Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DAERAH
A. Latar Belakang
Istilah otonomi daerah dan desentralisasi dalam konteks bahasa system penyelenggaraan
pemerintahan merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Karena tidak mungkin
pembahasan masalah otonomi daerah dibahas tanpa mempersandingkan dengan konsep
desentralisasi. Bahkan menurut banyak kalangan otonomi daerah adalah desentralisasi itu
sendiri. Pembahasan mengenai otonomi daerah akan diluaskan dengan memakai istilah
desentralisasi.
Desentralisasi pada dasarnya mempersoalkan pembagian kewenangan kepada organ-
organ penyelenggara negara. Sedangkan otonomi menyangkut hak yang mengikuti pembagian
wewenang tersebut.
`Otonomi daerah dianggap dapat menjawab tuntutan pemerataan social, ekonomi,
penyelenggaraan pemerintahan, dan pembangunan politik yang edektif. Hak otonomi
memberikan peluang bagi masyarakat uuntuk berpartisipasi dalam proses penyelenggaraan
pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan.
Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, menunjukkan bahwa pemerintah telah berupaya
secara terus menerus untuk mencari titik keseimbangan yang tepat dalam meletakkan bobot
desentralisasi dan otonomi daerah. Secara formal jurisdiksi pemerintah daerah bergeser di antara
dua kutub nilai, yaitu nilai pembangunan bangsa (nation building) dan stabilitas nasional disatu
fihak, dan nilai otonomi daerah di lain fihak. Respon juridis formal pemerintah Indonesia
terhadap dilema ini, ternyata bervariasi dari waktu ke waktu, tergantung kepada konfigurasi
konstitusional dan konfigurasi politik pada suatu waktu tertentu.
Secara konseptual rumusan kebijakan tentang otonomi daerah di Indonesia sudah
dilakukan dengan maksimal. Akan tetapi, kenyataannya pada tingkat implementasi pelaksanaan
otonomi daerah menunjukkan pelaksanaan otonomi daerah yang dimaksud belum berjalan
sebagaimana diharapkan. Karena itu, dalam makalah ini akan dicoba dibahas mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi otonomi daerah.
B. Tinjauan Pustaka
C. Pembahasan
Untuk mengetahui apakah suatu daerah otonom mampu mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri, Syamsi (1986: 199) menegaskan beberapa ukuran sebagai berikut:
1. Kemampuan struktural organisasi
Struktur organisasi pemerintah daerah harus mampu menampung segala aktivitas dan
tugas-tugas yang menjadi beban dan tanggung jawabnya, jumlah dan ragam unit cukup
mencerminkan kebutuhan, pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang cukup jelas.
D. Kesimpulan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi otonomi daerah :
1. Faktor/Latar belakang otonomi daerah
Pertama, faktor internal yang didorong oleh berbagai protes atas kebijakan politik sentralisme di
masa lalu. Kedua, adalah faktor eksternal yang dipengaruhi oleh dorongan internasional terhadap
kepentingan investasi terutama untuk efisiensi dari biaya investasi yang tinggi sebagai akibat
korupsi dan rantai birokrasi yang panjang.