ali Mahfudz,
Nahdi, Ulin Nuhana Akhsan, Farida, Aulia Rahmawati, Siti Nur Aini (Inun)
dan teman-teman yang tidak disebutkan disini) terimakasih atas kasih sayang
yang telah kalian berikan, kalain akan selalu saya kenang dalam mengarungi
ix
hidup ini. Semoga persahabatan kita abadi dan di ridhai Allah sampai
kapanpun.
11. Teman-teman Jawara (Azkiya Khairul Anam, Wahidun, Dedi, Eko, Khusni,
Jarir,....) terimaksih atas semua kebaikan yang telah kalian berikan, kalian
adalah teman bercanda ria, teman yang tidak pernah capai dalam menghibur
dalam bergerak.
dan perhatiannya.
14. Tidak lupa saya ucapkan benyak terimakasih kepada keluarga besar BKC
Akang Eko , Akang Dedi, Akang Azkiya, Akang Eka, Akang Heri, Teh Rani,
Teh Anggi, Teh Noni, Teh Wini dan seluruh anggota BKC yang tidak saya
arti persaudaraan.
Semoga curahan Allah tetap melimpah kepada kita semua, amin. Akhir
Penulis,
Herman Felani
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
A. Konsonan Tunggal
xi
ط ta t te (dengan titik di bawah)
ظ za z zet (dengan titik di bawah)
ع ‘ain ‘ koma terbalik
غ gain g ge
ف fa f ef
ق qaf q qi
ك kaf k ka
ل lam l ‘el
م mim m ‘em
ن nun n ‘en
و waw w w
ﻩ ha’ h ha
ء hamzah ‘ apostrof
ي ya y ye
D. Vokal Pendek
َ
_____ fathah ditulis a
ﻓﻌﻞ ditulis fa’ala
_____ kasrah ditulis i
ِ
xii
ذآﺮ ditulis żukira
_____ُ dammah ditulis u
یﺬهﺐ ditulis yażhabu
E. Vokal Panjang
1 Fathah + alif ditulis ā
ﺟﺎهﻠﻴﺔ ditulis jāhiliyyah
2 Fathah + ya’ mati ditulis ā
ﺕﻨﺴﻰ ditulis tansā
3 Kasrah + ya’ mati ditulis i
آﺮیﻢ ditulis karim
4 Dammah + wawu mati ditulis ū
ﻓﺮوض ditulis furūd
F. Vokal Rangkap
1 Fathah + ya’ mati ditulis ai
ﺑﻴﻨﻜﻢ ditulis bainakum
2 Fathah + wawu mati ditulis au
ﻗﻮل ditulis qaul
xiii
اﻝﻘﺮان ditulis al-Qur’ān
اﻝﻘﻴﺎس ditulis al-Qiyās
اﻝﺴﻤﺎء ditulis al-Samā’
اﻝﺸﻤﺲ ditulis al-Syam
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
MOTTO ........................................................................................................................ v
PERSEMBAHAN........................................................................................................ vi
ABSTRAK..................................................................................................................vii
DAFTAR ISI............................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 9
E. Metode Penelitian............................................................................... 13
س
B. Pengertian dan Bentuk Penggunaan Lafad al-Wafa>h
A. Biografi al-Baid}a>wi>............................................................................. 30
al-Ta'wi>l ............................................................................................. 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 83
B. Saran-saran.......................................................................................... 86
ع
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 88
ف
BAB I
PENDAHULUAN
bacaan.2 Wahyu itu diturunkan dalam bahasa Arab. Ia ditulis dengan sangat
hati-hati oleh para pencatat wahyu Nabi agar terpelihara dan jauh dari
al-Qur’an yang ada sekarang benar-benar sesuai dengan apa yang diwahyukan
Al-Qur’an juga mempunyai gaya bahasa yang khas yang tidak dapat
situasi dan kondisi dalam berbagai macam gayanya. Nurcholish Madjid, salah
1
Makna sentral wahyu adalah “pemberian informasi” secara rahasia. Dengan kata lain,
wahyu adalah sebuah hubungan komunikasi antara dua pihak yang mengandung pemberian
informasi-pesan- secara samar dan rahasia. Oleh karena “pemberian informasi” dalam proses
komunikasi dapat berlangsung apabila melalui kode tertentu, maka dapat dipastikan bahwa
konsep kode melekat di dalam konsep wahyu, dan kode yang digunakan dalam proses komunikasi
tersebut pastilah kode bersama antara pengirim dan penerima, yaitu dua pihak yang terlibat
dalam proses komunikasi atau wahyu tersebut. Baca Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas al-
Qur’an (Yogyakarta: LKiS, 2005), hlm.30.
