Anda di halaman 1dari 23

Laporan Praktik Kerja Lapangan PG.

Modjopanggoong
Tulungagung
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam era globalisasi
sangat cepat sehingga dengan semakin banyaknya pertumbuhan usaha
menyebabkan persaingan yang semakin pesat dan ketat pula. Dengan pesatnya
persaingan usaha tersebut, mahasiswa sebagai salah satu sumber daya manusia
dituntut untuk meningkatkan daya intelektualitas serta diikuti langkah
profesionalitasnya agar dapat berperan aktif dalam persaingan tersebut.
Perkembangan dari ilmu pengetahuan serta teknologi tidaklah mungkin
dibendung tanpa batas waktu. Karena itu dibutuhkan pengetahuan serta
pengalaman sebanyak-banyaknya agar tidak tertinggal dalam persaingan tersebut.
Untuk menambah pengalaman dalam menerapkan ilmu yang diperoleh pada saat
perkuliahan maka perlu diadakan suatu praktek secara langsung.
Untuk mewujudkan mahasiswa yang dapat bersaing di dunia kerja, maka
Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri memiliki
program PKL (Praktik Kerja Lapangan) yang bertujuan sebagai sarana mahasiswa
untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan di dunia kerja.
Praktek kerja lapangan ini juga merupakan bagian pendidikan yang
menyangkut proses belajar berdasarkan pengalaman di luar sistem belajar
mengajar tatap muka. Mahasiswa secara perseorangan dipersiapkan untuk
mendapatkan pengalaman atau keterampilan khusus dari keadaan nyata di
lapangan dalam bidangnya masing-masing.
Dalam pengalaman tersebut diharapkan mahasiswa akan memperoleh
keterampilan yang tidak semata-mata bersifat psikomotorik akan tetapi skill yang
meliputi keterampilan fisik, intelektual, sosial, dan manajerial. Dalam kegiatan
PKL (Praktik Kerja Lapangan) ini para mahaiswa dipersiapkan untuk
mengerjakan serangkaian tugas keseharian di tempat industri yang menunjang
keterampilan akademis yang telah diperoleh di bangku kuliah yang
menghubungkan akademis dengan keterampilan.
Berdasarkan hal di atas maka dibutuhkan suatu industri yang mampu
menunjang dan membimbing mahasiswa untuk mendapatkan materi pembelajaran
di lapangan. Dengan demikian PTPN X PG. Modjopanggoong merupakan pilihan

Jurusan Teknik Elektro 1


Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri
Laporan Praktik Kerja Lapangan PG. Modjopanggoong
Tulungagung
yang tepat sebagai tempat Praktek Kerja Lapangan bagi mahasiswa Teknik
Elektro.

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Batasan Masalah
1.4 Tujuan
Untuk tujuan dari penyelenggaraan kegiatan kerja prakyek lapangan ini
yang dilakukan di PTPN X PG. Modjopanggung adalah sebagai berikut :
I. Tujuan Umum
Tujuan umum penyelenggaraan kegiatan praktek kerja lapangan
yang dilakukan di PTPN X PG. Modjopanggoong mempunyai tujuan
ganda bagi mahasiswa, institusi pendidikan (Universitas Nusanatra PGRI
Kediri) dan bagi instansi tempat mahasiswa melakukan praktek kerja.
a). Tujuan bagi mahasiswa
1. Menambah wawasan mahasiswa terhadap aspek-aspek di luar
bangku kuliah di lokasi PKL atau perusahaan
2. Menyiapkan mahasiswa sehingga lebih memahami kondisi
pekerjaan sesungguhnya.
3. Melatih mahasiswa untuk berpikir kritis pada perbedaan metode-
metode pekerjaan antara teoritis dan praktek kerja di lapangan.
4. Memberikan kesempatan untuk mempelajari keterampilan dan
pengetahuan baru melalui kegiatan kerjasama dengan para pakar
industri yang telah berpengalaman di lapangan.
5. Memperoleh kesempatan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan yang telah diperoleh di Universitas Nusanatra PGRI
Kediri.
b). Tujuan bagi institusi pendidikan
1. Mendapatkan umpan balik dari lapangan mengenai isi materi yang
telah diberikan di bangku kuliah.
2. Memperoleh masukan tentang masalah-masalah di tempat praktek
kerja lapangan.
3. Dapat menjembatani penelitian dengan Lembaga Penelitian
Universitas Nusantara PGRI Kediri.
c). Tujuan bagi industri
1. Memperoleh masukan yang mungkin dapat membantu
penyelesaian studi kasus di kalangan sesuai dengan konsentrasinya.
Jurusan Teknik Elektro 2
Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri
Laporan Praktik Kerja Lapangan PG. Modjopanggoong
Tulungagung
2. Menjalin hubungan kerjasama dalam bidang pendidikan dengan
institusi sebagai suatu badan penelitian.
II. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penyelenggaraan praktek kerja
lapangan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengaplikasikan ilmu dan teori sesuai dengan konsentrasi peserta
PKL.
2. Mengaplikasikan ilmu teoritis tentang pekerjaaan di dunia kerja
atau melakukan serangkaian keterampilan yang sesuai dengan
jurusan yang diambil di bangku kuliah dan analisis datanya pada
kondisi tempat praktek kerja.
3. Diharapkan setelah praktek kerja peserta dan perusahaan terjadi
hubungan timbal balik sehingga nantinya peserta dapat direkrut
sebagai karyawan.