2
Subh}i al-S}a>lih, Maba>h}is| fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n , cet.XV (Beirut: Da>r al-Mala>yin, 1985),
hlm. 17.
3
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, cet. V (Jakarta: UI Press,
1985), hlm. 21.
1
2
al-Qur’an itu ialah ekspresi puitisnya yang sangat khas dan unik. Kekhasan
dan keunikan ekspresi puitisnya itu jelas sekali berkat digunakannya bahasa
ekspresinya.4
al-Qur’an banyak terdapat rahasia kemukjizatan5 dari segi bahasa. Hal itu
pemilihan kata dan penempatannya yang sangat tepat, khit}ab yang digunakan
4
Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban (Jakarta: Yayasan Paramadina,
1992), hlm. 364.
5
Mukjizat menurut bahasa adalah sesuatu hal yang luar biasa atau menakjubkan.
Menurut istilah mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa yang melemahkan manusia baik sendiri
atau pun kolektif untuk mendatangkan sesuatu yang menyerupai atau menyamainya yang hanya
diberikan kepada Nabi atau Rasul Allah swt.. Mukjizat itu merupakan hal yang tidak sama
dengan biasanya, yang menyebabkan orang tidak dapat mendatangkan yang menyamainya. Jadi
mukjizat itu merupakan barang yang mu’jiz atau yang melemahkan orang sehingga tidak dapat
menandinginya. Lihat Abdul Djalal, Ulu>mul Qur’a>n, cet. I (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), hlm.
268. Kata mukjizat berasal dari kata 'ajaz (lemah). I'jaz dapat diartikan sebagai kemukjizatan, hal
yang melemahkan, yang menjadikan sesuatu atau pihak lain tak berdaya. Sesuatu dinamakan
mukjizat (melemahkan) karena manusia lemah untuk mendatangkan yang sama dengannya atau
saingannya, sebab mukjizat datang berupa hal-hal yang keluar dari batas-batas faktor yang telah
diketahui dan dipahami oleh manusia. Lihat Muhammad Chirzin, Al-Qur'a>n dan 'Ulu>m al-Qur'a>n,
cet. II (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2003), hlm. 95-96. Pandangan lain mengatakan
bahwa kajian mengenai masalah I’jaz pada dasarnya kajian tentang karakteristik teks yang
membedakannya dari teks-teks lain dalam kebudayaan, dan yang menjadikannya lebih unggul
daripada teks-teks tersebut. Tidak disangsikan bahwa dalam hubungannya dengan teks-teks yang
lain itu, teks mengandung tanda-tanda yang menegaskan kemiripannya , selain juga perbedaannya
dengan teks-teks itu. Lihat Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas al-Qur’an, cet. IV (Yogyakarta:
LKIS, 2005), hlm. 169.
3
sesuai dengan keperluannya, baik mereka yang awam maupun yang khawas.6
segala masalah, juga tidak dapat membimbing dirinya kepada sikap realistis
dan tindakan yang benar. Semua perbuatan buruk yang terjadi dalam
egoisme, kerakusan, dan hawa nafsu, akal manusia kalah oleh emosi dan
tunduk kepada hawa nafsu, dan akhirnya mereka tersesat. Oleh karena itu
dengan cara lain yang tidak bisa dikalahkan oleh hawa nafsu dan yang tidak
pernah keliru dalam memberi petunjuk. Cara inilah yang disebut dengan
kenabian.
kepada umatnya bahwa dunia ini adalah fana dan akhirat adalah kekal.
Kehidupan ini merupakan keinginan dan kehendak sang pemberi dan pencipta
kehidupan, sehingga suatu saat nanti sang pemberi amanah akan mengambil
kehidupan ini. Manusia laksana tumbuhan hijau yang setiap kali daunnya
6
Kusmana dan Samsuri, Pengantar Kajian al-Qur’an, Tema Pokok, Sejarah dan Wacana
Kajian (Jakarta:,PT. Pustaka Al-Husna Baru, 2004), hlm. 79.
4
manusia ini suatu saat akan terhenti. Akan datang suatu masa dimana
manusia akan mengalami sebuah peristiwa besar yang pasti terjadi, peristiwa
itu disebut dengan kematian. Kematian adalah keniscayaan, tidak satu jiwa
yyÌ“ômã— ⎯yϑsù ( Ïπyϑ≈uŠÉ)ø9$# tΠöθtƒ öΝà2u‘θã_é& šχöθ©ùuθè? $yϑ¯ΡÎ)uρ 3 ÏNöθpRùQ$# èπs)Í←!#sŒ <§øtΡ ‘≅ä.
8
∩⊇∇∈∪ Í‘ρãäóø9$# ßì≈tFtΒ ωÎ) !$u‹÷Ρ‘$!$# äο4θuŠy⇔ø9$# $tΒuρ 3 y—$sù ô‰s)sù sπ¨Ψyfø9$# Ÿ≅Åz÷Šé&uρ Í‘$¨Ψ9$# Ç⎯tã
awal dari kehidupan yang baru. Oleh sebab itu kematian bukanlah kesudahan,
alam dunia ke alam dunia lain, yaitu peralihan dari suatu keadaan kepada
keadaan yang lain yang merupakan tempat kehidupan manusia akan berlanjut.
7
Umar Sulaiman al-Asyqar, Ensiklopedia Kiamat ter. Irfan Salim, dkk (Jakarta: PT
Serambi Ilmu Semesta, 2002), hlm: 15.
8
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya (Bandung: CV. Penerbit J-Art,
2005), hlm. 75.
5
yang amat dikenal dan terdengar sehari-hari bahkan ditayangkan setiap saat.
Namun sosoknya, serta apa yang dilihat oleh yang mati bahkan kehadirannya
“Í‘ô‰s? $tΒuρ ( ÏΘ%tnö‘F{$# ’Îû $tΒ ÞΟn=÷ètƒuρ y]ø‹tóø9$# Ú^Íi”t∴ãƒuρ Ïπtã$¡¡9$# ãΝù=Ïæ …çνy‰ΨÏã ©!$# ¨βÎ)
íΟŠÎ=tæ ©!$# ¨βÎ) 4 ßNθßϑs? <Úö‘r& Äd“r'Î/ 6§øtΡ “Í‘ô‰s? $tΒuρ ( #Y‰xî Ü=Å¡ò6s? #sŒ$¨Β Ó§øtΡ
11
∩⊂⊆∪ 7Î6yz
terdalam, serta gambarannya yang tampil dari saat ke saat ke pelupuk mata,
9
Sibawaihi, Eskatologi al-Gazali dan Fazlur Rahman (Yogyakarta: Penerbit Islamia,
2004), hlm. 81.
10
M. Quraish Shihab, Menjemput Maut, (Jakarta: Lentera Hati, 2004), hlm. 37.
11
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya…, hlm. 415.
6
merespon pandangan bahwa kematian adalah akhir dari segalanya. Respon ini
kematian kedua saat meninggalkan dunia yang fana ini. Kehidupan pertama
dialami oleh manusia pada saat manusia menarik dan menghembuskan napas
di dunia, sedang kehidupan kedua saat berada di alam Barzakh (suatu tempat
disisi lain menggunakan lafad al-wafa>h. lafad al-maut ditemukan dalam al-
12
M. Quraish Shihab, Menjemput Maut…, hlm. 37.
13
Sibawaihi, Eskatologi al-Gazali dan Fazlur Rahman...., hlm. 77.
14
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 2007), hlm. 91.