1.5 Metode
Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah
sebagai berikut:

Jurusan Teknik Elektro 3


Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri
Laporan Praktik Kerja Lapangan PG. Modjopanggoong
Tulungagung

1. Metode Penelitian Lapangan (Field Research / Survey)


Metode ini digunakan dalam pengumpulan data, di mana penyelidik secara
langsung terjun pada proyek penelitian. Cara lain yang dipakai dalam Field
Research ini adalah :
a. Interview, yaitu suatu metode yang digunakan dalam mendapatkan data
dengan jalan mengajukan pertanyaan secara langsung pada saat
perusahaan mengadakan suatu kegiatan.
b. Observasi, yaitu suatu metode dalam memperoleh data, dengan
mengadakan pengamatan langsung terhadap keadaan yang sebenarnya
dalam perusahaan.
2. Studi Pustaka (Library Research)
Metode yang digunakan dalam mendapatkan data dengan jalan studi
literatur di perpustakaan serta dengan membaca sumber-sumber data informasi
lainnya yang berhubungan dengan pembahasan. Sehingga dengan penelitian
kepustakaan ini diperoleh secara teori mengenai permasalahan yang dibahas.

Jurusan Teknik Elektro 4


Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri
Laporan Praktik Kerja Lapangan PG. Modjopanggoong
Tulungagung

1.6 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Kerja praktek ini dilakukan pada :
a. Tempat: PTPN X PG. Modjopanggoong Tulungagung
b. Waktu : 1 September – 15 September 2016

1.7 Sistematika Laporan


Untuk lebih memudahkan pembahasan, maka laporan Kerja Praktek ini
akan disajikan dalam sistematika penulisan sebagai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang dilaksanakannya Kerja Praktek
Lapangan, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat
dilaksanakannya Kerja Praktek Lapangan dan sistematika dalam penulisan
laporan Kerja Praktek Lapangan.
2. BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Berisi tentang profil dan gambaran umum dari perusahaan, yaitu PTPN
X PG. Modjopanggoong.
3. BAB III TINJAUAN PUSTAKA
Berisi mengenai Proses Produksi dan dasar teori tentang topik yang
akan dibahas.

4. BAB IV METODE PENELITIAN, PERHITUNGAN, DAN


PEMBAHASAN
Berisi tentang perhitungan dan pembahasan dari topic yang akan diteliti.
5. BAB V PENUTUP
Berisi tentang Kesimpulan dan Saran.

BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan


PG. Modjopanggung merupakan salah satu BUMN Perkebunan di bidang
industri gula, dibawah pengelolaan PT. Perkebunan Nusantara X.

Jurusan Teknik Elektro 5


Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri
Laporan Praktik Kerja Lapangan PG. Modjopanggoong
Tulungagung
PG. Modjopanggoong terletak di desa Sidorejo kecamatan kauman
kabupaten Tulungagung diatas ketinggian 86 m diatas permukaan laut. Daerah
asal tanaman tebu berasal dari wilayah di kabupaten Tulungagung, Trenggalek,
Kediri, dan Blitar.
PG. Modjopanggoong didirikan pada tahun 1852 pada masa pemerintahan
kolonial belanda oleh pihak swasta bangsa Belanda. Pada tahun 1957 PG.
Modjopanggung bersama pabrik gula lainnya dinasionaisasi oleh pemerintah RI
dan dimasukkan ke dalam BUMN yang dikelola dalam bentuk Perusahaan Negara
Perkebunan (PNP) sampai dengan tahun 1973.
Pada tahun 1973 berdasarkan PP No. 23 tanggal 11 Mei 1973 bentuk PNP
diubah menjadi Perusahaan Perseroan yang kemudian dikenal dengan nama PT
Perkebunan XXI-XXII (Persero) yang mengelola 12 Pabrik Gula, 2 buah Rumah
Sakit dan 1 buah Kantor Pusat.
Pada Tahun 1996 Berdasarkan PP No. 15 tanggal 14 Februari 1996,
diadakan peleburan PTP terasuk PTP XXI-XXII dan PTP XXVII menjadi satu PT.
Perkebunan Nusantara (Persero), pendirian PTPN X (Persero) sesuai akta notaris
Harun Kamil, SH. NO 43 tanggal 11 Maret 1996 dan disahkan oleh menteri
kehakiman RI dengan surat keputusan No. CZ-8338 IH 01.01 tahun 1996. Direksi
sebagai pengurus PTPN X (Persero) diangkat oleh Menteri Keuangan RI dan
anggota direksi yang sekarang diangkat berdasarkan SK Menteri Keuangan RI
No. 247/K14K05/2001 tanggal 30 April 2001.
Pasca ditandatanganinya Peraturan Pemerintah (PP) Pembentukan Holding
BUMN pada 18 September 2014 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY), Holding BUMN Perkebunan secara otomatis sudah mulai sejak PP
diterbitkan. Sebagai anak perusahaan Holding BUMN Perkebunan adalah PTPN I,
PTPN II, PTPN IV, PTPN V, PTPN VI, PTPN VII, PTPN VIII, PTPN IX, PTPN
X, PTPN XI, PTPN XII, PTPN XIII, dan PTPN XIV. Semula saham negara yang
ditanamkan pada masing-masing perusahaan negara tersebut adalah seratus persen
maka setelah holding saham negara tinggal sepuluh prosen. Sisanya yakni
sembilan puluh prosen saham dipegang oleh holding yang telah ditunjuk
pemerintah PT Perkebunan Nusantara III.