7
Qur'an sebanyak seratus empat puluh lima.15 Dan lafad al-wafa>h disebutkan
Untuk membedakan antara kedua term ini memang tidak mudah. Apalagi
di dalam al-Qur’an sendiri ada ayat yang seolah-olah menyamakannya. Hal ini
×πuΖ|¡ym öΝßγö6ÅÁè? βÎ)uρ 3 ;οy‰§‹t±•Β 8lρãç/ ’Îû ÷Λä⎢Ζä. öθs9uρ ÝVöθyϑø9$# ãΝœ3.Í‘ô‰ãƒ (#θçΡθä3s? $yϑoΨ÷ƒr&
ö≅è% 4 x8ωΖÏã ô⎯ÏΒ ⎯ÍνÉ‹≈yδ (#θä9θà)tƒ ×πy∞ÍhŠy™ öΝßγö6ÅÁè? βÎ)uρ ( «!$# ωΖÏã ô⎯ÏΒ ⎯ÍνÉ‹≈yδ (#θä9θà)tƒ
19
∩∠∇∪ $ZVƒÏ‰tn tβθßγs)øtƒ tβρߊ%s3tƒ Ÿω ÏΘöθs)ø9$# Ï™Iωàσ¯≈yδ ÉΑ$yϑsù ( «!$# ωΖÏã ô⎯ÏiΒ @≅ä.
15
Muh}ammad Fu'ad Abdul Baqi', Mu'jam Mufahras li Alfa>z} al-Qur'a>n , hlm. 680.
16
Muh}ammad Fu'ad Abdul Baqi', Mu'jam Mufahras.. , hlm. 757.
17
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir , hlm. 1572.
18
Ibrahim Musthafa, Mu'jam al-Wasi>t}, Jilid.2, hlm. 1019. CD al-Maktabah al-Syamilah.
Ridwana Media,
19
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya….hlm. 91.
8
20
∩⊇⊇∪ šχθãèy_öè? öΝä3În/u‘ 4’n<Î) ¢ΟèO öΝä3Î/ Ÿ≅Ïj.ãρ “Ï%©!$# ÏNöθyϑø9$# à7n=¨Β Νä39©ùuθtGtƒ ö≅è% *
masing-masing kata itu mempunyai makna sesuai dengan konteks atau objek
ketika kata itu disampaikan21. Atas dasar inilah, penulis merasa bahwa perlu
pemaknaan terhadap ayat-ayat al-maut dan al-wafa>h dan corak tafsir beliau
20
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya,… hlm. 416.
21
Muh}ammad Syahru>r, al-Kita>b wa al-Qur'a>n: Qira'ah Muashirah (Damaskus: al-Aha>fi li
al-Tiba>'ah wa al-Nashr wa al-Tawzi', 1991), hlm.23.
9
menggunakan satu corak yang spesifik, misalnya fiqih, akidah atau yang lain.
Selain itu al- Baid}a>wi> juga salah seorang mufassir yang berupaya
B. Rumusan Masalah
karya al-Baid}a>wi>?
3. Apa dan siapa saja objek al-maut dan al-wafa>h yang dikehendaki Allah
22
Ahmad Baidawi, "Anwa>r al-Tanzi>l Wa Asra>r al-Ta'wi>l Karya al- Baid}a>wi>" dalam
Studi Kitab Tafsir, hlm. 116.
23
Abdul Jalal HA, Urgensi Tafsir Maudu'i pada Masa Kini (Jakarta: Kalam Mulia,
1990),, hlm. 68.
10
tafsir.
3. Sebagai syarat untuk meraih gelar kesarjanaan di bidang Tafsir dan Hadis
D. Telaah Pustaka
terbatas). Akan tetapi ada beberapa karya yang secara umum membahas
hari kiamat. Dalam kitab ini dijelaskan bahwa dinamika dan gerak alam,
11
termasuk manusia suatu saat akan berhenti. Akan datang suatu hari ketika
bintang meredup, ombak laut berhenti, tumbuhan mati. Tapi ini bukanlah
akhir segalanya. Ini hanya suatu fase yang niscaya dilewati manusia.
memperdebatkan nas-nas dari al-Qur’an dan sunah yang shahih tentang maut
Dalam buku ini sedikit dibahas mengenai makna maut dan wafat.