Jurusan Teknik Elektro 6


Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri
Laporan Praktik Kerja Lapangan PG. Modjopanggoong
Tulungagung
2.2 Profil PTPN X PG. Modjopanggoong
2.3 Visi & Misi Perusahaan
2.4 Struktur Organisasi PG Modjopanggoong
KETUA
Ir. H. Abdul Munib
General Manager

WAKIL II
1. Manajer pengolahan : Jianto, SP
2. Manajer instalasi : Ir. HM. Kholiq, MM SEKERTARIS
3. Manajer tanaman : H. Zaenal Arifin,SP 1.Sugianto, ST
4. Manajer QC : Arianto Widodo,SP 2.Desi Liah M,ST
5. Manajer KAU : Nurdin Saiful H, SE

ANGGOTA BAGIAN ANGGOTA BAGIAN ANGGOTA BAGIAN ANGGOTA BAGIAN ANGGOTA BAGIAN
KEUANGAN & UMUM TANAMAN INSTALASI PENGOLAHAN QUALITY CONTROL
ASISTEN MANAJER ASISTEN MANAJER ASISTEN MANAJER ASISTEN MANAJER ASISTEN MANAJER
1. Suparman ,SE 1. 1. 1. 1.
2.Drs. Susanto CH, SE 2. 2. 2.
3.Yuli Irianto 3. 3. 3.
4.Welly Kristianto 4. 4. 4.
5. 5.
6. 6.
7.
8.
9.
10.
KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN
PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA
1. 1. 1. 1. 1.
2. 2. 2. 2. 2.
3. 3. 3. 3. 3.
4. 4. 4. 4. 4.
5. 5. 5. 5. 5.

Gambar 2.1 : Struktur organisasi PG. Modjopanggoong

 General Manager
General Manager adalah orang yang bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang terjadi di PG. Modjopanggoong. General Manager membawahi
beberapa Manager bagian yaitu Manager K & U, Manager Tanaman,
Manager Instalasi, Manager QC, dan Manager Pengolahan.
 Manager AK & U

Jurusan Teknik Elektro 7


Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri
Laporan Praktik Kerja Lapangan PG. Modjopanggoong
Tulungagung
Manager AK & U adalah orang yang bertanggung jawab atas aliran
dana dan pekerja yang ada di PG. Modjopanggoong. Manager ini membawahi
beberapa bagian yaitu : akuntansi, ass. Manager, SDM & HI, dan Sekum.
 Manager Tanaman
Manager Tanaman adalah oang yang bertanggung jawab atas
penyuluhan budidaya dan tebang angkut tebu yang dikelola oleh petani tebu
yang ada di Blitar, Tulungagung, dan Trenggalek. Manager ini membawahi
beberapa bagian yaitu, SKK budidaya-Kab. Blitar dan pengembangan, SKK
Budidaya – Tebang angkut & TS, dan SKK Budidaya – Kab. Trenggalek dan
Tulungagung.
 Manager Instalasi
Manager Instalasi adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
peralatan teknik dalam pabrik. Kepala Bagian Instalasi membawahi beberapa
bagian, yaitu Wakil Manager Instalasi, ass.Manager Listrik dan Instrumen,
ass.Manager Gilingan, ass.Manager Ketel, ass.Manager Kendaran dan
memiliki garis instruktif terhadap CP Boiling House dan Puteran.
 Manager QC
Manager Quality Control adalah orang yang bertanggung jawab atas
kualitas tebu yang akan digiling. Manager ini membawahi beberapa bagian,
yaitu : ass.Manager on Farm dan ass.Manager off Farm.
 Manager Pengolahan
Manager Pengolahan adalah orang yang bertanggung jawab atas
jalannya proses pengolahan nira menjadi gula kristal. Manager ini
membawahi beberapa bagian yaitu : wakil Manager, ass.Manager Stasiun
Masakan – Pemurnian, ass.Manager Stasiun Puteran – Timbangan – Tetes –
Stasiun gudang gula – alat pengolahan, dan ass.Manager Penguapan Limbah.
 Manager SDM
Manager SDM adalah orang yang bertanggung jawab atas
mengkoordinasi identifikasi dan evaluasi kompetensi karyawan dan secara
terus menerus mengembangkannya. Serta bertanggung jawab atas
mengevaluasi dan menjamin tersedianya karyawan yang kompeten dan
efektif serta secara terus menerus meningkatkan pembinaan kompetensinya.

2.3 Kegiatan Usaha PG Modjopanggoong

Jurusan Teknik Elektro 8


Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri
Laporan Praktik Kerja Lapangan PG. Modjopanggoong
Tulungagung
Untuk memproduksi gula, bahan yang dibutuhkan adalah tebu yang berasal dari
petani dan dari pabrik, untuk memnuhi kebutuhan pabrik, tebu didatangkan dari
tiga sumber yaitu rakyat (TR), tebu pabrik (TS) dan tebu dari luar. Untuk menjaga
kuantitas produksi maka selalu diadakan penyuluhan, kebun-kebun percobaan
untuk tebu giling dan perluasan penyediaan bibit sehingga kebutuhan tercukupi.
Dalam hal proses produksi gula dimulai dari bahan baku yaitu tebu sampai
menjadi gula produk dilakukan dengan mengambil zat gula (nira) semaksimal
mungkin untuk menghasilkan produk gula sebaik mungkin. Pada pengolahan tebu
sampai menjadi gula produk sampai siap diproduksi ada bebeapa tahapan proses
yang harus dilalui yaitu :

Gambar 2.2 : Bagan proses pembuatan gula

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Proses pengolahan gula di PG. Modjopanggoong memiliki beberapa
tahapan yang dimulai dari penimbangan tebu, pencacahan, penggilingan, hingga
terakhir penyelesaian.

STASIUN
TEBU
PENGGILINGAN

STASIUN
PEMURNIAN

STASIUN
PENGUAPAN

Jurusan Teknik Elektro 9


Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri
Laporan Praktik Kerja Lapangan PG. Modjopanggoong
Tulungagung

STASIUN
MASAKAN

STASIUN
PUTERAN
PUTERAN

STASIUN
PENYARINGAN
PUTERAN

STASIUN
GULA
PENDUKUNG
PUTERAN

3.1 Stasiun Gilingan


Sebelum masuk ke stasiun penggilingan, tebu dipersiapkan di
penampungan tebu (emplacement) yang kemudian secara bergiliran menuju crane
dan ditimbang dengan timbangan digital, setelah itu tebu diangkut lori menuju
stasiun gilingan. Tebu dipindakan kemeja tebu dengan crane.
Meja tebu dilengkapi dengan rantai melintang yang apabila tuasnya
ditarik, maka tebu akan berjalan ke tepi meja dengan bantuan penggerak tebu dan
tebu akan jatuh ke cabe carrier kemudian masuk ke dalam cane cutter yang terdiri
dari dua buah rotor pisau, di sini tebu akan dipotong.
Hasil pemotongan tebu selanjutnya akan dibawa menuju unigrator, alat
untuk pencacah tebu, alat ini berputar berlawanan arah dengan cane carrier
(perputaran unigrator ke atas). Dimana pada alat ini tebu dikondisiskan menjadi
serpihan. Tingkat kehalusan tebu harus benar-benar diperhatikan, untuk
memudahkan pemerasan dan mempengaruhi efisiensi ampas tebu sebagai hasil
akhir pemerasan, yang digunakan untuk bahan bakar ketel.
Pada stasiun gilingan terdapat empat buah unit gilingan yang terdiri dari
tiga rol gilingan dan satu feeding rol. Rol gilingan terbentuk dari selubung /
mantel yang terbuat dari besi cor yang dipasang pada poros yang terbuat dari baja
dan disatukan dengan proses pemanasan (shrink fit). Rol gilingan terdiri atas rol
muka, rol belakang, dan rol atas. Diantara unit gilingan terdapat Intermediate

Jurusan Teknik Elektro 10


Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri
Laporan Praktik Kerja Lapangan PG. Modjopanggoong
Tulungagung
Carrier (IMC) yang berfungsi sebagai pengangkut tebu dari sebuah unit gilingan
ke unit gilingan selanjutnya.

Gambar 3.1 : Flow proses pada stasiun gilingan

Dari akp tebu diangkut menuju unit gilingan 1 menghasilkan nira 1 / nira
pertama (npp) dan ampas 1. Disini mulai terjadi pemerasan ampas 1 diteruskan ke
unit gilingan 2 untuk menghasilkan nira gilingan 2 (ng2) dan ampas 2. Nira hasil
pemerasan 1 dan 2 disebut juga nira mentah (nm) dialirkan menuj bak nira
mentah. Ampas 2 masuk ke gilingan 3 menghasilkan nia gilingan 3 (ng3) dan
ampas 3. Nira 3 sebagai campuran ampas 1. Ampas 3 masuk gilingan 4
menghasilkan nira gilingan 4 (ng4) dan ampas 4. Untuk mengambil sisa nira pada
ampas, sebelum masuk gilingan 4 diberikan air imbibisi. Nira 4 digunakan
sebagai penambahan ampas 2, dan ampas 4 sebagai hasil akhir pemerasan
digunakan sebagai bahan bakar ketel uap.

3.1.1 Peralatan yang Digunakan pada Stasiun Gilingan


1. Crane Tebu / Crane Unloading Cane
Untuk pembongkaran tebu dari truk / lori untuk diletakkan di atas meja tebu
Jenis crane tebu : Fixed Gantry Cane
Jumlah : 2 buah
Kapasitas angkat : 4200 ton per hari
Kecepatan angkat (vertikal) : 8-12 m/menit
Kecepatan horizontal : 10-14 m/menit
Tinggi angkat disesuaikan dengan tinggi meja tebu.
2. Meja Tebu
Berfungsi untuk meletakkan dan mengatur kapasitas tebu yang akan digiling.
Luasan : 4m x 7m, 2 buah
Jarak tegak lurus dengan cane carrier : 2m
Kemiringan : 5o kedepan atau 8-15o kebelakang
Jumlah rantai bercakar : 12 buah

Jurusan Teknik Elektro 11


Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri
Laporan Praktik Kerja Lapangan PG. Modjopanggoong
Tulungagung
Meja tebu dilengkapi dengan leveler yang digunakan untuk menjaga
ketinggian tebu saat masuk ke meja tebu.
Untuk perencanaan meja tebu biasanya dipakai:
Luas meja tebu (S)[m2]

A = Kapasitas gilingan (TCH)


Power Motor (T)[HP]
T = 0,25 x S
3. Cane Carrier
Berfungsi untuk menghantar tebu dari meja tebu masuk ke gilingan.
Lebar carrier sama dengan panjang rol gilingan.
Jenis carrier tebu adalah slat carrier (conveyor)
Penggerak adalah motor listrik (inverter), VS-motor atau motor hidrolik
Sudut kemiringan maksimal apabila ada carrier yang miring adalah 22 o, agar
tebu tidak selip.
Kecepatan carrier (u), tergantung kecepatan (v) dan kemampuan giling, jadi :
u = 0,3-0,5v [m/menit]
Tinggi muatan tebu diatas carrier :

Dimana :
A = Kapasitas gilingan (TCH)
u = Kecepatan carrier [m/menit]
l = lebar carrier [m]
d = bulk density / kerapatan tebu [kg/m3]

Nilai d ( kerapatan tebu) Keterangan


150 kg/m3 Tebu tidak teratur
175 kg/m3 Tebu teratur pararel
300 kg/m3 Tebu tercacah
Power motor [HP]

Jurusan Teknik Elektro 12


Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri
Laporan Praktik Kerja Lapangan PG. Modjopanggoong
Tulungagung