Maut adalah kebalikan dari hidup, hidup dan maut adalah istilah yang saling
berlawanan seperti terang dan gelap. Makna dasar maut adalah diam.
Kehidupan manusia timbul pada saat roh ditiupkan pada jasad janin dalam
tempat yang satu ke tempat yang lain.24 Dijelaskan juga bahwa tidur mirip
dengan mati, karena itu para ulama menamakan tidur dengan wafat kecil.
dari 30 tulisan pendek yang sangat mudah dibaca. Buku ini memeberikan
uraian yang sangat indah dan menyentuh tentang berbagai topik dari mulai
ajal, maut. Dalam buku ini sedikit disinggung mengenai lafad maut, dijelakan
bahwa maut adalah pemutus segala kesenangan atau kelezatan dunia. Dibuku
24
Umar Sulaiman al-Asyqar, Ensiklopedia Kiamat ….. hlm.27.
12
ini juga disebutkan gambaran tentang saat-saat Rasulullah saw dan para
kehidupan dunia.25
tentang wafat. Di sini dijelaskan bahwa maut memiliki makna padam, diam,
dan tenang, maksudnya sesuatu yang tidak memiliki ruh. Sehingga jika
tenang merupakan makna asal dari kematian, maka gerak adalah makna asal
dari kehidupan.26 Pemaknaan seperti ini menurut penulis masih terlihat umum
dan tidak memberikan penjelasan yang memadai mengenai makna lafad al-
maut.
kesadaran dan keyakinan bahwa kematian pasti akan tiba serta punahlah
semua yang dicintai dan dinikmati dalam hidup ini. Kesadaran ini lalu
individu tidak mau mati. Buku ini juga telah meruntuhkan bayang-bayang
kematian yang amat menakutkan itu.27 Dalam buku ini dijelaskan bahwa
25
M. Quraish Shihab, Menjemput Maut….., hlm. 157.
26
Sudirman Tebba, Kiat Sukses Menjemput Maut (Ciputat: Pustaka Irvan, 2006), hlm.
11.
27
Komaruddin Hidayat, Psikologi Kematian (Bandung: PT Mizan Publika, 2006), hlm.
109.
13
E. Metode Penelitian
sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
lain.
2. Pendekatan
oleh Jalaludin Rahmat yaitu dengan memaparkan makna al-maut dan al-
pemaknaan al-Qur'an.29
28
Izutsu mengartikan semantik sebagai kajian analitik terhadap istilah-istilah kunci
suatu bahasa dengan suatu pandangan yang akhirnya sampai pada pengertian konseptual
pandangan dunia masyarakat yang menggunakan bahasa itu, tidak hanya sebagai alat bicara dan
berpikir, tetapi yang lebih penting lagi pengkonsepan dan penafsiran dunia yang melingkupinya.
Lihat Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, Pendekatan Semantik Terhadap al-Qur’a>n
terj. Agus Fahri Husain, dkk., cet. II (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003), hlm. 3.
29
http://soni69.tripod.com/artikel/konsep_antropologis_jalal.htm.
14
3. Sumber Data
penelaahan tema. Dalam hal ini tafsir Anwa>r al-Tanzi>l wa Asra>r al-Ta'wi>l
karya al- Baid}a>wi> merupakan sumber utama atau primer bagi penelitian
berkaitan dengan tafsir Anwa>r al-Tanzi>l wa Asra>r al-Ta'wi>l serta lafad al-
dan terarah. Adapun metode yang diambil adalah metode tematik. Yang
atau sesuai dengan tema dan judul yang telah ditetapkan. Sehingga
dan al-wafa>h dan ayat-ayat lain yang dianggap berkaitan dengan tema
15
analisis data.30
ayat yang mempunyai maksud dan topik yang sama dengan cara
F. Sistematika Pembahasan
syarat terpenting dalam penulisan karya ilmiah agar dengan mudah untuk
dapat dipahami. Di samping itu juga untuk memberikan arah yang tepat dan
30
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1998), hlm. 151.