Dimana :
Zt = panjang carrier [m]
A = kapasitas giling
4. Cane Elevator
Berfungsi sebagai pembawa tebu ke posisi yang lebih tinggi. Kemiringan 35 o-
40o.
5. Intermediate Carrier (IMC)
Pembawa baggase / ampas antar gilingan.
Spesifikasi sama dengan elevator.
Kemiringan maksimum 60o
Kecepatan harus > daripada kecepatan keliling rol.
6. Pisau Tebu / Cane Cutter / Cane Knives
Terdiri dari sebuah poros dengan banyak kepingan (disk), tiap-tiap disk dapat
dipasangi 4 pisau. Jumlah disk yang digunakan adalah 13 buah, pisau yang
digunakan 52 buah. Besar PI tergantung dari jenis pisau, jumlah pisau,
kecepatan putaran pisau, dan jarak ujung pisau tebu dengan cane carrier.
7. Unigrator
Pada unigrator tebu akan terlempar ketasa / terpukul oleh hammer yang
berputar berlawanan arah dengan cane carrier, kemudian masuk antara ujung
hammer dan anvil, sehingga tebu menjadi serutan ampas (baggase) yang siap
diperas di unit gilingan. Bentuk mirip dengan cane cutter, tetapi pisau diganti
dengan pemukul / hammer sesuai dudukannya. Terdiri dari 8 disk dengan 32
hammer. Jarak antara anvil dengan ujung hammer ± 20 mm
8. Feeding Roll
Diameter feeding roll 1/3 hingga 2/3 diamter rol gilingan.
Kecepatan keliling 1,3 – 1,5 kecepatan gilingan
Digerakkan oleh rol muka melalui transmisi sprocket dan rantai.
Peningkatan rol ini dapat ditingkatkan dengan penambahan alur pada
permukaan rol 10-13 mm.
9. Gilingan
Terdiri dari 3 rol, elemen gilingan 3 rol terdiri dari : standar / penyangga, rol
muka, rol belakang, dan rol atas.
10. DSM Screen
Fungsi : Menyaring nira mentah yang dihasilkan oleh unit gilingan. Nira hasil
saringan ditampung sedangkan ampas yang ikut terbawa kembali ke
ampas yang masuk.
11. Air Imbibisi

Jurusan Teknik Elektro 13


Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri
Laporan Praktik Kerja Lapangan PG. Modjopanggoong
Tulungagung
Air imbibisi berasal dari kondensor yang diberikan dan evaporator bagian
akhir pada temperatur 70o C sampai dengan 90o C.

3.2 Stasiun Pemurnian


Stasiun ini bertujuan untuk mendapatkan nira murni dengan kadar gula
(sacharosa) semaksimal mungkin untuk menghilangkan zat-zat atau bahan organik
yang terbawa oleh nira mentah sehinga diperoleh gula yang berkualitas tinggi.
Faktor yang mempengaruhi adalah PH, suhu dan waktu tinggal. Adapun proses
yang terjadi pada stasiun pemurnian ini adalah sebagai berikut:
Tahap I : Penyaringan ampas halus dengan screen yang teruat dari stainless
steel.
Tahap II : Menghilangkan komponen bukan gula dalam nira dengan secara
kimia, fisika dan kimia-fisika.
a. Proses kimia
Dengan cara memberikan zat susu kapur (Ca(OH) 2) dan gas
SO2 yang dapat mengikat kotoran menjadi endapan.
b. Proses fisika
Dengan cara pengendapan dan penyairan terhadap kotoran-
kotoran yang kasar, serta penggumpalan komponen yang
mengandung nitrogen sebagai efek dari pemanasan.
c. Proses kimia fisika
Perpaduan antara proses kimia dan fisika untuk mempercepat
terjadinya pengumpulan endapan kotoran, pengapungan,
penyarinagn, dan penapisan.

Jurusan Teknik Elektro 14


Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri
Laporan Praktik Kerja Lapangan PG. Modjopanggoong
Tulungagung

Gambar 3.2 : Flow proses stasiun pemurnian

3.2.1 Proses Pada Stasiun Pemurnian


Nira mentah yang berasal dari stasiun gilingan yang sudah tersaring dalam
DSM Screen selanjutnya turun menuju timbangan, bolougne, lalu nira mentah
dipompa menuju PP 1 untuk dipanaskan dengan temperartur 75 o C dengan bahan
pemanas dari uap ketel. Setelah dipanaskan dari PP 1 lalu nira masuk ke tabung
defekator, disini ada 2 tabung yaitu dekafator 1 & 2, dimana pada dekafator 1
diinginkan nira mentah mencapai PH sebesar 5-8 dengan cara pencampuran antara
nira entah dengan susu kapur, sama halnya pada Dekafator 2 diinginkan PH 8-
10,5 dengan pencampuran susu kapur yang berfungsi untuk mempermudah proses
pengendapan.
Setelah nira mentah dari proses tersebut, kemudian nira mentah mengalir
ke bejana sulfitasi nira mentah, disini PH nira mentah diturunkan menjadi 6,8
dengan mencampurkan antara nira mentah dengan gas SO2 atau gas belerang,
kemudian setelah nira mencapai PH 6,8 maka nira mengalir ke tabung netralizer
yaitu dengan menambahkan susu kapur untuk mendapatkan PH nira sebesar 7-7,2.
Dari bejana sulfitasi nira mentah lalu ke bejana netralizer, selanjutnya nira
mentah dipompa ke PP 2 untuk dipanaskan dengan temperatur 110o C dengan
pemanas dari uap ketel untuk mempermudah dalam proses pengendapan dan
penguapan nira, dari PP 2 nira akan mengalir ke Expandeur (flash tank), disini gas

Jurusan Teknik Elektro 15


Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri
Laporan Praktik Kerja Lapangan PG. Modjopanggoong
Tulungagung
yang terdapat pada nira mentah akan keluar dan pencampuran antara nira mentah
dengan larutan flocoulant agar partikel-partikel atau kotoran-kotoran yang
mengapung pada nira mentah diikat dan lebih cepat dalam melakukan
pengendapan kotoran.
Selanjutnya nira mentah tersebut turun ke single tray clarrifier, di dalam
tabung terdapat 2 lapisan yaitu : lapisan atas merupakan nira jernij dan lapisan
bawah adalah nira kotor, dimana nira kotor merupakan nira yang masih
mengandung partikel-partikel kotoran yang terikat oleh larutan flocoulant.
Nira jernih yang dihasilkan dari Door Clarifier (multi tray clarifier) akan
mengalir menuju saringan nira jernih setelah melalui saringan nira jernih lalu nira
jernih akan dipompa menuju PP 3 untuk mendapatkan panas sebesar 110-115 o C
yang berfungsi untuk mempercepat penguapan.
Untuk nira kotor dari Door Clarifier akan mengalir ke tabung nira kotor
yang kemudian akan dipompa ke mud feed mixer yang berfungsi untuk
mencampurkan antara nira kotor dengan bagasilo (ampas halus) dari bagase
elevator yang dihasilkan dari sparator ampas gilingan, selanjutnya mengalir ke
Rotary Vacuum Filter, yang akan menghasilkan nira tapis dan blotong, dimana
nira tapis akan dialirkan ke tabung penampung nira mentah untuk diproses ulang
pada stasiun pemurnian sampai mendapatkan nira jernih dan blotong akan
dibuang atau dijual untuk dijadikan pupuk petani.

3.3 Stasiun Penguapan


Stasiun penguapan bertujuan untuk menguapkan air yang terkandung di
dalam nila encer (80-85%) sehingga diperoleh nira kental dengan batas kekentalan
65%, selain itu dari hasil penguapan adalah air kondesat yang berfungsi sebagai
air pengisi ketel.
Sistem penguapan yang dipakai adalah Quintrupple effect evapoter ( 4
buah evaporator) bekerja sama menjadi satu atau terkandung Quintrupple effect
evaporator ( 5 buah evaporator).
Sistem Quadrupple effect evaporator ini mampu menguapkan 4 kg air
dengan 1 kg uap pemanas, sehingga dapat menghemat bahan pemanas. Sedang
untuk Quintrupple mampu mnguapkan 5 kg air dengan 1 kg uap pemanas.

Jurusan Teknik Elektro 16


Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri
Laporan Praktik Kerja Lapangan PG. Modjopanggoong
Tulungagung
Tekanan evaporator berikutnya dibuat lebih rendah sehingga untuk pengaliran nira
tidak dibutuhkan pompa, dan titik didihnya semakin rendah.

Gambar 3.3 : Flow proses stasiun penguapan tipe quadrupple


Sumber : https://deluk12.wordpress.com/makalah-proses-pembuatan-gula/

3.3.1 Proses Pada Stasiun Penguapan


Nira encer dari PP 3 di stasiun pemurnian masuk ke dalam evaporator
karena perbedaan tekanan. Steam masuk lewat pipa dan mengalir terdistribusi
dalam pipa calandria. Dengan adnya perpindahan panas maka sistem
terkondensasi menjadi kondensat. Uap nira yang terbentuk akan mengalir
kebagian atas evaporator dan selanjutnya digunakan sebagai pemanas pada
evaporator berikutnya. Dari pre evaporator, nira kental dengan temperatur 115o C
dan tekanan 0,8 atm atau dialirkan ke badan penguapan dengan sirkulasi lima
tahap, yaitu :
a. Tahap 1 : nira encer dari pre evaporator dialirkan ke evaporator 1 untuk
dipanaskan oleh uap bekas dengan temperatur 108o C dan tekanan 0,6 kg/cm2.
b. Tahap 2 : Nira dari evaporator 1 dialirkan ke evaporator 2 untuk diuapkan
dengan temperatur 80o C sampai dengan 95o C dengan tekanan 8 sampai
dengan 10 cmHg.
c. Tahap 3 : Nira dari evaporator 2 dialairkan ke evaporator 3 dan diuapkan
dengan temperatur 80o C sampai dengan 85o C dengan tekanan 30 sampai
dengan 35 cmHg.
d. Tahap 4 : Nira encer dari evaporator 3 dialirkan ke evaporator 4 dan diuapkan
dengan temperatur 60o C sampai dengan 62o C dengan tekanan 60 cmHg.
e. Tahap 5 : Nira yang keluar dari evaporator 4 dialirkan ke evaporator 5 dan
diuapkan hingga memiliki kekentalan tertentu (nira kental)

Jurusan Teknik Elektro 17


Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri
Laporan Praktik Kerja Lapangan PG. Modjopanggoong
Tulungagung
3.4 Stasiun Masakan
Stasiun ini bertujuan untuk memasak nira kental yang telah dikentalkan
pada stasiun penguapan. Nira kental mempunyai kepekatan sekitar 63-65 oC Brix,
seanjutnya perlu dimasak agar terjadi pengkristalan dan mengubah sukrosa yang
berbentuk larutan menjadi kristal gula yang rata-rata berukuran 0,8-1,0 mm.