31
’Abd al-H{ayy al-Farmawi>, al-Bida>yah fi> al-Tafsi>r al-Maud}u’> i> (Mesir: Matba’a>t al-
H{ad}ar> a>t al-‘Arabi>yah, 1977) hlm. 52}.
16
tidak memperluas objek penelitian, maka dalam karya ilmiah ini akan ditulis
dengan sistematika:
tujuan dan kegunaan penelitian. Upaya tersebut untuk memberikan arah yang
lebih jelas dalam pembahasan yang akan dilakukan. Kegiatan tersebut juga
hasil yang baik dan punya nilai lebih. Sementara telaah pustaka untuk
al-wafa>h beserta bentuk penggunaan kedua lafad tersebut dan kata jadiannya.
Hal ini dimaksudkan agar supaya jelas gambaran penggunaan kedua lafad
meliputi pembahasan tentang riwayat dan perjalanan hidup al- Baid}a>wi>, karir
penafsirannya.
al- Baid}a>wi> tentang al-maut dan al-wafa>h. Pada bagian ini akan diungkapan
penafsiran al- Baid}a>wi> atas ayat-ayat al-maut dan al-wafa>h, sekaligus akan
Bab kelima merupakan bab terakhir dari pembahasan skripsi ini yang
dan lampiran.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
berjudul makna al-maut dan al-wafa>h menurut al-Baid}a>wi> dalam tafsir Anwa>r
ayat al-Qur'an dengan al-Qur'an, misalnya satu ayat dengan ayat yang lain,
baik dalam satu surat ataupun di lain surat. Kedua, menafsirkan ayat al-
Qur'an dengan hadis-hadis Nabi, ucapan para sahabat, tabi'in dan ulama
tergantung dengan konteks apa, siapa al-Qur'an itu berbicara. Al-maut bisa
juga dikaitkan dengan bumi yang mengalami kekeringan, tidak ada air sedikit
pun disana sehingga tidak memungkinkan tanaman untuk tumbuh. Selain itu
al-maut bisa juga disebut pada tanaman yang tidak bisa berkembang atau
83
84
Di sisi lain al-maut juga dapat bermakna hilangnya daya nalar atau
bodoh jika dikaitkan dengan manusia yang tidak dapat atau mampu untuk
An'a>m (6): 122, (lebih lengkapnya lihat halaman 51-52). Dalam hal ini,
tidak tahu arah kemaslahatan, sehingga ia dikuasai rasa takut, lemah, dan
sehingga hidupnya merasa tidak tenang dan selalu dihantui akan datangnya
QS. az-Zumar (39): 42. Al-Baid}a>wi> menjelaskan bahwa manusia terdiri dari
jiwa dan ruh. Jiwa yaitu yang dengannya manusia dapat berfikir, namun
ketika tidur Allah pisahkan jiwa itu dari jasad dan kehidupan pun masih
melekat padanya. Ruh yaitu yang dengannya jasad dapat hidup, dan ketika
85
mati Allah pisahkan ruh itu dari jasad, maka hilanglah kehidupan darinya.
Begitu juga dengan al-wafa>h. Asal kata al-wafa>h adalah wafa> yang
mengurangi timbangan dan mati. Al-wafa>h adalah bentuk jadian dari lafad
wafa> yang menurut al-Baid}a>wi> ada beberapa ragam makna dalam al-Qur'an,
yaitu: al-wafa>h memiliki makna tidur, mati, dan mengangkat. Wafat dalam
keadaan tidur yaitu hilangnya daya akal atau hilangnya kesadaran, inilah
yang membedakan antara orang yang tidur dan tidak tidur. Adapun wafat
qabd}u an-naum (digenggamnya ruh pada saat tidur) dan qabd}u al-maut
(digenggamnya ruh pada saat mati) adalah jikalau qabd}u an-naum ruh masih
al-maut objeknya bukan hanya manusia, tetapi lebih luas dari itu seperti
hilangnya daya nalar, hilangnya daya tumbuh, sedih, khawatir, takut dan lain
sebagainya.
tetap ada perbedaan pemakaian antara keduanya. Kalau dilihat dari segi
86
bahasa, al-maut berasal dari dari kata ma>ta yang artinya adalah diam, tenang.