3.4.1 Proses Pada Stasiun Masakan


Proses masakan menggunakan sistem A, C, dan D. Stasiun masakan
memiliki 8 pan pemasakan. Secara teoritis pan 1 dan 2 untuk masakan D, pan 3
sampai 8 untuk masakan A, pan 6 dapat juga untuk masakan A atau C, namun juga
pada kondisi aktual di lapangan hal ini dapat berubah karena adanya pembersihan
pan dan penyekrapan pan masakan. Setelah dimasak nira mengalami kristalisasi
lanjut di palung pendingin.
Dalam proses masakan diusahakan agar tercapai hasil kristal gula yang
memenuhi syarat, kehilangan gula sekecil-kecilnya dan waktu proses yang singkat
serta biaya proses yang murah. Prinsip kristalisasi adalah pembesaran inti kristal,
yaitu inti kristal yang sengaja ditambah dengan larutan nira kental/stroop.
Proses kristalisasi dilaksanakan dengan menguapkan air yang terdapat
dalam nira kental sehingga terjadi pembesaran inti kristal dan bibit yang
ditambahkan ke dalamnya. Hal tersebut dilakukan pada temperatur rendah serta
tekanan vakum dengan maksut untuk mendapatkan kristal yang memenuhi syarat
(ukuran, bentuk, dan mutunya). Pada PG. Modjopanggong menggunakan proses
masakan tiga tingkat yang terdiri atas masakan A, masakan C, dan masakan D.
Sedangkan gula produktif didapatkan dari masakan A hasil dari masakan C dan D
dilebur sebagai bibitan untuk masakan A.
Masakan A bertujuan untuk mengkristalkan nira kental dan nira leburan.
Bahan dasar masakan A adalah nira kental, klare A, nira leburan, gula C dan bibit
A. Bahan tersebut dimasak pada pan A lalu diteruskan ke palung pendingin. Dari
palung pendingin dipompa ke stasiun puteran menghasilkan gula SHS dan stroop
A.
Masakan C bertujuan untuk mengkristalkan gula pada stroop A. Bahan
dasar masakan C adalah stroop A, gula D2 dan bibit C. Bahan-bahan, tersebut

Jurusan Teknik Elektro 18


Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri
Laporan Praktik Kerja Lapangan PG. Modjopanggoong
Tulungagung
dimasak dalam pan C kemudian diteruskan ke palung pendingin. Dari palung
pendingin dipompa ke stasiun puteran dan menghasilkan gula C dan stroop C.
Masakan D bertujuan untuk mengkristalkan gula pada stroop C. Bahan
dasar masakan D adalah stroop C dan klare D2. Bahan tersebut dimasak pada pan
D kemudian dipompakan ke stasiun puteran menghasilkan gula D1 dan tetes.
Urutan oprerasi pada masing-masing masakan A, C dan D adalah sebagai
berikut :
1. Menarik hampa
Sebelum proses kristalisasi dilakukan mulai dari membuat bejana menjadi
hampa (vakum pan). Pembuatan bejana hampa dimulai dengan menutup
semua katup yang berhubungan dengan pan kemudian dibuka katup
pancingan, apabila tekanan vakum mencapai lebih dari 60 cmHg sehingga
dapat menarik bahan yang dapat dimasak.

2. Memasukkan bibit
Untuk masakan A, C, dan klare D2 untuk masakan D
3. Memasukkan uap
Memasukkan uap ke dalam pan dan memanaskan bahan yang ada di
dalamnya sehingga terbentuk kristal yang rapat.
4. Penambahan
Penambahan nira kental untuk pan masakan A, menambahakan stroop A
untuk pan masakan C, dan menambahkan stroop C untuk masakan D.
5. Memanaskan bahan yang ada didalam pan samapi kristal gula terbentuk yang
berukuran 0.9-1,1 mm untuk pan A, dan pan C, sedangkan pan D hanya
berbentuk seperti benang.
6. Menetralkan ruang pan atau membuang hampa dengan membuka dan
memasukkan udara.
7. Menurunkan masakan
Setelah masakan diturunkan ke palung pendingin. Pan diberi uap dan air
panas. Pemberian uap dan air panas ini bertujan untuk membersihkan kristal
gula yang menempel pada dinding pan masakan. Hasil dalam proses
kristalisasi dan besarnya tekanan yang diberikan. Kecepatan kristalisasi ini
dipengaruhi oleh kandungan kotoran dalam larutan, viskositas larutan dan
sirkulasi larutan.

Jurusan Teknik Elektro 19


Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri
Laporan Praktik Kerja Lapangan PG. Modjopanggoong
Tulungagung
3.5 Stasiun Puteran
Stasiun ini bertujuan untuk memisahkan kristal-kristal gula dengan larutan
induknya (stroop) kristal tersebut dan kotoran yang terbawa dalam masakan.
Pemisahan kristal gula dilakukan dengan menggunakan saringan yang bekerja
dengan gaya sentrifugal. Ada 2 jenis puteran yang digunakan pada stasiun
puteran, yaitu puteran kontinyu dan puteran diskontinyu.
Puteran kontinyu atau Low Grade Fungal (LGF) digunakan untuk
memutar masakan D, yaitu untuk memisahkan tetes (molasses) dari kristal gula
dan memisahkan gula D2 serta klare D2.
Puteran diskontinyu atau Grade High Fungal (HGF) atau puteran gula SHS
digunakan untuk memisahkan kristal gula dengan stroop. Stasiun puteran PG.
Modjopanggoong memiliki 7 HGF dan 7 LGF.
Pada HGF 1, 2, dan 3, Broad Bent menghasilkan gula A dan pada puteran
HGF 4, 5, dan 6 menghasilkan gula SHS. Pada LGF 1, 2, dan 3 menghasilkan
gula D1, pada LGF 4, 5, dan 6 menghasilkan gula D2, dan pada LGF 7
menghasilkan gula C. Pada puteran 4 dapat menghasilkan gula D1 dan D2
tergantung kebutuhan.
Pada HGF diberikan air panas dengan suhu 50o C sebagai pencuci agar
gula yang dihasilkan lebih putih, puteran yang dipakai berupa basket dengan
dinding berlubang. Dinding bagian dalam dilapisi saringan sebanyak dua lapis,
dimana lapisan pertama berbentuk gas (saringan yang bergelombang), sedangkan
lapisan kedua berbentuk saringan tembaga. Puteran ini bekerja dengan
melemparkan masakan yang masuk dengan gaya sentrifugal, sehingga kristalnya
tertahan dan cairan yang keluar dari saringan secara overflow, gula ditampung
pada lapisan dinding luar dan keluar dari basket karena kemiringan basket.
Selanjutnya setelah melalui HGF, gula dibawa menggunakan talang getar
menuju pengering dengan suhu 75o C dan dilanjutkan ke pendingin dengan suhu
20o C sehingga diperoleh gula kering.