Sehingga segala sesuatu yang tenang dapat dikatakan mati. Seperti ungkapan
angin itu sudah tenang. Akan tetapi makna ini meluas atau dapat berubah
ketika objek yang dituju berbeda sebagaimana yang penulis sudah jelaskan di
Akan tetapi makna itu dapat berubah ketika ia terdapat dalam konteks yang
B. Saran-saran
sebuah karya tafsir yaitu Anwa>r al-Tanzi>l wa Asra>r al-Ta'wi>l . Maka dalam
kajian ini dirasa masih jauh dari sempurna, maka diharapkan adanya
samping tema al-maut dan al-wafa>h, begitu juga penelitian yang lebih
mendalam dari sudut pandang pendekatan disiplin ilmu kontemporer saat ini.
C. Penutup
berikan, semua nikmat dan kasih sayang-Mu adalah anugrah terbesar dalam
DAFTAR PUSTAKA
Abu Zaid, Nasr Hamid. Tekstualitas al-Qur’an, cet. IV. Yogyakarta: LKIS, 2005.
Al-Asyqar, Umar Sulaiman. Ensiklopedia Kiamat ter. Irfan Salim, dkk. Jakarta:
PT Serambi Ilmu Semesta, 2002.
Al-Baid{a>wi>. Anwa>r al-Tanzi>l Wa Asra>r al-Ta'wi>l. Beirut: Da>r al-Kutub al-
Ilmiyyah, 1988.
Chirzin, Muhammad. Al-Qur'a>n dan 'Ulu>m al-Qur'a>n, cet. II. Yogyakarta: PT.
Dana Bhakti Prima Yasa, 2003.
Izutsu, Toshihiko. Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Semantik terhadap al-
Qur’an terj. Agus Fahri Husein, dkk. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana
Yogya, 2003.
89
Al-Hujri, Sa’d Bin Sa’id. Mati Cuma Sekali, Persiapkanlah. Solo: Wacana Ilmiah
Press, 2007.
Jalal H.A, Abdul. Urgensi Tafsir Maudu'i pada Masa Kini. Jakarta: Kalam Mulia,
1990.
Jalal H.A, Abdul. Ulumul Qur'an . Surabaya: Dunia Ilmu, 2000.
Khali>fah, Ha>ji. Kasyf al-Z|unu>n al-Usa>mi> al-Kita>b wa al-Funu>n. Beirut: Da>r al-
Fikr, 1994.
Kusmana dan Samsuri. Pengantar Kajian al-Qur’an, Tema Pokok, Sejarah dan
Wacana Kajian. Jakarta: PT. Pustaka Al-Husna Baru, 2004.
Rippin, Andrew. "Baid}a>wi>", The Encyclopedia of Religion Jilid II. New York:
Mach Milan Publising Company, 1986.
Al-S}a>lih, Subh}i. Maba>h}is| fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n cet.XV. Beirut: Da>r al-Mala>yin,
1985.
---------. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 2007.
Sibawaihi. Eskatologi al-Gazali dan Fazlur Rahman. Yogyakarta: Penerbit
Islamika, 2004.
Tebba, Sudirman. Kiat Sukses Menjemput Maut. Ciputat: Pustaka Irvan, 2006.
http://akademiislam.wordpress.com.
http://soni69.tripod.com/artikel/konsep_antropologis_jalal.htm
KURIKULUM VITAE
Riwayat Pendidikan
1. SD N. Sidamulya (1993-1999)
2. MTs Kebarongan, Banyumas (1999-2002)
3. MA Kebarongan, Banyumas (2002-2005)
4. Fak. Ushuluddin/Jur. Tafsir Hadis /UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
tahun 2005-sekarang.
Pengalaman Organisasi
1. IKAPMAWI Yogyakarta.
2. IMM Ushuluddin.
3. BKC Pengda Yogyakarta.
Herman Felani
81