3.6 Stasiun Penyelesaian

Jurusan Teknik Elektro 20


Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri
Laporan Praktik Kerja Lapangan PG. Modjopanggoong
Tulungagung
Stasiun ini bertujuan untuk menyelesaikan hasil kerja stasiun putaran yaitu
gula produk (gula SHS) yang masih basah dikeringkan sehingga gula produk
menjadi kering dan siap untuk dikemas.
Proses pada stasiun penyelesaian
Gula SHS yang dihasilkan oleh stasiun puteran SHS disebut gula produksi.
Gula SHS yang berasal dari stasiun putaran dibawa oleh talang goyang menuju ke
alat pengeringan gula, udara dihembuskan pada temperatur 400o C. Debu-debu
gula yang dibawa oleh udara pada alat pengering dihisap oleh mesin pengisap
debu dan debu-debu gula tersebut dikirim lagi ke pan masakan bibitan. Gula
kering yang keluar diangkut dengan bucket elevator menuju ke vibrating screen
(ayakan getar). Vibrating screen dibagi menjadi tiga tingkat yaitu ukuran 4 x 4, 8
x 8, 23 x 23 lubang/m2. Gula krikilan dan gula halus dilebur untuk bibitan
masakan A, sedangkan gula standar dengan ukuran 0,9 – 1,1 mm dikemas dengan
berat netto 50 kg/karung dan seterusnya dijahit lalu siap diangkut ke gudang gula

3.6.1 Peralatan yang Digunakan Stasiun Penyelesaian


1. Talang Goyang
Talang yang dilengkapi dengan vibrating screen, untuk mendapatkan ukuran
standar gula yang diharapkan. Digunakan untuk membawa gula dari stasiun
puteran (HGF) ke stasiun penyelesaian.
2. Vibrating Screen
3. Timbangan
4. Tangga Yacob
Untuk membawa gula dari talang goyang ke sugar bin
5. Sugar Bin
Tempat penampungan sementara gula sebelum dikemas.

3.7 Staisun Pendukung


Stasiun-stasiun ini adalah pendukung dan berhubungan langsung dengan proses
pengolahan gula.
1. Stasiun Boiler

Jurusan Teknik Elektro 21


Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri
Laporan Praktik Kerja Lapangan PG. Modjopanggoong
Tulungagung
Berfungsi untuk suplai panas pabrik gula (dalam bentuk uap) yang digunakan
untuk :
a. Dirubah menjadi tenaga mekanis untuk menggerakkan stasiun gilingan
yang peralatannya menggunakan mesin uap
b. Dikonversikan menjadi tenaga listrik oleh turbin alternator.
c. Panas pada uap yang digunakan untuk pabrikasi gula, diambil panasnya.
Juga tekanan dan temperatur diambil yang paling efektif (PG.
Modjopanggoong 0,5 kg/cm2 ; 120oC)
Prinsip kerja ketel uap, adalah bejana berisikan air dan dipanaskan sehingga
terbentuk uap air yang mengandung panas, yang dibedakan menjadi 2 jenis :
 Ketel pipa air
Air berada dalam pi-pa dan api pada pemanas, tekanan umum yang
digunakan adalah 17-22 kg/cm2 ; temperatur 325oC.

 Ketel pipa api


Air berada diluar pipa dan api dalam pipa, pabrik gula menggunakan
tekanan 7 kg/cm2.
Penggunaan panas
Sehubungan dengan panas yang diperlukan proses hanya pada tekanan
0,5 kg/cm2 ; suhu 120oC, sedangkan tekanan dan temperatur uap pada
ketelmasih tinggi, maka perlu diturunkan melalui penggerak (sebagian
kecil yang berupa suplesi). Maka penggerak pada pabrik gula adalah
suatu hal yang menguntungkan.
Pada PG. Modjopanggoong memiliki tiga buah unit boiler masing-masing :
Stork 1, Stork 2, dan JTA.
2. Stasiun Sentral Listrik
Berfungsi untuk menyediakan tenaga listrik keperluan giling, dapat
meggunakan turbin alternator, diesel alternator maupun kekurangannya
dipenuhi oleh PLN.
Untuk turbin alternator yang digunakan di PG. Modjopanggoong
adalah turbin Shinko, dan turbin alternator cadangan adalah turbin Kanis, lalu
untuk diesel alternator cadangan.
Prinsip kerja turbin alternator
Uap dari stasiun boiler tekananya diturunkan melalui pipa pancar,
sehingga kecepatannya naik, lalu diarahkan menuju turbin, dan dapat

Jurusan Teknik Elektro 22


Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri
Laporan Praktik Kerja Lapangan PG. Modjopanggoong
Tulungagung
memutar turbin sehingga dihasilkan listrik. Pada PG. Modjopanggoong suplai
uap turbin alternator dipenuhi oleh boiler JTA.
3. Stasiun Besali
Stasiun ini menunjang kelancaran giling, yaitu bengkel manufaktur
yang berguna untuk pembuatan spare parts mesin pabrik gula, perbaikan
maintenance juga pemasangan assembly.
Pada stasiun ini memiliki tiga tugas umum, yaitu pembuatan peralatan
diluar masa giling, perbaikan selama masa giling, dan pembuatan cadangan
peralatan pada masa giling.
4.1 ,Sistem Tenaga Dan Proteksi Kelistrikan

BAB IV
METODE PENELITIAN, PERHITUNGAN, DAN PEMBAHASAN

Jurusan Teknik Elektro 23


Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri

Anda mungkin juga menyukai